Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN

“BUDAYA MUTU PENDIDIKAN”

Oleh

SUNARDI

RIZKI NANDA

Program Studi Magister ManajemenPendidikan Islam

Fakultas Tarbiyah

InstitutPesantren KH. Abdul Chalim

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan memainkan peran penting dalam keberlangsungan suatu bangsa dan


negara. Pendidikan juga memberikan arah kehidupan sosial masyarakat suatu negara
karena menurunkan budaya atau adat istiadat bagi keberlangsungannya. Dengan
pentingnya pendidikan tersebut maka Penyelenggaraan Pendidikan harus menjadi
perhatian sangat penting. Pendidikan harus disusun secara mnyeluruh dan sistematis
mengikuti budaya dan perkembangan masyarakat. Pemerintah harus bertugas
merencanakan, menyelenggarakan dan mengevaluasi dari tingkat dasar sampai
perguruan tinggi dengan matang. Pendidikan di indonesia dijiwai oleh nilai-nilai
yang diturunkan dari nilai pancasila yang salah satunya menyelenggarakan segala
aktivitas berbangsa dan bernegara dengan landasan berketuhanan dengan
kepercayaan pada tuhan yang maha esa sesuai dengan sila pertama yakni ketuhanan
yang maha esa. Selain itu indonesia juga merupakan bagian yang sangat beragam
akan budaya dan adat istiadat dari sabang sampai merauke namun tetap bersatu dalam
kerukunan dan keadilan sehingga landasan pendidikan juga harus mengacu kuat pada
nilai pancasila sila kedua dan ketiga maupun sila-sila seterusnya. Selain nilai yang
yang harus tertanam berdasarkan nilai pancasila yang dianut Pemerintah indonesia
dengan kewenangannya dalam mengatur pendidikan harus menyiapkan dan
melaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan mauapun peraturan
yang dikeluarkan pemerintah sendiri.

Dalam kaitannya dengan manajemen; tidak dapat dibantah lagi bahwa

manajemen merupakan aspek penting yang menyentuh, mempengaruhi dan bahkan

merasuki seluruh aspek kehidupan manusia; karena dengan manajemen dapat

diketahui kemampuan dan kelebihan serta dapat dikenali kekurangan suatu


organisasi.1 Manajemen menunjukkan cara efektif dan efisien dalam pelaksanaan

suatu pekerjaan. Manajemen dapat mengurangi hambatan dalam pencapaian tujuan

serta memberikan prediksi dan imajinasi agar segera mengantisipasi dengan cepat

perubahan lingkungan. Demikian pula halnya dengan dunia pendidikan; maka

peranan manajemen pendidikan sangat menentukan arah dan tujuan pendidikan.

Pidarta merumuskan; manajemen pendidikan adalah aktivitas memadukan sumber-

sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha untuk mencapai tujuan pendidikan

yang telah ditentukan sebelumnya.2

Sementara Tilaar berpendapat bahwa manajemen pendidikan adalah

mobilisasi segala sumberdaya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang

telah ditetapkan. Manajemen pendidikan merupakan serangkaian kegiatan proses

kerjasama suatu organisasi pendidikan dalam pencapaian tujuan yang wilayah

pembahasannya sangat luas.3

Setelah pelaksanaan manajemen yang efektif dan efisien maka akan terwujud

tujuan pendidikan yang bermutu dan berkembang. Pendidikan yang bermutu

merupakan wujud pedoman terukur atas nilai minimal yang akan dicapai oleh suatu

lembaga atau organisasi. Maka penting untuk melestarikan atau membudayakan nilai

yang baik dan terus berkembang berdasarkan perkembangan zaman dan teknologi.4

21
Taufik Hidayah and Akhmad Ghasi Pathollah, “Manajemen Kurikulum Pesantren,” Jurnal Salwatuna
2, no. 1 (2019), 1–16.

A. Idhoh Anas, “Kurikulum Dan Metodologi Pembelajaran Pesantren,” Cendekia: Jurnal


3

Kependidikan Dan Kemasyarakatan 10, no. 1 (2012), 29–44.

33
Irwan Fathurrochman, “Implementasi Manajemen Kurikulum Dalam Upaya Meningkatkan Mutu
Santri Pondok Pesantren Hidayatullah/Panti Asuhan Anak Soleh Curup,” TADBIR: Jurnal Studi
Manajemen Pendidikan 1, no. 1 (2017), 85–104.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana Pengertian Budaya Mutu Pendidikan?
b. Bagaimana Teori Budaya Mutu Pendidikan?
c. Bagaimana Implementasi Budaya Mutu Pendidikan?

1.3 Tujuan makalah


a. Mengetahui pengertian budaya mutu pendidikan
b. Mengetahui teori mutu pendidikan
c. Mengetahui implikasi mutu pendidikan

1.4 Manfaat Penulisan


a. bagi penulis
menambah wawasan tentang budaya mutu dan teori yang melingkupinya
b. bagi pembaca
menambah wawasan dalam mengasah pengetahuan terhadap budaya mutu
pendidikan. Menambah refrensi atau kajian pustaka dalam menyusun suatu
penelitian.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Budaya Mutu Pendidikan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.4
Kata “budaya” sangat umum dipergunakan dalam bahasa sehari-hari. Paling
sering budaya dikaitkan dengan pengertian ras, bangsa, atau etnis. Kata budaya
kadang kala dikaitkan dengan seni, music, tradisi-ritual, ataupun peninggalan-
peninggalan masa lalu. Di dalam kamus Oxford budaya lebih dilihat sebagai seni dan
semua hasil prestasi intelektual manusia yang dilakukan secara kolektif. Kata budaya
digunakan dalam berbagai diskursus dan ini diakui karena luasnya aspek kehidupan
yang disentuh. Berry mendeskripsikan budaya dalam delapan kategori aktivitas
kehidupan, yaitu (1) karakteristik umum; (2) makanan dan pakaian; (3) rumah dan
teknologi; (4) ekonomi dan transportasi; (5) aktivitas individual dan keluarga; (6)
komunitas dan pemerintahan; (7) kesejahteraan, religi, dan ilmu pengetahuan; dan (8)
seks dan lingkaran kehidupan.5
Menurut Kujala dan Ullrank menjelaskan budaya mutu yaitu budaya organisasi,
karena budaya mutu merupakan subset dari budaya organisasi.

4
Ahadiyah, Wahyuni. Penerapan total quality managemen sebagai pengembangan budaya mutu
sekolah dalam meningkatkan prestasi siswa di SD Al Hikmah Surabaya. Jurnal akademika 14, no. 2
(2020), 245-254

5
Anwar, Syaiful. Pengembangan Budaya Mutu dalam Meningkatkan Kualitas Madrasah di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Kota Bandar Lampung. Jurnal Studi Keislaman 14, no. 2 (2014), 455-489

Menurut Robbins, budaya organisasi merupakan sistem makna bersama


terhadap nilai-nilai primer yang dianut bersama dan dihargai organisasi, yang
berfungsi menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan
organisasi lainnya, menciptakan rasa identitas bagi para anggota organisasi,
mempermudah timbulnya komitmen kolektif terhadap organisasi, meningkatkan
kemantapan sistem sosial, serta menciptakan mekanisme pembuat makna dan kendali
yang memandu membentuk sikap dan perilaku para anggota organisasi.
Budaya dapat dipahami sebagai kebiasaan yang selalu dilaksanakan disuatu
kelompok atau organisasi yang diturunkan terus menerus sehingga menghasilkan
nilai, tradisi dan aturan-aturan yang mendukung untuk mencapai perbaikan dan tujuan
kelompok atau organisasi.
Mutu adalah suatu pembedaan antara yang baik dan sebaliknya. Mutu
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh suatu produk atau jasa yang dapat
memenuhi kepuasan pelanggan. Mutu atau kualitas suatu barang pada umumnya
diukur dengan tingkat kepuasan konsumen atau pelanggan. Seberapa besar kepuasan
yang diperoleh pelanggan tergantung dari tingkat kecocokan penggunaan masing-
masing pelanggan. Konsep kualitas itu sendiri sering dianggap sebagai ukuran relatif
kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain atau rancangan dan
kualitas kesesuaian atau kecocokan. Kualitas rancangan merupakan fungsi spesifikasi
produk, sedangkan kualitas kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai dengan
spesifikasi dan kelonggaran yang disyaratkan oleh rancangan itu.
Secara ringkas, mutu atau kualitas dapat didefinisikan sebagai ukuran
seberapa dekat sebuah barang atau jasa memiliki kesesuaian dengan standar-standar
yang ditentukan. Standar yang ditentukan bisa beraneka ragam, tergantung pihak
mana yang menetapkannya.6

Yulianti, Erba R. Upaya kepemimpinan spiritual dalam mengembangkan budaya mutu di SMA plus
6

Muthahhari Bandung. Jurnal Schemata 7, 2 (2018), 128-151

Menurut goetsch dan davis menjelaskan bahwa budaya mutu merupakan


system nilai organisasi yang dihasilkan suatu lingkungan yang kondusif bagi
pembentukan dan perbaikan mutu secara terus menerus.
Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
usaha belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan
potensinya untuk memilki kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Jadi budaya mutu pendidikan merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh suatu
organisasi pendidikan secara terus menerus agar menghasilkan produk atau jasa bagi
kepuasan siswa atau pelanggannya.
Menurut salis dalam ahadiyah pelanggan pendidikan terdiri atas 3 kelompok
yaitu: 1) pelajar yang secara langsung menerima jasa; 2) orang tua, gubernur atau
sponsor pelajar yang memiliki kepentingan langsung dengan individu maupun
institusi; 3) pihak yang memiliki peran penting seperti pemerintah dan masyarakat
secara keseluruhan.
Berdasarkan UU no. 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pada
BAB IX menjelaskan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pengelolaan, standar pembiayaan,
dan standar penilaian pendidikan yang harus terlaksana dan ditingkatkan secara
terencana dan berkala. Berikut penjelasan lebih lengkapnya.
1) Standar isi
Standar yang disusun dan dikembangkan oleh badan standar nasional
pendidikan (BSNP) dan ditetapkan oleh kementrian pendidikan nasional dapat
dipahami sebagai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam criteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh siswa pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu

2) Standar proses
Berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan. Setiap satuan pendidikan membuat
rencana proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran agar berjalan efektif
dan efisien.
3) Standar tenaga pendidikan
Merupakan kualifikasi atau criteria yang harus dimiliki oleh pendidik dan
tenaga kependidikan.
4) Standar sarana dan prasarana
Standar yang memuat criteria minimal segala bahan dan perabot atau
perlengkapan yang dapat mendukung selama proses dan mencapai tujuan
pembelajaran.
5) Standar pengelolaan
Memuat manajemen pendidikan berbasis sekolah berdasarkan jenjang yang
sudah ditentukan yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan,
partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas.
6) standar pembiayaan
memuat standar yang mengatur komponen biaya operasional satuan
pendidikan dan besaranya yang berlaku selama setahun. Berdasarkan PP
no.19 tahun 2005 pasal 62 ayat 1 sampai 5 menjelaskan sebagai berikut.
(1) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, operasi, dan personal
(2) Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumberdaya manusia dan modal kerja tetap
(3) Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh siswa
untuk bisa mengikuti proses pembelajaran.
(4) Biaya operasional meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta
tunjangan gajinya. Kemudian bahan atau peralatan yang habis dipakai dan
biaya operasi pendidikan tak langsung seperti air, daya, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transortasi, konsumsi, pajak, asuransi dan lain-lain
7) Standar penilaian
Memuat mekanisme, prosedur dan instrument penilaian hasil belajar siswa.7
2.2 Teori Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan merupakan standar minimal yang harus dicapai oleh suatu
lembaga pendidikan . selain mutu pendidikan juga dikenal mutu manajemen mutu
teradu atau total quality managemen (TQM). TQM merupakan suatu system
manajemen yang berfokus kepada orang yang bertujuan untuk meningkatkan secara
berkelanjutan dan terus menerus.

Karakteristik manajemen mutu terpadu atau TQM antara lain:

1) Focus pada pelanggan internal maupun eksternal


2) Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas
3) Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah
4) Memiliki komitmen panjang
5) Membutuhkan kerjasama tim

Empat belas butir manajemen mutu menurut Dr. Deming adalah sebagai berikut:
1) Menciptakan stabilitas motivasi.
2) Adopsi filosofi baru.
3) Hilangkan ketergantungan pada pemeriksaan produk.
4) Minimalkan biaya total.
5) Memperbaiki

7
Rinda, Arum. Strategi kepala madrasah dalam pengembangan budaya mutu pendidikan (studi kasus
di madrasah tsnawiyah negeri 2 malang). (Malang: universitas islam negeri malik Ibrahim, 2018).

6) Lembagakan pelatihan pada saat bekerja.


7) Lembagakan pengawasan.
8) Bersihkan rasa takut.
9) Hapus penghalang antar departemen.
10) Hilangkan slogan-slogan dan target-target yang harus dicapai para pekerja,
jika tidak dilengkapi dengan cara-cara mencapainya.
11) Hilangkan standar kerja yang menyarankan angka target.
12) Hapus penghalang antara pekerja tidak tetap dengan hak-haknya untuk
bangga dengan kemampuan kerjanya.
13) Lembagakan program ketat pendidikan dan pelatihan.
14) Menanamkan tanggung jawab dari setiap personil perusahaan. 8
Dalam pandangan Mulyadi kriteria manajemen sekolah berbudaya mutu ditandai 5
(lima) pilar mutu pendidikan, yaitu:
1) Fokus pada siswa (peserta didik).
Bahwa sekolah/madrasah dan para professional pendidikan memiliki
tanggung tawab yang besar untuk selalu mengoptimalkan potensi-potensi
siswa agar mendapat manfaat dari proses belajar di sekolah. Dengan kata lain
dalam proses kegiatan belajar mengajarharus dipersiapkan dengan baik,
dikelola secara professional agar dapat memberikan nilai manfaat yang besar
bagi pengembangan potensi siswa.
2) Keterlibatan total.
Bahwa setiap orang harus berpartisipasi dalam transformasi mutu.

8
Nurseha, Alamsyah. Budaya Mutu dan Kinerja Profesional dalam Pendidikan. Jurnal pendidikan dan
kebudayaan 1, 1 (2020), 1-15

Mutu bukan hanya tanggung jawab Kepala Sekolah, mutu merupakan


tanggungjawab semua pihak yaitu, komite, guru, staf, orang tua, bahkan siswa
itu sendiri. Mutu, berarti menuntut kepada setiap orang untuk memberikan
kontribusi bagi upaya mutu.
3) Pengukuran.
Pengukuran merupakan bidang yang sering kali banyak gagal disekolah,
karena setiap yang dikerjakan tidak diiringi pengukuran untuk mengetahui
tingkat keberhasilannya. Secara tradisional ukuran mutu pada keluaran
sekolah adalah prestasi siswa.
4) Komitmen.
Para professional pendidikan harus memiliki komitmen pada mutu. Jika
mereka tidak memiliki komitmen, maka proses transformasi mutu tidak akan
dapat dimulai, karena terpaksa dijalankan maka dipastikan akan gagal. Hal ini
berarti perlu adanya perubahan budaya dan manajemen yang memiliki
komitmen untuk mendukung proses perubahan kearah peningkatan mutu.
5) Perbaikan berkelanjutan (Continous Inprofmen).
Mutu didasarkan pada sebuah konsep, bahwa setiap proses itu dapat
diperbaiki dan tidak ada proses yang sempurna. Maka para profesional
pendidikan harus konstan menemukan cara untuk menangani masalah yang
muncul, mereka harus memperbaiki proses yang dikembangkannya dan
membuat perbaikan yang diperlukan.9

9
Amin, Nasrul dkk. Membangun Budaya Mutu yang Unggul dalam Organisasi Lembaga Pendidikan
Islam. Jurnal Al-tanzim 2, 1 (2018), 94-101

2.3 Implementasi Budaya Mutu Pendidikan

Untuk mengetahui suatu organisasi telah memiliki budaya kualitas yang baik
atau belum, maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah penilaian secara
komprehensif terhadap organisasi yang bersangkutan telah terbentuk budaya
mutunya atau belum.
Hasil penilaian komprehensif terhadap pembentukan budaya organisasi biasanya
akan mengidentifikasikan perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan. Perbaikan itu
membutuhkan perubahan dan status quo. Perubahan ini harus didaftarkan tanpa
disertai keterangan dan penjelasan. Setelah itu mengembangkan suatu rencana untuk
melakukan perubahan, hal ini dilakukan agar perubahan dapat terarah yang didukung
oleh pemahaman proses transisi emosional yang akan dilalui oleh anggota
organisasi.10

Manfaat budaya mutu sebagai berikut: (1) budaya mutu menciptakan perbedan
yang jelas antara satu budaya mutu sekolah dengan budaya mutu sekolah yang lain,
(2) budaya mutu membawa satu rasa identitas bagi anggota-anggota sekolah, (3)
budaya mutu mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas dari
kepentingan-kepentingan individu, (4) budaya mutu meningkatkan kemantapan
sistem sosial

Edgar H. Schein menyatakan bahwa ada tiga tingkatan budaya mutu yaitu:
pertama; artifacts, adalah suatu yang dimodifikasi oleh manusia untuk tujuan tertentu,
artifacts dapat dilihat dari struktur sebuah organisasi dan proses dilakukan di
dalamnya Espoused Values, adalah nilai-nilai yang didukung, terdiri dari strategi,
tujuan, dan filosofi organisasi.

Afwan. Budaya Mutu Sekolah di SMP Negeri 5 Arga Makmur Bengkulu Utara Tahun 2012. 2020.
10

Jurnal Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE) 2, no. 1 (2020), 101-110

Tingkat ini mempunyai arti penting dalam kepemimpinan, nilai-nilai ini harus
ditanamkan pada tiap-tiap anggota organisasi. Underlying Assumption, adalah asumsi
yang mendasari yaitu suatu keyakinan yang dianggap sudah harus ada dalam diri tiap-
tiap anggota mengenai organisasi yang meliputi aspek keyakinan, pemikiran dan
keterikatan perasaan terhadap organisasi. 11
Implementasi budaya mutu pendidikan dilaksanakan di sekolah. Implemetasinya
dapat terlaksana melalui penerapan metode peningkatan mutu di sekolah,
mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada kesediaan data kuantitatif-
kualitatif dan pemberdayaan semua komponen sekolah secara berkesinambungan
meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sekolah guna memenuhi
kebutuhan siswa dan masyarakat.

Sekolah yang memiliki budaya mutu adalah sekolah yang berfokus pada
pelanggan baik internal maupun eksternal, focus pada upaya mencegah masalah atau
yang dikenal dengan program kerusakan-nol. Investasi yang terus menerus pada
sumber daya manusia agar tidak mengalami kerusakan, memiliki strategi untuk
mencapai kualitas ditingkat pimpinan, tenaga akademik, tenaga administrative,
mengolah keluhan sebagai umpan balik untuk mencapai kualitas dan memposisikan
kegagalan sebagai instrumen perbaikan selanjutnya.

Sekolah yang unggul adalah sekolah yang memertahankan budaya sekolah yang baik
dan mempertahankannya menjadi tradisi sekolah. Factor-faktor yang memperngaruhi
budaya mutu sekolah adalah nilai-nilai dan misi organisasi, struktur organisasi,
komunikasi, pengambilan keputusan, lingkungan kerja, rekrutmen dan seleksi,
perencanaan kurikulum, manajemen sumber daya dan anggaran, disiplin dan
hubungan masyarakat. Selain factor tersebut membangun budaya mutu juga
membutuhkan pemimpin yang memiliki komitmen dan kepribadian kuat pada mutu.

Said, Akhmad. Keemimpinan kepala sekolah dalam melestarikan budaya mutu sekolah. 2018. Jurnal
11

evaluasi 2(1): 257-273


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Pengertian Budaya mutu pendidikan diambil dari kata budaya, mutu dan
pendidikan. Budaya mutu pendidikan dapat dijelaskan sebagai kebiasaan yang
dilakukan oleh suatu organisasi pendidikan secara terus menerus agar
menghasilkan produk atau jasa bagi kepuasan siswa atau pelanggannya.
2) Teori mutu pendidikan banyak dibahas dengan menghubungkan manajemen
mutu terpadu atau total quality management (TQM). TQM merupakan suatu
system manajemen yang berfokus kepada orang yang bertujuan untuk
meningkatkan secara berkelanjutan dan terus menerus.
3) Implementasi budaya mutu pendidikan dapat terlaksana melalui sekolah.
Pengimplementasian disekolah dilaksanakan dengan penerapan metode
peningkatan mutu di sekolah, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan
pada kesediaan data kuantitatif-kualitatif dan pemberdayaan semua komponen
sekolah secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan
organisasi sekolah guna memenuhi kebutuhan siswa dan masyarakat

3.2 Saran
a. Tulisan dalam makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki atau dikembangkan
b. Refrensi dalam tulisan ini masih terbatas pada jurnal-jurnal pendidikan yang
terdapat pada berbagai jenjang pendidikan atau bersifat umum dan belum
mencakup pendidikan secara khusus

Daftar Pustaka

Afwan. Budaya Mutu Sekolah di SMP Negeri 5 Arga Makmur Bengkulu Utara
Tahun 2012. 2020. Jurnal Indonesian Journal of Social Science Education
(IJSSE) 2, no. 1 (2020), 101-110
Ahadiyah, Wahyuni. Penerapan total quality managemen sebagai pengembangan
budaya mutu sekolah dalam meningkatkan prestasi siswa di SD Al Hikmah
Surabaya. 2020. Jurnal akademika 14(2): 245-254

Amin, Nasrul dkk. Membangun Budaya Mutu yang Unggul dalam Organisasi
Lembaga Pendidikan Islam. Jurnal Al-tanzim 2, 1 (2018), 94-101

A. Idhoh Anas, “Kurikulum Dan Metodologi Pembelajaran Pesantren,” Cendekia:


Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan 10, no. 1 (2012), 29–44.

Anwar, Syaiful. Pengembangan Budaya Mutu dalam Meningkatkan Kualitas


Madrasah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kota Bandar Lampung. Jurnal Studi
Keislaman 14, no. 2 (2014), 455-489

Irwan Fathurrochman, “Implementasi Manajemen Kurikulum Dalam Upaya


Meningkatkan Mutu Santri Pondok Pesantren Hidayatullah/Panti Asuhan Anak
Soleh Curup,” TADBIR: Jurnal Studi Manajemen Pendidikan 1, no. 1 (2017),
85–104.

Nurseha, Alamsyah. Budaya Mutu dan Kinerja Profesional dalam Pendidikan. Jurnal
pendidikan dan kebudayaan 1, 1 (2020), 1-15

Rinda, Arum. 2018. Strategi kepala madrasah dalam pengembangan budaya mutu
pendidikan (studi kasus di madrasah tsnawiyah negeri 2 malang). (Malang:
universitas islam negeri malik Ibrahim, 2018)

Said, Akhmad. Keemimpinan kepala sekolah dalam melestarikan budaya mutu


sekolah. 2018. Jurnal evaluasi 2(1): 257-273

Taufik Hidayah and Akhmad Ghasi Pathollah, “Manajemen Kurikulum Pesantren,”


Jurnal Salwatuna 2, no. 1 (2019), 1–16.

Yulianti, Erba R. Upaya kepemimpinan spiritual dalam mengembangkan budaya


mutu di SMA plus Muthahhari Bandung. Jurnal Schemata 7, 2 (2018), 128-151

Anda mungkin juga menyukai