Anda di halaman 1dari 9

R esu m e

MINORITAS MUSLIM DI AUSTRALIA DAN INGGRIS#

Indriana Kartini**

Abstract
The w ar again st terrorism has becom e the main topic an d sp rea d a ll o ve r the w o rld sin ce the bom bing o f
WTC building in S eptem ber 11"' 2001. The issue is that rather fig h tin g terrorist a s the a cto r o f terrorism, the w ar
is blured with fig h tin g M oslem p e o p le as the m ost victim ized as the a cto r o f terrorism . M oslem s in A ustralia and
U nited Kingdom , tw o countries that becom e close su pporter o f USA in the w a r ag a in st terrorism , has suffered o f
negative p u b lic perception . It is interesting to analyse p o lic y in those tw o U S ’clo se allies. The research that has
been conduct com pares p o lic y o f A u stralia an d Britain after the bombing. Im age o f M oslem com m unity in those
countries is sh aped by the role o f m ass m edia as the source o f opinion. The w a r again st terrorism has negative
effect that it is victim izing M oslem com m unity as the source o f terror.

su terorisme merebak ke penjuru dunia Hubungan M uslim dan Non-Muslim di

I khususnya pascatragedi pengebom an


WTC di New York pada 11 September
2001. T ujuan m en d asar d ari “ perang
melawan terorisme” yang dikumandangkan
Australia: Tataran Masyarakat

Hubungan Muslim dan non-Muslim


di Australia mengalami pasang surut. Hal ini
Amerika Serikat m enyusul peristiw a 11 diakibatkan oleh banyak faktor, misalnya soal
September akhirnya menjadi kabur, yakni kesejarahan, perkem bangan situasi yang
antara memerangi terorisme atau memerangi k o m p lek s d en g an ad an y a isu -isu baik
Islam. Penggalangan dukungan dari negara- n asio n a l m aupun in te rn a sio n a l, dan
negara lain yang diprakarsai AS untuk generalisasi yang berlebihan atas eksistensi
melakukan perang melawan terorisme, lebih komunitas Muslim di Australia.
tampak sebagai penggalangan sikap untuk Dari sisi sejarah, datangnya Islam di
turut mencurigai setiap kelompok Muslim. A u stra lia d iy ak in i dibaw a oleh p elau t
O leh sebab itu, sikap an ti-Isla m yang Makassar pemburu tripang pada tahun 1750,
diwujudkan m elalui teror dan intimidasi kem udian terjalin hubungan dagang dan
terh ad ap kelo m p o k m in o ritas M uslim perkaw inan cam puran. Fase berikutnya,
m uncul di b e b erap a n eg ara term asu k p e m e rin ta h A u stra lia m en d atan g k an
Australia dan Inggris, khususnya mereka pengendara unta dari A fghanistan, yang
yang diduga mempunyai keterkaitan dengan awalnya dipakai untuk mengatasi keadaan
jaringan teroris internasional. alam yang sangat sulit. Pada perkembangan
berikutnya, m ereka diberdayakan untuk
membangun jalur telegraf dan jalur kereta
yang disebut Ghan Train. Fase selanjutnya,
* Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari Indriana
banyak berdatangan imigran dari negara-
Kartini (koordinator), Afadlal, Hamdan Basyar, Riza
Sihbudi, Sri Nuryanti, Dhuroruddin Mashad. negara Eropa dan Timur Tengah. Imigran dari
* Penulis adalah peneliti pada Bidang Penelitian Politik negara Eropa memang tidak signifikan bagi
Internasional P2P LIPI, Jakarta.

91
p erk em b an g an k o m u n itas M uslim di A u stra lia dan m a sy a ra k a t A u stra lia
A ustralia. Namun dem ikian, kedatangan menghormati pelaksanaan asas multikultur
imigran dari negara-negara Arab dan Timur A ustralia. N am un dem ikian, hubungan
Tengah sangat signifikan dalam sejarah memburuk manakala ada isu internasional
perkembangan Islam di Australia. yang merupakan generalisasi berlebihan atas
B eberapa hal yang m em pengaruhi suatu persoalan, atau stigma atas kelompok
hubungan antara masyarakat Muslim dan non M u slim A u stra lia y an g k em u n g k in an
-Muslim di Australia, yaitu dilihat dari jumlah dipengaruhi oleh opini-opini yang dibangun
kelom pok keagam aan (relative size o f m edia m assa. Stigm a k ed ek atan Islam
groups), tidak adanya overlapping antara dengan terorisme, Arab, dan lain-lain yang
agam a yang b e rb e d a, tid a k adanya menyudutkan umat Islam di Australia, pada
ghettoisasi, dan tidak adanya politisasi atas beberapa p eristiw a telah m em unculkan
perbedaan yang ada, yang pada dasarnya tindakan diskrim inatif bahkan kekerasan,
m em pengaruhi pasang surut hubungan seperti ketika dilakukan sweeping pada
antarmasyarakat itu. Dari hal-hal tersebut, komunitas Muslim Australia pascapeledakan
suatu k esim pulan dapat d ita rik bahw a Bom WTC dan Bom Bali.
meskipun hubungan antara Muslim dan non- Media massa memegang peran penting
M uslim terkadang m engalam i fluktuasi, dalam pembentukan opini publik khususnya
namun masih dikatakan wajar, yang artinya yang berkaitan dengan eksistensi kelompok
tidak mengarah kepada pengucilan permanen Muslim. Meskipun dalam perkembangannya
atas kelompok Muslim. kelompok Muslim ini mengorganisasi diri
Pesatnya perkem bangan komunitas dalam berbagai b entuk organisasi, dari
Islam di Australia pada gilirannya tidak lagi organisasi formal yang bergerak di bidang
d ian g g ap seb ag ai fa k to r yang tu ru t sosial kem asyarakatan sampai organisasi
menggerakkan perekonomian di Australia, radikal, diskursus yang berkembang dalam
tetapi kemudian dilihat sebagai bagian yang m a sy a ra k a t A u stra lia k h u su sn y a yang
“ m em b ah ay ak an ” k elan g su n g an hidup berkaitan dengan fundam entalism e atau
kom unitas kulit putih di A ustralia yang terorisme tidak harus dihubungkan dengan
didominasi budaya Anglo-Saxon. Sebagai keberadaan organisasi Islam ini. Sayangnya,
akibatnya, hal ini memunculkan kebijakan m ed ia m assa te rk a d a n g bias dalam
yang membatasi perkembangan komunitas pemberitaannya sehingga sikap masyarakat
Muslim dengan dikeluarkannya kebijakan yang tidak berlebihan atas suatu hal diekspos
White A ustralia Policy, 1901. besar-besaran oleh media. Hal ini sering
Kebijakan ini berpengaruh terhadap m enim bulkan salah p ersep si m engenai
menyurutnya kedatangan imigran dari Timur eksistensi komunitas Muslim di Australia dan
Tengah dan negara Arab. Setelah kebijakan keterkaitannya dengan isu-isu terorisme.
terseb u t d irev isi pada tahun 1958 dan D en g an sem an g at m u ltik u ltu ra lism e ,
akhirnya dihapus sama sekali pada tahun seharusnya bisa dibangun kondisi yang lebih
1972, barulah komunitas Islam di Australia kondusif bagi munculnya pemahaman yang
menggeliat lagi dengan banyaknya imigran komprehensif mengenai komunitas Muslim
dari negara-negara Arab dan Timur Tengah. di Australia.
S ebagaim ana d isin g g u n g di atas,
hubungan a n tarm asy arak at m engalam i Kebijakan Pemerintah Australia terhadap
pasang surut, tergantung pada isu-isu yang Minoritas Muslim
r

mewarnai perkem bangannya. Hubungan


K e b ijak a n p e m e rin ta h fed eral
antarm asyarakat pada dasarnya terjalin
Australia terhadap minoritas Muslim beijalan
d engan baik. S elam a ini, p e m erin ta h
dalam ruang politik yang dikuasai oleh dua

92
kekuatan politik, yaitu gerakan konservatif melakukan liberalisasi komunitas Muslim
dan gerakan progresif. K edua kekuatan dengan tujuan menanamkan nilai-nilai liberal
politik itu, sesuai dengan sistem yang berlaku dan peradaban Barat.
di Australia, selalu berusaha membangun Percaturan kekuatan politik yang
k e b ija k an serasi seh in g g a b en tu k n y a m elibatkan kedua gerakan tersebut telah
merupakan pelbagai variasi penerapan nilai- m elandasi kebijakan pem erintah federal
nilai liberalisme. Persamaan sikap kedua m elakukan pengaw asan yang amat ketat
kekuatan politik yang paling menonjol adalah kepada kelom pok-kelom pok sosial Islam
konsistensi m ereka dalam m enjalankan y an g d itu d u h te ro ris . U n d an g -u n d an g
prinsip sekularisme dan praktik pemerintahan antiterorism e m enjadi beban psikologis
Westminster. K edua konsistensi ini telah kom unitas M uslim karena m erasa selalu
menempatkan komunitas Muslim Australia menjadi sasaran operasi intelijen dan polisi
seb ag ai o b jek y an g h aru s m engalam i federal. Akan tetapi, percaturan kekuatan
sosialisasi nilai-nilai liberal dan peradaban politik juga melandasi persamaan hak-hak
Barat. k o m u n itas M u slim se rta m en d ap atk an
Kedua kekuatan politik yang dalam jaminan hidup sesuai prinsip welfare state.
praktik kenegaraan terw akili oleh Partai Misalnya, pemerintah memberikan subsidi
Liberal dan Partai Buruh selalu berusaha kepada lembaga-lembaga pendidikan dan
m enegakkan n ila i-n ila i se k u le r dalam kemasyarakatan Islam.
masyarakat. Manifestasinya ialah memegang
teguh peradaban Barat yang memisahkan Minoritas Muslim di Inggris:
kegiatan-kegiatan sosial politik dari kegiatan- Tataran Sosial
k eg iatan keagam aan. P erad ab an B arat
m eng an g g ap k e g ia ta n so sia l p o litik Meski tak ada informasi pasti kapan
m asyarakat sebagai urusan m asyarakat tepatnya agama Islam m asuk ke Inggris,
sendiri. Oleh karena itu, kedua kekuatan tetapi setidaknya terd ap at catatan yang
p o litik te rs e b u t akan se la lu m elih at menyebutkan bahwa pada abad ke-10 telah
komunitas Muslim sebagai komunitas yang ada Muslim yang menginjakkan kakinya di
tidak mengunggulkan identitas keagamaan negeri yang disebut Al Bartun itu. Kaum
dalam pergaulan kemasyarakatan. Program M uslim kian banyak dijumpai di Inggris,
multikulturalisme tampak sebagai koleksi terutam a terjadi di era im perialism e dan
budaya dan bukan koleksi cita-cita kelompok kolonialisme Inggris yang mencaplok banyak
sosial beragama. K elom pok sosial Islam wilayah Timur yang komunitasnya mayoritas
dianggap sebagai bagian dari koleksi budaya Islam, termasuk khususnya dari Asia Selatan.
tersebut. Seiring dengan hadirnya “komunitas baru
Kedua kekuatan politik juga sepakat in i” sejak 1919-an m ulai berm unculan
m enjaga sistem politik yang m erupakan boarding-house (rum ah kontrakan) yang
warisan Inggris, di mana parlemen memiliki didirikan sekaligus dihuni oleh komunitas
otoritas tertinggi dalam penyelenggaraan Islam.
pemerintahan. Sementara itu, pemerintah B e rd a sa r d ata y an g d ite rb itk a n
merupakan bagian dari parlemen tersebut. Minority Rights Group International pada
K onsekuensinya, sem ua undang-undang Agustus 2002 tergambar bahwa komunitas
harus bersumber pada aspirasi masyarakat Muslim tersebar. Muslim terbanyak tinggal
dan tid a k b o leh m en g am b il ru ju k a n di London (1 juta), lalu Bradford (82.750),
keagamaan. Mereka menganggap kedaulatan Scotland (60.000), Wales (50.000), Leeds
Tuhan tidak bisa hidup dalam praktik politik (3 0 .0 0 0 ) , O ld h am (2 5 .0 0 0 ), L ecester
di A u stra lia. M ereka ju g a cen d eru n g (25.000) , Birmingham (15.0000) dan Irlandia

93
U tara (4.000). D ari seluruh kom unitas Karena ada “lampu hijau” dari pemerintah,
M uslim, sebagian besar berasal dari sub in stitu si p en d id ik an Islam berkem bang
k o n tin e n In d ia , T urki, serta seb ag ian bahkan sampai tingkat perguruan tinggi,
keturunan Timur Tengah dan atau Afrika. seperti The Muslim College di London atau
Generasi awal Muslim Inggris tidak Markfteld Institute ofHigher Education, The
semuanya kaum pendatang. Shaikh Abdullah Institute o f Higher Islamic Daruul Uloom
Quilliam adalah salah satunya. Keislaman (L e ic e ste r). B ah k an , di lin g k u n g an
mualaf yang intelektual dan aktivis ini diikuti p en d id ik an k o n s e rv a tif sep erti Oxford
banyak orang, termasuk sejumlah ilmuwan University telah b erd iri Oxford Centre
bereputasi. Sebagai intelektual, Quilliam Islamic Studies (OCIS).
sangat pro d u k tif dalam m enulis tentang Dalam konteks ekonomi Muslim, hal
Islam. Bahkan, tulisannya berjudul “The ini sem ula m engalam i problem di dunia
Faith o f Islam” diterjemahkan ke dalam 13 perbankan dengan sistem konvensional.
bahasa. Tak sedikit komunitas Inggris pada Setelah melalui lobi bertahun-tahun, akhirnya
tahun 1880-an tertarik menjadi Islam lantaran HSBC mulai Juli 2003 mengadopsi sistem
terpengaruh tulisan dan aktivitas Quilliam ini. pendanaan Syariah, lalu menyusul Islamic
Tahun 1891, Quilliam mendirikan masjid dan Bank ofBritain di London (September 2004),
akademi yang mengelola bermacam-macam dan pada Maret 2005 diikuti Lyods TSB, bank
kegiatan seperti sekolah, literary society, terkem uka di Inggris. M emang beberapa
oriental library, museum, serta menerbitkan kasus perlakukan tidak adil terhadap Muslim
jurnal The Crescent (terbit mingguan) dan m asih te rja d i, b a ik d alam hu b u n g an
Islamic World (terbit bulanan). antarindividu, dunia usaha, ataupun seputar
Salah satu organisasi yang sangat isu jilbab di lembaga pendidikan. Namun
berjasa dalam pengembangan Islam Inggris demikian, problem itu dapat diselesaikan
adalah Pan-Islamic Society (PIS) yang melalui jalur hukum secara relatif adil.
didirikan Dr. Abdullah Suharawardy, yang S eb ag ian b e sa r m ig ran M uslim
berusaha m enghilangkan salah persepsi berasal dari pedesaan asal negaranya, suatu
tentang Islam di lingkungan masyarakat non- lokasi — yang berbeda dengan perkotaan—
Muslim. Sebagai upaya memperkokoh PIS, yang pengaruh w estern isasi dalam ide,
akhir abad k e -19, D r Leitner mendirikan norma, gaya, dan cara hidup belum masuk
Woking Mosque, m enjadi tonggak awal secara intensif dalam kehidupan mereka.
hadirnya sebuah masjid di London. Woking K etik a b e rm ig ra si ke In g g ris, m ereka
Mosque ini p u n y a p en g aru h re g io n a l, m engalam i sebuah keterkejutan budaya,
melakukan korespondensi sangat intensif sebagai akibat menghadapi sebuah komunitas
dengan m uslim di luar Inggris, seperti baru yang sangat berbeda. Terkait dengan
Belanda, Norwegia, Swedia, Hungaria, dan persoalan ini, mereka setidaknya meliputi
lain-lain yang dipublikasikan pula dalam tiga kelompok Muslim: Pertama, “kelompok
Islamic Review. fanatik”. Realitas politik internasional yang
D alam konteks kekinian strategi sangat tidak menguntungkan Islam, adanya
pendidikan dalam mempersiapkan generasi p o litik s ta n d a r g an d a d ari k ek u atan
muslim modem dalam konstelasi dunia Barat hegemoni, dan adanya semangat kebangkitan
tetap berlanjut. Sekolah model ini bukan saja Islam di seluruh dunia ikut mempengaruhi
b erg u n a u n tu k m em bangun k esa d a ran pem ikiran sebagian M uslim Inggris ini.
k eb erag am aan a n ta ra M uslim dengan Kedua, kelompok yang masih mencampur­
penganut agam a lain, tapi ju g a dengan adukkan ajaran Islam dengan kultur sesuai
sesama Muslim lain yang sebagian besar dengan garis etnisitasnya. Sebagai bagian
datang sebagai imigran dari banyak negara. terbesar dari kom unitas M uslim Inggris,

94
mereka cenderung longgar terhadap sebagian M uslim sendiri, guna mencegah lahirnya
kultur Barat, namun sangat anti pada bagian generasi Muslim yang asing terhadap Islam.
lain. Ketiga, kelom pok m uslim kebarat- Persepsi tentang Islam di dunia Barat
baratan, yang jumlahnya sangat kecil. term asuk Inggris telah terbentuk selama
Terutama bagi kelom pok M uslim berabad-abad. Meskipun selama waktu itu,
fanatik, problematika sosial yang sering kali telah terjadi suatu proses untuk memahami
muncul, antara lain (a) Soal pendidikan gaya Islam di dalam kom unitas Barat, namun
Barat (inggris) yang tak ada aturan apalagi realitas konflik sering kali masih terjadi.
batasan hubungan beda kelam in, dinilai Dalam konteks ini, peran berita-berita di
bertentangan dengan nilai Islam dan kultur banyak media secara krusial terlibat dalam
asal mereka. Realitas ini mendorong mereka realitas ini, bahkan ikut bertanggung jawab
berusaha m ew ujudkan institusi sekolah terhadap terbangunnya apa yang disebut “the
tersendiri, (b) Mainstream media massa serta elite racism” di Inggris, di mana Muslim
dunia hiburan menurut parameter mereka sering kali terk o n o ta si dengan barbar,
d in ilai te rla lu vu lg ar, m en jad i fak to r ignoran, berpandangan sempit, semi-citizen,
penyebab p e n y im p an g an tin g k a h laku teroris gila, penganut agama yang sangat
generasi m uda, (c) A turan hukum legal tidak toleran. Diskursus media massa Inggris
form al Inggris belu m m am pu m en g ­ yang secara id e o lo g is b ern u an sa anti-
akomodasi syariah dalam kehidupan umat Muslim, menjadi sangat mengental terutama
Islam, (d) M ereka terkadang dihadapkan sejak Revolusi Iran tahun 1979. Sejak saat
larangan pelaksanaan salat (apalagi Jumat itu, terutama sejak terungkap dalam banyak
dan hari besar Islam) pada jam-jam kantor, b e rita , is tila h fu n d a m e n talism e terus
jam sekolah, jam pabrik, (e) Fasilitas-fasilitas disejajarkan dengan Islam, tentu saja dalam
umum (seperti pem andian um um ) sulit pemaknaan negatif.
dimanfaatkan kaum muslimah tanpa harus Sikap media seperti itu makin parah
melanggar keyakinan kultural keagamaan­ seiring dengan polemik buku The Satanic
nya. R ealitas-realitas tadi m enyebabkan Verses tulisan Salman Rushdi. Demonstrasi
kaum M uslim sebagai w arga m inoritas dengan membakar buku oleh Muslim sebagai
keagamaan terbesar tetap merasa diabaikan sim b o lita s k e te rlu k a a n hati akibat
pemerintah bahkan oleh masyarakatnya. penghinaan, oleh m edia dilip u t dengan
Di tengah upaya konsolidasi umat ini, komentar-komentar yang lebih merefleksikan
komunitas Muslim juga menghadapi problem penilaian tentang karakter keagamaan yang
in tern al, ak ib at fa k sio n a lism e dalam m eletu p -letu p di kalangan Islam . Sifat
kehidupan keagamaan, seperti (1) Isu-isu tersebut dilabeli sebagai membahayakan
kemurnian ajaran agama, seperti Barelvi peradaban Barat. Fokus kom entar lebih
(pengaruh Asia Selatan) vs Wahabi (pengaruh terfokus pada isu-isu emosional Muslim,
Arab Saudi); (2) Isu-isu sosial politik, seperti ancam an kem atian, fundam entalis abad
antara pengikut Jamaah Tabligh yang “a- pertengahan, fanatisme, serta militanisme.
politis” vs Jam aat Islam i dan Ikhwanul Bahkan, istilah-istilah “Mad Mullahs, Iranian
Muslimin yang kental dengan politik; (3) Isu terrorist, Mad Dog Gadaffi” yang sering kali
regionalisme akibat beda asal negara, asal m ew arn ai m ed ia ik u t m enyuburkan
wilayah dengan latar belakang bahasa, etnis, terbangunnya image negatif bagi komunitas
kultur, dan kebiasaan berbeda. M ereka Muslim.1 Dalam konteks ini suara Muslim 1
m erasa lebih sreg berhubungan dengan
komunitas Muslim yang sama latar belakang
1Tahir Ababas, “Media Capital and the Representation of
asalnya; (4) Ghetto. K om unitas M uslim South Asian Muslims in the British Press: an Ideological
tinggal m engelom pok dalam kom unitas Analysis”, Institute o f Muslim Minority affairs, 2001,
hlm. 254.

95
tak dapat ditangkap secara “jern ih ” oleh diskriminatif. Dalam kehidupan sehari-hari,
komunitas Inggris pada umumnya. Mereka para “patrial” memperoleh hak istimewa,
tak memiliki kemampuan dan platform untuk sedangkan nonpatrial menjadi warga negara
mengajukan keberatan apalagi menjelaskan “kelas dua”.
tentang berbagai hal yang secara distortif Sikap tersebut juga muncul terhadap
diberitakan media. Problem seperti ini makin p ara M u slim di In g g ris. M ereka yang
akut bagi Muslim Inggris, terutama setelah k eb an y ak an b e ra sa l dari p a ra im igran
tragedi WTC 9 September 2001 yang diikuti dianggap n o n p atrial yang b erarti tidak
pula oleh tragedi Bom London, 7 Juli 2005. diutam akan dalam kehidupan di Inggris.
M erek a m en g alam i d isk rim in a si yang
K ebijakan P em erintah Inggris terh ad ap berkaitan dengan pengamalan agama Islam.
M inoritas M uslim P a lin g tid a k dua a tu ra n hukum
Inggris m em punyai dam pak signifikan
Sejak aw al, Inggris R aya ( Great te rh a d a p k e h id u p a n M u slim di sana.
Britain) terdiri dari masyarakat yang berasal P ertam a, the Race Relations Act. Undang-
dari empat kebangsaan yang berbeda, yakni u n d an g te rs e b u t m e la ran g adanya
Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia. diskriminasi berdasarkan ras dan etnis, dalam
M ereka m en jad i seb u ah neg ara berbagai kegiatan, tetapi hak beragama tidak
“multinasional.” Mereka bersatu dalam satu termasuk dalam undang-undang tersebut.
id en titas p o litik , dengan budaya yang Dengan demikian, Muslim di Inggris tidak
berbeda. Multikultural adalah slogan yang m em p u n y ai p ija k a n h u kum un tu k
dikembangkan oleh Inggris. mempertahankan haknya sebagai Muslim,
Konsep kew arganegaraan Inggris bila ada pihak lain yang melarang mereka
sebagai identitas politik dengan perbedaan k e tik a te n g ah m e n ja lan k a n k ehidupan
berbagai bangsa tersebut, menyebabkan para keberagam aannya. M isalnya, pada hari
imigran dari bekas wilayah jajahan Inggris Jum at, laki-laki M uslim dilarang untuk
yang datang ke sana diperlakukan dengan m elakukan salat Jum at atau M uslim ah
baik dan diterima dalam sistem politik yang dilarang mengenakan hijab (jilbab).
ada. M ereka diperlakukan sebagaim ana K edua, the Public Order Act yang
bangsa Wales, Irlandia, maupun Skotlandia. dibuat pada tahun 1986. Undang-undang ini
Kondisi itu telah menciptakan bangsa Inggris mencegah adanya dorongan kebencian rasial.
dengan kultur masing-masing. Akan tetapi, Selain itu, the Crime andDisorderAct dibuat
ketika ternyata para imigran tersebut banyak p ad a tah u n 1998. U n d an g -u n d an g ini
berdatangan ke sana maka ada kebijakan menciptakan kategori baru dalam tindakan
yang membatasinya. Hal ini kemudian ber­ rasial yang tidak menyenangkan, termasuk
kem bang pula apa yang disebut dengan penyerangan, perusakan, dan pelecehan.
sebutan “patrial”. Istilah itu mengacu kepada Akan tetapi, berbagai tindakan kebencian
orang-orang Inggris (British) asli, yaitu yang keagam aan yang ditujukan kepada para
berasal dari Inggris (E ngland), W ales, M uslim , kem bali belum tercakup dalam
Skotlandia, dan Irlandia, serta keturunan aturan-aturan tersebut. K ondisi itu dapat
mereka. Istilah itu menimbulkan konotasi m e la h irk a n p e ra sa a n te ra lie n a s i dan
diskriminasi. Warga yang bukan “patrial” terpinggirkan di kalangan Muslim di sana.
tidak diperlakukan sama dengan warga yang Akibatnya, mereka tidak dapat melakukan
“patrial”. k e h id u p an sec a ra “ n o rm a l” dalam
W alaupun secara form al, Inggris bermasyarakat.
m en erap k an k e b ija k a n yang n o n ­ Sebenarnya, masyarakat Muslim di
diskriminasi, tetapi pada kenyataannya istilah In g g ris m e n g in g in k a n p e n g ak u an dan
tersebut telah m enim bulkan sikap yang perlakuan yang sama dengan warga negara

96
lain. Mereka ingin dianggap sebagai bagian terorisme 11 September 2001, di New York
m asyarakat dari negara tersebut. Hal itu juga menimbulkan aksi kekerasan terhadap
berkaitan dengan hak asasi warga negara Muslim di Australia dan Inggris.
yang semestinya diperlakukan sama. Hak P a s c a -11 S ep tem b er, “p eran g
asasi itu harus diterapkan kepada siapa pun, melawan terorisme” menjadi agenda utama
tanpa melihat latar belakang, warna kulit, kebijakan luar negeri AS. Agenda tersebut
maupun keyakinan yang dianutnya. Praktik juga diadopsi oleh Australia dan Inggris yang
keagamaan semestinya dapat dilakukan oleh m erupakan sekutu terdekat AS. Hal ini
penganut Yahudi, Kristen, maupun Islam. menciptakan koalisi triangular (baca: AS,
Memang, di antara Muslim Inggris Australia, dan Inggris) dengan AS sebagai
ada yang berkiprah dalam dunia politik. Ada pemegang tongkat komando. Ketiga negara
dua warga M uslim Inggris yang menjadi tersebut juga mengeluarkan produk hukum,
anggota parlemen (M ajelis Rendah); Ada yakni UU antiterorism e yang bertujuan
empat orang Muslim yang menjadi peers; memerangi terorisme. Akan tetapi dalam
Ada satu orang Muslim Inggris yang menjadi kenyataannya, komunitas Muslim menjadi
anggota Parlemen Eropa. Di tingkat lokal, target utama pelaksanaan UU tersebut. Atas
p a rtisip a si M uslim In g g ris m engalam i nama perang melawan terorisme, beberapa
peningkatan yang cukup signifikan. Pada w arga M uslim di A u stralia dan Inggris
pemilihan tahun 1996, 160 Muslim menjadi ditangkap dengan m enggunakan payung
anggota Dewan Kota ( Councillors). Pada hukum tersebut. Hal ini justru menimbulkan
tahun 2001, jum lah anggota Dewan Kota kekhawatiran besar di kalangan masyarakat
yang M uslim berjum lah 217 orang. Para Muslim bahwa tanpa bukti yang kuat bisa
anggota D ewan K ota tersebut m ew akili saja m erek a d ita n g k a p d en g an d alih
daerah-daerah yang penduduk Muslim cukup memerangi terorisme. Hal ini dapat dikatakan
besar, seperti London, Birm ingham , dan bahw a gerakan antiteror yang dilakukan
Bradford. K eikutsertaan M uslim Inggris pem erintah A ustralia dan Inggris, justru
dalam kancah politik tersebut diharapkan m enim bulkan te ro r terh ad ap m inoritas
dapat memberikan harapan yang lebih baik Muslim.
bagi kehidupan Muslim Inggris. Oleh karena itu, kebijakan standar
ganda yang dilancarkan pem erintah AS,
Mtaslim di Australia dan Inggris: Dimensi Inggris, dan A ustralia ju stru menumbuh­
Internasional suburkan radikalisme di kalangan Muslim.
Laporan dari Royal Institute o f International
K ehidupan m inoritas M uslim di A ffairs a tau d ik e n al Chatham House
A ustralia dan Inggris senantiasa terkait menyimpulkan bahwa invasi ke Irak oleh AS
dengan peristiwa internasional. Bahkan, tidak b ersam a In g g ris dan A u stra lia ju s tru
jarang peristiw a kekerasan internasional m elahirkan p erek ru tan m ilitan M uslim
berimbas terhadap kehidupan Muslim di dua sek a lig u s m e n in g k a tk a n p ro p ag an d a,
negara tersebut. M anakala terjad i aksi perekrutan, dan pengum pulan dana bagi
kekerasan internasional yang m elibatkan gerakan al-Qaida. Oleh karena itu, tidak
Muslim, maka minoritas Muslim di Australia mengherankan apabila pelaku pengeboman
dan Inggris langsung terkena imbasnya. di London adalah para pem uda M uslim
Misalnya saja pasca-Perang Teluk 1991, di berkewarganegaraan Inggris. Sementara di
mana Irak menginvasi Kuwait yang berujung Australia, terdapat pula pemuda Muslim yang
pada penyerangan sekutu ke Irak, aksi berniat melakukan aksi bom bunuh diri di
kekerasan terhadap m inoritas M uslim di Lebanon pada 2002. Para pemuda tersebut
A u stralia pun te rja d i. K em udian, aksi merupakan bagian dari masyarakat Muslim

97
yang tidak menyetujui kebijakan luar negeri bendera Inggris di pojok kiri atas. Oleh sebab
Inggris dan Australia yang agresif terhadap itulah, hal ini dapat dipahami jika kebijakan
dunia Islam. Hal ini terutam a berkenaan luar negeri Australia cenderung “mengekor”
dengan keikutsertaan Inggris dan Australia pada kebijakan luar negeri Inggris.
bersama AS dalam serangan ke Afghanistan B egitu pula dalam hal kebijakan
dan Irak. politik Australia terhadap Islam, baik dalam
T atkala seran g an m ilite r ke skala makro (yaitu kebijakan luar negeri
Afghanistan diluncurkan, BBC melakukan mereka terhadap Dunia Islam) maupun dalam
polling pada November 2001 yang hasilnya skala mikro (yaitu kebijakan terhadap kaum
sekitar 80% Muslim Inggris memandang aksi minoritas muslim) cenderung mengikuti apa
m ilite r AS dan In g g ris tid a k dapat yang dilakukan Inggris. Setidaknya hal ini
dibenarkan. Sementara pada saat perang Irak, terlihat jelas dalam hal pandangan mereka
sekitar 66% Muslim Inggris menentang aksi atas m asalah Ira k , A fg h a n ista n , dan
militer ke Irak. Sikap Muslim Australia juga terorisme.
menentang keikutsertaan militer Australia Dari aspek historis, Islam masuk ke
dalam serangan ke Afghanistan dan Irak. kedua negara tersebut pada sekitar abad ke-
Menarik untuk dicermati pernyataan Aziza 18. Bedanya, jika di Inggris, kaum Muslim
Abdel Halim, Presiden Muslim Women ’s d id o m in asi p ara w arga k etu ru n an dari
National Netwprk Australia, yang kawasan Asia Selatan (India, Pakistan, dan
mengungkapkan bahwa banyaknya pemuda Bangladesh) yang pada awalnya masuk ke
Islam yang berpandangan radikal sebenarnya negara ini sebagai pekerja, sedangkan di
dampak kebijakan luar negeri A ustralia. A ustralia, sebagian besar kaum M uslim
Aziza menegaskan bahwa pandangan radikal berasal dari kawasan Afghanistan, Turki, dan
akan memudar bila pemerintah Australia dan Timur Tengah, khususnya Lebanon.
Barat (baca: Inggris dan AS) menarik mundur Hubungan antar-sesama kelompok
pasukannya dari Irak maupun Afghanistan Muslim baik di Inggris maupun di Australia,
sehingga serangan bom ke negara-negara secara umum tidak mengalami permasalahan.
Barat akan berkurang dengan sendirinya. M emang suatu kecenderungan pengelom­
Oleh karena itu, sudah saatnya pemerintah pokan atas dasar asal-usul (ras dan etnis) tetap
A u stra lia dan In g g ris m en g k aji ulang ada, namun ini tidak mengganggu interaksi
kebijakan luar negeri terhadap dunia Islam sosial di kalangan mereka. Di kedua negara
yang justru kontraproduktif. ini, sejumlah organisasi kaum muslim berdiri,
seperti Muslim Council ofBritain (MCB) dan
M in oritas M u slim di A u str a lia dan Muslim Association o f Britain (MAB) di
Inggris: Catatan Perbandingan Inggris atau Australian Federation o f Islamic
Council (AFIC) di Australia. Organisasi-
Australia dan Inggris merupakan dua organisasi ini memainkan peranan penting
negara yang didominasi kaum “kulit putih” dalam rangka memelihara hubungan baik
yang mengaku menganut sistem demokrasi (silaturahmi) di antara sesama komunitas
liberal, yang dalam hal ini kedua negara Muslim, serta dalam rangka memperjuang­
tersebut sam a-sam a m enerapkan sistem kan kepentingan kaum minoritas Muslim.
demokrasi parlem enter. A ustralia adalah Di In g g ris d an A u stra lia , p e r­
anggota Persemakmuran yang dipimpin oleh tumbuhan jumlah kaum Muslim tergolong
Ratu Inggris. Dengan kata lain, Australia cukup pesat. B ahkan di Ing g ris, Islam
berada “di bawah” kekuasaan Ratu Inggris. menjadi agama minoritas terbesar (dibanding
B ahkan, jik a k ita p e rh a tik a n b en d era agama Yahudi atau Hindu). Sementara di
A u stralia te rlih a t je la s adanya gam bar Australia, Islam merupakan agama minoritas

98

S
terbesar kedua (di baw ah agam a Hindu/ sebagian besar media massa di Inggris dan
Budha). Sebagai minoritas, kaum Muslim A u stralia dik u asai para p em ilik m odal
m en d ap atk an k e b eb a san dalam hal keturunan Yahudi.
menjalankan ibadah keagamaannya (salat, Dari sisi kebijakan resmi, penguasa
puasa maupun pergi haji), namun dalam hal sendiri m em ang sering kali menyatakan
hubungan dengan kaum non-M uslim bisa bahwa semua warga negara di sana, atas
dikatakan m engalam i fluktuasi. Secara nama demokrasi dan hak-hak asasi manusia,
umum, hubungan tersebut relatif cukup baik, diperlakukan secara sama, apa pun agama
nam un k a d an g k a la m uncul p erla k u an yang dianut oleh w arga negara mereka.
diskriminatif. Hal ini sekaligus membuktikan Dalam konteks pelaksanaan bidang hukum,
bahw a k en d ati In g g ris dan A u stra lia m isalnya, tid ak ja ra n g kaum m inoritas
mengklaim dirinya sebagai “penganut sistem M uslim m endapat perlakuan yang sama
demokrasi”, dalam realitasnya tidak semua dengan warga non-M uslim. Tidak jarang,
w arga n eg ara m erek a b e n a r-b e n a r dalam beberapa kasus soal jilbab, kaum
menampilkan diri sebagai “demokrat sejati”. minoritas Muslim memperoleh kemenangan
Di A u stra lia , kaum M uslim serin g di pengadilan.
m enghadapi k e su lita n k e tik a h en d ak Akan tetapi, sejak terjadinya kasus
m em bangun tem pat ibadah (khususnya seran g an te ro ris di A m erik a pad a 11
masjid). Septem ber 2001 (9/11), kecenderungan
Sikap negatif warga mayoritas non- perlakuan yang sangat diskriminatif tampak
Muslim terhadap kaum minoritas Muslim di ditujukan kepada kaum Muslim. Bahkan,
kedua negara ini, tidak lepas dari peranan beberapa saat setelah terjadinya kasus 9/11
media massa dalam membentuk opini yang (juga Bom Bali 2002 dan Bom London
dipenuhi prasangka negatif terhadap kaum 2005), sejum lah m asjid di Inggris dan
M uslim . D alam kasus Salm an Rushdie, A u stra lia d iru sa k atau d ib ak ar m assa.
penulis novel Ayat-Ayat Setan yang jelas-jelas Beberapa warga M uslim ju g a mengalami
menampilkan penghinaan terhadap Islam, nasib yang mengenaskan, karena dikeroyok
misalnya, media massa di Inggris— atas nama massa. Beberapa di antara mereka ada yang
“kebebasan berekspresi”— mengambil sikap sampai meninggal dunia. Hal ini sekaligus
yang merugikan kaum Muslim. Media juga m em buktikan bahw a “p erang m elaw an
hampir selalu menampilkan hal-hal yang terorisme” yang dikobarkan Amerika Serikat
negatif dalam pemberitaan mereka tentang di baw ah rezim G.W. B ush, m em baw a
dunia Islam , yang pada u jungnya ikut d am pak n e g a tif te rh a d a p n asib kaum
membentuk persepsi yang negatif dari kaum minoritas Muslim di negara-negara Barat,
n o n -M uslim te rh a d ap kaum m in o ritas termasuk di Inggris dan Australia.
Muslim. Hal ini dapat dimengerti mengingat

99

Anda mungkin juga menyukai