Anda di halaman 1dari 9

Resume Makalah Isu-Isu Global Dunia Islam

Blasphemy

Blasphemy secara bahasa adalah suatu tindak penghinaan atau pencelaan


atau yang lebih sering kita ketahui sebagai suatu penistaan, pelecehan yang
ditujukan kepada sesuatu yang di anggap sakral, baik secara agama ataupun
kebudayaan adat istiadat.

Para tokoh ilmuwan mendefinisikan kata blasphemy adalah suatu


tindakan, perilaku, pernyataan, tulisan yang dimana merupakan penghinaan yang
dimaksudkan untuk suatu hal yang berkaitan dengan agama, tuhan atau sesuatu
yang sangat diagung-agungkan

Kasus-kasus blasphemy atau penistaan ini sudah banyak terjadi di negara


mayoritas Muslim maupun minoritas, dilakukan secara menyindir, menghina,
bahkan melecehkan dengan menunjuk agama sebagai objeknya. dan masih banyak
lagi kasus penistaan agama yang lebih banyak di tujukan kepada agama islam.

Merujuk pada tindakan aktivitas pelecehan agama atau suatu penistaan


paham dan desakralisai dalam berbagai aspek, terutama yang ditujukan terhadap
agama Islam maupun umat Islam, kajian motif adanya gerakan blasphemy wajib
dianalisa sebagai penelusuran sebab dari motif adanya blasphemy tersebut.
Menurut pendapat para ulama bahwasanya, mereka orang-orang liberal sekuler
mendoktrin para pemeluk agama-agama atas dasar telah membatasi mereka dalam
berpendapat yang dimana menurut mereka agama adalah suatu hal yang
mengekang mereka dalam berbuat, berkata, dan pertingkah laku. Inti dari adanya
doktrin blasphemy terhadap berbagai aspek adalah terletak pada adanya kesalahan
pada worldview mereka yang anti agama, yang dimana hal ini banyak diamini
oleh barat yang memiliki pemahaman atas agama tersebut dijalankan berasaskan
pikiran mereka masing-masing.

Pemahaman atas kesalahan worldview oleh bangsa barat di era modern ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu adanya paham empirisme, pragmatism,
non-metafisis, desakralisasi, dichotomy, rasionalisme yang akhirnya melahirkan
paham sekularisme. Sedangkan bangsa Barat yang berada pada era Post-Modern
yakni nihilism, anti-otoritas, relativisme, persamaan/equaility, pluralisme, anti-
worldview dan liberalism, yang dimana semua paham ini menyebabkan ketidak
seimbangan mereka menilai sesuatu realitas dan ideology sehingga terjadi
permasalahan yang besar pada worldview mereka.

Sejarah mengatakan bahwa penyebab dari Barat menjadi penganut paham


sekuler-liberal dengan adanya dokrin trinitas pada teologi Kristen yang mereka
anut sebagai konsep trinitas atau tritunggal yang membingungkan mereka setelah
terjadinya konsili Nicea dan berbagai problem sejarah Kristen yang dimana
inkuisisi membuat mereka merasa tersiksa dengan penyiksaan yang tidak
manusiawi, kemudian peperangan antara protestan dan katholik, pembantaian
kaum protestan terutama kaum Calvinist oleh kaum katholik, serta perbedaan
aqidah dan keyakinan terhadap agama mereka sendiri.

Tindakan pelecehan, penistaan yang di lakukan oleh mayoritas anti agama,


umat Islam tidak tinggal diam atas perlakuan yang tidak semestinya di tujukan
terhadap umat Islam dan ajaran agama Islam. Dalam Q.S Al-Hujurat: ayat 1-2
yang memberikan penjelasan yang berkaitan dengan tanggapan bagi siapa saja
yang melakukan pelecehan dan penginaan terhadap nabi termasuk ancaman dan
hukuman bagi siapa saja yang melakukan suatu hal tersebut. Ada pula Tokoh
ilmuwan muslim Syaikhul Islam Ibn Taimiyah yang menuliskan kitab khusus
yang berjudul “as-Sharimul Maslul ‘ala Syatimir Rasul” (Pedang yang Terhunus
untuk Penghujat Rasulullah SAW).

Jika kita mengkaji tentang agama Islam, mereka yang mencari celah
kekurangan maupun keburukan yang ada pada agama Islam, mereka tidak pernah
menenukan hal itu semua. Karena Islam adalah agama yang paling sempurna yang
dimana umat Islam menjalankan syaria’at Islam sesuai dengan pedoman Al-
Qur’an dan Hadist. Dengan adanya kasus penistaan agama, pelecehan, dan lain
sebagainya yang dilakukan oleh mereka yang anti agama disebabkan oleh
worldview yang bermasalah terlebih lagi kurangnya kesadaran atas pengetahuan
tentang diri mereka sendiri sehingga mereka mencari celah untuk bisa melakukan
penistaan dan pelecehan terhadap agama.

Isu Radikalisme dan Terorisme terhadap Islam


Kata Radikalisme adalah suatu paham maupun aliran yang radikal dalam
suatu organisasi yang menginginkan suatu perubahan atau pembaharuan, dengan
kata lain radikalisme adalah suatu paham yang menginginkan suatu perubahan
dengan melakukan tindak kekerasan.

Sedangkan kata terorisme digunakan untuk menyatakan suatu tindak


kekerasan untuk menimbulkan suatu rasa takut terhadap sesuatu untuk mencapai
suatu tujuan, yang dalam hal ini untuk mengintimidasi sebuah pemerintahan untuk
mencapai suatu tujuan sosial maupun politik. Dengan kata lain, terorisme
merupakan suatu tindakan yang illegal yang meresahkan yang didalamnya
terdapat kekerasan, kebrutalan, bahkan pembunuhan yang bertujuan melemahkan
suatu otoritas pemerintah.

Kasus isu-isu radikalisme dan terorisme yang sering ditujukan terhadap


umat Islam yang belakangan ini marak terjadi menuai banyak penolakan serta
argument sebagai penolakan atas tuduhan isu tersebut. Beberapa tindak kerusuhan
dan kekerasan yang terjadi tidak lain dilatarbelakangi oleh sebuah peristiwa
memilukan yang terjadi di New York, Amerika Serikat (AS) 11 September 2001,
merupakan akar dari isu global yang kini mempengaruhi berbagai kebijakan
politik diseluruh negara didunia, dengan menyebarkan isu tersebut melalui
berbagai media sosial baik secara langsung atau tidak langsung.

Kasus isu radikalisme dan terorisme tersebut seringkali terjadi di negara


mayoritas islam seperti di Indonesia, yang diantaranya kasus bom bunuh diri,
tragedy bom Bali 1-2, kasus tragedy penngeboman Surabaya dan lain sebagainya
yang terbungkus dalam bingkai terorisme yang berimbas pada tuduhan terorisme
terhadap Islam lsehingga mempengaruhi persepsi islam sebagai titik tolak persepsi
terorisme. Kasus tersebut di anggap sebagai propaganda adanya suatu oerganisasi
Al-Qaeda lokal yang memiliki kemampuan untuk melakukan aksi teror di
Indonesia. Hal ini telah menjadikan ajaran Islam dan umat Islam secara
keseluruhan terutama di Indonesia sebagai pelaku dari tindakan terorisme
tersebut. Adanya isu tuduhan bahwa Islam sebagai pelaku radikalisme dan
terorisme adalah anggapan barat yaitu Islam sebagai ajaran agama yang
menghalalkan dan menebarkan terorisme, kekerasan, kerusuahan di mana-mana.
Tuduhan atas kasus isu bahwa islam adalah agama yang menebarkan
kerusuhan, kekerasan, dan pelaku dari tindakan terorisme menimbulkan berbagai
dampak maupun efek propaganda antiterorisme yang menempatkan islam dan
umatnya adalah pemicu timbulnya terorisme di berbagai belahan dunia, yang
sebenarnya islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi perdamaian,
ketenangan, keselamatan yang justru sangat mengharamkan terjadinya
kekerusakan bahkan kekerasan di muka bumi.

Isu yang beredar dengan mengatasnamakan Islam sebagai umat yang


paham radikalisme dan terorisme membuat para cendekiawan Muslim tidak diam
begitu saja, berbagai macam argumentasi dan tindakan aksi pembelaan bahwa
Islam adalah agama yang benar dan menolak adanya wacana terorisme tersebut.
Menurut Prof. Dr. Komarudin Hidayat, M.A. “teroris bukan hanya
menghancurkan akan tetapi jugmerenggut nyawa dan menyengsarakan banyak
orang, dan bagi pelaku aksi teror tersebut pantas untuk diadili dan mendapa
hukuman yang berat, dalam artian jikalau pelaku tersebut adalah penganut agama
Islam disini adalah yang menyalah artikan makna tafsir jihad dengan qital.
Beberapa tokoh cendekiawan Islam mengatakan bahwasanya aksi teror tersebut
terjadi dilandasi oelh dua faktor yakni, adanya kesalahan persepsi terhadap agama,
konflik global yang berasal dari Timur Tengah yang tersebar ke Indonesia.

Hal yang senada juga duingkapkan dengan pendapat Dr. Hamid Fahmy
Zarkasyi, M.A., M. Phil., mengatakan sangat tidak logis jika umat Islam, lembaga
Islam, dan semua gerakan umat Islam dianggap sebagai terorisme. Isu-isu yang
menunjuk Islam sebagai pelaku teror tersebut adalah dalih mereka untuk
mendangkalkan ajaran Islam, mengadu domba, dan untuk melemahkan negeri-
negeri Islam.

Selain dari berbagai argumentasi dari para cendekiawan muslim, Al-


Qur’an sudah lebih dulu menjawab terkait isu-isu tersebut, diantaranya Q.S. Al-
Baqarah ayat 190, Q.S Al-Anfal ayat 39, dan Q.S. Al-Hujurat ayat 6.

Untuk mengahadapi isu-isu tersebut terkait radikalisme dan terorisme


adakalanya kita sebagai umat Islam selain menolak tuduhan tersebut juga
menunjukkan sikap qudwah hasanah dalam kehidupan sehari-hari seperti
mewujudkan perdamaian dan keadilan di tengah-tengah polemic di masyarakat,
berjihad dengan berjuang sesuai ajaran Islam menebarkan kebaikan dengan
melalui pendidikan serta peran keluarga dan komunitas.

Islam Pop atau Islam Populer

Secara terminologi Islam popular adalah modal kultural yang hendak


diekspresikan oleh kaum Muslim kelas menengah dalam berhubungan sosial
dalam suatu komunitasnya. Modal Kultural tersebut merupakan bentuk komersial
maupun komodifikasi terhadap simbol-simbol keagamaan dalam suatu komunitas
Muslim. Islam pop yang ada sekarang ini sudah terbawa efek dan dampak
westernisasi.

Secara umum Islam pop terbagi menjadi beberapa aspek di bidang tertentu
diantaranya, Islam Pop dalam bidang fashion, makanan, ekonomi Islam, dan islam
pop dalam berbagai acara televise yang pastinya mempunyai dampak positif dan
negative bagi para pemirsanya.

Islam pop dalam bidang fashion yang kebanyakan ditujukan bagi kalangan
perempuan yang ditandai dengan pakaian yang sesuai dengan syari’at agama
islam, panjang dan menutup aurat, namun semakin berkembangnya zaman yang
kemudian pakaian tersebut dipadu dengan adanya berbagai macam hiasan, riasan
make up sebagai pemberi warna dan gaya yang lebih menarik perhatian yang
membuat pakaian ataupun busana tersebut tidak lagi sesuai dengan syari’at islam
yang sebenarnya.

Selanjutnya, berakaitan dengan Islam pop dalam bidang makanan, yaitu


dengan mengkonsumsi makanan yang halal, yang tidak diharamkan bagi umat
Islam untuk mengkonsumsinya. Perkembangan di era yang modern ini budaya
popular di bidang makanan dengan adanya pemberian label “Halal” yang menjadi
jaminan bahwa produk tersebut memiliki jaminan kesehatan yang baik serta layak
untuk dikonsumsi. Namun, berbeda dengan yang terjadi belakangan ini banyak
yang membuat atau sekedar memberikan tanda dengan label halal sebagai
formalitas. Dalam bidang ini yang perlu diperhatikan sebagai umat Islam adalah
dengan memastikan apakah makanan yang kita konsumsi itu adalah yang halal
ataukah haram. Karena dengan kita mengkonsumsi makanan yang halal yang
mendatangkan suatu keberkahan, dan jika sebaliknya yang mendatangkan
kerugian dan tidak adanya keberkahan atas aopa yang kita konsumsi.

Islam pop dalam bidang Islamic finance, atau ekonomi islam adalah suatu
yang dilatarbelakangi oleh 3 faktor, yaitu religious ideologis, empiris pragmatis,
serta akademik idealis. Tiga faktor tersebut merupakan latar belakang yang
bersifat fundamental yang berkaitan dengan ajaran Islam. Akan tetapi harus dikaji
lebih dalam lagi

Yang terakhir dari macam-macam islam pop yaitu dalam media atau acara
televisi, pemakalah membagi 3 klasifikasi dalam acara televisi yang sesuai dengan
ajaran islam seperti menyangkut tentang kontennya yang islami, mengikuti tren,
dan yang lebih terutama adalah dengan jalan yang benar. Acara televisi tersebut
yang menuai argument dan dampak termasuk didalamnya dampak negative dan
dampak positif. Film maupun acara di media televisi yang seharusnya adalah film
yang bernuansa ajakan sebagai sarana dalam berdakwah, dengan konten-konten
yang tidak berlawanan dengan syari’at Islam.

Islam popular sangat berpengaruh bila penyebarannya melalui media


massa karena media massa membawa pengaruh yang signifikan. Para ulama dan
tidak sedikit dari cendekiawan Muslim yang berdakwah melalui media massa,
meski media massa memiliki beberapa kultur yang berlawanan dengan nilai islam.

Mengkaji lebih lajut tentang Islam pop, now, and future yang sekarang ini
adalah dihadapkan pada kondisi masyarakat yang plural dan modernis, sehingga
adanya masyarakat Muslim kelas menengah perlu diadakannya sentuhan syari’at
pada kehidupan mereka yang hedonis.

Sebagai umat Islam, dalam menghadapi isu-isu perkembangan teknologi,


Islam popular dan berbagai istilah yang lain, adakalanya kita harus kembali pada
pemahaman maqashid syari’ah. Dengan baik dan benar. Maqashid syari’ah adalah
acuan dan barometer seorang Muslim dalam menghadapi arus perkembangan
zaman dan globalisasi.
Maqashid syariah bertujuan untuk memelihara kemashlahatan umat
manusia, sekaligus mengindari kerusakan di dunia maupun di akhirat. Dengan
merujuk kepada maqashid syariah yang terdiri dari Hifdz An-Nasl yakni
perlindungan keturunan, al-Aql sebagai perlindungan akal, al-‘ird perlinudngan
kehormatan, al-Din perlindungan agama, serta hifdz al-Mal perlindungan harta.
Dengan menjadikan maqashid syari’ah Islam sebagi rujukan kita dalam kehidupan
sehari-hari agar kita terhindar dari segala hal yeng bertolak belakang dengan
ajaran dan syari’at Islam.

Isu Pemilihan Pemimpin di Negara Minoritas Islam

Dalam suatu kehidupan bermasyarakat dan bernegara tentulah didalamnya


terdapat seorang pemimpin yang sangat berpengaruh bagi suatu daerah yang
dipimpinnya. Pemimpin merupakan orang yang sangat berperan besar terhadap
yang dipimpinnya. Dalam hal ini untuk menjadikan seseorang tersebut sebagai
pemimpin masyarakat dilakukan dengan mengadakan pemilihan pemimpin. Oleh
karena itu dalam hal memilih seorang pemimpin haruslah dengan cara yang benar
dan tidak ada unsur asal memilih, agar pemimpin yang terpilih tersebut
berkualitas dan dapat bertanggung jawab atas amanatnya tersebut.

Pemilihan yang dilakukuan oleh berbagai negara mempunyai cara yang


berbeda-beda, diantaranya melalui demokrasi yang dimana pemilihantersebut
melalui pemungutan suara terbanyak dan masyarakat yang memilihnya pun bebas
menentukan siapa pemimpin yangakan dipilihnya. Selain itu ada juga yang
menggunakan system pewarisan tahta dari suatu kerajaan atau disebut dengan
sistem monarki.

Isu-isu yang pemilihan pemimpin yang berada di negara minoritas Muslim


seperti di Israel menggunakan sistem demokrasi, inggris yang juga menggunakan
pemilihan dalam pemilihan pemimpinnya. Namun, sangat disayangkan pemilihan
pemimpin di negara minoritas Islam sering terjadi permasalahan yang lebih
beragam dan lebih kompleks. Dengan terpilihnya kempali Netanyahu sebagai
pemimpin negara Israel yang berkuasa dan membentuk koslisi dengan partai
lainnya.
Berbagai permasalahan yang terjadi atas dampak pemilihan pemimpin di
negara minoritas Islam dilatarbelakngi oleh tidak adanya peraturan maupun
landasan agama bagi mereka dalam pemilihan suatu pemimpin. Dimana agama
merupakan suatu pedoman hidup dalam menujukkan suatu kebenaran dan
kebaikan. Negara minoritas ini lebih mengutamakan kebebasan dan kekuasaan
tanpa berlandaskan pemahaman yang benra terhadap agama sehingga membawa
berbagai macam permasalahan yang ditimbulkan isu pemilihan pimimpin di
negara minoritas tersebut.

Isu Pemilihan Pemimpin di Negara Mayoritas Islam

Kepemimpinan merupakan sebuah amanat atas kepercayaan suatu


masyarakat kepada seorang pemimpin. Isu pemilihan pemimpin yang terjadi di
negara mayoritas beragama Islam diantaranya Indonesia, Brunei Darussalam,
Turki, dan berbagai negara mayoritsa Islam.

Di Indonesia pemilihan pemimpin dilakukan dengan sistem demokrasi


terpimpin, namun fakta yang terjadi tidak dengan demikian. Pemilihan pemimpin
yang terjadi di Indonesia masih banyak menimbulkan kontroversi dibeberapa
daerah yang dilandasi adanya konflik antar agama yang berujung pada
permasalahan pemilihan pemimpin. Indonesia juga merupakan negara yang
memiiki ragam budaya dan agama yang melahirkan adanya isu SARA.

Indonesia adalah negara yang memiliki banyak keragaman, dan juga


merupakan negara mayoritas Muslim yang walaupun Indonesia adalah negara
mayoritas tidak menutup kemungkinan Indonesia bukanlah negara Islam,
sehingga sulit untuk memasukkan syari’at Islam dalam perundang-undangan di
Indonesia. Dalam hal ini isu tersebut harus dibendung dengan megikuti pemilihan
pemimpin yang sesuai dengan syari’at Islam yang kemudian tidak ada celah bagi
yang non-muslim untuk menjadi seorang pemimpin di negara mayoritas Islam.

Isu-isu yang terjadi di pemilihan pemimpin di negara mayoritas Islam


tidak menutup kemungkinan menjadikan negara tersebut sebagai negara Islam dan
penegak syari’at Islam. Terjadi berbagai macam konflik dan kontroversi. Di
zaman kontemporer saat ini, isu-isu pemilihan pemimpin dan sistem pemerintahan
sangatlah berpengaruh dalam suatu negara, bahayanya lagi jika hal tersebut
termasuk dalam paham desakralisasi agama.

Sebagai penduduk dengan negara yang mayoritas umat Islam seharusnya


kita bijak dalam bersikap dan memilih. Menerima informasi dengan tidak
terpancing dengan isu-isu yang beredar, mampu membendung berbagai konflik
yang terjadi. Dalam hal ini juga seharusnya mampu memilih pemimpin yang tidak
dilatarbelakngi oleh otoritas kekuasaan saja, tetapi memilih seorang pemimpin
dilihat dari agamanya dan bagaimana seseorang tersebut mampu mengemban
amanat dan mampu menuntut rakyatnya untuk mencapai tujuan bersama. Karena
rusaknya suatu bangsa dan negara tergantung pada siapa pemimpinnya, dan
baiknya suatu bangsa dan negara tergantung pada siapa pemimpinnya.

Kritikan terhadap makalah yang membahas tentang isu-isu pemilihan


pemimpin di negara minoritas dan mayoritas masih membicarakan tentang
pemimpinnya bukan merujuk kepada pembahasan isu pemilihan, yang dimana isu
pemilihan tersebut beragam kasus polemik dan permasalahannya yang sangat
kompleks terutama di negara minoritas Islam. Sedangkan di negara mayoritas
seperti di Indonesia seharusnya kita seharusnya focus terhadap bagaimana sikap
kita dalam memilih pemimpin yang pantas sesuai dengan kriteria pemimpin dalam
agama Islam. Isu-isu yang beredar pun juga seharusnya kita telaah terlebih dahulu,
menerima informasi dengan jelas dan tidak termakan oleh isu-isu yang beredar
sehingga kita bisa menentukan pemimpin yang pantas dan sesuai dengan kriteria
pemimpin Islam.

Anda mungkin juga menyukai