Anda di halaman 1dari 8

Teorisme, Kekerasan dan Jihad Menurut Pandangan Islam

Abstrak

Sikap kurang baik apapun yang mengatasnamakan perintah agama, sesungguhnya butuh dikaji
ulang. Sehingga agama tidak senantiasa dijadikan dalih serta alibi buat menjadikan pihak lain
menderita. Kekerasan dalam sikap serta aksi mencerminkan kepercayaan serta sifat pelakunya.
Perihal ini timbul didasarkan uraian atas doktrin serta kepercayaan dalam diri. Perbandingan
metode pandang terhadap suatu tidak boleh jadi bawah sikap kekerasan, semacam halnya
terorisme. Sehingga kajian menimpa terorisme mengundang atensi bermacam golongan, baik
akademisi ataupun lembaga ataupun lembaga nasional ataupun internasional dengan mengkaji
dari bermacam berbagai aspek, ialah lewat aspek Teologi, Pandangan hidup, ataupun gerakan-
gerakan serta jaringannya. Hingga dikala ini terorisme jadi ancaman terhadap ketahanan serta
keamanan negeri serta pula membuat ketakutan di golongan warga. Disebabkan terorisme itu
timbulnya tiap kekerasan ataupun kehancuran di tiap tempat dengan terdapatnya kerugian tidak
saja harta barang apalagi nyawa manusia. Aksi terorisme di dunia serta di Indonesia dicoba oleh
mereka yang mengaku beragama Islam serta mengklaim kalau perbuatan mereka ialah bentuk
dari jihad fisabilillah. Apalagi Indonesia selaku Negeri yang kebanyakan penduduknya beragama
Islam serta selaku Negeri berpenduduk Islam terbanyak di dunia pula dituduh selaku sarang
terorisme. Realita di atas butuh menemukan atensi dari para pemuka ataupun tokoh agama Islam
supaya bisa membagikan uraian tentang terorisme serta jihad bagi agama Islam.

Kata Kunci : Terosisme, Jihad, Agama Islam

A. Latar Belakang

Berbicara masalah kekerasan atas nama agama tentunya tidak dapat dilepaskan dari fenomena
munculnya gerakan Islam garis keras. Terorisme, kekerasan, dan Jihad Menurut Pandangan
Islam merupakan judul yang sangat menarik untuk dikaji dan diteliti. Aksi Terorisme melahirkan
ketakutan di golongan warga dunia spesialnya warga Indonesia. Perdebatan menimpa definisi
terorisme tidak kunjung usai, sebab terdapatnya perbandingan penafsiran terorisme yang belum
lama ini berhubungan dengan mengatasnamakan keagamaan. Jadi stereotip pemikiran Barat,
kalau jihad fi Sabilillah merupakan perang suci (Holy War) buat memberitahukan agama Islam,
Islam disebar luaskan lewat ketajaman pedang. Sebutan the holy war itu sesungguhnya tidak
diketahui dalam perbendaharaan Islam Klasik. Ia berasal dari sejarah Eropa serta dipahami
selaku landasan sebab alasan- alasan keagamaan.1

Pemikiran Barat tersebut berikan corak kepada Islam selaku agama yang meyakini cara- cara
kekerasan serta bergerak dalam kehidupan serta landasan kekejaman buat menjauhkan manusia
dari kebebasan. Dari golongan Islam sendiri, beberapa orang mengartikan Jihad cuma dengan
satu arti, perjuangan senjata yang menawarkan alternativehidup mulia ataupun mati syahid (‘isy
karīman aw mut syahīdan). Untuk mereka perjuangan senjata ialah langkah utama serta awal,
sehingga opini yang tumbuh para pelaku jihad berhubungan dengan teroris. Maraknya aksi
terorisme sebagian waktu kemudian sudah memunculkan stigma untuk umat Islam khususnya di
Indonesia.

Betapa tidak, tidak hanya pelaku (teroris) beragama Islam, serta mereka juga mengklaim kalau
perbuatannya ialah bentuk dari jihad fisabilillah sesuatu perjuangan melawan ketidak adilan serta
penindasan yang dirasakan umat Islam oleh kekuatan asing (barat) spesialnya Amerika serta
sekutu- sekutunya dibeberapa bagian dunia semacam di Afganistan, Irak, serta Palestina.
Semenjak kejadian September 2001 yang menggemparkan dunia, di Amerika Serikat, terdapat
kecenderungan mereduksi penafsiran terorisme seakan identik dengan agama Islam.

Tiap orang yang menyebut katateroris, hingga yang terdapat di benak kita merupakan wujud
Osama bin Laden ataupun“ para teroris muslim" lainnya. 2 Indonesia selaku sesuatu negeri yang
penduduknya kebanyakan beragama Islam serta sekalian ialah negeri yang berpenduduk Islam
terbanyak di dunia sudah menemukan label selaku negeri sarangterorisme. Perihal ini
diakibatkan terbentuknya rentetan kejadian teror antara lain pemboman di Legian Kuta Bali yang
menelan korban ratusan orang wafat dunia. Kejadian ini mendesak dewan keamanan PBB

1
M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedia Al-Quran: Jihad dalam Ulumul Quran, no 7 vol II, 1990. h.57

2
Abdul Wahid dan Kawan-kawan, Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM, dan Hukum, Bandung; Refika Aditama, 2004
menghasilkan resolusi yang melaporkan kalau serbuan di Bali ini selaku ancaman untuk
perdamaian serta keamanan Internasional. Oleh karena itu, seluruh anggota PBB wajib bekerja
sama buat memerangi terorisme.3 Realitas menampilkan kalau pelakon terorisme di Indonesia
bukan cuma masyarakat negeri Indonesia, tetapi terdapat sebagian antara lain orang asing yang
dengan keahliannya merekrut pemuda- pemuda Indonesia buat meledakkan bom di tanah airnya
sendiri serta memunculkan korban yang tidak sedikit ialah saudara- saudaranya sendiri. Sebagian
pelaku kejadian peledakkan bom di tanah air kerap mengatasnamakan Islam, serta apalagi bawa
nama kelompok Islam tertentu.

Terlepas klaim itu benar ataupun salah, yang jelas aksi kekerasan itu tidaklah bentuk
implementasi ajaran Islam. Kebalikannya, sikap itu menyimpang jauh dari ajaran Islam itu
sendiri. Islam ialah agama rahmat buat segala alam semesta. Kepribadian bawah ini sepatutnya
jadi landasan untuk seluruh institusi yang menyandarkan garis perjuangannya pada Islam. 4
Bersumber pada penjelasan di atas merasa tertarik buat mengkaji masalah- masalah yang terpaut
dengan pemikiran Islam menimpa terorisme, kekerasan, serta jihad.

B. Rumusan Masalah

Diantaranya Rumusan yang menjadi masalah utamanya adalah sebagai berikut :

A. Bagaimanakah konsep jihad menurut agama Islam ?


B. Apakah teroris yang mengklaim tindakannya adalah jihad fisabilillah dapat dibenarkan
menurut ajaran agama Islam ?

C. Pembahasan
1. Terosisme Dalam Sejarah Peradaban Islam
Jauh saat sebelum opini dunia tentang“ Terorisme Islam” timbul kepermukaan, kita sempat
mendengar istilah“ Fundamentalisme Islam” dalam bahasa Arab,“ fundamentalisme” ataupun“
al- ushuliyyah” berarti“ mendasar ataupun berdisiplin dalam melaksanakan kewajiban agama”.
Dengan demikian,“ muslim fundamental” merupakan seseorang muslim yang sangat disiplin
dalam melaksanakan ajaran Islam, semacam shalat 5 waktu secara berjamaah serta menjauhi
3
S. Endriyono, Terorisme Ancaman Sepanjang Masa, Semarang; Media AgungPersada, 2005, halaman 35 .

4
Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Penerbit : Mizan dan Yayasan Ikhas, Bandung; 2006,halaman 189
suatu yang tidak jelas kehalalannya. Tercantum“ muslim fundamental” ini merupakan para“
zahid”, orang- orang yang melindungi diri serta agamanya serta pula para sufi. Dalam konteks
perngertian ini, umat Islam diserukan buat melakukan ajaran agamanya secara fundamental.

Sebaliknya“ radikalisme” dalam bahasa Arab diucap“ syiddah at-tanatu”. Maksudnya, keras,
eksklusif, beranggapan kecil, rigid, dan memonopoli kebenaran. Muslim radikal merupakan
orang Islam yang beranggapan kecil, kaku dalam menguasai Islam, dan bertabiat eksklusif dalam
memandang agama- agama lainnya.5 Dari penafsiran di atas nampak kalau fundamentalis Islam
ataupun muslim fundamental sangat disarankan dalam melaksanakan perintah- perintah agama
cocok dengan Al- Quran serta sunnah. Sebaliknya radikalisme berlawanan dengan ajaran agama
Islam yang menyarankan untuk pemeluknya buat berbuat baik kepada seluruh orang tanpa
memandang latar balik suku bangsa serta agama atau pluralisme).

Pada tahun 35 H, khalifah Usman Ibnu Affan terbunuh secara mengenaskan oleh sekelompok
umat Islam yang ekstrem. Kejadian ini setelah itu terulang pada masa khalifah Ali Ibnu Abi
Thalib yang pula terbunuh oleh golongan ekstrem dari umat Islam. Komunitas ekstrem tersebut,
sangat juga pada mulanya bernuansa politik, tumbuh jadi suatu pandangan hidup yang diketahui
dengan mengerti Khawarij. Hingga, gelombang umat Islam radikal yang tumbuh dikala ini
memanglah wajib diakui eksistensinya. Mereka sesungguhnya terbawa- bawa pada pola- pola
khawarij pada masa periode dini sejarah umat Islam. 6 Gelombang revivalisme (kebangkitan)
Islam di timur tengah timbul pada dekade ke 7 abad ke 20 Meter.

Kurun waktu yang bersamaan dengan momentum abad baru hijriah, abad ke 15. Suatu
momentum yang terpaut dengan keyakinan umat Islam, kalau tiap abad baru hendak melahirkan
seseorang pembaharu( mujadid) kepercayaan umat serta revisi keadaan komunitas umat Islam.
Semenjak dekade inilah gerakan- gerakan Islam terletak di panggung utama, dari Malaysia
hingga Senegal, dari Soviet ataupun Rusia hingga daerah- daerah pinggiran di Eropa yangdihuni
oleh para imigran.7

5
Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Penerbit : Mizan dan Yayasan Ikhas, Bandung; 2006,halaman 100
6
Ibid
7
M. Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal, Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah Ke Indonesia, Penerbit : Erlangga,
Jakarta; 2005, halaman 1
Fenomena gerakan terorisme di Indonesia tidak terlepas darihadirnya kelompok- kelompok
radikal dalam Islam yang merasakan ketidakadilan terhadap umat Islam oleh barat paling utama
Amerika dansekutu- sekutunya baik dalam bidang politik, ekonomi, ataupun budaya. Dominasi
barat terhadap negara- negara Islam dialami selaku upayauntuk melemahkan kekuatan Islam
secara merata. Secara politis aksi terorisme pada dasarnya lebih diakibatkan oleh ketidakadilan,
imperialisme, serta kolonialisme yang sudah lama terjalin serta terus pengaruh dalam dunia
Islam. Oleh sebab itu, secara teoritis bisa dikatakan sepanjang ketimpangan- ketimpangan serta
pelanggaran HAM masih terjalin respon yang berbentuk terorisme hendak senantiasa
bermunculan. Hingga, butuh terdapatnya upaya yang bertabiat terpadu, merata, serta
berkepanjangan dari bermacam elemen serta bangsa- bangsa di dunia atasdasar persamaan
ataupun kesetaraan.
2. Konsep Jihad Dalam Pandangan Islam
Jihad bagi agama Islam merupakan selaku penyempurnaan segenap ibadah, sebab jihad seperti
itu tiang ibadat selaku perwujudan daricinta kasih kepada Allah seseorang hamba rela merelakan
jiwa serta raganyaserta harta bendanya dalam perjuangan. 8 Perjuangan diartikan adalahuntuk
mewujudkan perdamaian, keadilan, serta kehormatan atas dasar nilai- nilai kemanusiaan.
Terorisme selaku kekerasan politik sepenuhnya bertentangan dengan etos kemanusiaan. Agama
Islam menganjarkan etos kemanusiaan yang sangatmenekankan kemanusiaan umum. Islam
menyarankan umatnya untuk berjuang mewujudkan perdamaian, keadilan, serta kehormatan,
akan tetapi, perjuangan itu tidak wajib dicoba dengan cara- cara kekerasan atau terorisme.
Dengan kata lain, buat menggapai sesuatu tujuan yang baiksekali juga Islam tidak
memperkenankan menghalalkan seluruh metode terlebih cara- cara kekerasan.

Bagi Quraish Shihab, kata Jihad terulang dalam Al- Quransebanyak 41 kali dengan bermacam
wujudnya. Kata jihad terambil darikata“ jahd” yang berarti“ lelah/ sukar”. Jihad memanglah
susah serta menimbulkan keletihan. Terdapat pula yang berkomentar kalau jihad berasaldari
pangkal kata“ juhd” yang berarti“ keahlian”. Ini sebab jihad menuntut keahlian, serta wajib
dicoba sebesar keahlian. Dari kata yang sama tersusun perkataan“ jahidah bir- rajul” yang

8
HAMKA, Falsafah Hidup, Jakarta; Jaya Murni, 1970, halaman 290
maksudnya“ seorang lagi hadapi tes”. Nampak kalau kata ini memiliki arti tes serta cobaan,
perihal yang normal sebab jihad memanglah ialah tes dancobaan untuk mutu seorang.9

Jihad pula memiliki makna “keahlian” yang menuntut si mujahid menghasilkan seluruh energi
serta kemampuannya demi menggapai tujuan. Sebab itu, jihad merupakan pengorbanan, serta
dengan demikian si mujahid tidak menuntut ataupun mengambil, namun berikan seluruh yang
dimilikinya. Kala berikan, ia tidak menyudahi saat sebelum tujuannya tercapai atau yang
dimilikinya habis.10 Said Aqil Siraj berkata kalau,“ Tema jihad itu sendiri berasal dari kata“
jahada”, berarti usaha ataupun upaya. Derivasinya, jahada, yajhadu, jihad, serta mujahada.
Hingga, membicarakan jihad berarti membicarakan pula derivasi ataupun mustaqqatnya, ialah
istihad serta mujahada berasal dari satu pangkal kata yang bermakna intensitas serta
kesungguhan.11 Perbandingan antara 3 kata tersebut terletak pada daerah ataupun tujuannya.

Jihad terletak pada daerah intensitas ataupun usaha yangsungguh- sungguh secara raga ataupun
non raga, istihad berupaya membangun sisi intelektualitas dalam membongkar perkara umat,
sebaliknya mujahada upaya bersungguh-sungguh membangun spiritualitas orang dalam upaya
mendekatkan diri kepada Allah SWT guna menggapai tingkatan“ insan kamil”. Dari ke 3 kata
tersebut, nyatanya kata jihad menemukan atensi lebih dibanding 2 kata yang lain. Cuma saja,
pengetahuan yang terbatas hendak rujukan Islam menyebabkan tema jihad dimengerti selaku
suatu gerakan raga yang berkonotasi kekerasan, kekejaman, kebrutalan, serta apalagi
pertumpahan darah. Trend pemaknaan jihad semacam ini kian diperparah dengankemunculan
sebagian kejadian kemanusiaan yang diklaim selaku akibat gerakan“ Islam garis keras”. Opini
dunia juga menuju kepada Islam. Islam selaku agama rahmatan lil‘ alamin, agama penabur kasih
bagiseluruh alam, lagi- lagi jadi tergugat.12 Kekeliruan dalam menafsirkan kata jihad tersebut
berdampak munculnya bermacam opini negatif terhadap agama Islam, sebab seakan- akan Islam
mengarahkan ataupun menyarankan untuk pemeluknya buat menuntaskan permasalahan dengan

9
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhui Atas PelbagaiPersoalan Umat, Penerbit : Mizan, Bandung; 1996,
halaman 501
10
Ibid
11
Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Penerbit : Mizan dan Yayasan Khas, Bandung; 2006, halaman 106

12
Ibid
cara- cara kekerasan ataupun teror. Opini demikian wajib diduga oleh umat Islam dengan metode
melaksanakan kebajikan- kebajikan yang diperintahkan Allah buat kemasalatan umat manusia di
segala dunia.

D. Kesimpulan
Terorisme merupakan perbuatan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kehidupan manusia,
munculnya gerakan-gerakan terorisme akibat dariketidak adilan yang dirasakan oleh sebahagiaan
masyarakat dan juga minimnyapemahaman terhadap nash-nash kitab suci yang menjadi landasan
hukum-hukum dalam beragama. Kemudian organisasi-organisasi terorisme yangberkembang
secara massif dilatarbelakangi dari kepentingan kelompok tertentumaupun legalisasi negara-
negara super power seperti Amerika Serikat untuk melebarkan sayap kekuasaannya atau
kepentingan ekonominya. Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi perhatian dunia
denganmaraknya kasus terorisme, dan para teroris mengkader orang-orang yang militant untuk
dijadikan target dalam rangka memuluskan keinginan dan tujuan mereka. Dengan
mengatasnamakan jihad mereka membungkus rencana jahat mereka.Ajaran Agama manapun
khusunya Islam tidak membenarkan perbuatan terorisme dengan dalih apapun. Agama hanya
sebagai tameng untuk melancarkan rencana dan perilaku terorisme sehingga setiap perekrutan
anggotateroris didasari dengan doktrin keagamaan yang dapat menjadikan merekayakin dan
percaya bahwa perbuatan mereka adalah misi suci yang dapat menghantarkan mereka kepada
Ridho Tuhannya.

Daftar Pustaka

Ad-Daqas, Kamil Salamah. Ayatul Jihād fī al-Quran al-Karīm, Kuwait: Dar al-Bayan, 1972.

Wahid, Abdul dan kawan-kawan, 2004, Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM, dan
Hukum, Bandung : Rafika Aditama.

HAMKA, 1970, Falsafah Hidup,  Jakarta : Djaja Murrni

Mulyadi, Lilik, 2007, Peradilan Bom Bali, Jakarta : Djambatan


Rahmat, M. Imdadun, 2005, ARUS BARU ISLAM RADIKAL Transmisi Revivalisme Islam Timur
Tengah Ke Indonesia, Jakarta :
Erlangga

Shihab, M. Quraish, 1996, Wawasan AL-Qur’an Tafsir Maudhui atas Pelbagai Persoalan


Umat, Bandung : Mizan

Siroj, Said Aqil, 2006, Tasawuf Sebagai Krirtik Sosial, Bandung : Mizan dan Yayasan Khas

Anda mungkin juga menyukai