Anda di halaman 1dari 13

MENGAGAS ISLAM HUMANIS; UPAYA MEMBUMIKAN

PESAN MORAL AL-QUR’AN DI TENGAH ISU ISLAM


FUNDAMENTALIS DAN ISLAM RADIKALIS DALAM
KONTEKS NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas dan Persyaratan
Musabaqah Menulis Ilmu Qur’an (MMQ)

Oleh :
Peserta 905

MUSABAQAH MAKALAH QUR’AN


KABUPATEN KUTAI TIMUR
TAHUN 2018
I. PENDAHULUAN
Dalam sejarah Islam, munculnya gerakan-gerakan yang bersifat keras
bukanlah fenomena yang baru, melainkan telah ada sejak zaman Rasulullah
saw. Dalam hal ini, radikalisme yang terjadi dan berkembang, mendorong
munculnya paham terorisme.
Adalah Dzil Khuwaisir, sosok yang dikisahkan dalam sejarah Islam,
seseorang yang memulai tindakan radikalisme. Ketika Rasulullah saw. usai
memenangi sebuah peperangan, kemudian membagi harta rampasan perang
dan hanya diberikan kepada kelompok muallaf dan ia tidak mendapatkan
bagian. Sikap Rasulullah saw. yang demikian itu mendapat perlawanan dari
Dzil Khuwaisir, seorang dengan penampilan kurus berpakaian jubah
cingkrang dan berkata agar Rasulullah saw. membagi harta rampasan perang
dengan adil. Ketika yang bersangkutan pergi, Rasulullah saw. berkata bahwa
suatu ketika dari ummatku akan muncul kelompok seperti orang yang baru
saja menemui Saya, hapal al-Quran akan tetapi tidak memahami isinya.
Prediksi Rasulullah saw. ternyata betul-betul terbukti pada pemerintahan
Khalifah Ali bin Abi Thalib, yakni peristiwa pembunuhan kepada Ali bin Abi
Tholib dan pelakunya dalam kesehariannya ahli puasa, hapal quran dan
berasal dari kelompok khawarij.1
Seiring perkembangan zaman, persoalan dan isu radikalisme agama
semakin menguat dan menjadi tantangan serius bagi semua pihak, baik di
tingkat nasional maupun internasional. Pandangan bahwa Islam adalah agama
yang radikal mulai gencar dikoarkan oleh berbagai pihak. Propaganda media
pun turut andil membangun citra Islam menjadi buruk. Padahal, labelling
“Islam radikal” yang oleh sebagian pihak disuarakan, tidak sejalan dengan
kenyataan yang sebenarnya. Banyak oknum tertentu yang dengan lantang
menyudutkan Islam sebagai agama garis keras berdasarkan beberapa kasus
yang terjadi. Seperti kasus beberapa bom bunuh diri, yang disinyalir
dilakukan oleh seorang Muslim dan korbannya adalah Non Muslim yang
pada akhirnya membuat oknum tertentu memberikan kesimpulan sepihak

1
Mukafi, NU Online, (Senin, 02 April 2012)
bahwa Islam adalah agama yang radikal. Tak hanya Islam yang radikal, Islam
yang identik dengan terorisme pun menjadi ciri khas tertentu bagi banyak
orang yang kurang ilmu agama dan juga bagi orang Barat saat setiap kali
mereka melihat seorang Muslim. Pergulatan pemikiran yang tambal sulam
tersebut, menjadi bukti bahwa kelemahan manusia adalah memiliki sudut
pandang yang terbatas.
Dengan munculnya citra buruk Islam yang telah mendunia ini, perlu
adanya upaya-upaya tertentu yang dilakukan oleh umat Islam sendiri, agar
citra Islam yang Rahmatan lil ‘alamin tersebar dan dapat dirasakan oleh
seluruh dunia. Peran keluarga ideal juga sangat penting dan berpengaruh bagi
tumbuh kembang generasi dalam membangun ketahanan nasional, agar tidak
ada lagi Muslim yang melakukan hal-hal yang betentangan dengan syariat
Islam, sehingga mengakibatkan citra Islam lah yang menjadi buruk.
Berangkat dari persoalan di atas, maka Penulis mencoba menelusuri
dan memaparkan tentang radikalisme serta terorisme yang berkembang,
beserta solusi untuk mempertahankan ketahanan nasional dalam sebuah karya
tulis yang berjudul Islam di Tengah Isu-Isu Radikalisme dan Terorisme.
Dalam makalah ini, penulis memaparkan tentang pengertian dari
radikalisme dan terorisme itu sendiri, kemudian isu apa saja yang terjadi di
tengah umat Islam mengenai radikalisme dan terorisme tersebut, serta solusi
apa saja yang dapat dilakukan oleh sebuah keluarga dalam hal penguatan
untuk ketahanan nasional.

II. RUMUSAN MASALAH


Berangkat dari persoalan-persoalan di atas, maka makalah ini
memfokuskan masalah sebagai berikut:
1. Isu-isu apa saja yang muncul mengenai radikalisme dan terorisme di
tengah umat Islam?
2. Solusi apa saja yang dapat dilakukan oleh sebuah keluarga sebagai
penguatan dalam mempertahankan ketahanan nasional? (seuaikan dengan
judul)
III. PESAN MORAL AL-QUR’AN DALAM MEWUJUDKAN ISLAM
HUMANIS
A. Definisi Islam Fundamentalis dan Islam Radikalis
Dilihat dari asal katanya, kata ‘radikal’ diambil dari bahasa latin, yaitu
radix yang artinya akar. Sejalan dengan hal ini, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata ‘Radikalisme’ diambil dari kata dasar ‘radikal’
yang berarti sesuatu yang mendasar (sampai kepada hal yang prinsip);
amat keras menuntut perubahan; maju dalam berpikir atau bertindak. 2
Berdasarkan pegertian radikal di atas, maka kata ‘radikal’ sebenarnya
bemakna positif, yang menunjukkan sesuatu yang sifatnya brpegang
teguh pada prinsip. Namun, belakangan istilah ini berubah konotasinya
menjadi negatif karena sering dikaitkan dengan hal-hal negatif pula.
Peran media yang sering mengait-eratkan istilah radikal dengan berita-
berita kekerasan atau kejahatan menjadi hal yang paling berpengaruh
dalam merubah konotasi ‘radikal’ menjadi negatif di mata masyarakat.
Sedangkan istilah “radikalisme” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti paham atau aliran yang radikal dalam politik; paham atau aliran
yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik
dengan cara kekerasan atau drastis; sikap ekstrem dalam politik.3
Sementara itu, selain ‘radikalisme’ yang sering dikaitkan dengan
Islam yang identik penuh dengan kekerasan, istilah ‘terorisme’ juga
semakin mencuat ke permukaan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata ‘terorisme diambil dari kata dasar ‘teror’, yakni
merupakan usaha menciptakan ketakutan, kengerian dan kekejaman oleh
seseorang atau golongan. 4 Kemudian, terorisme berarti penggunaan
kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan

2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia Edisi etiga, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2015). Hlm. 919
3
Ibid, hlm. 919
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia Edisi etiga, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2015). Hlm. 1185
(terutama tujuan politik); praktik tindakan teror.5 Sedangkan, seseorang
atau sekelompok orang yang melakukan tindakan teror disebut teroris.

B. Isu-isu Islam Fundamentalis dan Islam Radikalis Bertentangan


dengan Pesan Moral al-Qur’an
1. Isu Radikalisme
Munculnya gerakan keagamaan yang bersifat ‘radikal’ mrupakan
fenomena penting yang turut mewarnai citra Islam kontemporer
Indonesia. Seperti pada bulan Ramadhan beberapa tahun lalu, Front
Pembela Islam (FPI) bergerak untuk menutup tempat-tempat yang
mereka anggap sebagai sarang maksiat. Tidak saja dengan melakukan
demonstrasi besar-besaran di depan tempat-tempat itu, FPI juga dalam
beberapa kesempatan menggunakan cara yang boleh dikatakan keras,
seperti menghancurkan tempat-tempat itu untuk menunjukkan sikap
penolakan mereka. Selain itu, kelompok Islam ‘radikal’ lain seperti
KISDI juga aktif berdemonstrasi untuk menyuarakan aspirasi-aspirasi
mereka terhadap penerapan syariat Islam di Indonesia. Karena itu,
tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan Islam ‘radikal’ memiliki tempat
tersendiri dalam diskursus kehidupan sosial politik dan keagamaan
kontemporer yang harus dilihat secara proporsional.6
Istilah Islam ‘radikal’ sebagai sebuah kesatuan dalam berbagai
fenomena sosial dan keagamaan kelompok-kelompok Muslim yang
sedemikian kompleks, barangkali lebih tepat dipergunakan di sini
sebagai sebuah titik tolak ketimbang sebagai sebuah penjulukan,
labelisasi ataupun penyebutan yang mapan dan tidak berubah terhadap
fenomena tersebut.7

5
Ibid, hlm. 1185
6
Jamhari, Jajang, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004). Hlm. 1
7
Ibid, hlm. 2
2. Isu Terorisme
Tindakan ‘terorisme’ bukanlah hal baru dalam sejarah Islam, sejak
zaman Rasulullah saw. tindakan ini telah terjadi. Namun, di dunia
Internasional, istilah ini mencuat ke permukaan saat terjadinya
pengeboman gedung World Trade Center di New York, AS yang saat
8
ini lebih dikenal dengan peristiwa 11 September 2001. Ialah
organisasi teroris al-Qaeda yang didirikan dan dipimpin oleh Osama
Bin Laden yang berasal dari Arab Saudi yang melakukan serangan
bom tersebut. Pada saat Osama Bin Laden berstatus sebagai
mahasiswa, ia mulai bersemangat mempelajari agama Islam dan
menjadi pendukung kuat penerapan hukum Islam. Semangat Osama
mempelajari Islam semakin kuat pada Desember 1979 ketika Uni
Soviet menginvasi Afghanistan. Osama memiliki pandangan
sederhana mengenai dunia yaitu “perjuangan membela kebenaran
agama Islam melawan negara-negara Barat”.9
Sementara itu, di ranah nasional gerakan “terorisme” dikenal
melalui beberapa kasus pengeboman yang terjadi di Indonesia. Sejak
peristiwa 11 September 2001, aktivitas teroris di Indonesia meningkat
pesat. Kelompok teroris yang saat ini aktif beroperasi di Indonesia
secara umum merupakan bagian dari Jamaah Islamiyah, yang
walaupun saat ini sudah melemah, namun masih menjadi ancaman
keamanan nasional. 10 Kelompok teroris pimpinan Noordin M Top
merupakan kelompok teroris dari Jamaah Islamiyah. Kelompok ini
mengadopsi ideologi al-Qaeda, yang menjadikan kaum kafir jauh (AS
dan sekutunya) sebagai musuh utama yang harus diperangi. Tujuan
perjuangan kelompok teroris Noordin M Top adalah untuk menyerang
kepentingan Amerika Serikat dan sekutunya di Indonesia. Mulanya,

8
Sukawarsni, Djelantik, Terorisme, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010),
hlm. 40
9
Ibid, hlm. 45
10
Sukawarsni, Djelantik, Terorisme, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010),
hlm.75
anggota kelompok teroris Noordin M Top berasal dari Jamaah
Islamiyah, namun pada perkembangannya, karena Noordin kesulitan
mendapatkan anggota dari Jamaah Islamiyah, para anggota baru
direkrut dari kelompok Islam radikal lain, yaitu KOMPAK dan Darul
Islam. 11 Kelompok teroris Noordin menggunakan cara bom bunuh
diri. Pendanaan operasi-operasi terorisme kelompok Noordin berasal
dari al-Qaeda, yang disalurkan kepada kelompok melalui Hambali.
Hingga 2009, kelompok teroris ini telah melakukan tiga aksi
pengeboman. Pertama, pengeboman hotel JW Marriot di Jakarta pada
5 Agustus 2003 yang menewaskan 12 orang dan melukai 150 orang.
Aksi kedua, pengeboman terhadap Kedubes Australia yang dilakukan
pada 9 September 2004 di Jakarta menggunakan sebuah mobil yang
diledakkan di depan Kedubes Austalia.12 Ketiga, bom Bali II pada 1
Oktober 2005, yang sasarannya dua lokasi yakni Raja’s Cafe di Kuta
dan Cafe Nyoman di Jimbaran dengan korban sedikitnya 20 orang
yakni 15 orang WNI, empat lainnya warga negara Australia dan satu
warga negara Jepang. Saat ini kelompok teroris Noordin M Top mulai
melemah akibat penangkapan besar-besaran oleh pihak kepolisian.13
Itulah beberapa isu-isu yang terjadi mengenai radikalisme dan
terorisme baik di ranah nasional maupun internasional. Kelompok-
kelompok dengan paham radikalisme dan terorisme tersebut, didasari
oleh pemahaman keliru terhadap ayat al-Qur’an secara tekstual.
Apalagi, ayat tersebut tidak sempurna, sehingga dapat mengakibatkan
seseorang melakukan aksi kekerasan terhadap warga sipil non
Muslim. Salah satu contoh ayat al-Qur’an yang selalu digunakan oleh
aktivis Muslim yang radikal (perintah membunuh dan memerangi
orang kafir) adalah Q.S At-taubah: 36 yaitu:
  
 

11
Ibid, hlm. 76
12
Ibid, hlm. 78
13
Ibid, hlm. 79
  

  
Dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka
pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah
beserta orang-orang yang bertakwa.14

Salah satu potongan ayat al-Qur’an di atas, jika dibaca sepotong-


sepotong, maka dengan mudah dapat dipahami bahwa al-Qur’an
memerintahkan umat Islam untuk membunuh orang-orang kafir (non
Muslim) dimana saja mereka berada dan siapapun mereka yang tidak
terbatas jenis kelamin dan umur. Seandainya perintah al-qur’an ini
tidak dilaksanakan, maka akan berdosalah seorang Muslim tersebut,
sama seperti seseorang yang tidak melaksanakan sholat.
Hampir kebanyakan ayat al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. ada sebab-musabab dari peristiwa yang terjadi pada
waktu itu, yang kemudian ayat al-Qur’an diturunkan sebagai solusi
atas permasalahan yang timbul. Demikian juga ayat al-Qur’an di atas
tidak sempurna dan diantaranya pula ada hubungan cerita dengan ayat
yang sebelumnya atau sesudahnya. Kesimpulan dari ayat di atas
adalah bahwa ayat itu berlaku di medan pertempuran, sebagai
pengarahan kepada pejuang Islam di medan pertempuran yang
menghadapi pasukan bersenjata musuh. Ayat tersebut bukan perintah
secara umum pembunuhan terhadap siapa saja yang non-Muslim.15

C. Peran Islam dalam Menjaga dan Mempertahankan Ketahanan


Nasional
Dalam segala sisi permasalahan yang menimpa umat, hanya ada satu
solusi bagi segala kesulitan, baik kesulitan sosial, ekonomi, politik,

14
Nandang, Burhanuddin, Mushaf Al-Burhan Edisi Wanita Tajwid (Bandung: Media
Fitrah Rabbani, 2011), hlm. 187
15
Sukawarsni, Djelantik, Terorisme, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010),
hlm.119
militer, pemikiran maupun moral. Solusi itu adalah solusi Islam. Solusi
dan konsep Islam inilah yang akan menyelamatkan umat dari kekacauan,
keterpurukan dan kehinaan. Solusi Islam membentuk masyarakat Islam
yang dikendalikan oleh aqidah, pemahaman, syiar, akhlaq dan
perundang-undangan Islam.16
1. Mewujudkan Stabilitas dan ketenangan
Pada saat ini, banyak yang menggambarkan dan mengklaim Islam
sebagai ancaman terhadap keselamatan dan ketenangan dunia.
Sedangkan kewajiban jihad yang diperintahkan dalam al-Qur’an pun
dalam pandangan mereka mengharuskan umat Islam untuk melakukan
tindakan terorisme dan radikalisme. Untuk itu, termasuk dalam
keutamaan solusi Islam adalah mewujudkan stabilitas dan ketenangan
bagi masyarakat. Islam akan mendorong kehidupan yang lebih baik
dan tidak terguncang, sebab ia adalah buatan Allah dan merupakan
wahyu dari-Nya.
Fakta-fakta kekerasan, tindakan terosisme dan hal-hal
mengganggu lainnya yang terbukti dilakukan oleh seorang atau
sekelompok Muslim merupakan bentuk perwujudan konsep jihad
yang salah. Syariat Islam tentang jihad adalah syariat yang adil, penuh
kasih sayang dan nilai-nilai kebaikan. Peperangan di dalam Islam
dibingkai dengan prinsip-prinsip akhlak dalam setiap dimensi. Syariat
Islam tidak memerintahkan membunuh kecuali kepada orang yang
ikut berperang saja dan tidak menghunuskan pedang kecuali kepada
orang atau sekelompok yang menyatakan perang.
Islam sangat mengajarkan perihal perdamaian, bahkan adanya
peperangan di zaman Rasulullah saw. dilakukan dengan tujuan
perdamaian. Perdamaian adalah bagian dari tujuan mewujudkan Islam
Rahmatan lil ‘alamin yang ingin diwujudkan di muka bumi.

16
Yusuf, Al-qaradhawi, Konsep Islam Solusi Utama bagi Umat, (Jakarta Selatan: Senayan
Abadi Publishing, 2004), hlm. 59
Sebagaimana Firman Allah yang dituangkan dalam al-Qur’an tentang
larangan membunuh seseorang yang tidak bersalah berikut ini:
    
    
    
   
   
  
.... .........
Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah
membunuh manusia seluruhnya dan Barangsiapa yang
memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia
telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (Q.S At-
taubah:32)17

Dimana tafsiran ayat di atas adalah bukan mengenai Bani Israil


saja, tetapi juga mengenai manusia seluruhnya. Allah memandang
bahwa membunuh seseorang itu adalah sebagai membunuh manusia
seluruhnya, karena seorang itu adalah anggota masyarakat dan
karena membunuh seseorang berarti juga membunuh
keturunannya. 18 Oleh karena itu, segala tindakan kekerasan seperti
radikalisme, terorisme dan lain-lain bukanlah perintah dalam Islam,
justru Islam sangat mengajarkan perdamaian dan memerintahkan
untuk menciptakan ketenangan termasuk terhadap kaum kafir.

17
Nandang, Burhanuddin, Mushaf Al-Burhan Edisi Wanita Tajwid (Bandung: Media
Fitrah Rabbani, 2011), hlm. 113
18
Tafsir al’Qur’an............
IV. SIMPULAN
Berdasarkan pemaparan dan penjelasan di atas mengenai Islam di tengah
isu-isu radikalisme dan terorisme serta perwujudan keluarga Islami dalam
menangkal pemahaman radikal dan terorisme, maka dapat ditarik kesimpulan:
1. Bahwa isu-isu radikalisme yang terjadi adalah seperti pergerakan FPI
yang melakukan tindakan yang keras dalam membasmi kemaksiatan yang
terjadi di sekitar, dengan merusak tempat-tempat maksiat seperti tempat
penjualan miras, juga seperti kelompok Islam ‘radikal’ lain yakni KISDI
yang juga aktif berdemonstrasi untuk menyuarakan aspirasi-aspirasi
mereka terhadap penerapan syariat Islam di Indonesia. Juga isu
radikalisme yang dilakukan oleh Noordin M. Top selaku anggota dari
Jamaah Islamiyah yang melakukan beberapa kasus pengeboman dan
memakan cukup banyak korban.
2. Bahwa dengan adanya kasus-kasus radikalisme dan terorisme yang telah
merusak citra Islam yang rahmatan lil ‘alamin menjadi buruk, perlu
adanya peran keluarga Islami dalam mempertahankan ketahanan nasional.
Untuk itu, perlu adanya tindakan dalam mewujudkan keluarga islami
yang menerapkan konsep Islam secara benar, memberikan pengajaran dan
melakukan pengalaman tentang nilai-nilai keislaman yang sesuai dengan
syariat Islam, serta penanaman mindset bagi setiap anggota keluarga
tentang sikap nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air. Sehingga,
apabila telah menjalankan nila-nilai keislaman, serta menumbuhkan sikap
cinta tanah air, setiap anggota keluarga akan memiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi untuk menjaga tanah air dari tindakan radikalisme dan
terorisme serta menciptakan kedamaian, ketentraman dan kesejahteraan
bagi negara.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia Edisi etiga,


Jakarta: Balai Pustaka, 2015

Hadits........

Jamhari, Jajang, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2004

Mukafi, NU Online, Senin, 02 April 2012

Nandang, Burhanuddin, Mushaf Al-Burhan Edisi Wanita Tajwid Bandung: Media


Fitrah Rabbani, 2011

Sukawarsni, Djelantik, Terorisme, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,


2010

Tafsir al’Qur’an............

Yusuf, Al-qaradhawi, Konsep Islam Solusi Utama bagi Umat, Jakarta Selatan:
Senayan Abadi Publishing, 2004
Catatan:

1. Belum menampakkan peran keluarga dalam membendung radikalisme dan


terosirme

2. Belum menampakkan dan menjelaskan peran keluarga dalam menjaga


NKRI

Anda mungkin juga menyukai