Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


ISLAM & TERORISME

DISUSUN OLEH
1. ALYHA ULFIA RAHMAN (24010118120030])
2. SEPTIMA ENDAH NURHAYATI
3. MUHAMMAD ROMADHON (24010118130110)
4. MUHAMMAD REZA ALHAJ
5. MIRA OKTAFIANA
6. TIARA NURDIANTI

DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019

1
DAFTAR ISI

COVER i
DAFTAR ISI ii
KATA PENGANTAR iii
BAB I (PENDAHULUAN) 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan 2
BAB II (ISI)
Pengertian islam
Pengertian radikal
Ciri-ciri islam radikal
Pandangan islam terhadap terorisme
Kekerasan yang mengatasnamakan islam
Sikap umat islam terhadap terorisme
BAB III (PENUTUP)
Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akhir-akhir ini banyak sekali bermunculan kasus-kasus di media social,
televisi, dan alat komunikasi lain seperti kasus bom bunuh diri, radikalisme, dan
sebagainya. Hari ini radikalisme merupakan kasus yang paling disorot oleh media
internasional, dikarenakan kejadiananya dan jaringannya yang sangat luas. Seperti
yang kita ketahui radikalisme adalah suatu komitmen kepada perubahan keseluruhan
yakni yang menantang struktur dasar atau fundamental, tidak hanya pada lapisan-
lapisan superfisial.
Dewasa ini kasus-kasus terkait terorisme selalu disangkutpautkan dengan
agama islam, bahkan kegiatan yang dianggap baik buat agama islam terlihat buruk di
mata agama lain. Banyak sekali orang beranggapan kasus trorisme dalangnya adalah
orang islam, sebenarnya hal tersebut tidaklah sepenuhnya benar, bisa saja yang
melakukan hal tersebut adalah orang di luar agama islam. Sebagai contoh kasus yang
baru-baru ini hangat diperbicangkan, kasus penembakan di New Zealand, berdasarkan
hasil olah TKP dan pendalaman kasus terhadap si pelaku, ternyata pelaku adalah non
muslim, dan ini jelas terbukti kalau teroris itu tidak melulu disamaratakan dengan
agama islam.
Oleh sebab itu kami mengangkat tema “Islam dan Terorisme” sebagai bahan
diskusi kami untuk mengkaji lebih dalam mengenai pandangan islam terkait
terorisme, hubungan kenapa islam selalu dihubungkan dengan terorisme, dan juga
penjelasan-penjelasan lain yang menyangkut tema “islam dan terorisme”.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu islam?
1.2.2 Apa itu radikal?
1.2.3 Apa ciri-ciri dari islam radikal?
1.2.4 Bagaimana pandangan islam terhadap terorisme?
1.2.5 Bagaimana kekerasan yang mengatasnamakan agama islam?
1.2.6 Bagaimana sikap umat islam terhadap terorisme?

3
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa itu islam
1.3.2 Mengetahui definisi dari radikal
1.3.3 Mengetahui ciri-ciri dari islam radikal
1.3.4 Mengetahui bagaimana cara pandang agama islam terhadap terorisme
1.3.5 Mengetahui bagimana kekerasan yang mengatasnamakan
1.3.6 Mengetahui bagaimana sikap umat islam terhadap terorisme

4
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Agama Islam


Islam ( ‫اإلس>>>الم‬, ) adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan
1,8 miliar orang pengikut di seluruh dunia, Islam menjadi agama terbesar kedua di dunia
setelah Kristen. Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya
kepada Tuhan. Pengikut ajaran Islam disebut Muslim yang berarti "seorang yang tunduk
kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi
perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah adalah satu-satunya tuhan yang berhak
disembah dan Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.

2.2 Pengertian Radikal


Radikal dalam bahasa Indonesia berarti amat keras menuntut perubahan. Sementara
itu, radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan sosial dan politik dengan cara
drastis dan kekerasan.
Radikalisme Agama, istilah radikalisme atau terorisme sering sengaja atau tidak
dialamatkan kepada umat Islam, hal ini merupakan semacam kecelakaan sejarah. Menjadi
demikian karena memang posisi Islam sebagai kekuatan peradaban sedang berada di buritan.
Umat Islam sangat tersudut, karena pelaku teroris mayoritas beragama Islam dan dalam
aksinya selalu menggunakan simbol-simbol Islam. Bahkan, media massa yang didominasi
oleh media Barat menuduh Islam sebagai basic idea dari terorisme, dan pesantren-pesantren
yang banyak tersebar di Indonesia dituding sebagai sarang teroris. Sebenarnya apa yang
dimaksud dengan radikalisme?
Dalam sebuah buku sederhana berjudul Islam dan Radikalisme (2004), Rahimi
Sabirin menjelaskan bahwa radikalisme adalah pemikiran atau sikap keagamaan yang
ditandai oleh empat hal, yaitu: (1) sikap tidak toleran, tidak mau menghargai pendapat dan
keyakinan orang lain, (2) sikap fanatik, yaitu selalu merasa benar sendiri (paling benar),
menganggap orang lain salah, (3) sikap eksklusif, yaitu membedakan (memisahkan) diri dari
kebiasaan umat Islam kebanyakan, dan (4) sikap revolusioner, yaitu cenderung menggunakan
kekerasan untuk mencapai tujuan.

5
2.3 Ciri-Ciri Islam Radikal
1. Klaim Kebenaran Tunggal
Kelompok ini seringkali mengatakan bahwa dirinyalah yang paling benar dalam
menafsirkan agama. Kecenderungannya adalah mudah menganggap kafir orang yang
bersebrangan pendapat dengan dirinya. Tentu, hal ini salah, karena sebenarnya pemilik
otoritas kebenaran agama hanya Allah SWT dan orang yang dengan mudah mengkafirkan
orang maka sebenarnya dirinya mengambil peran Allah sebagai Dzat yang Maha Benar.
2. Mempersulit Agama
Maksud dari mempersulit agama adalah menganggap ibadah sunnah seakan-akan
menjadi ibadah wajib. Sunnah Nabi seperti memanjangkan jenggot dan meninggikan
celana (isbal) dianggap seperti kewajiban yang harus ditunaikan. Hal ini akan menjadikan
penganutnya menjauh dari esensi ibadah itu sendiri.
3. Mengalami Overdosis Agama yang Tak Pada Tempatnya.
Hal ini berkaitan dengan dakwah yang dilakukan mengesampingkan metode
gradual (sedikit-sedikit). Padahal dakwah yang merupakan ajakan harus dilakukan secara
yang pelan-pelan seperti yang dilakukan Nabi kepada orang-orang yang belum Islam
pada zamannya. Dakwah yang memaksa dan kaku inilah yang kemudian akan
menimbulkan ketakutan terhadap agama bagi kaum awam. Laiknya Walisongo yang
dengan segenap kesabaran dan strategi yang elegan untuk membumikan Islam di
Nusantara ini.
4. Interaksi yang Kurang Elegan
Kelompok radikal seringkali berdakwah dengan kasar dalam interaksi, keras
dalam berbicara dan emosional dalam berdakwah. Cara berdakwah ini tentu berlainan
dengan cara Rasulullah sendiri yang berdakwah yang penuh dengan kesantunan dan
kelembutan. Bahkan banyak hikayat yang mengkisahkan Rasulullah SAW tetap santun
meski diperlakukan tak baik.
5. Mudah Berburuk Sangka
Ciri lain dari kelompok ini adalah mudah berprasangka buruk pada penganut
paham lain. Mereka senantiasa memandang orang lain hanya dari aspek negatifnya dan
mengabaikan aspek positifnya.
6. Mudah Mengkafirkan Orang Lain

6
Golongan ekstrimis ini seringkali mengkafir-kafirkan saudara muslim lainnya
yang mereka anggap berlawanan dengan golongannya. Perbadaan madzhab harus disikapi
secara dewasa, bahwa setiap interpretasi terhadap teks Al-Qur’an dan Sunnah tentu
mengandung peluang kesalahan pada proses serta hasil interpretasi itu. Pemakluman tentu
harus diutamakan, disamping berdialog dengan pikiran terbuka juga dilakukan untuk
mencapai kesepahaman atas berbedaan dan terjadi proses konfirmasi pemahaman. Kafir
atau muslim, hanya Allah yang tahu. Namun kita juga harus berpegang pada Rukun Iman
dan Islam yang menjadi pedoman kebenaran dan parameter utama keimanan.

2.2 Padangan Islam Terhadap Terorisme


Umumnya radikalisme muncul dari pemahaman agama yang tertutup dan tekstual.
Kaum radikal selalu merasa sebagai kelompok yang paling memahami ajaran Tuhan, karena
itu mereka suka mengkafirkan orang lain atau menganggap orang lain sebagai sesat. Dalam
sejarahnya, terdapat dua wujud radikalisme, yaitu (1) radikalisme dalam pikiran, yang sering
disebut sebagai fundamentalisme, dan (2) radikalisme dalam tindakan, yang sering disebut
sebagai terorisme.
A. Sejak kapan radikalisme muncul?
Sikap fanatik, intoleran dan eksklusif dalam masyarakat Islam pertama kali
ditampakkan oleh Kaum Khawarij sejak abad pertama Hijriyah. Kaum Khawarij pada
mulanya merupakan pengikut Khalifah Ali bin Abu Thalib (sering disebut sebagai kelompok
Syi’ah). Sejarah tentang Khawarij berawal dari perang Shiffin. yaitu perang antara pasukan
Ali melawan pasukan Muawiyah, pada tahun 37 H/648 H.
Ketika perang berlangsung dan kelompok Ali hampir memenangkan perang,
Muawiyah menawarkan perundingan sebagai penyelesaian permusuhan. Ali menerima
tawaran Muawiyah. Kesediaan Ali untuk berunding menyebabkan kurang lebih empat ribu
pengikut Ali memisahkan diri dan membentuk kelompok baru yang dikenal dengan Khawarij
(artinya keluar atau membelot). Kelompok ini menolak perundingan. Bagi mereka,
permusuhan hanya bisa diselesaikan dengan Kehendak Tuhan, bukan perundingan. Karena
kelompok Ali melakukan perundingan, maka dianggap sebagai kafir, dan dituduh sebagai
pengecut. Kafir dan pengecut dipakai oleh kelompok Khawarij untuk kelompok-kelompok
moderat. Kelompok Khawarij pun melalukan teror dan kekerasan terhadap orang-orang Islam
yang tidak sependapat dengan mereka. Mereka bahkan memasukkan jihad sebagai rukun

7
iman, dan Ali bin Abu Thalib pun dibunuh oleh seorang Khawarij –Ibnu Muljam– ketika
sedang shalat subuh.
Pemikiran dan sikap keagamaan model Khawarij ternyata diteruskan oleh faham
Wahabi di Arab Saudi pada abad ke12 H/18 M yang dipimpin oleh Muhammad bin Abdul
Wahab. Gerakan ini bermaksud memurnikan ajaran Islam dan menuduh kaum muslim yang
tidak sependapat dengan mereka disebut sebagai Islam sesat, tidak asli, atau menyimpang.
Sampai sekarang, radikalisme Islam terus berkembang. Radikalisme demikian tidak mudah
dihilangkan karena terkait dengan pemahaman teologi dan syariat Islam yang kaku.
Kekuasaan Barat yang semakin dominan menguasai Islam, menjadikan kekuatan radikalisme
ini semakin menguat.
B. Menjinakkan Radikalisme dan Terorisme
Untuk menjinakkan terorisme dan radikalisme memerlukan pendekatan, pemikiran
dan strategi yang cerdas, komprehensif dan integratif. Memerlukan sinergi oleh banyak pihak
dan peran, baik untuk tingkat nasional, regional maupun global.
Pertanyaan yang wajib diketengahkan terlebih dahulu adalah, bahwa perang terbuka
melawan terorisme telah sejak lama digalakkan dengan berbagai cara dan menelan biaya
melimpah. Densus 88 dibentuk, pengejaran, pengepungan, saling baku tembak bak dalam
film sering kita saksikan, lalu hukuman mati ditegakkan. Namun, kenapa terorisme tak
pernah habis, bahkan semakin subur, cerdas, sistematis, kreatif dan inovatif? Kenapa begitu?
Karena terorisme dan radikalisme, khususnya yang berkedok agama, memiliki akarnya. Dan
perang terbuka seperti tergambar di atas tak mampu membunuh akarnya. Akarnya masih
tetap hidup dan terus menumbuhkan duri-duri terorisme dan radikalisme kembali.
Akarnya banyak dan kadang sulit terbaca. Salah satunya adalah ideologi dan doktrin
keliru yang telah mencuci otak para teroris dan radikalis sehingga hal keliru dianggap benar,
pembunuhan dianggap jihad. Akhirnya, mereka pun tak segan-segan melakukan perbuatan
bodoh berupa teror dan radikal meskipun harus menghilangkan nyawa sendiri. Ironisnya,
ideologi itu dengan sangat mudahnya mereka dapatkan dari para pengasongnya dengan
cuma-cuma, bahkan sengaja dipaksakan tertanam dalam otak mereka. Bisa secara oral,
melalui kitab (baca-buku), media, dan yang paling gencar adalah melalui internet. Jika
akarnya adalah ideologi tentu logis jika teroris dan radikalis terus merajalela meskipun telah
berulangkali ditangkapi dan dibunuhi. Karena yang terbunuh hanyalah raga semata sementara
ideologinya tetap bergentayangan. Dan, untuk membunuh ideologi kita memerlukan pisau
ideologi lain yang lebih tajam.

8
Begitulah, bahwa untuk memerangi terorisme dan radikalisme memang membutuhkan
peran dari banyak elemen. Tapi peran paling fital adalah yang seharusnya dilakukan oleh para
ulama. Karena serangan yang paling kuat dalam upaya meradikalkan seseorang menjadi
teroris adalah ideologi. Seperti memetakan teks-teks keagamaan yang telah diselewengkan
kemudian dijadikan justifikasi atas tindak terorisme dan radikalisme. Kemudian
menginterpretasikan teks-teks tersebut secara toleran dan moderat.
Reinterprestasi ayat al-Qur'an, Dalam al-Qu`ran dan Hadis bertebaran keterangan
yang menjelaskan keutamaan berjihad, etika berjihad, serta tujuan dan strategi jihad.
Nampaknya ayat-ayat dan hadis-hadis inilah yang menjadi motivasi utama Radikalis atau
Teroris (para pelaku bom bunuh diri di Indonesia), tanpa Interprestasi yang komprehensif
atau dengan interprestasi kaku. Seperti pada Surah al-Nisâ’/4:74 dan 76:

“Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan
akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur
atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang
besar.” (74)

“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir
berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena
sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” (76)
Selain kedua ayat di atas, pada Surah al-Anfâl/8: 39 juga diterangkan tentang perintah
berperang melawan kaum kafir, dan ayat ini yang dijadikan oleh Imam Samudera dan kawan-
kawannya sebagai dasar gerakannya. Yaitu;

9
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata
untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat
apa yang mereka kerjakan”
Re-Interprestasi Hadis, Rasulullah bersabda, “Keluar di pagi hari atau siang hari
(untuk berjihad) fi sabilillah adalah lebih baik dari pada dunia dan seluruh isinya.” (Muttafaq
‘Alaih dari Anas bin Malik)
Rasulullah bersabda, “Demi (Allah) Dzat Yang menggenggam jiwaku, sungguh aku
ingin terbunuh (dalam berjihad) fi sabilillah, kemudian aku dihidupkan, lalu aku terbunuh
lagi, lalu dihidupkan lagi, lalu terbunuh lagi, lalu dihidupkan lagi, lalu terbunuh lagi.” (HR.
Al-Bikhari dari Abu Hurairah)
Rasulullah bersabda, “Demi (Allah) Dzat Yang menggenggam jiwaku, tiada
seseorang terluka (dalam jihad) fi sabilillah, dan Allah Maha Tahu siapa yang terluka dalam
jihad fi sabilillah, kecuali ia datang pada hari kiamat, tubuhnya berwarna merah seperti darah
dan aroma tubuhnya seperti minyak misk.” (HR. Muttafaq ‘Alaih dari Abu Hurairah)
Ummu Haritsah binti Saraqah menanyakan kabar anaknya yang bernama Haritsah
yang wafat terkena panah nyasar kepada Rasulullah saw., “Kalau dia sekarang berada di
surga, aku akan bersabar,” ungkapnya. “Dan kalau dia sekarang tidak di surga, maka aku
akan meratapinya.” Rasulullah menjawab, “Ya Ummu Haritsah, putramu sekarang berada di
surga firdaus yang tertinggi.” (HR. Al-Bukhari)
Rasulullah bersabda, “Ketahuilah, bahwa surga berada di bawah bayangan pedang”
(HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Abu Aufa)

2.3 Kekerasan yang mengatasnamakan agama.


Agama adalah pedoman perilaku. Agama diterima sebagai sebuah keyakinan.
Konsekuensinya, ilmu logika kurang mendapat tempat. bahkan ada yang mengatakan, belajar
agama harus diterima apa adanya. Harus dianggap benar. Apa yang dikatakan ustadz atau
guru aama harus dianggap benar. Semua kotbah atau ceramah agama harus dianggap benar.
Sikap demikian menumbuhkan cara berlogika yang dogmatis-pasif. Tidak tahu mana yang
sesungguhnya benar dan mana yang sesungguhnya salah. Dan ini merupakan sebuah
kejahatan juga. Bukan kejahatan kriminal pidanana atau perdata. Tetapi, sebuah kejahatan
yang melemahkan logika umat Islam sehingga mudah "dipengaruhi" dan "dikendalikan"
pihak-pihak tertentu dalam rangka mencapai tujuan tertentu pula tanpa si "korban"
menyadarinya.

10
Semua contoh di bawah ini merupakan sebuah kejahatan yang melemahkan logika
umat Islam dengan cara mempergunakan agama Islam sebagai alatnya sehingga umat Islam
mudah "dipengaruhi" dan "dikendalikan" tanpa umat Islam mengetahui dan membedakan
mana yang sesungguhnya benar dan mana sesungguhnya yang salah. Semua pendapat ustadz
harus dianggap benar, lebih benar,paling benar dan selalu benar. Tidak mungkin salah.
Sebagai contoh munculnya faham terorisme, faham fanatisme sempit, faham anti Pancasila
dan demokrasi, faham kebencian terhadap suku lain (rasisme), faham kebencian terhadap
agama lain (misalnya non musli, nasrani, Yahudi dan lain-lan), faham kebencian terhadap
ras/bangsa lain (terhadap Amerika, Israel dan lain-lain) dan rasa kebencian terhadap
antargolongan lain yang bukan golongannya.
Beberapa contoh khusus:
1. Narsisme
Yaitu sebuah kejahatan yang mengatakan bahwa agama Islam merupakan
agama yang terbaik. Dengan atau tanpa menjelekkan agama lain ceramah-ceramah
agama memberikan kesan bahwa agama lain merupakan agama yang tidak baik.
Sehingga bisa menimbulkan rasa narsisme yang bisa dikembangkan lagi ke arah
pemikiran fanatisme sempit.
2. SARA-isme
Yaitu sebuah kejahatan yang bertujuan umat Islam membenci suku lain,
agama lain, ras atau bangsa lain serta antargolongan lain. Suku lain harus
dianggap sebagai kelompok yang mengancam agama Islam (misalnya suku
keturunan China) karena akan menguasai perekonomian Indonesia. Agama lain,
misalnya nonmuslim, Yahudi harus dianggap ancaman karena akan
menghancurkan agama Islam. Menanamkan rasa benci terhadap bangsa lain,
misalnya Amerika dan negara-negara kapitalis yang akan menuras habis kekayaan
alam Indonesia. Usaha menanamkan rasa kebencian terhadap golongan lain yang
bukan golongannya sendiri. Misalnya menimbulkan rasa benci terhadap golongan
lain yang dianggap bukan golongannya. Antara lain kelompok Sunni, Shiah,
Ahmadiyah dan kelompok-kelompok lain yang dianggap berbeda.
3. Anti-Pancasilaisme
Yaitu sebuah kejahatan yang menanamkan faham bahwa hanya yang datang
dari Allah SWT yang terbaik, antara lain Syariah Islam, hukum Islam, Al Qur'an
dan hadist. Menjadi sebuah kejahatan manakala dikatakan bahwa hukum Islam

11
adalah buatan Tuhan yang sempurna, seangkan Pancasila dan undang-undang
adalah buatan manusia yang tidak sempurna sehingga hasilnya tidak baik. Lebih
jahat lagi kalau menanamkan rasa kebencian terhadap Pancasila dan demokrasi.

4. Anarkisme
Yaitu sebuah kejahatan yang mengatasnamakan agama Islam, ingin
menegakkan ajaran agama Islam, tetapi dengan cara-cara anarki. Merusak,
memukul, menyiksa, membakar dan tindakan-tindakan brutal lainnya yang justru
melanggar hukum yang berlaku di Indonesia. Mereka tak merasa salah karena
merasa tujuannya baik. Demi kebenaran agama Islam. Dan segudang argumentasi
yang bernada pembenaran-pembenaran diri.
5. Terorisme
Yaitu sebuah kejahatan yang paling tinggi tingkatannya. Antara lain
membunuh orang-orang yang dianggap kafir, dzolim, toghut, dianggap anti agama
Islam. Bahkan jika perlu melakukan bom bunuh diri, melemparkan bom,
meledakkan bom di tempat-tempat yang banyak dikunjungi nonmuslim dan
orang-orang yang dianggap kafir atau bukan kelompoknya. Mereka tidak takut
mati karena mati dianggap sebuah kemuliaan, merupakan jihad suci dan dianggap
pasti masuk sorga.
Kejahatan-kejahatan tersebut bisa dalam wadah sebuah organisasi resmi atau tidak
resmi yang tiap hari terus menggalan dan menambah keanggotaannya. menyebarkan ajaran
kejahatannya kepada orang-orang lain terutama yang beragama islam. Wadah yang
digunakan juga bisa merupakan sebuah parpol atau partai politik.
Sasaran penyebaran kejahatan, sasarannya yaitu orang-orang Islam yang lemah logika
atau ilmu logikanya. Dengan memasukkan faham narsisme, fanatisme sempit, memberikan
gambaran nikmatnya sorga dan sakitnya neraka, menanamkan keyakinan bahwa hanya yang
datang dari Tuhan yang pasti baik dan semua buatan undang-undang dan hukum yang dibuat
manusia adalah buruk, maka umat Islam yang logikanya lemah atau bodoh (walaupun
bergelar S1, S2 dan S3) adalah merupakan target kejahatan yang menggunakan agama
tersebut.
Itulah beberapa contoh kejahatan yang telah berkembang dan terus berkembangdi
Indonesia yang mayoritas beragama Islam ini. Islam yang kurang rasionalis. Islam yang lebih
bersifat dogmatis-pasif. Islam yang lemah dalam logika maupun ilmu logika. Tentu,

12
manusianya. Bukan pada Islamnya. Sedangkan pemikiran-pemikiran Islam sendiri juga
berbeda-beda. Bahkan kita mengetahu Islam "terpecah" (dalam tanda kutip) sebanyak 73
aliran.
Solusi, Aliran Islam mana yang paling benar? Tentu, 1. dibutuhkan penguatan logika
dan ilmu logika. 2. Memperbanyak pengetahuan dan ilmu pengetahuan. 3. Memperluas
wawasan pemikiran. 4. Mengurangi dan membuang jauh sikap narsisme. 5. Meningkatkan
rasa toleransi. 6.Tidak bersikap SARA secara negative. 7.Menghilangkan cara berlogika yang
dogmatis-pasif. 8.Menghilangkan sikap fanatisme sempit. 9.Terbuka terhadap pendapat-
pendapat lain yang berbeda. 10.Jangan menganggap ustadz itu malaikat yang semua
pendapatnya benar, lebih benar,pasti benar,paling benar dan selalu benar. 11.Semua pendapat
dalam ceramah, dakwah atau kotbah agama harus dicermati, dianalisa, mana yang pendapat
yang bersumberkan Al Quran dan mana yang pendapat pribadi ustadz. Singkatnya, harus bisa
memilah-milahkan mana yang sesungguhnya pendapat yang benar dan mana yang
sesungguhnya pendapat yang salah.
C. Dampak dari kejahatan mengatasnamakan Islam;
1.Merusak citra Agama Islam
Aksi terorisme bukan bukan saja membahayakan keamanan nasional, tapi
yang lebih parah merusak citra dan nama baik agama Islam.
2.Munculnya Islamofobia
Islamofobia adalah istilah kontroversial yang merujuk pada prasangka dan
diskriminasi pada Islam dan Muslim. Terorisme dianggap sebagai tindakan
kriminalitas namun aksinya dapat diartikulasikan sebagai ancaman negara,
kemanusiaan, keagamaan dan kepentingan politik. Terorisme dianggap berawal dari
rantai Radikalisme atas nama agama yang paham serta pemikiran yang salah terhadap
penafsiran dan interpretasi. Sehingga asumsi terhadap Radikalisme ialah dinilai
bahwa ada agama yang sangat lantang disebut garis karis, dalam hal ini Islam adalah
korban dan kambing hitamnya dikarenakan sebagai agama mayoritas meskipun ini
juga berlaku terhadap agama lainnya namun kecil pengaruhnya. Fenomena Terorisme
menggambarkan bahwa ancaman itu ada dan itu memiliki agenda serta disusun
dengan Master Plan yang sistematis. Terlepas itu nanti akan memili efek dan dampak
pada korban maupun pelaku sebagai tumbal, umpan, robot, dan boneka yang
diprogram otak serat pemikirannya. Habis Terorisme terbitlah islamophobia, itulah
yang kemudian menjadi fenomena selanjutnya hasil dari post terorisme. Aksi

13
Terorisme memberikan efek dan dampak signifikan untuk memunculkan
islamophobia, hal itu terbukti dari negara-negara barat dan amerika yang lebih dulu
memulainya dan mendramatisirnya. Outputnya dan Outcomenya sangat jelas dan
sukses, sehingga memberikan impact ynh tajam di kalangan masyarakat. Muslim atau
muslimah yang sangat kental dengan simbol keagamaan akan terkena dampaknya
apalagi yang cadaran, gamisan atau yang terlihat mencurigakan karena dianggap akan
memiki paham Radikalisme dan paham islam garis keras yang menganut pemikiran
jihad mencapai surga atas nama Islam dengan tindakan Terorisme untuk mengancam
negara dan masyarakat. Miris sekaligus menyedihkan rangkaian panjang yang terjadi
dari peristiwa post terorisme ini.
3.Rusaknya toleransi antar umat beragama ( intoleran )
Akibat dari aksi kejahatan yang mengatasanamakan Islam membuat
pandnagan orang terhadap agama Islam menjadi terlihat menakutkan. Dampaknya
bagi umat Islam adalah Islam dianggap sebagai agama yang keras dan merusak
perdamaian sehingga toleransi antara umat agama non-Islam menjadi berkurang pada
umat beragama Islam.
4.Munculnya anggapan bahwa Islam meruapakan agama perusak kedamaian
Kejahatan mengatasnamakan agama Islam membuat Islam dianggap sebagai
Agama yang merusak perdamaian dan kedamaian dunia. Agama Islam tidak
mengajarkan kekerasan, justru mengajak pada kedamaian. Tidak bisa dipungkiri
bahwa banyak aksi kejahatan yang menggunakan simbol- simbol Islam. Oknum-
oknum tidak bertanggungjawab yang secara sengaja maupun tidak sengaja
mengambinhitamkan Islam. Dampaknya Islam dianggap sebagai Agama yang tidak
cinta kedamaian. Padahal Sebenarnya Islam tidaklah identik dengan teroris. Tidak ada
hubungan apapun antara Islam dan teroris, terutama dari sisi ajaran agama. Justru
banyak tindak terorisme baik di Indonesia maupun di negara lain, korbannya adalah
umat Islam.

D. Cara Mengatasi tindakan kejahatan mengatasnamakan Islam.


Kebijakan nonpenal dalam mencegah tindakan kekerasan terhadap agama
dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
a. Tindakan Pemerintah

14
Pemerintah mempunyai legitimasi di masyarakat, maka seyogianya
pemerintah turun tangan dalam menyikapi kekerasan atas nama agama. Pemerintah
dapat melakukan mobilisasi terhadap kekuatan-kekuatan yang ada di masyarakat,
mengajak para pemuka agama dan tokoh masyarakat untuk sama-sama bergabung
menyuarakan anti-kekerasan.
b. Pendidikan
Cara membangun suatu peradaban yang paling strategis ialah melalui
pendidikan, dalam hal ini pendidikan harus lebih menekankan pada aspek toleransi
dalam proses pembelajarannya dan hal itu dilakukan lembaga pendidikan formal,
informal dan non formal. Hal ini perlu dilakukan karena bangsa Indonesia terbentuk
dari beragamnya suku, budaya dan agama di masyarakat.
c. Musyawarah
Sejarah bangsa Indonesia yang selalu mengedepankan musyawarah dalam
setiap pengambilan keputusan perlu dihidupkan lagi dalam masyarakat, memang saat
ini keadaan masyarakat seolah lebih cenderung mengedepankan pengambilan
keputusan atas banyaknya suara bukan pada isi yang disuarakan.
d. Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015

Dalam Pasal 40 dinyatakan bahwa pelaksanaan bantuan penggunaan dan


pengerahan kekuatan TNI dilaksanakan setelah penetapan status konflik oleh kepala
daerah. Hal ini merupakan langkah yang kurang strategis dalam pencegahan
kekerasan atas nama agama, nyatanya, pemerintah daerah kebanyakan tidak mampu
mencegah konflik. TNI sepertinya hanya diperlakukan seperti pemadam kebakaran
yang dihadirkan setelah korban bergelimpangan, atau bahkan baru datang setelah
kampung luluh lantak dibakar. Saat ini TNI seolah-olah dibatasi oleh aturan yang
ambigu.

2.6 Sikap umat islam terhadap terorisme

Pasca pengeboman terakhir yang terjadi beberapa waktu lalu,


berkembang berbagai opini dan penilaian tak menentu di masyarakat negeri ini tentang
terorisme dan para pelakunya, dengan berpatokan pada tanda-tanda yang serba
bisa. Suasana ini semakin diperparah dengan munculnya “tokoh-tokoh” memberikan berbagai
komentar, yang berbagai komentar tersebut kemudian  dilansir oleh media. Kondisi ini
mendorong kami untuk tampil memberikan penjelasan singkat kepada kaum muslimin :

15
Terorisme berlabelkan Islam yang muncul pada masa sekarang
sebenarnya berakar dan merupakan kelanjutan dari paham sesat khawarij, yang telah muncul
pada awal-awal Islam. Paham ini merupakan paham yang munculkarena semangat yang
tinggi membela Islam namun ekstrim dalammemahami dan menerapkan dalil-dalil Al-Qur`an
dan As-Sunnah, dengan
bekal pemahaman yang pendek tanpa mau merujuk kepada para „ulamaAhlus Sunnah wal
Jama‟ah. Sehingga mereka salah total dalam mengaplikasikan dalil-dalil.
Terorisme Khawarij bukan bagian dari agama Islam. Tindakan
tersebut bertentangan dengan agama Islam, di samping juga sangat berbahaya bagiagama
Islam dan bagi umat manusia. Tidak ada satu dalil pun dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah yang
menganjurkan atau membenarkanmemperjuangkan Islam dengan cara terorisme, atau dengan
aksi-aksikekerasan para teroris khawarij, baik dengan cara
pengeboman, pembunuhan, perampokan, penentangan terhadap pemerintah muslimin,dll.
Jihad merupakan amalan yang agung dan mulia dalam Islam. Jihad yang diajarkan
dalam Islam adalah jihad yang membawa rahmah. Jihad dalamIslam ada aturan, syarat-syarat,
dan rinciannya. Jihad dalam Islam ditentukan oleh para „ulama Ahlus Sunnah. Bukan dilak 
ukan dengansembarangan dan brutal, apalagi dengan cara-cara teror. Aksi-aksi
yangdilakukan oleh para teroris khawarij tersebut bukanlah jihad sama sekali.
 Dakwah Salafiyyah adalah dakwah hikmah yang mengusung dakwah para Nabi dan 
Rasul. Dakwah Salafiyyah jauh dan bersih dari paham sesatteroris khawarij. Banyak pihak
yang mengklaim Salafiyyah, namunmereka salah dalam memahami dan menerapkan
salafiyyah itu sendiri.
Tuduhan sebagian pihak bahwa Wahhabiyyah berada di balik berbagai aksiterorisme, 
merupakan tuduhan yang salah besar. Wahhabiyyah adalah
Dakwah Tauhid yang ditegakkan oleh Syaikhul Islam Muhamad bin, AbdilWahhab
rahimahullah. Dakwah beliau tidak lain adalah melanjutkandakwah para nabi dan rasul,
dakwah yang berlandaskan Al-Qur`an dan As-Sunnah di atas manhaj Ahlus Sunnah wal
Jama‟ah. Tentu saja merupakan dakwah yang ditegakkan di atas hikmah dan kasih sayang,
jauh darikekerasan apalagi terorisme.* Catatan : Istilah Wahhabiyyah/Wahabisme merupakan
istilah yang tidak benar, sengaja dimunculkan oleh kaum syi‟ah, shufi, dan liberalis yang
membenci Dakwah Tauhid yang dikibarkan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab
rahimahullah, dalam upaya mereka menjauhkan masyarakat muslim dari dakwah tauhid dan
sunnah.

16
Berhukum dengan hukum Allah merupakan kewajiban setiap muslim,termasuk
pemerintah kaum muslimin. Namun tidak semua orang yangtidak berhukum dengan hukum
Allah serta merta divonis kafir dandinyatakan halal darahnya, atau divonis kafir
pemerintahnya. Semua ituada rinciannya dalam Islam.
Setiap mukmin harus berloyal kepada Islam dan kaum muslimin, di sisilain setiap
muslim harus berlepas diri dan benci kepada kekafiran danorang-orang kafir. Namun dalam
menerapkannya ada aturan dan rincian yang telah ditetapkan oleh syari‟at. Tidak semua
orang kafir boleh dibunuh atau diperangi.
Bahwa penampilan Islami, seperti jenggot, baju gamis, celana di atas matakaki, istri
bercadar, dll merupakan bagian dari Islam yang telah diajarkandan dicontohkan oleh
junjungan kita Nabi besar Muhammad shallallahualaihi wa sallam. Ini merupakan ciri-ciri
seorang muslim yang berpegangteguh pada agamanya. Wajib bagi kaum muslimin untuk
mencintai cara penampilan Islami tersebut. Namun kaum teroris khawarij telah menodai
ajaran Nabi shallallahu „alaihi wa sallam tersebut, dengan mereka terkadang juga
berpenampilan dengan penampilan tersebut. Maka
tidak boleh bagi kaum muslimin untuk menganggap penampilan Islami tersebut sebagai ciri
ciri teroris khawarij.
Kami mengajak kepada segenap kaum muslimin untuk kembali
berpegangteguh kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah dengan cara pemahaman dan
pengaplikasian yang benar, yaitu dengan metode Ahlus Sunnah wal Jama‟ah yang sesuai
dengan bimbingan Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam dan para shahabatnya. Dalam
semua aspek, baik dalam aqidah,ibadah, akhlak, maupun dalam bermuamalah. Sehingga
kaum muslimin bisa bersikap dan menilai segala hal di atas landasan agamanya. Termasuk
dalam menyikapi berbagai aksi terorisme kaum khawarij, kaum
muslimin bisa bersikap berlandaskan Al-Qur`an dan As-Sunnah, tidak terombangambing
oleh pemberitaan media maupun komentar tak bertanggungjawabdari para tokoh yang tidak
jelas motivator dan kapasitas ilmunya.
Satu-satunya cara untuk menyelesaikan dan memberantas terorisme khawarij adalah
semua pihak, baik pemerintah maupun rakyat, harus kembali berpegang teguh kepada Al-
Qur`an dan As-Sunnah dengan
cara pemahaman dan pengaplikasiann yang benar, yaitu dengan metode Ahlus Sunnah wal
Jama’ah. Dalam semua aspek, baik dalam aqidah, ibadah, akhlak, maupun dalam
bermuamalah

17
18
BAB III
PENUTUP

19
DAFTAR PUSTAKA

 https://id.wikipedia.org/wiki/Islam diakses 05 April 2019 pukul 13.20 WIB


 https://www.kompasiana.com/hariyantoimadha/
552ba9266ea8346a548b4573/politik-kejahatan-yang-mengatasnamakan-
agama-islam diakses 03 April 2019 pukul 20.15 WIB

20

Anda mungkin juga menyukai