Anda di halaman 1dari 20

Agama

dan
Tantangan
Radikalisme

BISNIS DIGITAL & E-COMMERCE

KELAS B

KELOMPOK 3
Pendahuluan
AGAMA ISLAM
- Kata Islam menurut bahasa berasal
dari kata aslama yang berarti patuh,
tunduk, berserah diri. 
Tantangan Radikalisme
Radikalisme berasal dari bahasa
Latin radix yang berarti "akar“. Ia
merupakan paham yang
menghendaki adanya perubahan
dan perombakan besar untuk
mencapai kemajuan.
Radikalisme
Menurut Istilah, radikalisme berarti
pembaharuan atau perubahan sosial dan politik
yang drastis, atau sikap ekstrem dari kelompok
tertentu agar terjadi pembaruan atau
perubahan sosial dan politik secara drastis
(Salim, t.t.:1220)
Latar Belakang Terjadinya Radikalisme
Dalam Islam, menurut Umar(2006), gejala fundmentalisme dan radikalisme
sebenarnya telah disinyalir sejak Rasul Allah SAW masih hidup. Dalam sebuah
hadis yang diriwayatkan Imam Bukhori dikisahkan :

“Dari Abu Sa'id Al Khudriy radliallahu 'anhu, dia berkata; "Ketika kami sedang
bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬yang sedang membagi-bagikan pembagian
(harta rampasan), datanglah Dzul Khuwaishirah, seorang laki-laki dari Bani
Tamim, lalu berkata; "Wahai Rasulullah, engkau harus berlaku adil". Maka beliau
berkata: "Celaka kamu!. Siapa yang bisa berbuat adil kalau aku saja tidak bisa
berbuat adil. Sungguh kamu telah mengalami keburukan dan kerugian jika aku
tidak berbuat adil". Kemudian 'Umar berkata; "Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk
memenggal batang lehernya!. Beliau berkata: "Biarkanlah dia. Karena dia nanti
akan memiliki teman-teman yang salah seorang dari kalian memandang remeh
shalatnya dibanding shalat mereka, puasanya dibanding puasa mereka. Mereka
membaca Al Qur'an namun tidak sampai ke tenggorokan mereka. Mereka keluar
dari agama seperti melesatnya anak panah dari target (hewan buruan).” (HR.
Bukhari)
Pendahuluan
Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin tampil dengan wajah yang sarat
kasih sayang, toleran, dan penuh percaya diri.

Islam tidak mengajarkan kekerasan apalagi radikalisme.

Radikalisme bukan ciri ajaran Islam karena Islam dalam menyiarkan


agama menggunakan cara bil hikmah (bijaksana), tutur kata yang santun,
dan menggunakan cara debat yang dilandasi saling menghormati.
Terbukti, setelah Nabi Muhammad Saw. Wafat, pada tahun 35 hijriyah Khalifah
Usman bin Affan RA terbunuh secara menggenaskan oleh sekelompok umat Islam
yang Radikal. Khalifah Ali bin Abi Thalib juga terbunuh oleh kalangan radikal dari
umat Islam
Latar Belakang Khusus
⮚ Pengertian seseorang terhadap agama yang tidak tepat
⮚ Agama digunakan sebagai pembenar tanpa mengakui eksistensi agama lain
⮚ Adanya penindasan, ketidakadilan, dan marginalisasi sehingga melahirkan
gerakan perlawanan
⮚ Adanya tekanan social, ekonomi, dan politik
⮚ Lingkungan Masyarakat yang tidak kondusif terkait dengan kemakmuran,
pemerataan dan keadilan
⮚ Menolak modernitas dan lebih mengukuhkan peran formal agama
⮚ Pandangan dunia dari umat beragama yang berupaya memperjuangkan
keyakinan yang mereka anggap benar dengan sikap-sikap emosional yang
menjurus pada kekerasan
⮚ Kurangnya kesadaran bermasyarakat berbangsa secara pluralistik sehingga
menyebabkan hilangnya rasa toleran
⮚ Radikalisme kultural merupakan

Bentuk Radikalisme radikalisme yang melegitimasikan

terjadinya radikalisme struktural dan


Jenis Radikalisme
radikalisme langsung.
⮚ radikalisme kultural,
radikalisme

⮚ struktural, dan ⮚ Radikalisme langsung

⮚ radikalisme langsung. (violence-as-action) sendiri dimaknai

sebagai radikalisme yang terlihat secara

langsung dalam bentuk kejadian-kejadian

atau perbuatan, sehingga mudah dilakukan

identifikasi terhadap jenis radikalisme ini,


⮚ sedangkan radikalisme struktural
(violence_x0002_as-structure) diartikan
sebagai radikalisme

yang berbentuk eksploitasi sistematis

disertai mekanisme yang menghalangi

terbentuknya kesadaran, serta menghambat

kehadiran lembaga-lembaga yang dapat

menentang eksploitasi dan penindasan.


Penyebab Radikalisme 2. level mikro adalah kondisi yang menjadi
faktor langsung terjadinya radikalisme pada
diri seseorang atau kelompok tertentu
sehingga dalam level mikro dibedakan
sebagai faktor individual dan faktor sosial.
1. level makro Hal ini mengarah bagaimana munculnya
Level makro adalah kondisi gerakan radikalisme karena dorongan dari
umum yang menjadi prasyarat terbangunnya diri sendiri maupun kelompok.
radikalisme seperti kondisi aktual terkait
bidang politik, ekonomi, dan budaya. Rasa
ketidakadilan, kesenjang sosial-ekonomi,
sehingga memunculkan anggapan negara
telah gagal dalam memberikan
kesejahteraan dan perlu untuk dilakukan
perubahan atau pergantian.
Dampak radikalisme

⮚ Memakan banyak nyawa apabila terjadi penyerangan seperti terorisme

⮚ Meresahkan banyak umat

⮚ Menghilangkan rasa saling kasih sayang

⮚ Menimbulkan kerugian ekonomi

⮚ Menghancurkan nasionalisme bangsa

⮚ Meracuni pikiran anak bangsa

⮚ Mencoreng nama baik Islam


Upaya penanggulangan radikalisme
1. Memperkuat Ideologi Toleransi.
a. Menjadikan Lembaga Pendidikan Sebagai Basis Kehidupan Toleransi

Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya lembaga pendidikan yang memiliki
kemampuan dan keunggulan dalam mengajarkan nilai-nilai toleransi secara cepat dan tepat.
Menurut Ahmad Baedowi dengan mengutip Steven E. Vinkel dalam Can Tolerance be Taught?
Adult Civic Education and the Development of Democratic Values (2000),13 proses pendidikan
yang menghargai keragaman, memiliki proses demokratis dan terbuka serta peduli akan tumbuh
kembang mental atitude siswa dan mahasiswa adalah prasyarat yang dibutuhkan dalam
membangun semangat toleransi. Steven E. Vinkel menyebutkan bahwa mengajarkan toleransi
merupakan pintu masuk utama dalam mengembangkan lembaga pendidikan yang demokratis
dan terbuka.
Upaya penanggulangan radikalisme

b. Membangun Islam Indonesia Yang Toleran

Secara konseptual, toleransi sendiri dimaknai sebagai sikap mengakui dan


menghargai eksistensi non-muslim dan agama yang dianutnya, tidak memaksa
mereka untuk memeluk Islam karena tidak ada paksaan dalam agama, memberi
kebebasan kepada pemeluknya untuk menjalankan agamanya sesuai dengan
keyakinannya, tidak mengganggu dan mengusik ketenangan pemeluk agama lain,
namun juga mengambil sikap tegas untuk berlepas diri dalam urusan-urusan yang
termasuk ranah akidah dan agama mereka
Upaya penanggulangan radikalisme
2. Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila

Pasca Orde Baru ideologi global masuk dengan derasnya danmempengaruhi anak
bangsa. Cita-cita dan semangat utamabangsa tertutup timbunan ideologi luar.
Dengan kondisi ini,negara dituntut untuk menyegarkan kembali ajaran
Pancasilabagi warga negara, yakni dengan mengamalkan nilai-nilai luhuryang ada
di dalamnya melalui upaya sistematis pada kurikulumpembelajaran pada semua
tingkat satuan pendidikan

3. Penguatan Peran Masyarakat Sipil Selain fokus pada upaya revitalisasi ideologi
Pancasila, sejauhini pemerintah juga telah berupaya memperkuat
keterlibatanmasyarakat sipil (civil society) dalam menangkal penyebaran paham
radikal. Upaya ini sebagai bagian dari pelibatan multistake holder yang
mendukung kebijakan pemerintah dalammemperkuat basis moderasi di kalangan
masyarakat sipilIndonesia.
Radikalisme di Indonesia
akar munculnya gerakan radikalisme ini di Indonesia tidak bisa
dilepaskan pasca-Orde Baru dari pergantian rezim yang semakin
terbuka. Kemunculan gerakan radikalisme agama, seperti Jemaah
Islamiyah (JI) maupun yang terang-terangan seperti Laskar Jihad,
Laskar Jundullah, FPI, MMI, HTI, dan lain-lain merupakan dampak
ikutan dari semakin terbukanya iklim politik dan demokrasi pasca-
tumbangnya Orde Baru.(Masdar Hilmy, 2015: 408).
Dalam perkembangannya, terdapat dua bentuk berbeda dari gerakan
Islam radikal di Indonesia.

Pertama, gerakan Islam radikal yang masih berada dalam


habitatnya. Beberapa diantaranya adalah, Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI), Tarbiyah-Ikhwanul Musliminan dan Gerakan Salafi-Wahabi.

Kedua, gerakan Islam radikal yang sudah bermetamorfosis,


meskipun secara ideologis sangat bersesuaian dengan gerakan Islam
radikal transnasional di timur tengah. Beberapa contoh dapat disebut,
misalnya, Front Pembela Islam (FPI), Lasykar Jihad (LJ), Majelis
Mujahidin Indonesia (MMI), dan sebagainya.
Kesimpulan
Radikalisme dapat terjadi karena pengertian seseorang terhadap agama yang kurang tepat . Adanya
penindasan, ketidakadilan, dan marginalisasi yang melahirkan gerakan perlawanan. Selain itu , adanya
tekanan sosial, ekonomi, dan politik yang mengganggu kemakmuran, pemerataan dan keadilan membuat
lingkungan Masyarakat menjadi tidak kondusif.

Sikap dari umat beragama yang berupaya memperjuangkan keyakinan yang mereka anggap benar dengan
sikap-sikap emosional yang menjurus pada kekerasan serta kurangnya kesadaran bermasyarakat berbangsa
secara pluralistik sehingga menyebabkan hilangnya rasa toleran merupakan akar dari terciptanya gerakan
radikal.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi radikalisme
yaitu dengan memperkuat Ideologi Toleransi dengan menjadikan
Lembaga Pendidikan Sebagai Basis Kehidupan Toleransi dan
membangun Islam Indonesia Yang Toleran serta Melakukan
Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan berupaya memperkuat
keterlibatan masyarakat sipil (civil society) dalam menangkal
penyebaran paham radikal.
Daftar Pustaka
● Aziz, A.(2016).Memperkuat Kebijakan Negara Dalam Penanggulangan
Radikalisme di Lembaga Pendidikan.Hikmah, Vol. XII, No.1.
● Rubaidi.(2017).Variasi Gerakan Radikal Islam di Indonesia.Universitas
Islam Negeri Raden Intan Lampung, Vol. 11, No.1.

https://moraref.kemenag.go.id/documents/article/97409614584219362

● Galih Puji Mulyoto; Galih Puji Mulyono, Radikalisme Agama di Indonesia


(Ditinjau dari Sudut Pandang Sosiologi Kewarganegaraan),STKIP PGRI Ngawi
1 , Universitas Merdeka Malang

http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/785528

Anda mungkin juga menyukai