Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“ISU PERTARUNGAN IDEOLOGI : RADIKALISME, FUNDAMENTALISME“

Disusun oleh :
KELOMPOK 7

1. Azizah Alaydrus 012011233031


2. Ghina Dhiya Ulhaq 012011233030
3. Inez Ainurrizky 042011433092
4. Kurnia Ayu Fitria N 042011433096
5. Mahsa Pasca Genbi Muhammad 042011433080
6. Nabila Azzahra 042011133110
7. Novenda Listyawati 042011433087
8. Yanisa Asrika Tinaldri 042011433093

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
A. Pengertian Radikalisme
Radikalisme merupakan paham atau aliran yang menginginkan
perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau
drastis. Esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung
perubahan. Sementara itu, radikalisme menurut wikipedia adalah suatu paham
yang dibuat-buat oleh sekelompok orang yang menginginkan perubahan atau
pembaharuan sosial dan politik secara drastic dengan menggunakan cara-cara
kekerasan.
Apabila dilihat dari sudut pandang keagamaan dapat diartikan sebagai
paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar
dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi sehingga tidak jarang penganut
dari paham/aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda
paham/aliran untuk mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan
dipercayainya untuk diterima secara paksa.
Adapun yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang
berpandangan kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan
keyakinan mereka. Sementara, Islam merupakan agama kedamaian. Islam tidak
pernah membenarkan praktik penggunaan kekerasan dalam menyebarkan
agama, paham keagamaan serta paham politik.
Inti radikalisme ialah perilaku jiwa dalam membawa perbaikan.
Ketentuan perbaikan ras yang meyakini ideologi radikalisme ialah perbaikan
radikal yang renggang berselisih dengan tatanan yang sedang terjadi. Untuk
memeroleh tujuan tersebut, mereka kadang menerapkan kekerasan. Ideologi
tersebut kadang dikaitkan dengan terorisme, sebab mereka akan menjalani apa
saja untuk mengalahkan musuhnya. Selain itu, radikalisme kadang dikaitkan
dengan tindakan barisan ekstrim dalam suatu agama tertentu.
Banyak label-label yang diberikan oleh kalangan Eropa Barat dan
Amerika Serikat untuk menyebut gerakan Islam radikal dari sebutan kelompok
garis keras, ekstrimis, militant, Islam kiri, fundamentalisme, dan terorisme.

B. Sejarah Radikalisme
Dalam perspektif sejarah, gerakan radikalisme dalam Islam telah muncul
di masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, dengan munculnya golongan Khawarij
yang memberontak atas ketidaksetujuannya dengan tahkim yang memenangkan
musuh, yakni dari kelompok Muawiyah, kelompok Khawarij ini digolongkan
sebagai gerakan radikalisme Islam klasik.
Dari analisis sejarah ini, dapat diketahui bahwa cikal bakal lahirnya
aliran atau kelompok maupun organisasi Islam radikal kontemporer adalah
bersumber dari sejarah Islam itu sendiri, yang mulanya dipelopori oleh
kelompok Khawarij yang keras kepala, tidak mengenal kompromi dan dialog.
Kelompok inilah yang kemudian sekarang bermetamorfosis dalam bentuk
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), dan
Anshorud Tauhid, bahkan juga Front Pembela Islam (FPI).
Meskipun tidak ditemukan bukti empiris, latar belakang sejarah yang
kuat tentang pengaruh langsung ajaran Khawarij terhadap HTI, MMI, Anshorud
Tauhid, dan FPI. Penulis berkeyakinan terdapat unsur-unsur atau nilai-nilai
Khawarij dalam gerakan organisasi ini sama kerasnya dengan Khawarij, yaitu
tidak mau menempuh dialog, jalan moderat, dan persuasif.

C. Ciri-Ciri Radikalisme
Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri dari radikalisme, yakni sebagai berikut :
 Terjadi dari reaksi terkandung keadaan yang masih berjalan, reaksi
tersebut dibentuk dalam bagian ulasan, pertentangan, dan pemberontakan
 Tidak sempat berakhir dalam cara pertentangan sebelum terdapat
transformasi radikal tentang situasi yang dikehendaki
 Menerapkan kekejaman dalam membentuk cita-citanya
 Memandang seluruh yang berpolemik dengan bersalah

D. Faktor Penyebab Radikalisme


 Faktor Pemikiran. Pada masa sekarang muncul dua pemikiran seakan
alam ini tidak mendapat keberkahan lagi dari Allah SWT lagi, penuh
dengan penyimpangan sehingga satu-satunya jalan adalah
mengembalikannya kepada agama. Namun, caranya kasar dan kaku.
 Faktor Ekonomi. Dalam keadaan terdesak atau himpitan ekonomi,
apapun bisa mereka lakukan, bisa saja mereka melakukan terror.
 Faktor Politik. Jika seorang pemimpin menggunakan politik yang hanya
berpihak pada pemilik modal, kekuatan asing, bahkan politik
pembodohan rakyat. Maka, akan timbul kelompok masyarakat yang akan
menamakan dirinya sebagai penegak keadilan yang dapat saling
menghancurkan satu sama lain.
 Faktor Sosial. Ekonomi masyarakat yang sangat rendah membuat mereka
berpikir sempit dan akhirnya mereka mencari perlindungan kepada
ulama yang radikal.
 Faktor Psikologis. Pengalaman seseorang yang mengalami kepahitan
dalam hidupnya, seperti kegagalan dalam karier, permasalahan keluarga,
tekanan batin, kebencian, dan dendam. Hal-hal tersebut dapat mendorong
sesseorang untuk berbuat penyimpangan dan anarkis.
 Faktor Pendidikan. Radikalisme dapat terjadi disebabkan pendidikan
yang salah. Hal paling utama adalah Pendidikan agama yang sangat
sensitive karena pendidikan agama “amal ma’ruf nahi munkar”, tetapi
dengan pendidikan yang salah akan berubah menjadi “amal munkar.”

E. Cara Mengatasi Radikalisme


 Meningkatkan pemahaman keagamaan
 Membentuk komunitas-komunitas damai di lingkungan sekitar
 Menyebarkan virus damai di dunia maya
 Menjaga persatuan dan kesatuan

F. Contoh Gerakan Radikalisme di Indonesia


 Darul Islam/Tentara Islam Indonesia di Jawa Barat
 Darul Islam/Tentara islam Indonesia di Sulawesi Selatan
 Darul Islam/Tentara Islam Indonesia di Aceh
 Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
 Al-Jama’ah Al-Islamiyah
G. Pandangan Terhadap Radikalisme di Indonesia
Ketakutan terror dan radikalisme telah sampai di Indonesia dengan
meledaknya beberapa peristiwa berdarah dan kekerasan atas nama agama yang
didalangi oleh kelompok radikal Islam. Peristiwa tersebut antara lain adalah
terjadinya rentetan peristiwa terror pemboman di Legian Kuta, Bali yang
menelan korban ratusan orang, tragedi Ahmadiyah di Cekuesik-Banten,
perusakan gereja di Temanggung-Jawa Tengah, pengeboman gereja pada waktu
upacara keagamaan hingga terror dalam bentuk demonstrasi dan aksi masyarakat
yang dibalut atas nama isu penistaan agama dan SARA yang beberapa waktu
lalu telah menghangatkan suhu kerukunan antar umat beragama. Dampak dari
aksi demonstrasi 114 dan 112 di Jakarta masih bisa dirasakan imbasnya sampai
sekarang. Kartodirjo mendefinisikan radikalisme agama sebagai gerakan
keagamaan yang berupaya merombak secara total suatu tatanan politik atau
tatanan sosial yang ada dengan menggunakan kekerasan. Kendati ekspresi
radikalisme keagamaan demikian beragam, tetapi secara umum dapat
didefinisikan sebagai sebuah gerakan yang selalu dikaitkan dengan pertentangan
secara tajam antara nilai-nilai yang dianut dan diperjuangkan oleh kelompok
tertentu dengan nilai-nilai yang berlaku dan dipandang mapan. Pertentangan
yang dimaksud seringkali menimbulkan resistansi. Oleh karena itu, pertentangan
selalu dikonotasikan dengan kekerasan fisik maupun kultural berupa kekerasan
ideologis, baik secara lisan maupun tulisan.
Ketika menengok sejarah bangsa Indonesia, setelah Islam semakin kokoh
dengan menancapkan pengaruhnya, Islam pun mulai meningkatkan perannya.
Dari yang semula memerankan diri sebagai basis pengembangan sistem
kemasyarakatan, lambat-laun mulai meningkatkan perannya ke areal politik
melalui upaya untuk mendirikan kerajaan Islam seperti, kerajaan Pasai, Demak,
Mataram, dan Pajang. Kerajaan itu mengalami keruntuhan karena adanya
berbagai faktor yang disebabkan oleh konflik internal dan eksternal. Namun
demikian, posisi Islam tetap tidak terpengaruh oleh berbagai dinamika sejarah
tersebut, melainkan tetap kukuh dan menyatu dengan kehidupan masyarakat
pribumi. Singkat kata, Islam di Indonesia hamper selalu memperlihatkan
pengaruhnya terhadap setia[ sudut sejarah perkembangan bangsa Indonesia.
Wajah Islam yang ramah dan santun selalu menjadi identitas perjalanan
perkembangan agama di bumi. Gejolak dan dinamika yang sifatnya radikal
nyaris tidak tampak pada rentang sejarah akulturasi dan gerakan dakwah Islam
pada periode awal di bumi nusantara yang diajarkan dan didakwahkan oleh wali
songo. Seiring perjalanan waktu, konteks ke-Indonesia-an, dakwah dan
perkembangan Islam mengalami kemunduran dan penuh dengan penodaan.
Gejala kekerasan melalui gerakan radikalisme mulai bermunculan. Setelah
hadirnya orang Arab muda dari Hadramaut-Yaman ke Indonesia yang membawa
ideologi baru yang lebih keras dan tidak mengenal toleransi itu banyak
dipengaruhi oleh mazhab pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab atau Wahabi
yang saat ini menjadi ideologi resmi pemerintah Arab Saudi. Padahal,
sebelumnya hamper semua para pendatang Arab yang datang ke Asia Tenggara
adalah penganut mazhab Syafi’I yang penuh dengan toleransi dan semangat
kedamaian. Dalam catatan sejarah, terdapat pemeberontakan yang bertujuan
untuk mengubah ideologi Pancasila menjadi ideologi Islam. Pemberontakan
tersebut dinamakan DI/TII. Pemberontakan ini, kurang lebih sama dengan
tragedi Gestapu/PKI yang merenggut banyak nyawa orang. Ancaman gerakan
radikalisme mulai membedar karena pendukungnya juga makin meningkat
seiring atmosfer reformasi yang memberikan angin segar demokrasi untuk
tumbuh berkembangnnya berbagai kelompok radikal. Bahkan, kaderisasi yang
dilakukan kelompok radikal tersistematis secara rapi hingga saat ini. Oleh
karena itu, ketegaan pemerintah,kepedulian organisasi kemasyarakatan, dan
tindakan konstruktif warga Indonesia untuk meminimalisasi dan menangkal arus
gerakan perkembangan radikalisme agama di Indonesia sudah tidak bisa ditunda.

H. Pengertian Fundamentalisme
Fundamentalisme berasal dari kata latin fundamentum, yang berarti
fundamen atau dasar. Menurut Karen Armstorng istilah fundamentalisme adalah
istilah yang sesat. Di Islam sendiri istilah tersebut adalah Ushuliyah, kata yang
merujuk pada penelitian atas sumber-sumber berbagai aturan dan prinsip hukum
Islam. Fundamentalisme adalah paham yang berjuang untuk menegakkan
kembali norma-norma dan keyakinan agama tradisional untuk menghadapi
sekularisme. Fundamentalisme sering dilawankan dengan modernisme yaitu
aliran yang mengutamakan setiap yang modern atau yang baru dari setiap apa
yang lama atau kuno.
Dalam Islam, fundamentalisme diartikan sebagai paham yang bermaksud
mempertahankan ajaran dasar Islam, menjauhkan dari segala
bentuk tahayyul, bid’ah dan khurafat seperti yang dilakukan oleh Ahmad bin
Hanbal dan Ibn Taimiyah. Namun, perkembangan lebih lanjut kelompok
fundamentalisme dianggap sebagai kelompok garis keras yang sering bertindak
irrasional dan selalu dikaitkan dengan gerakan-gerakan dan revolusi, seperti
gerakan Wahabi di Saudi Arabia, Khumaini di Iran, Hasan al-Banna, Sayid
Qutub di Mesir dan seterusnya. Sebagian orang juga menilai, bahwa
fundamentalisme adalah kelompok yang melawan tatanan politik yang ada. Oleh
sebab itu kelompok oposisi Islam sering dianggap sebagai fundamentalis

I. Sejarah Fundamentalisme
Menurut John L. Esposito, sejak akhir tahun 70-an dan sepanjang
dasawarsa tahun 80-an, gambaran dunia Islam yang muncul di Barat adalah
Islam merupakan kaum militan yang mengganggu stabilitas Negara,
meruntuhkan pemerintahan, dan memaksakan versi mereka sendiri tentang
Negara Islam sehingga pada akhirnya muncul persamaan yang terlalu
menggampangkan pesoalan bahwa Islam identik dengan fundamentalisme,
terorisme dan ekstrimisme. Sebuah gerakan fudamentalis tidak muncul dengan
cepat. Reaksi mereka baru tampak agresif menyentak bagi kebangkitan
modernitas Barat, ketika proses modernisasi sudah maju.
Menurut Hassan Hanafi rombongan liar kebangkitan Islam modern
dimotori oleh gerakan Muhammad bin Abdul Wahhab yang mempunyai gerakan
berkarakter fundamentalisme. Ia berjuang memurnikan ajaran tauhid dari segala
kotoran yang syirik. Api kebangkitan kemudian ditangani oleh Jamaluddin al-
Afghani yang menghadapi ancaman dari luar, imperialisme, keterbelakangan
umat, dan kedzaliman pengusa. Disusul kemudian oleh Abdurrahan al-Kawakibi
yang menyerukan umat Islam untuk mendirikan negara Arab Islam sebagai
upaya revitalisasi kekhilafahan dan umat Islam itu sendiri. Dan masih banyak
aksi lainnya yang mengandung unsur kebangkitan Islam. Gerakan-gerakan ini
sama-sama mempunyai komitmen yang sama, meletakkan dasar-dasar
metodologis dalam rangka melanjutkan putaran kedua peradaban Islam yang
masih mandeg selama lima abad.
Pembaru berikutnya adalah Hasan Al-Banna. Hasan Al-Banna mampu
mengumpulkan massa untuk melakukan budaya tanding terhadap pemerintahan
yang pro Barat dan tidak menghiraukan kepercayaan Islam. Program-program
gerakan Ikhwan ini, bagi Banna adalah untuk menutupi kelalaian pemerintahan
pada masanya, bukan untuk menyerang atau mengkudeta pemerintahan.
Sayangnya pemerintah, menganggap organisasi ini sebagai gerakan tandingan
bagi pemerintah. Oleh karena itu Banna dibunuh dan meninggal 1949.
Tokoh transisi lahirnya tokoh fundamentalisme pada zaman modern
yaitu Sayyid Quthb (1906-1966) di Mesir yang dipengaruhi pemikiran Abul
A’ala Al Mawdudi. Quthb menggiring gerakan ideologi berikutnya lebih agresif,
bahkan lebih dari yang mempengaruhinya, Mawdudi. Kegagalan yang bertubi-
tibu kini menjadi semangat agresif pergerakan. Berikutnya, Arsmtrong
berpendapat bahwa kebijakan luar negeri Barat juga telah mempercepat
bangkitnya fundamentalisme di Timur Tengah. Kudeta yang didukung CIA dan
Intelijen Inggris di Iran (1953) untuk menggulingkan penguasa nasionalis
sekuler Muhammad Mosadeq (1881-1967) dan mengembalikan Syah
Muhammad Reza Pahlevi yang telah diasingkan ke tampuk kekuasaan
menyisakan perasaan pahit bagi warga Iran, penghianatan, penghinaan, dan
ketidakberdayaan.

J. Ciri-Ciri Fundamentalisme
Berikut ini merupakan ciri-ciri fundamentalisme :
 Paham fundamentalisme menganggap dirinya lebih murni dan lebih benar
daripada lawan-lawan mereka yang iman atau ajaran agama yang lain.
 Agama menjadi basis ideologinya dan agama dipakai sebagai pusat
pemerintahannya. Pemimpin tertinggi negara tersebut haruslah seorang petinggi
agama.
 Segala kegiatan pemerintahan dan hukum-hukumnya diambil dari kitab suci
dasar negara sendiri memakai ideologi agama.
K. Faktor Penyebab Fundamentalisme
Berikut ini merupakan faktor penyebab fundamentalisme :
 Pemahaman terhadap teks keagamaan yang kaku dan literalis
 Lingkungan keluarga
 Pendidikan
 Latar keilmuan
 Program mentoring
 Peran guru dan dosen

L. Gerakan Islam Fundamentalis


Muncul pertanyaan menggelitik, kenapa gerakan fundamentalisme selalu
membenci dan memusuhi Barat, dalam hal ini Amerika?
Banyak faktor yang melatari, antara lain :
1) Amerika seringkali merupakan musuh sekunder dalam peranannya
sebagai mitra dagang dan aliansi politik. Amerika memiliki kepentingan
yang tertanam dalam memojokkan stabilitas rezim-rezim di seluruh
dunia. Hal ini seringkali menempatkan Amerika pada posisi yang tidak
menyenangkan karena menjadi pembela dan promotor pemerintah-
pemerintah sekuler, sehingga mereka dianggap sebagai musuh utama
oleh lawan-lawan.
2) Secara langsung maupun tidak, ia telah mendukung kultur modern dalam
sebuah dunia di mana orang-orang desa yang berada di pojok-pojok
dunia.
3) Berkaitan dengan "penghinaan" hegemoni Amerika adalah pada aspek
ekonomi, meskipun sebagian besar kerjasama perdagangan internasional
bersifat multinasional dengan ikatan-ikatan personal dan legal lebih dari
satu negara, tetapi kebanyakan berbasis di Amerika atau memiliki
asosiasi-asosiasi di Amerika.
4) Masa depan yang hitam dan menakutkan bagi Islam adalah dominasi
global dan kultur Amerika.

M. Titik Kelemahan Islam Fundamentalis


Muncul pertanyaan menggelitik, kenapa gerakan fundamentalisme selalu
membenci dan memusuhi Barat, dalam hal ini Amerika?
Banyak faktor yang melatari, antara lain :
1) Amerika seringkali merupakan musuh sekunder dalam peranannya
sebagai mitra dagang dan aliansi politik. Amerika memiliki kepentingan
yang tertanam dalam memojokkan stabilitas rezim-rezim di seluruh
dunia. Hal ini seringkali menempatkan Amerika pada posisi yang tidak
menyenangkan karena menjadi pembela dan promotor pemerintah-
pemerintah sekuler, sehingga mereka dianggap sebagai musuh utama
oleh lawan-lawan.
2) Secara langsung maupun tidak, ia telah mendukung kultur modern dalam
sebuah dunia di mana orang-orang desa yang berada di pojok-pojok
dunia.
3) Berkaitan dengan "penghinaan" hegemoni Amerika adalah pada aspek
ekonomi, meskipun sebagian besar kerjasama perdagangan internasional
bersifat multinasional dengan ikatan-ikatan personal dan legal lebih dari
satu negara, tetapi kebanyakan berbasis di Amerika atau memiliki
asosiasi-asosiasi di Amerika.
4) Masa depan yang hitam dan menakutkan bagi Islam adalah dominasi
global dan kultur Amerika.

N. Kesimpulan
Ancaman disintegrasi bangsa dan konflik horizontal diiringi kebencian
dan kekerasan telah menjadi fenomen yang melekat pada berbagai aksi
kelompok radikal. Hal itu, secara konsisten telah mengubah wajah Islam
Indonesia yang identic dengan toleran, damai, dan ramah menjadi wajah lain
Islam yang sangar, kaku, dan bengis. Aksi radikalisme, intoleransi, dan
lunturnya kecintaan pada Pancasila dan bangsa Indonesia adalah bencana besar
yang harus diwaspadai oleh semua elemen bangsa yang mengharapkan kesatuan
negara Indonesia tetap utuh. Radikalime sering sianggap sama dengan
fundamentalisme. Fundamentalisme dalam Islam maupun agama lainnya adalah
keinginan untuk kembali semata-mata kepada teks agama dengan mengabaikan
sumbangan sejarah, filsafat, dan tradisi manusia. Sedangkan, radikalisme sendiri
adalah paham yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan
politik dengan cara yang keras. Fundamentalisme bukan politik radikal atau
revolusioner. Fundamentalisme menjadi radikal saat keinginannya untuk
mereformasi masyarakat dijelaskan terhadap istilah politik. Oleh karena itu,
ketegasan pemerintah, kepedulian organisasi kemasyarakatan, dan gerakan akar
rumput (civil society) harus secara sistematis terus digalakkan.

O. Daftar Pustaka
 http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jsq/article/download/3217/2818/
 https://pakdosen.co.id/radikalisme-adalah/
 https://media.neliti.com/media/publications/177446-ID-none.pdf
 Jurnal Dakwah & Komunikasi, Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto KOMUNIKA ISSN: 1978-
1261 Vol.7 No. 1 Januari - Juni 2013.

 Umi Sumbulah, Islam Radikal dan Pluralisme Agama “studi Konstruksi Sosial Aktivis Hizb al-
Tahrir dan Majelis Mujahidin di Malang Tentang Agama Kristen dan Yahudi”. (Penerbit Badan
Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010), hlm. 39

 Robingatun, Jurnal Radikalisme Islam dan Ancaman Kebangsaan Vol. 26 No. 1 Januari 2017,

hlm.100.

 http://digilib.uinsby.ac.id/6542/3/Bab%202.pdf
 https://uin-malang.ac.id/r/151101/agama-antara-fundamentalis-dan-
moderat.html
 https://ardra.biz/topik/ciri-ciri-ideologi-fundamentalisme/
 https://www.nu.or.id/post/read/38155/pemahaman-rigid-faktor-
penyebab-gerakan-fundamentalisme
 https://media.neliti.com/media/publication/63919-ID-fundamentalisme-
agama-antara-fenomena-da.pdf

Anda mungkin juga menyukai