Disusun oleh :
KELOMPOK 7
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
A. Pengertian Radikalisme
Radikalisme merupakan paham atau aliran yang menginginkan
perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau
drastis. Esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung
perubahan. Sementara itu, radikalisme menurut wikipedia adalah suatu paham
yang dibuat-buat oleh sekelompok orang yang menginginkan perubahan atau
pembaharuan sosial dan politik secara drastic dengan menggunakan cara-cara
kekerasan.
Apabila dilihat dari sudut pandang keagamaan dapat diartikan sebagai
paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar
dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi sehingga tidak jarang penganut
dari paham/aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda
paham/aliran untuk mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan
dipercayainya untuk diterima secara paksa.
Adapun yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang
berpandangan kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan
keyakinan mereka. Sementara, Islam merupakan agama kedamaian. Islam tidak
pernah membenarkan praktik penggunaan kekerasan dalam menyebarkan
agama, paham keagamaan serta paham politik.
Inti radikalisme ialah perilaku jiwa dalam membawa perbaikan.
Ketentuan perbaikan ras yang meyakini ideologi radikalisme ialah perbaikan
radikal yang renggang berselisih dengan tatanan yang sedang terjadi. Untuk
memeroleh tujuan tersebut, mereka kadang menerapkan kekerasan. Ideologi
tersebut kadang dikaitkan dengan terorisme, sebab mereka akan menjalani apa
saja untuk mengalahkan musuhnya. Selain itu, radikalisme kadang dikaitkan
dengan tindakan barisan ekstrim dalam suatu agama tertentu.
Banyak label-label yang diberikan oleh kalangan Eropa Barat dan
Amerika Serikat untuk menyebut gerakan Islam radikal dari sebutan kelompok
garis keras, ekstrimis, militant, Islam kiri, fundamentalisme, dan terorisme.
B. Sejarah Radikalisme
Dalam perspektif sejarah, gerakan radikalisme dalam Islam telah muncul
di masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, dengan munculnya golongan Khawarij
yang memberontak atas ketidaksetujuannya dengan tahkim yang memenangkan
musuh, yakni dari kelompok Muawiyah, kelompok Khawarij ini digolongkan
sebagai gerakan radikalisme Islam klasik.
Dari analisis sejarah ini, dapat diketahui bahwa cikal bakal lahirnya
aliran atau kelompok maupun organisasi Islam radikal kontemporer adalah
bersumber dari sejarah Islam itu sendiri, yang mulanya dipelopori oleh
kelompok Khawarij yang keras kepala, tidak mengenal kompromi dan dialog.
Kelompok inilah yang kemudian sekarang bermetamorfosis dalam bentuk
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), dan
Anshorud Tauhid, bahkan juga Front Pembela Islam (FPI).
Meskipun tidak ditemukan bukti empiris, latar belakang sejarah yang
kuat tentang pengaruh langsung ajaran Khawarij terhadap HTI, MMI, Anshorud
Tauhid, dan FPI. Penulis berkeyakinan terdapat unsur-unsur atau nilai-nilai
Khawarij dalam gerakan organisasi ini sama kerasnya dengan Khawarij, yaitu
tidak mau menempuh dialog, jalan moderat, dan persuasif.
C. Ciri-Ciri Radikalisme
Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri dari radikalisme, yakni sebagai berikut :
Terjadi dari reaksi terkandung keadaan yang masih berjalan, reaksi
tersebut dibentuk dalam bagian ulasan, pertentangan, dan pemberontakan
Tidak sempat berakhir dalam cara pertentangan sebelum terdapat
transformasi radikal tentang situasi yang dikehendaki
Menerapkan kekejaman dalam membentuk cita-citanya
Memandang seluruh yang berpolemik dengan bersalah
H. Pengertian Fundamentalisme
Fundamentalisme berasal dari kata latin fundamentum, yang berarti
fundamen atau dasar. Menurut Karen Armstorng istilah fundamentalisme adalah
istilah yang sesat. Di Islam sendiri istilah tersebut adalah Ushuliyah, kata yang
merujuk pada penelitian atas sumber-sumber berbagai aturan dan prinsip hukum
Islam. Fundamentalisme adalah paham yang berjuang untuk menegakkan
kembali norma-norma dan keyakinan agama tradisional untuk menghadapi
sekularisme. Fundamentalisme sering dilawankan dengan modernisme yaitu
aliran yang mengutamakan setiap yang modern atau yang baru dari setiap apa
yang lama atau kuno.
Dalam Islam, fundamentalisme diartikan sebagai paham yang bermaksud
mempertahankan ajaran dasar Islam, menjauhkan dari segala
bentuk tahayyul, bid’ah dan khurafat seperti yang dilakukan oleh Ahmad bin
Hanbal dan Ibn Taimiyah. Namun, perkembangan lebih lanjut kelompok
fundamentalisme dianggap sebagai kelompok garis keras yang sering bertindak
irrasional dan selalu dikaitkan dengan gerakan-gerakan dan revolusi, seperti
gerakan Wahabi di Saudi Arabia, Khumaini di Iran, Hasan al-Banna, Sayid
Qutub di Mesir dan seterusnya. Sebagian orang juga menilai, bahwa
fundamentalisme adalah kelompok yang melawan tatanan politik yang ada. Oleh
sebab itu kelompok oposisi Islam sering dianggap sebagai fundamentalis
I. Sejarah Fundamentalisme
Menurut John L. Esposito, sejak akhir tahun 70-an dan sepanjang
dasawarsa tahun 80-an, gambaran dunia Islam yang muncul di Barat adalah
Islam merupakan kaum militan yang mengganggu stabilitas Negara,
meruntuhkan pemerintahan, dan memaksakan versi mereka sendiri tentang
Negara Islam sehingga pada akhirnya muncul persamaan yang terlalu
menggampangkan pesoalan bahwa Islam identik dengan fundamentalisme,
terorisme dan ekstrimisme. Sebuah gerakan fudamentalis tidak muncul dengan
cepat. Reaksi mereka baru tampak agresif menyentak bagi kebangkitan
modernitas Barat, ketika proses modernisasi sudah maju.
Menurut Hassan Hanafi rombongan liar kebangkitan Islam modern
dimotori oleh gerakan Muhammad bin Abdul Wahhab yang mempunyai gerakan
berkarakter fundamentalisme. Ia berjuang memurnikan ajaran tauhid dari segala
kotoran yang syirik. Api kebangkitan kemudian ditangani oleh Jamaluddin al-
Afghani yang menghadapi ancaman dari luar, imperialisme, keterbelakangan
umat, dan kedzaliman pengusa. Disusul kemudian oleh Abdurrahan al-Kawakibi
yang menyerukan umat Islam untuk mendirikan negara Arab Islam sebagai
upaya revitalisasi kekhilafahan dan umat Islam itu sendiri. Dan masih banyak
aksi lainnya yang mengandung unsur kebangkitan Islam. Gerakan-gerakan ini
sama-sama mempunyai komitmen yang sama, meletakkan dasar-dasar
metodologis dalam rangka melanjutkan putaran kedua peradaban Islam yang
masih mandeg selama lima abad.
Pembaru berikutnya adalah Hasan Al-Banna. Hasan Al-Banna mampu
mengumpulkan massa untuk melakukan budaya tanding terhadap pemerintahan
yang pro Barat dan tidak menghiraukan kepercayaan Islam. Program-program
gerakan Ikhwan ini, bagi Banna adalah untuk menutupi kelalaian pemerintahan
pada masanya, bukan untuk menyerang atau mengkudeta pemerintahan.
Sayangnya pemerintah, menganggap organisasi ini sebagai gerakan tandingan
bagi pemerintah. Oleh karena itu Banna dibunuh dan meninggal 1949.
Tokoh transisi lahirnya tokoh fundamentalisme pada zaman modern
yaitu Sayyid Quthb (1906-1966) di Mesir yang dipengaruhi pemikiran Abul
A’ala Al Mawdudi. Quthb menggiring gerakan ideologi berikutnya lebih agresif,
bahkan lebih dari yang mempengaruhinya, Mawdudi. Kegagalan yang bertubi-
tibu kini menjadi semangat agresif pergerakan. Berikutnya, Arsmtrong
berpendapat bahwa kebijakan luar negeri Barat juga telah mempercepat
bangkitnya fundamentalisme di Timur Tengah. Kudeta yang didukung CIA dan
Intelijen Inggris di Iran (1953) untuk menggulingkan penguasa nasionalis
sekuler Muhammad Mosadeq (1881-1967) dan mengembalikan Syah
Muhammad Reza Pahlevi yang telah diasingkan ke tampuk kekuasaan
menyisakan perasaan pahit bagi warga Iran, penghianatan, penghinaan, dan
ketidakberdayaan.
J. Ciri-Ciri Fundamentalisme
Berikut ini merupakan ciri-ciri fundamentalisme :
Paham fundamentalisme menganggap dirinya lebih murni dan lebih benar
daripada lawan-lawan mereka yang iman atau ajaran agama yang lain.
Agama menjadi basis ideologinya dan agama dipakai sebagai pusat
pemerintahannya. Pemimpin tertinggi negara tersebut haruslah seorang petinggi
agama.
Segala kegiatan pemerintahan dan hukum-hukumnya diambil dari kitab suci
dasar negara sendiri memakai ideologi agama.
K. Faktor Penyebab Fundamentalisme
Berikut ini merupakan faktor penyebab fundamentalisme :
Pemahaman terhadap teks keagamaan yang kaku dan literalis
Lingkungan keluarga
Pendidikan
Latar keilmuan
Program mentoring
Peran guru dan dosen
N. Kesimpulan
Ancaman disintegrasi bangsa dan konflik horizontal diiringi kebencian
dan kekerasan telah menjadi fenomen yang melekat pada berbagai aksi
kelompok radikal. Hal itu, secara konsisten telah mengubah wajah Islam
Indonesia yang identic dengan toleran, damai, dan ramah menjadi wajah lain
Islam yang sangar, kaku, dan bengis. Aksi radikalisme, intoleransi, dan
lunturnya kecintaan pada Pancasila dan bangsa Indonesia adalah bencana besar
yang harus diwaspadai oleh semua elemen bangsa yang mengharapkan kesatuan
negara Indonesia tetap utuh. Radikalime sering sianggap sama dengan
fundamentalisme. Fundamentalisme dalam Islam maupun agama lainnya adalah
keinginan untuk kembali semata-mata kepada teks agama dengan mengabaikan
sumbangan sejarah, filsafat, dan tradisi manusia. Sedangkan, radikalisme sendiri
adalah paham yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan
politik dengan cara yang keras. Fundamentalisme bukan politik radikal atau
revolusioner. Fundamentalisme menjadi radikal saat keinginannya untuk
mereformasi masyarakat dijelaskan terhadap istilah politik. Oleh karena itu,
ketegasan pemerintah, kepedulian organisasi kemasyarakatan, dan gerakan akar
rumput (civil society) harus secara sistematis terus digalakkan.
O. Daftar Pustaka
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jsq/article/download/3217/2818/
https://pakdosen.co.id/radikalisme-adalah/
https://media.neliti.com/media/publications/177446-ID-none.pdf
Jurnal Dakwah & Komunikasi, Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto KOMUNIKA ISSN: 1978-
1261 Vol.7 No. 1 Januari - Juni 2013.
Umi Sumbulah, Islam Radikal dan Pluralisme Agama “studi Konstruksi Sosial Aktivis Hizb al-
Tahrir dan Majelis Mujahidin di Malang Tentang Agama Kristen dan Yahudi”. (Penerbit Badan
Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010), hlm. 39
Robingatun, Jurnal Radikalisme Islam dan Ancaman Kebangsaan Vol. 26 No. 1 Januari 2017,
hlm.100.
http://digilib.uinsby.ac.id/6542/3/Bab%202.pdf
https://uin-malang.ac.id/r/151101/agama-antara-fundamentalis-dan-
moderat.html
https://ardra.biz/topik/ciri-ciri-ideologi-fundamentalisme/
https://www.nu.or.id/post/read/38155/pemahaman-rigid-faktor-
penyebab-gerakan-fundamentalisme
https://media.neliti.com/media/publication/63919-ID-fundamentalisme-
agama-antara-fenomena-da.pdf