Anda di halaman 1dari 14

ISLAM RADIKALISME DAN TERORISME

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Al-Qur’an dan Isu Kontemporer
Dosen Pengampu: Dr. Asep Abdul Muhyi, S.Ud, M.Ag.

Disusun Oleh:
Muhamad Jajang Komarudin 1221030112
Muhammad Abdul Fatah 1221030115
Muhammad Luthfi 1221030126

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Radikalisme dan terorisme adalah dua fenomena yang sangat
kompleks dan sering dikaitkan dengan agama, terutama agama Islam.
Meskipun tidak semua penganut Islam terlibat dalam aksi radikal dan
terorisme, tetapi hal ini telah menjadi perhatian global di era modern karena
peristiwa-peristiwa terorisme yang melanda seluruh dunia.
Dalam pandangan Islam, radikalisme dan terorisme dianggap
bertentangan dengan nilai- nilai Islam yang sebenarnya. Sebagai agama
perdamaian, Islam mengajarkan bahwa kekerasan hanya dapat digunakan
dalam situasi yang sangat terbatas, seperti dalam pertahanan diri atau dalam
melindungi hak asasi manusia. Tindakan kekerasan yang merugikan orang
lain atau masyarakat secara umum, terutama dalam bentuk terorisme,
dinyatakan sebagai perbuatan kejahatan yang diharamkan dalam Islam.
Namun, radikalisme dan terorisme masih ada di kalangan orang-orang
yang mengaku sebagai penganut Islam. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi seseorang untuk terlibat dalam radikalisme dan terorisme,
seperti kesulitan ekonomi, ketidakpuasan politik, dan propagandaekstremis
yang dipropagandakan oleh kelompok-kelompok yang mengatasnamakan
Islam. Kita harus memahami bahwa Islam tidaklah bertanggung jawab atas
aksi-aksi terorisme dan radikalisme yang dilakukan oleh orang-orang yang
salah memahami nilai-nilai agama.Oleh karena itu, penyebaran informasi
yang benar dan akurat tentang nilai-nilai Islam sangat penting dalam
mengatasi radikalisme dan terorisme. Selain itu, pemerintah dan masyarakat
harus berperan aktif dalam memberikan pendidikan dan pelatihan untuk
mencegah radikalisme dan terorisme. Dengan memahami nilai-nilai Islam
yang sebenarnya, kita dapat bersama-sama memerangi radikalisme dan
terorisme demi terciptanya perdamaian dan harmoni dalam masyarakat.
1.2. Rumusan Masalah
▪ Apa akar masalah dari radikalisme dan terorisme?
▪ Bagaimana sejarah lahirnya gerakan radikalisme dan terorisme?
▪ Bagaimana sejarah dari gerakan radikalisme yang memunculkan
tindakan kekerasan di dunia?

1.3. Tujuan Penelitian


▪ Meneliti akar masalah dari radikalisme dan terorisme untuk
mengidentifikasi solusisumber-sumber radikalisme.
▪ Mengungkapkan sejarah lahirnya gerakan radikalisme dan terorisme
untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
gerakan tersebut.
▪ Menganalisis sejarah gerakan radikalisme untuk menemukan
penyebab dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok
radikal.
BAB II
METODE PENELITIAN

Metode kajian pustaka atau studi literatur adalah salah satu metode
penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menganalisis bahan
pustaka yang relevan dengan topikpenelitian dari berbagai sumber seperti buku,
jurnal, artikel, makalah, dan tesis. Metode ini dilakukan untuk memperoleh
pemahaman yang komprehensif tentang topik penelitian dan mengidentifikasi gap
penelitian yang dapat diisi oleh peneliti. Metode kajian pustaka juga
memungkinkan peneliti untuk melakukan sintesis data dan memperoleh gagasan
baru serta hipotesis yang dapat diuji dalam penelitian lebih lanjut. Metode kajian
pustaka dapat menjadi bagian dari metodologi penelitian kualitatif dan kuantitatif,
tergantung pada pendekatan yang digunakan oleh peneliti.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Akar Radikalisme dan Terorisme


Menurut Arsyad Mbai, radikalisme adalah akar dari terorisme. Dia
percaya bahwa paham- paham radikal itu menjadi sebab sering terjadinya
terror di indonesia. Oleh karena itu, untuk mencegah terorisme harus
dikaitkan dengan upaya pembasmian radikalisme. Arsyad Mbai dengan
khusus mengamati adanya gagasan ini pada sikap terror kalangan
masyarakat Indonesia dari awaltahun 2000-an. Dia juga menekankan bahwa
pemahaman dan gerakan radikalisme serta terorisme dapat berubah seiring
dengan keterbukaan para ideologinya. Selain itu, dia juga berpendapat bahwa
akar permasalahan radikalisme agama dan terorisme tidak terletak pada
persoalan keyakinan teologis, tetapi pada ketidakseimbangan di bidang
ekonomi, sosial, bahkan politik.1
Akar radikalisme bisa dilihat menurut beberapa sebab terhadap
timbulnya radikalisme, faktor selanjutnya sentiment keagamaan yang
terdapat pendekatan keagamaan untuk golongan teraniaya oleh energi
tertentu.2
Alasan selanjutnya yaitu faktor pemikiran antiwesternisme. Yang
berupa pandangan yang mengancam golongan umat muslim dalam
menerapkan hukum Islam, yang kemudian tanda - tanda western harus di
hilangkan agar tegaknya hukum Islam. Kemudian faktor yang ke lima yaitu
Faktor peraturan pemerintah. Ketidak mampuannya pemerintah di negara
mayoritas muslim dalam mengambil alih untuk meningkatkan keadaan
berkembangnya amarah kalangan umat Islam yang dipicu oleh kebanyakan
gagasan ideologi, baik militer maupun ekonomi di negara- negara maju.
Kemudian faktor yang terakhir yaitu disebabkan oleh faktor media massa

1
Dalam kutipan majalah Tempo (21/3/2011).
2
M. Zaki Mubarak (2008). Genealogi Islam Radikal di Indonesia: Gerakan, Pemikiran dan Prospek
Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka LP3ES.
(pers) western yang mendesakkan umat muslim yang menyebabkan
timbulnya suatu peristiwa tindak penganiayaan yang dilakukan oleh umat
muslim contohnya pada film fitna, yang menggambarkan tentang kiamat
(film 2012).
Radikalisme dan intoleransi adalah awal mula munculnya terorisme.
Karena orang-orang yang menjadi teroris ini berawal adanya intoleran
kemudian Radikal, lalu menjadi teroris. Intoleransi ini jangan dianggap
remeh, karena dari intoleransi ini bisa timbul Radikalisme serta terorisme.
Pada tahap ini, banyak umat yang mendukungnya. Ketika aksi terorisme
meledak, makapara pendukung intoleran dan radikalisme cuci tangan tidak
turut campur, dengan mengatakan tidak ada terorisme dalam agama.
3.2 Sejarah Lahirnya Radikalisme dan Terorisme
Radikalisme atas nama agama, khususnya dalam konteks Islam, sudah
terjadi sejak masa Nabi Muhammad SAW. Bahkan, Nabi Muhammad SAW
sendiri sudah mengabarkan dalam hadits-haditsnya bahwa gerakan semacam
ini akan selalu ada sampai akhir zaman. Sejarah Islam juga mencatat
kemunculan firqah Khawarij yang muncul sebagai respon ketidaksepakatan
terhadaptindakan tahkim dalam penyelesaian peperangan Shiffin. Meskipun
Khawarij berhasil ditumpas, pemikirannya bermetamorfosis dalam berbagai
bentuk firqah yang masih ada hingga saat ini. Hal ini menyebabkan masih
banyak ditemukan pemikiran yang fanatik, tekstual, dan fundamental dalam
Islam, dan kalangan yang berbeda pendapat dengan mereka seringkali diberi
stigma sebagai"kafir", "bid'ah", dan "sesat".
Kalimat tersebut menggambarkan bahwa kalangan radikal sangat aktif
dalam menyebarkan paradigma mereka dan banyak kalangan muda yang
terpengaruh oleh paradigma tersebut. Merekadidorong oleh pahala dan surga
sehingga banyak yang mendukung gerakan radikal, bahkan hingga rela
melakukan bom bunuh diri. Ironisnya, kebanyakan dari mereka belum cukup
berpengetahuandalam agama (belum 'alim dan faqih), namun mereka sudah
aktif berdakwah dengan perspektifyang mereka pelajari sendiri. Gerakan
mereka sangat terkoordinasi dan berhasil memengaruhi hampir seluruh
lapisan masyarakat. Oleh karena itu, paradigma ini harus menjadi perhatian
serius.3 istilah radikalisme muncul sebagai penamaan kepada gerakan politik
dan keagamaan yang berbeda dengan aksi mainstream.4 Pemikiran dan aksi
radikal yang berhubungan dengan komunitasMuslim dianggap sebagai cara
untuk peningkatan aspek-aspek keyakinan sebagai respon terhadaptuntutan
petinggi, kolonialisme, dan budaya barat.5 Radikalisme modern seringkali
muncul sebagai akibat tuntutan politik dari petinggi, ketidak berhasilan
pemerintah dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk masyarakat, dan
sebagai respon terhadap hegemoni Barat.6 terdapat tiga teori yangmenjelaskan
mengapa aksi radikal muncul dan menjamahi, khususnya aksi transnasional
yang ekspansif.
Radikalisme dalam komunitas Muslim seringkali muncul karena tiga
faktor. Pertama, ketidak berhasilan umat muslim dalam menghadapi ombak
modernisasi dan mencari tahu penghiburan dalam ajaran keagamaan. Kedua,
rasa kesolidaritasan terhadap negara muslim yang sedang dilanda
perselisihan. Dan selanjutnya, ketidak berhasilan negara dalam menggapai
tujuan keadilan kemasyarakatan dan kesejahteraan yang adil di Indonesia.
7
Gerakan radikalisme ini seringkali dipicu oleh satu tafsir yang eksklusif dan
berlebihan, pada dasarnya nilai-nilai agama mengajarkan tentang kedamaian,
kesejahteraan, kenyamanan, dan ketenangan di dunia dan akhirat.8
Wakil rektor UIN Syarif Hidayatullah Murodi mengungkapkan bahwa
usaha untuk mengafirkan orang lain sudah ada mulai abad 7-8 Masehi, ketika
terjadi perselsihan dalam dan perebutan kekuasaan di beberapa negara.
Gerakan radikal tersebut bertujuan untuk menjatuhkan peraturan serta

3
Opini umat islam tetang radikalisme terorisme https://www.nu.or.id/opini/islam-radikalisme-dan-
terorisme-JJC8P.
4
Scott M. Thomas (2005) dalam bukunya The Global Resurgence of Religion and The
Transformation of International Relation, The Struggle for the Soul of the Twenty-First Century.
5
Ernest Gelner (1981) dalam bukunya Muslim Society.
6
Mudhofir dan Syamsul Bakri (2005) menjelaskan dalam bukunya Memburu Setan Dunia, Ikhtiyar
Meluruskan Persepsi Barat dan Islam tentang Terorisme.
7
Syafi’i Ma’arif, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah 1999–2004, dalam buku Ilusi
Negara Islam, Ekspansi Gerakan Transnasional di Indonesia (2009).
8
Sekretaris MUI Jateng Prof Dr Ahmad Rofiq,
kekuasaan politik dan timbul di negara muslim, termasuk Indonesia.
Menurutnya, hal yang salah adalah mereka ingin mengganti ideologi negara
dengan ideologi Islam. Seharusnyayang diajarkan kepada kalangan adalah
bahwa negara ini dibuat oleh para pahlawan yang berideologi Pancasila yang
diulik dari sumber-sumber agama itu sendiri.9
3.3 Sejarah Radikalisme Yang Menyebabkan Terjadinya Tindak Kekerasan
Faktor penyebab timbulnya radikalisme beragama, itu sangat banyak
dan beragam, tapi seperti yang telah diungkapkan oleh Jhon L. Esposito
bahwa tindak kekerasan dan perang yang terjadi itu selalu di akibatkan
berawal dari faktor keimanan pada manusia itu sendiri.10 Sedangkan
menurut Yusuf Al Qardhawi timbulnya radikalisme beragama itu penyebab
utamanya adalah kurang mendalami dengan benar paham atas esensi ajaran
islam dan paham akan literalistik atas ungkapan-ungkapan agama.11
Namun sejarah pemahaman dan pergerakan radikal, setelah diteliti
lebih dalam yaitu berasal dari Eropa, lebih tepatnya di Inggris pada akhir
abad ke 18. Gerakan “radikal” awalnya adalah sebuah konteks politik yang
digunakan pertama kali oleh Charles James Fox dengan mengumumkan
“Reformasi Radikal” untuk sistem pemilihan reformasi parlemen pada tahun
1797.Reformasi radikal ini adalah gerakan untuk melakukan pembaharuan
yang muncul di Eropa pada abad ke 16, yang terdiri dari adanya pembesaran
hak pilih secara spontan ke sistem hak pilih universal12 diawali dengan
adanya pemberontakan para petani hanya untuk menurunkan atasan- atasan
mereka karna tidak diperlakukan secara adil dan merasa terdesak oleh
kalangan atas.
Karna mereka mendapat perlakuan tidak adil dengan adanya
pemerasan kaum bangsawan dan gereja.13 Para petani mendengarkan

9
Rakhmatulloh Kamis, 12 Mei 2016 - 17:29 WIB
https://nasional.sindonews.com/berita/1107997/14/sejarah-munculnya- radikalisme
10
John L. Esposito, Unholy War: Teror atas Nama Islam (Yogyakarta: Ikon, 2003), hlm. 30\
11
Yusuf al-Qaradhawi, as sahwah al Islamiyyah bayna al-juhud wa at-tataruf, cet ke-1 (Kairo: Dar
asy-Syuruq, 2001), hlm. 51-57
12
F.D Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 393
13
Thomas Van Den End, Harta dalam Bejana175
pemaparan yang di umumkan Luther yang berbicara tentang kebebasan yang
malah diartikan sebagai bebas dari kewajiban yang tidak semestinya, yaitu
diharuskannya membayar pajak bagi tuan tuannya, sehingga mereka
melakukan revolusi, membakar, memberontak, merampok, sampai
pembunuhan.14 Setelah awal abad ke 19 paham dan gerakan radikal
berkembang menjadi politik liberal untuk melakukan perubahan kehidupan
dan sistem politik yang lebih maju. Hubungan antara akar radikal dengan
agama itu tidak lain berawal dari persoalan dalam penafsiran, aliran dan sekte
yang berada dalam satu agama. Seperti menurut pandangan Azra radikal
dalam islam lebih karna disebabkan karna adanya pemahaman keagamaan
yang tekstual, setengah-setengah, terhadap memahami Al Quran.15
Sedang menurut Ibn Taimiyah golongan pertama yang menciptakan
perpecahan, memecah belah kan islam dan melakukan perbuatan yang
dilarang dalam islam adalah Khawarij, golongan ini berasal dari suku arab
Badui, para sejarawan menganggap Khawarij merupakan kelompok
pemberontak atau yang sering disebut Bughat. Dan golongan khawarij lah
yang sering menafsirkan Al Quran secara tekstual, karna itulah mereka
mudah dalam menipu orang. Bahkan keseharian Khawarij ini lebih
disibukkan dengan peperangan dan meninggalkan sunnah. Mengapa mereka
berani akan melakukan pemberontakan yang kita sebut terorisme ini karna
mereka menganut semboyan yang cukup ngeri yang membuat kelompok
radikal merasa benar dalam melakukan aksinya, yaitu “Tidak ada hukum
kecuali hukum Allah”, yang di elaborasi dari Q.S. al-Ma’idah [5]: 44.
Sehingga muncullah kelompok Takfiri yang dimana siapa yang tidak
berhukum pada Allah adalah kafir dan mereka boleh dibunuh dan
diperangi.16
Radikal sebenarnya lebih banyak ditemukan pada golongan politik,

14
Wiwin Sembiring, Catatan Rekaman Akademik, (Medan: STT Abdi Sabda Medan, 2013)
15
Daniel, 2021. Dimensi Radikalisme dalam Penafsiran Ibn Taimiyah, Banten, A-Empat.
16
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme, Modernisme, Hingga
PostModernisme, hal 113.
komunisme adalah salah satu paham Marxisme yang dimana paham ini
dimana pun kapan pun selalu memicu gerakankekerasan karna pandangan
mereka yang begitu monolitik dan diktatorial terhadap pemerintahan. Kasus
yang seperti di Indonesia kita kenal dengan KPI. Di tingkat global kita tahu
ada yang dinamakan ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria) yang menjadi
salah satu penyebar radikalisme yang mendunia, yang menjadikan tindak
teroris atas nama jihad.17

17
Haedar Nashir, Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan Perspektif Sosiologi, hal 21-22.
BAB 4
KESIMPULAN

Radikalisme adalah akar dari terorisme, dan pencegahan terorisme harus


dikaitkan dengan upaya pemberantasan radikalisme. Radikalisme dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk sentimen keagamaan, faktor budaya,
pemikiran antiwesternisme, kebijakan pemerintah, dan mediamassa. Selain itu,
intoleransi juga dapat menjadi awal mula munculnya radikalisme dan terorisme.
Oleh karena itu, sangat penting untuk menghindari plagiarisme dalam
mempresentasikan ide dan hasil penelitian orang lain, karena plagiarisme dapat
memperkuat radikalisme dan terorismemelalui penyebaran informasi yang salah
atau tidak akurat.
Dari kalimat-kalimat tersebut, dapat disimpulkan bahwa radikalisme dalam
konteks agama, khususnya Islam, sudah terjadi sejak zaman Nabi Muhammad
SAW dan terus berkembang hingga saat ini. Gerakan ini seringkali dipicu oleh
tafsir tunggal yang eksklusif dan ekstrem, serta gagalnya negara dalam
mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan yang merata di Indonesia. Hal ini
menyebabkan masih banyak ditemukan pemikiran yang fanatik, tekstual, dan
fundamental dalam Islam, dan kalangan yang berbeda pendapat dengan mereka
seringkali diberi stigma sebagai "kafir", "bid'ah", dan "sesat". Gerakan
radikalisme ini dapat memengaruhi hampir seluruh lapisan masyarakat dan harus
menjadi perhatian serius. Pemikiran dan gerakan radikal yang terkait dengan
komunitas Muslim dianggap sebagai cara untuk mengembangkan nilai-nilai
keyakinan sebagai respon terhadap desakan penguasa, kolonialisme, dan
westernisasi. Ada tiga teori yang menjelaskan mengapa gerakan radikal muncul
dan tumbuh subur, khususnya gerakan transnasionalyang ekspansif. Oleh karena
itu, penting untuk mengajarkan bahwa nilai-nilai agama mengajarkan tentang
kedamaian, kesejahteraan, kenyamanan, dan ketenangan di dunia dan akhirat,
serta bahwanegara ini didirikan oleh para pahlawan yang berideologi Pancasila
yang digali dari sumber-sumberagama itu sendiri.
Radikalisme dapat berasal dari berbagai faktor seperti kurangnya
pemahaman terhadap ajaran agama, penafsiran yang tekstual, ketidakadilan
sosial dan politik, serta pandangan yang monolitik dan diktatorial terhadap
pemerintahan. Perlu dicatat bahwa radikalisme sebenarnya lebih banyak
ditemukan pada golongan politik, namun dalam beberapa kasus, seperti yang
terjadi pada kelompok Khawarij dan ISIS, radikalisme juga terkait erat dengan
agama. Oleh karena itu, pentinguntuk memahami dengan baik sumber dan akar
dari radikalisme serta mengambil tindakan yang tepat dalam mencegah dan
mengatasi kecenderungan tersebut, salah satunya dengan mempromosikan nilai-
nilai toleransi dan menghindari penafsiran yang ekstrim dan merugikan. Selain
itu, upaya pencegahan plagiarisme juga perlu dilakukan dengan serius dalam
menangani radikalisme, karena mengambil ide atau tindakan orang lain tanpa
memberikan kredit atau merujuk pada sumber yang benar dapat memperburuk
masalah radikalisme itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Artikel Islam Tidak Radikalisme dan Terorisme Penulis: Baidhow Penerbit:
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semaran 2017 Volume 3 Nomor 1
Tahun 2017, 197-218
[2] Dalam kutipan majalah Tempo (21/3/2011)
[3] M. Zaki Mubarak (2008). Genealogi Islam Radikal di Indonesia: Gerakan,
[4] Pemikiran dan Prospek Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka LP3ES
[5] opini umat islam tetang radikalisme terorisme
https://www.nu.or.id/opini/islam-radikalisme- dan-terorisme-JJC8P
[6] Scott M. Thomas (2005) dalam bukunya The Global Resurgence of Religion
and TheTransformation of International Relation, The Struggle for the Soul
of the Twenty-First Century
[7] Ernest Gelner (1981) dalam bukunya Muslim Society
[8] Mudhofir dan Syamsul Bakri (2005) menjelaskan dalam bukunya Memburu
Setan Dunia,
Ikhtiyar Meluruskan Persepsi Barat dan Islam tentang Terorisme
[9] Syafi’i Ma’arif, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah 1999–2004,
dalam buku Ilusi Negara Islam, Ekspansi Gerakan Transnasional di
Indonesia (2009)
[10] sekretaris MUI Jateng Prof Dr Ahmad Rofiq,
https://www.nu.or.id/warta/asal-mula-radikal- adalah-pemahaman-tekstual-
6gNjn
[11] Rakhmatulloh Kamis, 12 Mei 2016 -
17:29 WIB
https://nasional.sindonews.com/berita/1107997/14/sejarah-munculnya-
radikalisme
[12] John L. Esposito, Unholy War: Teror atas Nama Islam (Yogyakarta: Ikon,
2003), hlm. 30
[13] Yusuf al-Qaradhawi, as sahwah al Islamiyyah bayna al-juhud wa at-tataruf,
cet ke-1 (Kairo:
Dar asy-Syuruq, 2001), hlm. 51-57
[14] F.D Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 393
[15] Thomas Van Den End, Harta dalam Bejana175
[16] Wiwin Sembiring, Catatan Rekaman Akademik, (Medan: STT Abdi Sabda
Medan, 2013)
[17] Daniel, 2021. Dimensi Radikalisme dalam Penafsiran Ibn Taimiyah, Banten,
A-Empat.
[18] Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme,
Modernisme, HinggaPostModernisme, hal 113.
[19] Haedar Nashir, Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan Perspektif Sosiologi,
hal 21-22.
[20] al zamakhsyari, Al kasyaf, 355
[21] al zamakhsyari, Al kasyaf, juz IV, Daru al-kutub al-ilmiyah, Beirut,
Libanon. Cet 1, 1995,halm 354.
[22] Ibid, hal 355.
[23] TAFSIR IBNU KATSIR http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-
surat-al-hujurat-ayat-9-10.html?m=1.
[24] https://news.detik.com/kolom/d-4848568/antara-jihad-dan-qital
[25] https://quran.nu.or.id/al-furqan/52
[26] https://tafsiralquran.id/tafsir-surat-al-furqan-ayat-52-jihad-itu-memerangi-
hawa-nafsu/
IbnuAsyur dalam kitab al-Tahrir wa al-Tanwir
[27] LUBABUN NUQUL FI ASBABIN NUZUL" karya Imam Jalaluddin Asy-
Syuyuthi
[28] Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh
[29] Tafsir Ringkas Kemenag surat al-anfal ayat 60
[30] Fatwa MUI No. 3 Tahun 2004
[31] Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, penerjemah Imam Ghazali & Ahmad
Zaidun
[32] (Jakarta:Pustaka Amani, 2007), h.603.

Anda mungkin juga menyukai