Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Al-Qur’an dan Isu Kontemporer
Dosen Pengampu: Dr. Asep Abdul Muhyi, S.Ud, M.Ag.
Disusun Oleh:
Muhamad Jajang Komarudin 1221030112
Muhammad Abdul Fatah 1221030115
Muhammad Luthfi 1221030126
Metode kajian pustaka atau studi literatur adalah salah satu metode
penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menganalisis bahan
pustaka yang relevan dengan topikpenelitian dari berbagai sumber seperti buku,
jurnal, artikel, makalah, dan tesis. Metode ini dilakukan untuk memperoleh
pemahaman yang komprehensif tentang topik penelitian dan mengidentifikasi gap
penelitian yang dapat diisi oleh peneliti. Metode kajian pustaka juga
memungkinkan peneliti untuk melakukan sintesis data dan memperoleh gagasan
baru serta hipotesis yang dapat diuji dalam penelitian lebih lanjut. Metode kajian
pustaka dapat menjadi bagian dari metodologi penelitian kualitatif dan kuantitatif,
tergantung pada pendekatan yang digunakan oleh peneliti.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1
Dalam kutipan majalah Tempo (21/3/2011).
2
M. Zaki Mubarak (2008). Genealogi Islam Radikal di Indonesia: Gerakan, Pemikiran dan Prospek
Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka LP3ES.
(pers) western yang mendesakkan umat muslim yang menyebabkan
timbulnya suatu peristiwa tindak penganiayaan yang dilakukan oleh umat
muslim contohnya pada film fitna, yang menggambarkan tentang kiamat
(film 2012).
Radikalisme dan intoleransi adalah awal mula munculnya terorisme.
Karena orang-orang yang menjadi teroris ini berawal adanya intoleran
kemudian Radikal, lalu menjadi teroris. Intoleransi ini jangan dianggap
remeh, karena dari intoleransi ini bisa timbul Radikalisme serta terorisme.
Pada tahap ini, banyak umat yang mendukungnya. Ketika aksi terorisme
meledak, makapara pendukung intoleran dan radikalisme cuci tangan tidak
turut campur, dengan mengatakan tidak ada terorisme dalam agama.
3.2 Sejarah Lahirnya Radikalisme dan Terorisme
Radikalisme atas nama agama, khususnya dalam konteks Islam, sudah
terjadi sejak masa Nabi Muhammad SAW. Bahkan, Nabi Muhammad SAW
sendiri sudah mengabarkan dalam hadits-haditsnya bahwa gerakan semacam
ini akan selalu ada sampai akhir zaman. Sejarah Islam juga mencatat
kemunculan firqah Khawarij yang muncul sebagai respon ketidaksepakatan
terhadaptindakan tahkim dalam penyelesaian peperangan Shiffin. Meskipun
Khawarij berhasil ditumpas, pemikirannya bermetamorfosis dalam berbagai
bentuk firqah yang masih ada hingga saat ini. Hal ini menyebabkan masih
banyak ditemukan pemikiran yang fanatik, tekstual, dan fundamental dalam
Islam, dan kalangan yang berbeda pendapat dengan mereka seringkali diberi
stigma sebagai"kafir", "bid'ah", dan "sesat".
Kalimat tersebut menggambarkan bahwa kalangan radikal sangat aktif
dalam menyebarkan paradigma mereka dan banyak kalangan muda yang
terpengaruh oleh paradigma tersebut. Merekadidorong oleh pahala dan surga
sehingga banyak yang mendukung gerakan radikal, bahkan hingga rela
melakukan bom bunuh diri. Ironisnya, kebanyakan dari mereka belum cukup
berpengetahuandalam agama (belum 'alim dan faqih), namun mereka sudah
aktif berdakwah dengan perspektifyang mereka pelajari sendiri. Gerakan
mereka sangat terkoordinasi dan berhasil memengaruhi hampir seluruh
lapisan masyarakat. Oleh karena itu, paradigma ini harus menjadi perhatian
serius.3 istilah radikalisme muncul sebagai penamaan kepada gerakan politik
dan keagamaan yang berbeda dengan aksi mainstream.4 Pemikiran dan aksi
radikal yang berhubungan dengan komunitasMuslim dianggap sebagai cara
untuk peningkatan aspek-aspek keyakinan sebagai respon terhadaptuntutan
petinggi, kolonialisme, dan budaya barat.5 Radikalisme modern seringkali
muncul sebagai akibat tuntutan politik dari petinggi, ketidak berhasilan
pemerintah dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk masyarakat, dan
sebagai respon terhadap hegemoni Barat.6 terdapat tiga teori yangmenjelaskan
mengapa aksi radikal muncul dan menjamahi, khususnya aksi transnasional
yang ekspansif.
Radikalisme dalam komunitas Muslim seringkali muncul karena tiga
faktor. Pertama, ketidak berhasilan umat muslim dalam menghadapi ombak
modernisasi dan mencari tahu penghiburan dalam ajaran keagamaan. Kedua,
rasa kesolidaritasan terhadap negara muslim yang sedang dilanda
perselisihan. Dan selanjutnya, ketidak berhasilan negara dalam menggapai
tujuan keadilan kemasyarakatan dan kesejahteraan yang adil di Indonesia.
7
Gerakan radikalisme ini seringkali dipicu oleh satu tafsir yang eksklusif dan
berlebihan, pada dasarnya nilai-nilai agama mengajarkan tentang kedamaian,
kesejahteraan, kenyamanan, dan ketenangan di dunia dan akhirat.8
Wakil rektor UIN Syarif Hidayatullah Murodi mengungkapkan bahwa
usaha untuk mengafirkan orang lain sudah ada mulai abad 7-8 Masehi, ketika
terjadi perselsihan dalam dan perebutan kekuasaan di beberapa negara.
Gerakan radikal tersebut bertujuan untuk menjatuhkan peraturan serta
3
Opini umat islam tetang radikalisme terorisme https://www.nu.or.id/opini/islam-radikalisme-dan-
terorisme-JJC8P.
4
Scott M. Thomas (2005) dalam bukunya The Global Resurgence of Religion and The
Transformation of International Relation, The Struggle for the Soul of the Twenty-First Century.
5
Ernest Gelner (1981) dalam bukunya Muslim Society.
6
Mudhofir dan Syamsul Bakri (2005) menjelaskan dalam bukunya Memburu Setan Dunia, Ikhtiyar
Meluruskan Persepsi Barat dan Islam tentang Terorisme.
7
Syafi’i Ma’arif, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah 1999–2004, dalam buku Ilusi
Negara Islam, Ekspansi Gerakan Transnasional di Indonesia (2009).
8
Sekretaris MUI Jateng Prof Dr Ahmad Rofiq,
kekuasaan politik dan timbul di negara muslim, termasuk Indonesia.
Menurutnya, hal yang salah adalah mereka ingin mengganti ideologi negara
dengan ideologi Islam. Seharusnyayang diajarkan kepada kalangan adalah
bahwa negara ini dibuat oleh para pahlawan yang berideologi Pancasila yang
diulik dari sumber-sumber agama itu sendiri.9
3.3 Sejarah Radikalisme Yang Menyebabkan Terjadinya Tindak Kekerasan
Faktor penyebab timbulnya radikalisme beragama, itu sangat banyak
dan beragam, tapi seperti yang telah diungkapkan oleh Jhon L. Esposito
bahwa tindak kekerasan dan perang yang terjadi itu selalu di akibatkan
berawal dari faktor keimanan pada manusia itu sendiri.10 Sedangkan
menurut Yusuf Al Qardhawi timbulnya radikalisme beragama itu penyebab
utamanya adalah kurang mendalami dengan benar paham atas esensi ajaran
islam dan paham akan literalistik atas ungkapan-ungkapan agama.11
Namun sejarah pemahaman dan pergerakan radikal, setelah diteliti
lebih dalam yaitu berasal dari Eropa, lebih tepatnya di Inggris pada akhir
abad ke 18. Gerakan “radikal” awalnya adalah sebuah konteks politik yang
digunakan pertama kali oleh Charles James Fox dengan mengumumkan
“Reformasi Radikal” untuk sistem pemilihan reformasi parlemen pada tahun
1797.Reformasi radikal ini adalah gerakan untuk melakukan pembaharuan
yang muncul di Eropa pada abad ke 16, yang terdiri dari adanya pembesaran
hak pilih secara spontan ke sistem hak pilih universal12 diawali dengan
adanya pemberontakan para petani hanya untuk menurunkan atasan- atasan
mereka karna tidak diperlakukan secara adil dan merasa terdesak oleh
kalangan atas.
Karna mereka mendapat perlakuan tidak adil dengan adanya
pemerasan kaum bangsawan dan gereja.13 Para petani mendengarkan
9
Rakhmatulloh Kamis, 12 Mei 2016 - 17:29 WIB
https://nasional.sindonews.com/berita/1107997/14/sejarah-munculnya- radikalisme
10
John L. Esposito, Unholy War: Teror atas Nama Islam (Yogyakarta: Ikon, 2003), hlm. 30\
11
Yusuf al-Qaradhawi, as sahwah al Islamiyyah bayna al-juhud wa at-tataruf, cet ke-1 (Kairo: Dar
asy-Syuruq, 2001), hlm. 51-57
12
F.D Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 393
13
Thomas Van Den End, Harta dalam Bejana175
pemaparan yang di umumkan Luther yang berbicara tentang kebebasan yang
malah diartikan sebagai bebas dari kewajiban yang tidak semestinya, yaitu
diharuskannya membayar pajak bagi tuan tuannya, sehingga mereka
melakukan revolusi, membakar, memberontak, merampok, sampai
pembunuhan.14 Setelah awal abad ke 19 paham dan gerakan radikal
berkembang menjadi politik liberal untuk melakukan perubahan kehidupan
dan sistem politik yang lebih maju. Hubungan antara akar radikal dengan
agama itu tidak lain berawal dari persoalan dalam penafsiran, aliran dan sekte
yang berada dalam satu agama. Seperti menurut pandangan Azra radikal
dalam islam lebih karna disebabkan karna adanya pemahaman keagamaan
yang tekstual, setengah-setengah, terhadap memahami Al Quran.15
Sedang menurut Ibn Taimiyah golongan pertama yang menciptakan
perpecahan, memecah belah kan islam dan melakukan perbuatan yang
dilarang dalam islam adalah Khawarij, golongan ini berasal dari suku arab
Badui, para sejarawan menganggap Khawarij merupakan kelompok
pemberontak atau yang sering disebut Bughat. Dan golongan khawarij lah
yang sering menafsirkan Al Quran secara tekstual, karna itulah mereka
mudah dalam menipu orang. Bahkan keseharian Khawarij ini lebih
disibukkan dengan peperangan dan meninggalkan sunnah. Mengapa mereka
berani akan melakukan pemberontakan yang kita sebut terorisme ini karna
mereka menganut semboyan yang cukup ngeri yang membuat kelompok
radikal merasa benar dalam melakukan aksinya, yaitu “Tidak ada hukum
kecuali hukum Allah”, yang di elaborasi dari Q.S. al-Ma’idah [5]: 44.
Sehingga muncullah kelompok Takfiri yang dimana siapa yang tidak
berhukum pada Allah adalah kafir dan mereka boleh dibunuh dan
diperangi.16
Radikal sebenarnya lebih banyak ditemukan pada golongan politik,
14
Wiwin Sembiring, Catatan Rekaman Akademik, (Medan: STT Abdi Sabda Medan, 2013)
15
Daniel, 2021. Dimensi Radikalisme dalam Penafsiran Ibn Taimiyah, Banten, A-Empat.
16
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme, Modernisme, Hingga
PostModernisme, hal 113.
komunisme adalah salah satu paham Marxisme yang dimana paham ini
dimana pun kapan pun selalu memicu gerakankekerasan karna pandangan
mereka yang begitu monolitik dan diktatorial terhadap pemerintahan. Kasus
yang seperti di Indonesia kita kenal dengan KPI. Di tingkat global kita tahu
ada yang dinamakan ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria) yang menjadi
salah satu penyebar radikalisme yang mendunia, yang menjadikan tindak
teroris atas nama jihad.17
17
Haedar Nashir, Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan Perspektif Sosiologi, hal 21-22.
BAB 4
KESIMPULAN