Anda di halaman 1dari 3

TUGAS MERESUME ARTIKEL

MATA KULIAH PANCASILA

Disusun Oleh :
Rahcmat Nur Hidayat
21504241027

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
Tugas Meresume Artikel

 Resume
Artikel yang berjudul “Akar Radikalisme Islam di Indonesia” berisikan tentang
Identitas Muslim, Radikalisme Islam di Dunia, serta Radikalisme Islam di Indonesia.
Tekanan Sosiopolitik dan Sosiohistoris Barat yang menggambarkan Islam sebagai agama
terror membuat wajah Islam menjadi buruk di mata agama lainnya. Padahal sebaliknya,
Islam merupakan agama perdamaian yang membawa kesejukan bagi agama lainnya.
Penyebaran keagamaan maupun politik dengan menggunakan kekerasan sangat
dilarang dalam Islam. Radikalsime Islam dalam peradaban global berarti upaya
mempertahankan paham keagamaan secara kaku dan keras. Dalam perspektif Islam, hal
itu berarti fundamentalisme tajdid berdasarkan pesan Al-Quran dan Sunnah. Pers Barat
mengartikan radikalisme Islam sebagai gerakan Islam garis keras. Oleh pers barat,
fenomena radikalisme dibesar-besarkan yang menggiring opini global bahwa Islam
adalah agama yang mengerikan.
Berbagai macam bentuk Islam muncul pascaruntuhnya Orde Baru 1998. Islam
moderat (terbuka) kemudian radikal fundamentalis (tertutup) merupakan contohnya.
Moderat seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama. Radikal seperti gerakan Salafi dan
Hizbut Tahrir yang berskala internasional.
Radikalisme kiri pernah berkembang di Indonesia tahun 1980-an dan momentumnya
di tahun 1990-an melalui Partai Rakyat Demokratik yang dianggap sebagai musuh
negara. Banyak tekanan yang diberikan ke tokoh-tokohnya yang ditangkap, disiksa,
bahkan hilang tanpa berjejak.
Banyak tokoh Islam yang diidentifikasi sebagai pemimpin atau anggota Komando
Jihad yang ditangkap dan ditahan. Abdul Aziz Thaba membuat tipologi hubungan antara
Islam dan Negara dalam tiga kategori, yaitu hubungan antara Islam dan Negara yang
bercorak antagonistis, resiprokal kritis, dan hubungan antara Islam dan Negara yang
saling membutuhkan.
Beberapa faktor penyebab gerakan radikalisme yaitu faktor sentimen keagamaan,
faktor emosi keagamaan, dan faktor kultural. Faktor sentimen keagamaan ini termasuk di
dalamnya solidaritas keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu.
Selanjutnya faktor emosi keagamaan ini berarti sebagai pemahaman realitas yang bersifat
interpretatif yakni nisbi dan subjektif.
Kerusuhan Timor Timur, Poso, Ambon, Sambas, dan lainnya adalah sebagian dari
daftar panjang kerusuhan yang dilatari oleh konflik agama dan etnik . Cikeusik,
kerusuhan di Temanggung, Lombok, dan kerusuhan Syiah dan NU di Madura yang
berlatar agama.
Selanjutnya faktor kultural memiliki andil besar dalam melatarbelakangi munculnya
radikalisme. Hal tersebut disebabkan faktor kultural ini dalam masyarakat selalu
diketemukan usaha untuk melepaskan diri dari jeratan jaring-jaring kebudayaan tertentu
yang dianggap tidak sesuai.
Faktor kultural sebagai antitesis terhadap budaya sekularisme. Anggapan bahwa
budaya barat merupakan sumber sekularisme yang dianggap musuh harus dimusnahkan
dari bumi. Sekularisme Dunia Barat dianggap pengotor budaya-budaya Bangsa Timur
dan Islam sekaligus ancaman keberlangsungan moralitas Islam.
Adanya perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat dianggap sebagai ancaman
terhadap eksistensi kaum radikal. Teroris yang berani mati karena sesuai anggapan
mereka bahwa perbedaan adalah musuh dan ancaman yang harus dilenyapkan.
Motivasi dan gerakan anti-barat tidak bisa disalahkan dengan alasan keyakinan
keagamaan tetapi jalan kekerasan yang ditempuh kaum radikalisme justru menunjukkan
ketidakmampuan mereka dalam memosisikan diri sebagai pesaing dalam budaya dan
peradaban. Di negeri ini bisa dilihat tidak tuntasnya penyelesaian masalah korupsi, aset
negara yang banyak lari ke luar negeri, pencaplokan wilayah Indonesia oleh Malaysia
dan disedotnya kekayaan negara oleh konspirator politik. Faktor media massa barat yang
selalu memojokkan umat islam menjadi faktor munculnya reaksi kekerasan yang
dilakukan oleh umat islam.
Propaganda-propaganda lewat pers memang memiliki kekuatan dahsyat dan sangat
sulit untuk ditangkis sehingga sebagian ekstrimis yaitu perilaku radikal sebagai reaksi
atas apa yang ditimpakan kepada komunitas Muslim.
Akibat media massa Barat yang memojokkan umat islam menjadi faktor munculnya
reaksi dengan kekerasan yang dilakukan umat islam. Arahan pertama terkait dengan
bagaimana elite agama dapat menumbuhkan dengan cepat kesadaran akan pentingnya
model agama yang modern. Di dalam agama yang modern ditandai dengan penghargaan
terhadap pluralitas yang tidak vakum diversitas dan vakum budaya.
Manusia hidup dalam entitas yang heterogen, agama akan menjadi mode of
comunication yang tidak hanya vertikal tetapi horizontal. Faktor ekonomi dan faktor
politik adalah kedua faktor yang sering mengintervensi kehidupan keberagamaan.
Agama merupakan persoalan moralitas dan politik ekonomi merupakan persoalan yang
profan.

 Pendapat
Saya setuju dengan pendapat penulis dalam artikel di atas. Bahwa radikalisme tidak
boleh hanya dialamatkan kepada umat Islam. Agama Islam tidak mengajarkan
radikalisme, namun perilaku segelintir umat Islam dalam kekerasan terhadap simbol-
simbol Barat yang merupakan kenyataan fenomena sosial maupun sejarah yang
dimanfaatkan oleh media pers barat yang memberi label dan mengampanyekan anti
radikaslisme Islam.

Anda mungkin juga menyukai