Anda di halaman 1dari 13

ANTI RADIKALISME DAN ANTI TERORISME

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas pembuatan makalah PPKMB Universitas
Bhamada Slawi Tahun 2021
Dengan Tema : Anti Radikalisme dan Anti Terorisme

Disusun Oleh :

Nama :
Fakultas :
Progam Studi :

PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS MAHASISWA BARU


UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI TAHUN 2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN :
a. Latar belakang tentang masalah Anti Radikalisme dan Anti Terorisme
b. Rumusan masalah Anti Radikalisme dan Anti Terorisme
c. Tujuan penulisan

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP :


a. Kesimpulan/ringkasan, dari permasalahan Anti Radikalisme dan Anti
Terorisme
b. Saran, berisi masukan yang berisi membangun kemajuan bangsa

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia dikenal sebagai negara pluralis di mana kemajemukan hadir dan


berkembang di dalamnya. Kemajemukan negara Indonesia dapat dilihat dari
berbagai macam, suku, ras, budaya, bahkan agama tumbuh di dalamnya.
Kemajemukan itu memberikan nilai plus tersendiri bagi negara Indonesia. Namun
di sisi lain kemajemukan itu telah membawa akibat yaitu adanya perjumpaan yang
semakin intensif antar kelompok-kelompok manusia. Salah satunya adalah
pergesekan yang seringkali terjadi di antara agama-agama yang berbeda, bahkan
antar internal agama itu sendiri.
Ketika memfokuskan pada agama, maka sesungguhnya ada fenomena
yang menarik dalam hubungan antar umat beragama di Indonesia. Fenomena
menarik karena sebagian besar masyarakat Indonesia senantiasa mengkondisikan
dirinya dalam hubungan mayoritas-minoritas, apalagi ketika hal itu dikaitkan
dengan urusan agama. Hal itu sudah terbukti dalam sejarah perjalanan bangsa
yang panjang serta pengalaman-pengalaman konkrit yang hadir dalam realitas
masyarakat Indonesia. Realitas itu nampak kembali melalui peristiwa-peristiwa
kemanusiaan yang kini tengah dihadapi oleh seluruh lapisan masyarakat
Indonesia.
Radikalisme, anarkisme atau kekerasan bernuansa agama cenderung
terus meningkat atau setidaknya timbul tenggelam dalam beberapa tahun
belakangan ini. Radikalisme yang memunculkan konflik dan kekerasan sosial
bernuansa dan berlatarkan agama terus merebak. Meningkatnya radikalisme
dalam agama di Indonesia cenderung disandarkan pada faham keagamaan
(khususnya Islam), sekalipun sumbu radikalisme bisa lahir dari mana saja seperti
ekonomi, politik, sosial dan lain sebagainya.
Radikalisme yang berujung pada terorisme menjadi masalah penting
khususnya bagi umat Islam hari ini. Berbagai aksi teror dan pengeboman telah
menyebabkan Islam dicap sebagai agama yang menyukai jalan kekerasan yang
dianggap “suci” untuk menyebarkannya. Sekalipun hal ini dapat dengan mudah
dimentahkan,namun fakta bahwa pelaku teror adalah seorang muslim garis keras
sangat membebani psikologi umat Islam hari ini

B. Rumusan Masalah

1.Apa Pengertian Radikalisme?

2.Apa Pengertian Terorisme?

3.Apa Saja Faktor-faktor Penyebab Munculnya Radikalisme?

4.Bagaimana Asal Kemunculan Radikalisem?

5.Bagaimana Solusi Untuk Memperlemah Gerakan Radikalisme

C.Tujuan Penulisan

1.Untuk Mememahami Pengertian Radikalisme?

2.Untuk Memahami Pengertian Terorisme?

3.Untuk Mengetahui Faktor-faktor Penyebab Munculnya Radikalisme?

4.Untuk Mengetahui Asal Kemunculan Radikalisem?

5.Untuk Mengetahui Solusi Untuk Memperlemah Gerakan Radikalisme


BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Radikalisme

Radikal dalam bahasa Indonesia berarti amat keras menuntut perubahan.


Sementara itu, radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan sosial
dan politik dengan cara drastis dan kekerasan.
Menurut Horace M Kallen, radikalisme ditandai oleh tiga kecenderungan umum,
yakni:
Radikalisme merupakan respons terhadap kondisi yang sedang
berlangsung. Respons tersebut muncul dalam bentuk evaluasi, penolakan, atau
bahkan perlawanan. Masalah-masalah yang ditolak dapat berupa asumsi, ide,
lembaga, atau nilai-nilai yang dapat bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
keadaan yang ditolak. Radikalisme tidak berhenti pada upaya penolakan,
melainkan terus berupaya mengganti tatanan lain.
Kaum radikalis memiliki keyakinan yang kuat akan kebenaran program
atau ideologi yang mereka bawa. Dalam gerakan sosial, kaum radikalis
memperjuangkan keyakinan yang mereka anggap benar dengan sikap emosional
yang menjurus pada kekerasan. Kita lihat teori ini sedikit banyak pembenarannya
tatkala terjadi konflik atas nama agama dan aksi terorisme di mana-mana. Secara
empirik, radikalisme agama di belahan dunia muncul dalam bentuknya yang
paling konkret, yakni kekerasan atau konflik. Di Bosnia misalnya, kaum
Ortodoks, Katolik,dan Islam saling membunuh. Di Irlandia Utara, umat Katolik
dan Protestan saling bermusuhan. Begitu juga di Tanah Air terjadi konflik
antaragama di Poso dan di Ambon. Kesemuanya ini memberikan penjelasan
betapa radikalisme agama sering kali menjadi pendorong terjadi konflik dan
ancaman bagi masa depan perdamaian.
Pandangan ini tetap hidup dalam kelompok sempalan beberapa agama dan
semuanya berakar pada radikalisme dalam penghayatan agama. Secara teoretis,
radikalisme muncul dalam bentuk aksi penolakan, perlawanan, dan keinginan dari
komunitas tertentu agar dunia ini diubah dan ditata sesuai dengan doktrin
agamanya.

2. Pengertian Terorisme
Berbagai pendapat pakar dan badan pelaksana yang menangani masalah
terorisme, mengemukakan tentang pengertian terorisme secara beragam.
Whittaker (2003) mengutip beberapa pengertian terorisme antara lain menurut
Walter Reich yang mengatakan bahwa terorisme adalah suatu strategi kekerasan
yang dirancang untuk meningkatkan hasil-hasil yang diinginkan, dengan cara
menanamkan ketakutan di kalangan masyarakat umum.
Pengertian lain yang dapat dikutip dari beberapa badan yang berwenang
dalam menangani terorisme, adalah penggunaan kekerasan yang diperhitungkan
dapat memaksa atau menakut-nakuti pemerintah-pemerintahan, atau berbagai
masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan yang biasanya bersifat politik, agama
atau ideologi.

3. Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Gerakan Radikalisme


Faktor pendorong munculnya gerakan radikalisme. Diantara faktor-faktor itu
adalah :

a.Faktor-Faktor Sosial-Politik.
Gejala kekerasan “agama” lebih tepat dilihat sebagai gejala sosial-politik
daripada gejala keagamaan. Gerakan yang secara salah kaparah oleh Barat disebut
sebagai radikalisme Islam itu lebih tepat dilihat akar permasalahannya dari sudut
konteks sosial-politik dalam kerangka historisitas manusia yang ada di
masyarakat. Sebagaimana diungkapkan Azyumardi Azra bahwa memburuknya
posisi negara-negara Muslim dalam konflik utara-selatan menjadi penopong
utama munculnya radikalisme.
Secara historis kita dapat melihat bahwa konflik-konflik yang ditimbulkan
oleh kalangan radikal dengan seperangkat alat kekerasannya dalam menentang
dan membenturkan diri dengan kelompok lain ternyata lebih berakar pada
masalah sosial-politik. Dalam hal ini kaum radikalisme memandang fakta historis
bahwa umat Islam tidak diuntungkan oleh peradaban global sehingga
menimbulkan perlawanan terhadap kekuatan yang mendominasi.
Dengan membawa bahasa dan simbol serta slogan-slogan agama kaum
radikalis mencoba menyentuh emosi keagamaan dan menggalang kekuatan untuk
mencapai tujuan “mulia” dari politiknya. Tentu saja hal yang demikian ini tidak
selamanya dapat disebut memanipulasi agama
karena sebagian perilaku mereka berakar pada interpretasi agama dalam melihat
fenomena historis.
Karena dilihatnya terjadi banyak Islam dan Wacana penyimpangan dan
ketimpangan sosial yang merugikan komunitas Muslim maka terjadilah gerakan
radikalisme yang ditopang oleh sentimen dan emosi keagamaan.

b.Faktor Emosi Keagamaan.


Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisme adalah faktor
sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya adalah solidaritas keagamaan untuk
kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal ini lebih tepat dikatakan
sebagai faktor emosi keagamaannya, dan bukan agama (wahyu suci yang absolut)
walalupun gerakan radikalisme selalu mengibarkan bendera dan simbol agama
seperti dalih membela agama, jihad dan mati syahid.
Dalam konteks ini yang dimaksud dengan emosi keagamaan adalah agama
sebagai pemahaman realitas yang sifatnya interpretatif. Jadi sifatnya nisbi dan
subjektif.

c.Faktor Kultural.
Ini juga memiliki andil yang cukup besar yang melatar belakangi
munculnya radikalisme. Hal ini wajar karena memang secara kultural,
sebagaimana diungkapkan Musa Asy’ari 12 bahwa di dalam masyarakat selalu
diketemukan usaha untuk melepaskan diri dari jeratan jaring-jaring kebudayaan
tertentu yang dianggap tidak sesuai. Sedangkan yang dimaksud faktor kultural di
sini adalah sebagai anti tesa terhadap budaya sekularisme.
Budaya Barat merupakan sumber sekularisme yang dianggab sebagai
musuh yang harus dihilangkan dari bumi. Sedangkan fakta sejarah
memperlihatkan adanya dominasi Barat dari berbagai aspeknya atas negeri-negeri
dan budaya Muslim. Peradaban barat sekarang ini merupakan ekspresi dominan
dan universal umat manusia yang telah dengan sengaja melakukan proses
marjinalisasi seluruh sendi-sendi kehidupan muslim sehingga umat Islam menjadi
terbelakang dan tertindas.

d.Faktor Ideologis Anti Westernisme.


Westernisme merupakan suatu pemikiran yang membahayakan Muslim
dalam mengaplikasikan syari’at Islam. Sehingga simbol-simbol Barat harus
dihancurkan demi penegakan syari’at Islam. Walaupun motivasi dan gerakan anti
Barat tidak bisa disalahkan dengan alasan keyakinan keagamaan tetapi jalan
kekerasan yang ditempuh kaum radikalisme justru menunjukkan ketidakmampuan
mereka dalam memposisikan diri sebagai pesaing dalam budaya dan peradaban.

e.Faktor Kebijakan Pemerintah.


Ketidakmampuan pemerintahan di negara-negara Islam untuk bertindak
memperbaiki situasi atas berkembangnya frustasi dan kemarahan sebagian umat
Islam disebabkan dominasi ideologi, militer maupun ekonomi dari negera-negara
besar. Dalam hal ini elit-elit pemerintah di negeri-negeri Muslim belum atau
kurang dapat mencari akar yang menjadi penyebab munculnya tindak kekerasan
(radikalisme) sehingga tidak dapat mengatasi problematika sosial yang dihadapi
umat.
Di samping itu, faktor media massa (pers) Barat yang selalu memojokkan
umat Islam juga menjadi faktor munculnya reaksi dengan kekerasan yang
dilakukan oleh umat Islam. Propaganda-propaganda lewat pers memang memiliki
kekuatan dahsyat dan sangat sulit untuk ditangkis sehingga sebagian “ekstrim”
yaitu perilaku radikal sebagai reaksi atas apa yang ditimpakan kepada komunitas
Muslim.

4.Asal Kemunculan Radikalisme


Sejarah kemunculan gerakan radikalisme dan kelahiran kelompok
fundamentalisme dalam islam lebih di rujuk karena dua faktor, yaitu:

a.Faktor Internal
Faktor internal adalah adanya legitimasi teks keagamaan, dalam
melakukan “perlawanan” itu sering kali menggunakan legitimasi teks (baik teks
keagamaan maupun teks “cultural”) sebagai penopangnya. untuk kasus gerakan
“ekstrimisme islam” yang merebak hampir di seluruh kawasan islam(termasuk
indonesia) juga menggunakan teks-teks keislaman (Alquran, hadits dan classical
sources kitab kuning) sebagai basis legitimasi teologis, karena memang teks
tersebut secara tekstual ada yang mendukung terhadap sikap-sikap eksklusivisme
dan ekstrimisme ini.
Faktor internal lainnya adalah dikarenakan gerakan ini mengalami frustasi
yang mendalam karena belum mampu mewujudkan cita-cita berdirinya ”negara
islam internasional” sehingga pelampiasannya dengan cara anarkis mengebom
fasilitas publik dan terorisme. Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan
radikalisme adalah faktor sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya adalah
solidaritas keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi
hal ini lebih tepat dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannya, dan bukan
agama.

b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri dari beberapa sebab di antaranya :

1. Dari Aspek Ekonomi Politik


Kekuasaan depostik pemerintah yang menyeleweng dari nilai-nilai
fundamental islam. Itu artinya, rezim di negara-negara islam gagal
menjalankan nilai-nilai idealistik islam. Rezim-rezim itu bukan menjadi
pelayan rakyat, sebaliknya berkuasa dengan sewenang-wenang bahkan
menyengsarakan rakyat.
Penjajahan Barat yang serakah, menghancurkan serta sekuler justru datang
belakangan, terutama setelah ide kapitalisme global dan neokapitalisme
menjadi pemenang. Satu ideologi yang kemudian mencari daerah jajahan
untuk dijadikan “pasar baru”. Industrialisasi dan ekonomisasi pasar baru yang
dijalankan dengan cara-cara berperang inilah yang sekarang hingga
melanggengkan kehadiran fundamentalisme islam.

2. Faktor Budaya
Faktor ini menekankan pada budaya barat yang mendominasi kehidupan saat
ini, budaya sekularisme yang dianggap sebagai musuh besar yang harus
dihilangkan dari bumi.

3. Faktor Sosial Politik


Pemerintah yang kurang tegas dalam mengendalikan masalah teroris ini juga
dapat dijadikan sebagai salah satu faktor masih maraknya radikalisme di
kalangan umat islam.

5.Solusi Untuk Memperlemah Gerakan Terorisme


Tujuan dari terorisme adalah membentuk teror di masyarakat, maka harus
dibentuk program untuk memperlemah gerakan terorisme dengan
mempromosikan masyarakat sadar dan kebal teroris. Tiap fase dari daur hidup
teroris adalah fokus yang potensial dalam penanganan terorisme, berikut adalah
beberapa hal yang perlu dilakukan masyarakat untuk menangani kasus terorisme:

1.) Memutus akar teroris sejak dini, dimana rekrutmen anggota organisasi mulai
terjadi. Mewaspadai tumbuh kembang kaum muda untuk tidak terlibat pada
organisasi ekstrim, karena sejak usia muda penanaman kebencian dan dendam
dapat dengan mudah mengakar hingga akhirnya membentuk pribadi teroris. Peran
pemerintah adalah memantau bentuk-bentuk pendidikan agama, memantau
kurikulum dan melakukan pengawasan secara ketat terhadap ajaran yang
disampaikan.
2.) Menghambat masuknya satu individu pada organisasi teroris dengan
menutup informasi tentang keberadaan organisasi teroris. Melibatkan masyarakat
setempat untuk memiliki kesadaran melapor pada polisi terhadap aktivitas-
aktivitas kaum minoritas yang dianggap mencurigakan.
3.) Memfasilitasi kemungkinan keluarnya satu anggota organisasi teroris dari
organisasinya.
4.) Mengurangi dukungan terhadap pemimpin organisasi radikal teroris dan
terhadap organisasinya.

Selain upaya pencegahan gerakan terorisme yang dilakukan masyarakat,


pemerintah yang dalam hal ini adalah lembaga tertinggi dari suatu negara juga
melakukan berbagai upaya untuk mencegah kasus terorisme di Indonesia. Salah
satu upaya pemerintah dalam pemberantasan terorisme adalah mendirikan
lembaga-lembaga khusus anti terorisme seperti:

1. Intelijen

Aparat intelijen yang dikoordinasikan oleh Badan Intelijen Negara


(Keppres No. 6 Tahun 2003), yang telah melakukan kegiatan dan koordinasi
intelijen dan bahkan telah membentuk Joint Analysist Terrorist (JAT) upaya untuk
mengungkap jaringan teroris di Indonesia.

2. TNI dan POLRI

Telah meningkatkan kinerja satuan anti terornya. Namun upaya


penangkapan terhadap mereka yang diduga sebagai jaringan terorisme di
Indonesia sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku masih mendapat reaksi
kontroversial dari sebagian kelompok masyarakat dan diwarnai berbagai komentar
melalui media massa yang mengarah kepada terbentuknya opini seolah-olah
terdapat tekanan asing.

Selain membentuk badan khusus penanganan teroris, pemerintah juga


melakukan upaya kerjasama yang telah dilakukan dengan beberapa negara seperti
Thailand, Singapura, Malaysia, Philipina, dan Australia, bahkan negara-negara
seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Perancis, dan Jepang. Hal ini dilakukan
untuk mencegah para teroris berpindah-pindah negara dan melaksanakan
pencegahan kasus terorisme secara bersama.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Radikalisme agama adalah aktifitas untuk memaksakan pendapat,


keinginan, dan cita-cita keagamaan dengan jalan kekerasan. Adapun penyebab
kemunculan radikalisme adalah pemahaman keagamaan yang literal, bacaan yang
salah terhadap sejarah Islam dan pengaruh deprivasi politik, sosial dan ekonomi
yang masih bertahan dalam masyarakat.

Para pendukung faham radikalisme Islam menggunakan berbagai cara


untuk menyebarluaskan faham mereka, baik dalam bentuk pengkaderan
organisasi, melalui masjid-masjid yang berhasil “dikuasai”, melalui buku-buku,
majalah, ebook dsb, serta melalu internet.

Untuk mengatasi radikalisme tidak cukup satu-dua elemen saja yang


bekerja, namun dibutuhkan peran seluruh elemen (pemerintah, tokoh agama,
keluarga dan masyarakat) yang mau bekerja dan bersinergi guna mewujudkan
masyarakat yang aman dan damai.

B. SARAN

Radikalisme telah menjadi isu yang kini mengancam jiwa serta kedaulatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karenanya, seluruh elemen harus
bekerja dan bersinergi, bahu-membahu dalam menanggulanginya.
DAFTAR PUSTAKA

http://prasetyo27.blogspot.co.id/2016/06/makalah-terorisme-dan-radikalisme.html

( Diakses Pada 07 Desember 2017 )

http://aribherzi020696.blogspot.co.id/2015/04/makalah-radikalisme.html

( Diakses Pada 07 Desember 2017 )

Anda mungkin juga menyukai