Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ANCAMAN RADIKALISME TERHADAP GENERASI MUDA DI ERA

GLOBALISASI

OLEH :

NAMA : GUSTI AYU SETYA PRATIWI

NPM : 1732121077

GUGUS : 22 BANGSA

NAMA TON : TON GIRO

FAKULTAS/JURUSAN : EKONOMI/ MANEJEMEN

Tahun ajaran 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tanpa pertolongan-Nya mungkin saya tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik

Dengan membuat tugas ini saya diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentang rakalisme di
Tinjau dari Idiologi Pancasila yang kami sajikan berdasarkan informasi dari berbagai sumber. Saya
sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dala proses pembelajaran, penulisan makaah ini masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik dimasa yang akan datang

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa mendukung
usaha saya.

Denpasar, 29 Agustus 2017

Penyususun,

i.
DAFTAR ISI

Kata pengantar ...........................................................................................................................................i

Daftar isi.................................................................................................................................................... ii

Latar belakang............................................................................................................................................ 1

Sejarah radikalisme.............................................................................................................................. 2

Faktor-faktor penyebab munculnya gerakan radikalisme......................................................................... 2

Asal kemunculan radikalisme ..................................................................................................................3

Implementasi nilai-nilai pancasila menghadapi radikalisme ..................................................................4

Benteng pemuda menghadapi radikalisme .......................................................................................5

Daftar pustaka.......................................................................................................................................... 6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Indonesia dewasa ini dihadapkan dengan persoalan dan ancama radikalisme, teroris dan
separatisme yang kesemuanya bertentanga denga nilai-nilai pancasila dan UUD NRI 1945.
Radikalisme merupaka ancaman terhadap ketahanan ideologi. Apabila ideologi negara sudah
tidak kokoh maka ackan berdampak terhadap ketahanan nasional. Radikalisme dapat diartikan
sebagai sikap atau paham yang secara ekstrim, revolusioner dan militan untuk memperjuangkan
perubahan dari arus utama yang dianut masyarakat. Radikalisme tidak harus muncul dalam
wujud yang berbau kekerasan fisik. Ideolodi pemikiran, kampanye yang masif dan demonstrasi
sikap yang berlawana dan ingin mengubah mainstream dapat digolongkan sebagai sikap radikal.

Melalui peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang kini tengah dihadapi oleh seluruh


lapisan masyarakat indonesia. Meningkatnya radikalisme dalam agama diindonesia menjadi
fenomena sekaligus bukti nyata yang tidak begitu saja diabaikan begitu saja ataupun
dihilangkan. Radikalisme keagamaan yang semakin meningkat di Indonesia ini ditandai dengan
berbagai aksi kekerasna dan teror. Aksi tersebut telah menyedot banyak potensi dan energi
kemanusiaan serta telah merenggut hak hidup orang banyak termasuk orang yang sama seklai
tidak mengerti mengenai permasalahan ini. Meski berbagai seminar dan dialog telah didengar
untuk mengupas persoalan ini yaitumulai dari pencairan sebab hingga sampai pada penawaran
solusi, namun tidak juga kunjung memperlihatkan adanya suatu titik terang.
Fenomena tindak radikalisme dalam agama memang bisa dipahami secara beragam,
namun secara esensial, radikalisme agama umunnya memang selalu dikaitkan dengan
pertentangan secara tajam antara nilai-nilai yang diperjuangkan kelompok agama tertentu denga
n tatana nilai yang berlku atau dipandang mapan pada saat itu. Dengan demikian, adanya
pertentangn, pergesekan ataupun ketegangan pada akhirnya menyebabkan konsep dari
radikalisme selalu saja dikonotasikan dengan kekerasan fisik. Apalagi realitas yang saat ini
telah terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesian sangat mendukung dan semakin
memperkuat munculnya pemahaman seperti itu.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Dari semuan sekian banyak materi yang ada, dalam makalah ini penyusun mencoba
menguraikan mengenai :
1.2.1. Mengetahui faktor-faktor penyebab munculnya gerakan radikalisme
1.2.2. Mengetahui asal kemunculan radikalisme
1.2.3. Bagaimana Implementasi nila-nilai pancasila dalam menghadapi radikalisme ?
1.2.4. Apa saja yang bisa dijadikan benteng oleh pemuda dari ancaman radikalisme ?
1.3. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujusn penulisan makalah ini :


1.3.1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah
1.3.2. Untuk menambah pengetahuan tentang ancaman radikalisme terhadap generasi muda
1.3.3. Untuk berbagi pengetahuan tentang betapa pentingnya mengetahui dan mencegah radikalisme
dikalangan anak muda.
BAB II

PEMBAHASAN

SEJARAH RADIKALISME

a. Definisi Radikalisme
Radikalisme itu adalah suatu perubahan sosial dengan jalan kekerasan , meyakinkan dengan
satu tujuan yang dianggap benar tapi denngan menggunakan cara yang slah. Radikalisme dalam
artian bahasa berarti paham atau aliran yang memenginginkan perubahan atau pembaharuan
sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Namun, dalam artian lain, esensi
radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Sementara itu radikalisme
menurut pengertian lain adalah inti dari perubahan itu cenderung menggunakan kekerasan.
Yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang dipandang kolot dan sering
menggunakan kekerasan dalan mengajarkan keyakinan mereka.

Dawinsha mengemukakan definisi radikalisme menyamakannya dengan teroris. Tapi ia sendiri


memakai radikalisme dengan membedakan antara keduanya. Radikalisme adalah kebijakan dan
terorisme bagian dari kebijakan radikal tersebut. Definisi dawinsha lebih nyata bahwa
radikalisme itu mengandung sikap jiwa yang membawa kepada tindakan yang bertujuan untuk
melemahkan dan mengubah tatana kemapanan dan mengganti dengan gagasan baru. Makna
yang terakhir ini, radikalisme adalah sebagaian pemahaman negatif dan bahkan bisa menjadi
berbahaya sebagai esktrim kiri atau kanan

b. Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Gerakan Radikalisme


Gerakan radikalisme sesungguhnya bukan sebuah gerakan yang muncul begitu saja
tetapi memiliki latar belakang yang sekaligus menjadi faktor pendorong munculnya gerakan
radikalisme. Diantara faktor-faktor itu adalah :
1. Faktor sosial politik yaitu gejala kekerasan “agama” lebih tepat dilihat sebagai gejala sosial
politik daripada gejala keagamaan. Gerakan yang salah kaprah oleh Barat disebut sebagai
radikalisme itu lebih tepat dilihat akar permasalahannya dari sudut konteks sosial politik
dalam rangka historisitas manusia yang ada di masyarakat. Sebagaimana diungkapkan
bahwa memburuknya posisi negara-negara Muslim dalam konflik utara-selatan menjadi
penopong utama munculnya radikalisme. Secara histori kita dapat melihat bahwa konflik-
konflik yang dapt ditimbukan oleh kalangan radikal dengan seperangkat alat kekerasannya
dalam menentang dan membenturkan diri dengan kelompok lain ternyata lebih berakar
pada masalah sosial politik. Dalam hal ini kaum radikalisme memandang fakta historis.
Dengan membawa bahasa dan simbol serta slogan-slogan agama kaum radikalisme
mencoba menyentuh emosi keagamaan dan menggalang kekuatan untuk mencapai tujuan
“mulia” dari politiknya. Tentu saja hal seperti itu tidak selamanya dapat disebut
memanipulasi agama karena sebagaian perilaku mereka berakar pada interprestasi agama
dalam melihat fenomena historis. Karena dilihat banyak wacana penyimpangan dan
ketimpangan sosial yang merugikan komunitas Muslim maka terjadilah gerakan
radikalisme yang ditopng oleh sentimen dan emosi keagamaan.
2. Faktor emosi keagamaan, yaitu harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan
radikalisme adalah faktor sentimen keagamaan, termasuk didalamnya adalah solidaritas
keagamaan untuk kawan yang tertintas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal ini lebih tepat
dikatakan sebagai faktor emosi keagamaanya, dan bukan agama (wahyu suci yang absolut)
walaupun gerakan radikalisme selalu mengibarkan bendera dan simbol agama seperti dalih
membela agama. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan emosi keagamaan adalah
agama sebagai pemahaman realitas yang sifatnya interpretatif. Jadi sifatnya nisbi dan
subjektif.
3. Faktor kultural ini juga memiliki andil yang besar yang melatarbelakangi munculnya
radikalisme. Hal ini wajar karena memang secara kulutral,sebagaimana diungkapkan bahwa
didalam masyarakat selalu diketemukan usaha untuk melepaskan diri dari jeratan jaring-
jaring kebudayaan tertentu yang dianggap tidak sesuai. Sedangkan yang dimaksud faktor
kultural disini adalah sebagai anti tesa terhadap budaya sekularisme. Budaya barat
merupakan sumber sekularisme yang dianggap sebagai musuh yang harus dihilangkan dari
bumi. Sedangkan fakta sejarah memperlihatkan adanya dominasi Barat dari berbagai
aspeknya atas negeri-negeri dan budaya Muslim. Peradaban barat sekarang ini merupakan
ekspresidominasi dan universal umat manusia yang telah dengan sengaja
melakukanmarjinalisasi seluruh sendi-sendi kehidupan muslim sehingga umat islam
menjadi terbelakang dan tertindas.
4. Faktor ideologis anti westernisme. Westernisne merupakan suatu pemikiran yang
membahaykan Muslim dalam mengaplikasikan syari’at Islam. Walaupun motivasi dan
gerakan anti Barat tidak bisa disalahkan dengan alasan keyakinan keagamaan tetpa jalan
kekerasan yang ditempuh kaum radikalisme justru menunjukkan ketikakmampuan mereka
dalam memposisikan diri sebagai pesaing dalam budaya dan beradaban.
5. Faktor kebijakan pemerintah di negara-negara Islam untuk bertindak memperbaiki situasi
atas perkembangannya frustasi dan kemarahan sebagai uman Islam disebabkan dominasi
ideologi, militer maupun ekonomi dari negara-negara besar. Dalam hal ini elit-elit
pemerintah di negeri-negeri Muslim belum atau kurang dapat mencari akar yang menjadi
penyebab munculnya tibdak kekerasan (radikalisme) sehingga tidak dapat mengatasi
problematiak sosial yang dihadapi umat. Disamping itu, faktor media masa(pers) Barat
yang selalu memojokan umat Islam juga menjadi faktor munculnya reaksi dengan
kekerasan yang dilakukan oleh umat Islam. Propaganda lewat pers memang memiliki
kekuatan dahsyat dan sangat sulit untuk ditangkis sehingga sebagian”estrim” yaitu perilaku
radikal sebagai reaksi atas apa yang ditimpakan kepada komunitas Muslim.

c. Asal kemunculan radikalisme


Sejarah kemunculan gerakan radikalisme dan kelahiran kelompok fundamentalisme
dalam islam lebih dirujuk karena dua faktor, yaitu:
1. Faktor internal
Faktor internal adanya legitimasi teks keagamaan, dalam melakukan”perlawanan” itu sering
kali menggunakan legitimasi teks (baik teks keagamaan maupun teks cultural) sebagai
penopangnya. Untuk kasus gerakan “ekstrimieme islam” yang merebak hampir diseluruh
kawasan islam(termasuk indonesia) juga menggunakan teks-teks keislaman( Alquran,
hadits dan classsical sources kitab kuning) sebagai basis legitimasi teologis, karena
memang teks tersebut secara tekstual ada yang m,endukung terhadap sikap-sikap
ekslusivisme dan ekstrimisme ini. Faktor internal lainnya adalah dikarenakan gerakan ini
mengalami frustasi yang mendalam karena belum mampu mewujudkan cita-cita berdirinya
“negara islam international” sehingga pelampisannya dengan cara anarkis mengebom
fasilitas publik dan terorisme. Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisme
adalah faktor sentimen keagamaan,termasuk didalamnya adala solidaritas keagamaan untuk
kwan yang tertintas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal ini lebih tepat dikatakan sebagai
faktor emosi keagamaanya dan bukan agama.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal terdiri dari beberapa sebab diantanyan
1. Dari aspek ekonomi pilitik, kekuasaan depostik pemerintah yang menyeleweng dari
nilai-nilai fundamental islam. Itu artinya rezim di negara-negara islam gagal
menjalankan nilai-nilai- idealistik islam. Rezim-rezim itu bukan menjadi pelayan
rakyat, sebaliknya berkuasa dengan sewenang-wenang bahkan menyengsarakan rakyat.
Penjajahan Barat yang serakkan,menghancurkan serta sekular justru datang belakangan,
terutama setelah ide kapitalisme global dan neokapitalisme menjadi pemenang. Satu
ideologi yang kemudian mencari daerah jajahn untuk dijadikan “pasar baru” .
industrislisasi dan ekonomisasi pasar baru yang menjalankan dengang cara-cara
berperang inilah yang sekarang hingga melanggengkan kehadiran fundalisme islam.
2. Faktor ini menekan pada budaya barat yang mendominasi kehidupan saat ini, budaya
sekularisme yang dianggap sebagai musuh besar yang harus dihilangkan dari bumi
3. Faktor sosial politik, pemerintah yang kurang tegas dalam mengendalikan masalah
teroris ini juga dapat dijadikan sebgai salah satu faktor masih maraknya radikalisme
dikalangan umat islam.

d. Radikalisme ditunjau dari ideologi dan pancasila

1. Implementasi nilai-nilai pancasila dalam menghadapi radikalisme


Dalam masa orde baru, untuk menanamkan dan memasyarakatkan kesadaran akan
nilai-nilai pancasila dibentuk satu badan yang bernama BP7, Badan tersebut merupakan
penanggung jawab (leading sector) terhadap perumusan,aplikasi, sosialisasi,
internalisasi terhadap pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila, dalam
kehidupan berbangsa,bermasyarakat dan bernegara. Saat ini pancasila adalahn ideologi
yang terbuka, dan sedang diuji daya tahannya terhadap gempuran, pengaruh dan
ancaman ideologi-ideologi besar lainnya seperti liberalisme (yang menjunjung
kebebasan dan persaingan), sosialisme ( yang menekan harmoni), humanisme (yang
menekan kemanusiaan), nihilisme (yang menafikan nilai-nilai luhur yang mapan),
maupun ideologi yang berdimensi keagamaan. Pancasila sebagai ideologi terbuka pada
dasarnya memiliki nilao-nilai universal yang sama dengan ideologi yang lainnya,
seperti keberadaban, penghormatan akan HAM, kesejahtraan, perdamaian dak keadilan.
Dalam era globalisasi, romantismekesamaan historis zaman dahulu tidak lagi
merupakan pengikat rasa kebersamaan yang kokoh. Kepentingan akan tujuan yang
dicapai lebih kuat pengaruhnya daripada kesamaan latar dan kesejarahan. Karena itu,
implementasi nilai-nilai pancasila agar tetap aktual menghadapi ancaman radikalisme
harus lebih ditekankan pada penyampaian tiga pesan berikut :
1. Negara ini dibentuk berdasarkan kesepakatan dan kesetaraan dimana didalamnya
tidak boleh ada yang merasa sebgai pemegang saham utaman,atau warga kelas satu.
2. Aturan main daam bernegara telah disepakati, dan Negara memiliki kedaulatan
penuh untuk menertibkan anggota negaranya yang berrusaha secara sistematis
untuk merubah tatanan,dengan cara-cara yang melawan hukum.
3. Negara memberikan perlindungan, kesempatan, masadepan dan
pengayomanseimbang untuk meraih tujuan nasional masyarakat adil dan makmur,
sejahtera, aman, berkeadaban dan merdeka.

Nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI 1945 yang harus tetap diimplementasikan itu adalah:

Kebangsaan dan persatuan, Kemanusiaan dang penghormatan terhadap harkat dan,


martabat manusia, Ketuhanan dan toleransi, Kejujuran dan ketaan terhadap hukum dan
peraturan, Demokrasi dan kekeluargaan. Ketahanan nasional merupakan suatu kondisi
kehidupan nasional yang harus diwujudkan dan dibina secara terus menerus secara sinergis dan
dinamismulai dari pribadi, keluarga, lingkungan dan nasionalyang bermodalkan keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan pengembangan kekuatan nasional. Salah satu
unsur ketahanan nasional adalah ketahanan ideologi. Ketahanan ideologi perlu ditingkatkan
dalam bentuk pengalaman Pancasila secra objektif dan subjectif, Aktualisasi adaptasi dan
relevasi ideologi Pancasila dan nilai-nilai baru pengembangan dan penanaman nilai-nilai
Bhineka Tunggal Ika dalam seluruh kehidupan berbangsa,bermasyarakat.

e. Membentengi Pemuda Dari Radikalisme

Pemuda adalah aset bangsa yang sangat berharga. Masa depan negeri tidak bertumpu
pada kualitas mereka. Namun ironisnya, kini tak sedikit kaum muda yang justru menjadikan
pelaku terorisme. Serangkaian aksiterorisme mialai dari Bom Bali-1,Bom Gereja
Kepunton,Bom di JW Marriot dan Hotel Rith-Carlton,hingga aksi penembakan pos polisi
singosaren di Solo dan Bom di Beji dan Tambora, melibatkan pemuda. Sebut saja, Dani Dwi
Permana, salah satu pelaku Bom di JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton, yang saat itu berusia 18
tahun dan baru lulus SMA.

Fakta diatas diperkuat oleh riset yang dilakukan Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian
(LaKIP). Dalam risetnya tentang radialisme dikalangan siswa dan guru pendidikan Agama
Islam (PAI) di Jabodetabek, pada Oktober 2010-Januari 2011, LaKIP menemukan sedikitnya
48,9 persen siswa menyatakan bersedia terlibat dalam aksi kekerasan terkait dengan agama dan
moral. Rentannya pemuda terhadap aksi kekersan dan terorisme patut menjadi keprihatinan kita
bersama. Banyak faktor yang menyebabkan para pemuda terseret kedalam tindakan terorisme,
mulai dari kemiskinan, kurangnya pendidikan agama yang damai, gencarnya infiltrasi
kelompok radikal, lemahnya semangat kebangsaan, kurangnya pendidikan kewarganegaraan,
kurangnya keteladanan, dan tergerusnya nilai kearifan lokal oleh arus modernotas negatif.
Untuk membentengi para pemuda dan masyarakat umum dari radikalisme dan terorisme, Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menggunakan upaya pencegahan melalui kontra-
radikalisasi (penangkalan ideologi). Hal ini dilakukan dengan membentuk Forum Koordinasi
Pencegahan Terorisme (FKPT) di daerah. Ada beberapa hal yang patut dikedepankan dalam
pencegahan terorisme dikalangan pemuda :

1. Memperkuat pendidikan kewarganegaraan dengan menanamkan pemahaman yang


mendalam terhadap empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasial, UUD 1945, NKRI, dan
Bhineka Tunggal Ika. Melalui pendidikan ewarganeraan , para pemuda didorong untuk
menjunjung tinggi dan dan menginternalisasikan nilai-nilai luhur yang sejalan dengan
kearifan lokal seperti toleranso umat-umat beragama , kebebasan yang bertanggung jawab,
gotong royong, kejujuran, dan cita tanah air serta kepedulian antar warga masyarakat.
2. Mengerahkan para pemuda pada beragam aktifitas yang berkualitas baik dibidang akademis
, sosial , keagamaan, seni, budaya maupun olahraga.
3. Memberikan pemahaman agama yang damai dan toleran, sehingga pemuda tidak tidak
mudah terjebak pada arus ajaran radikalisme. Dalam hal ini, peran guru agama di
lingkungan sekolah dan para pemuka agama dimasyarakat sangat penting.
4. Memberikan keteladana kepada pemuda. Sebab, tanpa adanya keteladanan dari para
penyelenggara negara, tokoh agama serta tokoh masyarakat, maka upaya yang dilakukan
akan sia-sia.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Radikalisme itu adalah suatu perubahan sosial dengan jalan kekerasan, meyakinkan dengan satu
tujuan yang dianggap benar tapi dengan menggunakan cara yang salah. Fenomena meningkatnya
tindakan radikalisme dikarenakan dangkalnya pemahaman terhadap Agama dan Pancasila. Oleh karena
itu, dibutuhkan pengimplementasian terhadap nilai-nilai pancasila dan pembentengan para pemuda dari
radikalisme

DAFTAR PUSTAKA

http://abdurrahman001.blogspor.co.id/2015/05peran-serta-pancasila-untuk-mencegah.html

http://aribherzi020696.blogspot.co,id/2015/04/makalah-radikalisme.html

http://2beahumanbeing.blogspot.com/2012/06makalah-radikalisme-pengertian-konsep.html

http://id.wikipedia.org/wiki/radikalisme

Anda mungkin juga menyukai