Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmatnya serta
karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang
berjudul PMI ini guna menyelesaikan tugas dari mata kuliah Manajemen Lembaga
Nirlaba. Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing
kami ibu Desy Puspita S,P.M,M. atas bimbingannya kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan kurangnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari para pembaca.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan inspirasi bagi para pembaca, Terimakasih .
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................................................................4
A. Profil dan Sejarah Singkat PMI.........................................................................................................4
B. Sumber Dana PMI............................................................................................................................6
C. Struktur dan Susunan Organisasi PMI..............................................................................................6
D. Rata – Rata Permintaan dan Pendonor Darah Dalam Sebulan........................................................8
E. Permasalahan Yang Terdapat Pada PMI..........................................................................................9
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
PMI sebagai lembaga organisasi kemanusiaan, bertujuan meringankan penderitaan sesama
manusia, apapun sebabnya, dengan tidak membedakan agama, suku bangsa, bahasa, warna kulit,
jenis kelamin, golongan dan pandangan politik.
Palang Merah Indonesia adalah organisasi kemanusiaan yang bergerak dibidang kesehatan,
tanggap bencana dan pelayanan masyarakat. Tugas terpenting yang harus dilakukan adalah
mengurus penyediaan darah, Upaya kesehatan tranfusi darah atau UKTD adalah salah satu
kegiatan PMI yang ditugaskan oleh pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun
1980 tentang tranfusi darah. Upaya itu dilaksanakan dengan pembentukan unit tranfusi darah
PMI, unit ini merupakan unit pelayanan teknis yang diatur dan tunduk pada pengurus PMI di
masing-masing jajarannya (Palang Merah Indonesia, 2004:5,16).
Kebutuhan darah terus meningkat dari tahun ke tahun, masyarakat yang hendak
membutuhkan darah biasanya terjadi karena ada suatu kebutuhan yang mendesak dan
menyangkut hidup atau mati seseorang. Kebutuhannya antara lain seperti anemia pada usia lanjut
diatas 60 tahun, ibu yang hamil dan sehabis melahirkan atau persalinan yang biasanya mengalami
pendarahan banyak, operasi yang membutuhkan asupan darah, kecelakaan yang mengalami
pendarahan cukup parah, dan kanker darah.
Namun kendalanya jumlah pasien yang membutuhkan darah sangatlah besar jumlahnya. Hal
tersebut tidak diikuti dengan kesadaran masyarakat yang sukarela mendonorkan darahnya
Penyebab susahnya masyarakat mendonorkan darahnya dikarenakan beberapa alasan seperti,
tidak tahu cara mendonor, takut jarum suntik atau takut darah, takut tertular penyakit dan
sebagainya.
Sebagai makhluk sosial, manusia harus peduli dengan sesama. Seperti yang terjadi sekarang
ini, bahwa kebutuhan akan darah sangatlah tinggi, itulah yang harus menjadikan masyarakat yang
memiliki tubuh sehat untuk peduli menjadi pendonor sukarela. Karena dengan adanya masyarakat
yang sukarela mendonorkan darahnya, itu bisa meningkatkan stok persediaan darah pada PMI dan
tentunya bisa menyelematkan banyak nyawa manusia.
Kebutuhan akan darah saat ini pada pasien yang membutuhkan masih sangat terkendala,
dikarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjadi pendonor sukarela. Oleh
karena itu kami memilih PMI sebagai judul makakah kami agar lebih banyak orang – orang
mengenal lebih dekat apa itu PMI dan mau ikut serta dalam mendonorkan darahnya dengan
sukarela untuk orang yang memerlukan.

B. Rumusan Masalah
1. Termaksud dalam organisasi apakah PMI ?
2. Apa saja yang di kerjakan PMI ?
3. Bersumber dari mana sajakah dana PMI ?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Manajemen
Lembaga Nirlaba dan untuk menambah wawasan bagi para pembaca tentang PMI dan penting nya
melakukan pendoran darah secara sukarela.
BAB 2 PEMBAHASAN

A. Profil dan Sejarah Singkat PMI


Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia
yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan.
PMI selalu mempunyai tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan
sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan
kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar
408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh Indonesia.
Palang Merah Indonesia tidak memihak golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu.
Palang Merah Indonesia dalam pelaksanaannya juga tidak melakukan pembedaan tetapi
mengutamakan korban yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya.
Berdirinya Palang Merah di Indonesia sebetulnya sudah dimulai sebelum Perang Dunia II,
tepatnya 12 Oktober 1873.Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia
dengan nama Nederlandsche Roode Kruis Afdeeling Indië (NERKAI) yang kemudian dibubarkan
pada saat pendudukan Jepang.
Perjuangan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) diawali 1932. Kegiatan tersebut
dipelopori Dr. R. C. L. Senduk dan Dr. Bahder Djohan dengan membuat rancangan pembentukan
PMI. Rancangan tersebut mendapat dukungan luas terutama dari kalangan terpelajar Indonesia,
dan diajukan ke dalam Sidang Konferensi Narkai pada 1940, akan tetapi ditolak mentah-mentah.
Rancangan tersebut disimpan menunggu saat yang tepat. Seperti tak kenal menyerah pada
saat pendudukan Jepang mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah
Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan dari Pemerintah Tentara Jepang
sehingga untuk yang kedua kalinya rancangan tersebut kembali disimpan.
Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945 saat itu Presiden
Soekarno memerintahkan Dr. Boentaran (Menkes RI Kabinet I) agar membentuk suatu badan
Palang Merah Nasional.
Dibantu panitia lima orang yang terdiri dari Dr. R. Mochtar sebagai Ketua, Dr. Bahder
Djohan sebagai Penulis dan tiga anggota panitia yaitu Dr. R. M. Djoehana Wiradikarta, Dr.
Marzuki, Dr. Sitanala, Dr Boentaran mempersiapkan terbentuknya Palang Merah Indonesia.
Tepat sebulan setelah kemerdekaan RI, 17 September 1945, PMI terbentuk. Peristiwa bersejarah
tersebut hingga saat ini dikenal sebagai Hari PMI.
Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial kemanusiaan, terutama tugas
kepalangmerahan sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949
yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59.
Sebagai perhimpunan nasional yang sah, PMI berdiri berdasarkan Keputusan Presiden No 25
tahun 1950 dan dikukuhkan kegiatannya sebagai satu-satunya organisasi perhimpunan nasional
yang menjalankan tugas kepalangmerahan melalui Keputusan Presiden No 246 tahun 1963.
Dalam berbagai kegiatan PMI komitmen terhadap kemanusiaan seperti Strategi 2010 berisi
tentang memperbaiki hajat hidup masyarakat rentan melalui promosi prinsip nilai kemanusiaan,
penanggulangan bencana, kesiapsiagaan penanggulangan bencana, kesehatan dan perawatan di
masyarakat, Deklarasi Hanoi (United for Action) berisi penanganan program pada isu-isu
penanggulangan bencana, penanggulangan wabah penyakit, remaja dan manula, kemitraan
dengan pemerintah, organisasi dan manajemen kapasitas sumber daya serta humas dan promosi,
maupun Plan of Action merupakan keputusan dari Konferensi Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah ke-27 di Jenewa Swiss tahun 1999.
Dalam konferensi tersebut Pemerintah Indonesia dan PMI sebagai peserta menyatakan ikrar
di bidang kemanusiaan.
Hal ini sangat sejalan dengan tugas pokok PMI adalah membantu pemerintah Indonesia di
bidang sosial kemanusiaan terutama tugas-tugas kepalangmerahan yang meliputi: Kesiapsiagaan
Bantuan dan Penanggulangan Bencana, Pelatihan Pertolongan Pertama untuk Sukarelawan,
Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Transfusi Darah. Kinerja PMI
dibidang kemanusiaan dan kerelawanan mulai dari tahun 1945 sampai dengan saat ini antara lain
sebagai berikut:
1. Membantu saat terjadi
peperangan/konflik. Tugas kemanusiaan yang dilakukan PMI pada masa perang kemerdekaan
RI, saat pemberontakan RMS, peristiwa Aru, saat gerakan koreksi daerah
melalui PRRI di Sumbar, saat Trikora di Irian Jaya, Timor Timur dengan operasi
kemanusiaan di Dilli, pengungsi di Pulau Galang.
2. Membantu korban bencana alam. Ketika
gempa terjadi di Pulau Bali (1976), membantu korban gempa bumi (6,8 skala Richter) di
Kabupaten Jayawijaya, bencana Gunung Galunggung (1982), Gempa di Liwa-Lampung
Barat dan Tsunami di Banyuwangi (1994), gempa di Bengkulu dengan 7,9 skala Richter
(1999), konflik horizontal di Poso-Sulteng dan kerusuhan di Maluku Utara (2001), korban
gempa di Banggai di Sulawesi Tengah (2002) dengan 6,5 skala Richter, serta membantu
korban banjir di Lhokseumawe Aceh, Gorontalo, Nias, Jawa Barat, Tsunami di Aceh,
Pantai Pangandaran, dan gempa bumi di DI Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. Semua
dilakukan jajaran PMI demi rasa kemanusiaan dan semangat kesukarelawanan yang tulus
membantu para korban dengan berbagai kegiatan mulai dari pertolongan dan evakuasi,
pencarian, pelayanan kesehatan dan tim medis, penyediaan dapur umum, rumah sakit
lapangan, pemberian paket sembako, pakaian pantas pakai dan sebagainya.
3. Transfusi darah dan kesehatan. Pada
tahun 1978 PMI memberikan penghargaan Pin Emas untuk pertama kalinya kepada donor
darah sukarela sebanyak 75 kali. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980
telah diatur tentang tugas dan peran PMI dalam pelayanan transfusi darah. Keberadaan Unit
Transfusi Darah PMI diakui telah banyak memberikan manfaat dan pertolongan bagi para
pasien/penderita sakit yang sangat membutuhkan darah. Ribuan atau bahkan jutaan orang
terselamatkan jiwanya berkat pertolongan Unit Transfusi Darah PMI. Demikian pula halnya
dengan pelayanan kesehatan, hampir di setiap PMI di berbagai daerah memiliki poliklinik.
Markas pusat PMI berada di Jakarta tepatnya di Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 96 Jakarta –
Indonesia.
PMI memiliki cabang yang tersebar di seluruh Indonesia salah satunya terdapat di Aceh. PMI
Provinsi Aceh berlokasi di Jl. Ajuen Jumpit No.18 B, Jeumpet Ajun, Darul Imarah, Kabupaten
Aceh Besar, Aceh 23353, sedangkan PMI Kota Banda Aceh terletak di Jl. Stadion H. Dimurthala
No.3, Kota Baru, Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Aceh 23135.
 Visi : PMI berkarakter, professional, mandiri, dan dicintai masyarakat
 Misi :
1. Menjadi organisasi kemanusiaan terdepan yang memberikan layanan berkualitas
kepada masyarat sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah.
2. Meningkatkan kemandirian organisasi PMI melalui kemitraan strategi yang
bekesinabungan dengan pemerintah, swasta, mitra gerakan, masyarakat, dan
pemangku kepentingan lainnya di semua tingkatan.
3. Meningkatkan reputasi organisasi PMI di tingkat nasional dan internasional.
 Tujuan Stategis PMI adalah: 
1. Mewujudkan PMI yang berfungsi baik di berbagai tingkatan, baik dalam pelaksanaan
kebijakan, peraturan organisasi, sistim dan prosedur yang ditetapkan.
2. Meningkatkan kapasitas sumber daya organisasi PMI di berbagai tingkatan, baik sumber
daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan dalam operasi penanganan bencana
di seluruh wilayah Indonesia.
3. Meningkatkan ketahanan masyarakat untuk mengurangi risiko dan dampak bencana serta
penyakit.
4. Meningkatkan pelayanan darah yang memadai, aman dan berkualitas di seluruh
Indonesia.
5. Memperkuat hubungan kerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka
menjalankan mandat dan fungsi PMI di bidang kemanusiaan.
6. Meningkatkan kemitraan yang berkesinambungan dengan sektor publik, swasta, mitra
gerakan, lembaga donor dan pemangku kepentingan lainnya di semua tingkatan dalam
melayanai masyarakat.
7. Meningkatkan akuntabilitas PMI sebagai organisasi kemanusiaan di tingkat Nasional
maupun Internasional.
8. Meningkatkan pemahaman seluruh elemen masyarakat tentang nilai-nilai kemanusiaan,
prinsip-prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah / Bulan Sabit Merah
serta Hukum Perikemanusiaan Internasional melalui upaya komunikasi, edukasi dan
diseminasi.

B. Sumber Dana PMI


PMI merupakan organisasi non-profit atau organisasi yang tidak mencari keuntungan. Dana
yang dimiliki PMI berasal dari  APBN, APBD, dan Sumbangan Masyarakat. PMI adalah satu-
satunya organisasi kepalangmerahan yang didanai pemerintah.
Pasal 32 RUU Kepalangmerahan mengatur pendanaan PMI bisa dikumpulkan dari bulan dana
PMI, maupun sumbangan masyarakat dan sumbangan lainnya . Pemerintah juga berkewajiban
mendanai kegiatan PMI. Selain pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemerintah dan
pemerintah daerah dapat memberikan dukungan dana dari Anggaran Pendapatan dan belanja
negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, demikian pasal 32 ayat (2) RUU
Kepalangmerahan.
Pasal 34 RUU Kepalangmerahan juga mengatur peran serta masyarakat dalam kegiatan
kepalangmerahan. Antara lain melalui pemberian bantuan tenaga, dana, fasilitas, sarana dan
prasarana dalam kegiatan kepalangmerahan "(a) Pemberian bantuan tenaga, dana, fasilitas, serta
sarana dan prasarana dalamkegiatan kepalangmerahan, (b) Partisipasi dalam kegiatan
kepalangmerahan, (c) Pengawasan terhadap kegiatan kepalangmerahan dan atau pengawasan
terhadap penyalahgunaan kepalangmerahan," demikian bunyi pasal 34 RUU Kepalangmerahan.
Sementara pasal 31 mengatur tanggungjawab pemerintah dan pemerintah daerah terhadap
kegiatan kepalangmerahan. Tanggungjawab pemerintah antara lain melakukan pembinaan yang
berkelanjutan; memberikan bantuan dana, fasilitas, sarana dan prasarana; memberikan
perlindungan terhadap komponen PMI yang melakukan kegiatan kepalangmerahan; dan
melakukan pengawaan terhadap penyelenggaraan kegiatan kepalangmerahan.

C. Struktur dan Susunan Organisasi PMI


Susunan Kepengurusan PMI 2014 – 2019 ACEH
 Ketua Umum ; Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla
 Wakil Ketua Umum ; Prof. DR. Ir. Ginandjar Kartasasmita
 Sekretaris Jenderal ; dr. Ritola Tasmaya, MPH
 Wakil Sekertaris Jenderal ; dr. Diah Defawati Ande Latif
 Bendahara ; Suryani Sidik Motik, Ph.D
 Wakil Bendahara ; Ir. J. Dwi Hartanto
 Ketua Bidang Organisasi ; Sasongko Tedjo, SE, MM
 Ketua Bidang Penanganan Bencana ; Letjen TNI (Purn) Sumarsono, SH
 Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial ; dr. Farid Husain, Sp. KB
 Ketua Bidang UDD & RS ; dr. Linda Lukitasari Waseso
 Ketua Bidang PMR dan Relawan ; H. Muhammad Muas, SH
 Ketua Bidang HI ; Prof. Dr. Hamid Awaluddin
 Ketua Bidang Dana dan Prasarana ; Drs. Jhony Darmawan, M.Si
 Anggota ; 1). Rapiuddin Hamarung
2). Andi Harianto Sinulingga
3). R. Heru Aryadi, MTh
4). Alirman Sori, SH, M. Hum
 Deawan Kehormatan ; 1). Haryono Suyono
2). Aksa Mahmud
3). Meutia Hatta
4). Prof. Komarudin Hidayat
5). Komjen (Purn) Nanan Sukarna
STRUKTUR ORGANISASI PMI PADA UMUMNYA

D. Rata – Rata Permintaan dan Pendonor Darah Dalam Sebulan


Palang Merah Indonesia (PMI) mengalami kekurangan rata-rata sekitar 900 ribu kantong
darah per tahun guna menutupi kebutuhan transfusi darah pasien yang membutuhkan di berbagai
rumah sakit. Kebutuhan kantong darah di Indonesia mencapai rata-rata 5,1 juta kantong per tahun,
sementara yang terpenuhi sekitar 4,2 juta kantong darah per tahun
Kebutuhan darah di Kota Banda Aceh tergolong tinggi, rata-rata mencapai 4.000
kantong/bulan. Tingginya kebutuhan darah ini berbanding lurus dengan semakin tingginya juga
populasi manusia di ibukota Provinsi Aceh ini.
Sebenarnya stok darah di Banda Aceh masih memadai, namun permintaan masih sangat
tinggi, karenanya PMI Banda Aceh harus menjalankan strategi khusus agar menipisnya stok darah
tidak dipermainkan oleh calo.
Biasanya petugas PMI berpencar ke tiga lokasi berbeda untuk menampung pendonor. Pemi-
lihan lokasi juga sudah ditentukan sebelumnya dan terjadwal.
Dalam satu hari PMI menargetkan ketersediaan darah mencapai 100 hingga 150 kantong. Hal
ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat terhadap darah yang mencapai angka serupa. Cara
lainnya dengan mengirimkan pesan singkat kepada pendonor untuk mendonor ketika sudah ber-
selang tiga bulan pada donor terakhir.
Untuk Banda Aceh, kebutuhan darah yang paling banyak adalah darah O, sesuai dengan
jumlah populasi yang ada. Sementara yang paling sedikit adalah darah B. Namun, saat menerima
darah pendonor, semuanya diterima tidak menentukan pada golongan darah tertentu.
Hasil pengumpulan donasi kantong darah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Berawal dari 28.265 kantong darah pada tahun 1969 hingga 1,7 juta kantong darah di tahun 2008.
Darah disumbangkan oleh donor darah sukarela (DDS) yang mendominasi 83 % dari seluruh
donasi darah.
Sebagai penghargaan terhadap para DDS, PMI memberikan piagam penghargaan kepada
DDS yang telah menyumbangkan darahnya sebanyak 15 kali, 30 kali, 50 kali, 75 kali, dan 100
kali. Khusus untuk DDS 100 kali, PMI bekerjasama dengan Departemen Sosial memberikan
penghargaan berupa Satyalancana Kebaktian Sosial yang disematkan langsung oleh Presiden RI.
Warga Aceh, yang melakukan donor darah terbilang cukup tinggi. Data Palang Merah
Indonesia (PMI) setempat menyebutkan, setiap bulan rata-rata yang akan melakukan donor darah
mencapai 1000 orang lebih.

E. Permasalahan Yang Terdapat Pada PMI


Menurut data World Health Organization (WHO), darah nasional suatu negara per tahunnya
harus berjumlah 2 persen dari total penduduk. Di Indonesia saja, baru 70 persen darah yang
tersimpan di PMI.
Kekurangan kantong darah ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya donor darah. Padahal, dengan mendonor darah secara rutin akan mengurangi risiko
penyakit jantung dan stroke. Di Indonesia butuh 4 juta kantong darah. Tapi, yang sudah
terkumpul untuk saat ini baru 3,5 juta.
"Biasanya banyak yang komplain 'Kenapa sih, darah di PMI kurang?'. Sebelum komplain,
sadar diri saja dulu. Kita sudah rajin donor darah apa belum?," Memang, selama ini orang masih
terpaku dengan stigma kalau donor darah itu mengerikan dan seram, padahal itu semua salah.
PMI sendiri berupaya untuk terus membuat stigma mengerikan itu menjadi stigma yang sangat
menyenangkan dan menyehatkan.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) untuk menghilangkan
stigma menakutkan itu adalah dengan cara meyediakan mobil untuk donor darah dan membuka
tempat untuk mendonor darah di dalam mall. Saat ini sudah ada 110 mobil pendonor darah yang
dapat membantu pendonor untuk mendonorkan darah tanpa harus ke PMI. Selain menyedikan
mobil – mobil untuk donor darah PMI juga sering mengadakan sosialisai kepada masyarkat
tentang penting nya mendonor darah.
Dengan lebih sering menyumbangkan darah, akan dapat mengantisipasi kekurangan stok
darah di PMI. Makanya itu, kami mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk lebih sadar dan
rajin mendonor darah.
Perlu Anda ketahui bahwa mendonor darah dilakukan setiap 3 bulan. Syarat untuk
mendonorkan darah cukup mudah. Usia pendonor minimal 17 tahun, berat badan minimal 45 kg,
sehat, dan tidak pernah begadang. Jika sudah terpenuuhi, maka bisa menjadi pendonor darah.
Kalau pun sampai Anda berusia tua belum pernah mendonorkan darah, usia 60 tahun sangat baik
untuk pendonor baru yang berusia tua.
BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan
PMI merupakan salah satu organisasi nirlaba di Indonesia yang bergerak di bidang kesehatan,
tugas utama dari PMI adalah mengurus penyediaan darah.
Kebutuhan darah semakin meningkat setiap tahunnya tetapi peningkatan tersebut tidak di
barengi dengan stok darah yang ada, kekurangan stok darah tersebut disebabkan oleh kurangnya
pendonor yang mendonorkan darahnya. Faktor yang menyebabkan pendonor tidak ingin
mendonor adalah karena takut akan jarum suntik ataupun karena faktor lainnya.
Oleh sebab itu kami berharap dengan makalah ini agar bisa meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya mendonor darah dan dapat ikut serta mendonorkan darah nya ke
PMI.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Palang_Merah_Indonesia
eprints.ums.ac.id/27351/2/04._BAB_I.pdf

https://evaniashab.files.wordpress.com/2015/10/6-0913bb9fc1.png
http://www.pmi.or.id/index.php/hubungi-kami/menghubungi-kami.html
https://news.detik.com/berita/2016294/pmi-didanai-apbn-apbd-dan-sumbangan-masyarakat

Anda mungkin juga menyukai