Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KEPALANGMERAHAN

SEJARAH

SEJARAH KOMITE INTERNASIONAL DALAM


KONFLIK BERSENJATA

DI SUSUN OLEH :

NUR AZIZAH SYAHRUDDIN

348.551.03.203.003.2017

PALANG MERAH REMAJA - PALANG MERAH


INDONESIA

UNIT 203 SMA NEGERI 3 MAKASSAR


2017

LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan makalah yang berjudul “Sejarah Komite Internasional dalam Konflik
Bersenjata” disusun oleh :

Nama : NUR AZIZAH SYAHRUDDIN

NRA : 348.551.03.203.003.2017

Berdasarkan hasil bimbingan oleh pembimbing sejak tanggal 16 – 24 Maret 2017

Disetujui oleh :

Pembimbing

NAMA : SITI NUR FADILA RAHMAN

NRA : 348.551.03.203.780.2016

ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan makalah yang berjudul “Sejarah Komite Internasional dalam Konflik
Bersenjata” disusun oleh :

Nama : NUR AZIZAH SYAHRUDDIN

NRA : 348.551.03.203.003.2017

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 26 Maret 2017

Dewan Penguji

Penguji I Penguji II Penguji III

Arief Rachmansyah Hadjrah Muh. Aslam Nurdah

Disahkan Oleh :

Ketua Umum PMR

Adnan Teddy Syach

348.551.03.203.777.2016

iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Karena atas limpahan
Rahmat, Hidayah serta Karunia – Nya sehingga makalah yang sederhana ini dapat
saya selesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan


serta dukungan dari pembimbing dan berbagai pihak lain. Oleh karena itu, saya
berterima kasih pada pembimbing dan pihak yang sudah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, karena itu saya
mengharapkan masukan dan saran dari pembaca jika ada kata atau kalimat yang
kurang berkenan di hati pembaca. Saya harapkan nantinya makalah ini dapat
memberikan informasi dan pengetahuan tentang Sejarah Palang Merah
Internasional.

Makassar, 19 Maret 2017

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viiii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

D. Manfaat ........................................................................................................ 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

A. Bapak Palang Merah Internasional .............................................................. 3

B. Sejarah Lahirnya Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah


Internasional ........................................................................................................ 3

C. ICRC dalam Perang Dunia ........................................................................... 7

D. Misi dan Tugas ICRC ................................................................................ 17

E. Status Hukum ICRC................................................................................... 18

F. Kegiatan ICRC ........................................................................................... 19

G. Prinsip – Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional ...................................................................................................... 22

BAB III ................................................................................................................. 27

v
PENUTUP ............................................................................................................. 27

A. KESIMPULAN .......................................................................................... 27

B. SARAN ...................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28

vi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2. 1 Bapak Palang Merah Internasional ............................................... 3
GAMBAR 2. 2 Perang Solferino ........................................................................... 4
GAMBAR 2. 3 Buku Henry Dunant ...................................................................... 5
GAMBAR 2. 4 Anggota Komite 5 Internasional................................................... 6
GAMBAR 2. 5 Dokumen asli Konvensi Internasional .......................................... 7
GAMBAR 2. 6 Badan Tawanan Perang International selama Perang Dunia ...... 10
GAMBAR 2. 7 Palang Merah adalah Kekuatan Manusia .................................. 16
GAMBAR 2. 8 ICRC in action ............................................................................ 17
GAMBAR 2. 9 Salah satu tugas ICRC ................................................................ 18
GAMBAR 2. 10 Perlindungan ICRC .................................................................. 20
GAMBAR 2. 11 Bantuan ICRC........................................................................... 21
GAMBAR 2. 12 Pencegahan ICRC ..................................................................... 21
GAMBAR 2. 13 Kerjasama ICRC ....................................................................... 22
GAMBAR 2. 14 Prinsip Dasar Kemanusiaan ...................................................... 23
GAMBAR 2. 15 Prinsip Dasar Kesamaan ........................................................... 23
GAMBAR 2. 16 Prinsip Dasar Kenetralan .......................................................... 24
GAMBAR 2. 17 Prinsip Dasar Kemandirian ....................................................... 24
GAMBAR 2. 18 Prinsip Dasar Kesukarelaan ...................................................... 25
GAMBAR 2. 19 Prinsip Dasar Kesatuan ............................................................. 25
GAMBAR 2. 20 Prinsip Dasar Kesemestaan ...................................................... 26

vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tanggal 24 juni 1859 terjadi perang di Solferino, prajurit yang
ikut berperang bergeletakan tewas dan terluka. Henry Dunant, seorang
warga swiss, melewati daerah itu untuk suatu keperluan bisnis. Karena
rasa Kemanusiaan Henry Dunant yang sangat tinggi, dia bertekad untuk
menolong ribuan prajurit yang terluka tanpa pelayanan medis.
Setelah kembali ke Swiss, Henry Dunant membuat sebuah buku yang
terdapat dua gagasan penting yaitu usulan mendirikan suatu perhimpunan
bantuan untuk merawat korban konflik bersenjata dan kesepakatan
internasional guna melindungi prajurit yang terluka dalam medan perang
dan orang-orang yang merawatnya. Untuk mewujudkan gagasan tersebut,
Komite 5 Internasional mendirikan komite tetap Internasional pertolongan
korban konflik bersenjata, yang kemudian berubah nama menjadi Komite
Internasional Palang merah atau ICRC.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah lahirnya Gerakan Palang Merah dan Bulan
Sabit Merah Internasional?
2. Bagaimana Peran ICRC dalam Perang Dunia?
3. Apa misi dan mandat ICRC?
4. Bagaimana status hukum ICRC dalam HHI?
5. Apa saja kegiatan ICRC?
6. Apa saja prinsip-prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah?
2

C. Tujuan Penulisan
1. Agar kita mengetahui dan memahami Sejarah lahirnya Gerakan Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.
2. Agar kita mengetahui peran ICRC dalam Perang Dunia.
3. Agar kita mengetahui misi dan mandat ICRC.
4. Agar kita mengetahui dan memahami Status Hukum ICRC.
5. Agar kita mengetahui kegiatan ICRC.
6. Agar kita mengetahui Prinsip – prinsip dasar Gerakan Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah Internasional.

D. Manfaat
Setelah membaca makalah ini, kita dapat mengetahui sejarah
terbentuknya Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, serta
misi, mandat, kegiatan dan status hukum ICRC. Kita juga dapat lebih
memahami tentang Prinsip – prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah Internasional.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bapak Palang Merah Internasional

GAMBAR 2. 1

Jean Henry Dunant adalah Bapak Palang merah Internasional karena


beliaulah pendiri dan pelopor berdirinya Palang Merah. Jean Henry
Dunant lahir di Swiss pada tanggal 8 Mei 1828 (ditetapkan sebagai Hari
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional) Ayahnya bernama
Jean Jacques Dunant dan Ibunya bernama AntoinetteColladon.

B. Sejarah Lahirnya Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah


Internasional
Berawal dari pecahnya perang antara Pasukan Perancis melawan
Pasukan Austria di Solferino (Italia Utara) pada tahun1859. Pertempuran
itu terjadi selama 16 jam dan melibatkan 320.000 prajurit. Pertempuran itu
mengakibatkan 40.000 orang meninggal dan terluka dalam medan
4

pertempuran. Ini adalah karakteristik pertempuran pada masa itu, yang


pada dasarnya merupakan pembantaian massal. Lebih jauh, komandan
militer tidak memperhatikan kepentingan orang yang terluka untuk
mendapatkan pertolongan dan perawatan. Para prajurit hanya dianggap
sebagai ‘makanan meriam’. Adapun pertempuran tersebut dimenangkan
oleh Perancis. Namun demikian, berakibat sangat mengerikan dengan
mayat yang tumpang tindih dan ribuan orang terluka tanpa pertolongan.
Jumlah ahli bedah sangat tidak mencukupi. Di sana hanya ada empat orang
dokter hewan yang merawat seribu kuda dan seorang dokter untuk
merawat seribu orang. Sungguh jumlah yang sangat tidak sebanding
dengan keseluruhan pasukan artileri (Pasukan Persenjataan).

GAMBAR 2. 2

Pada saat pertempuran berlangsung, Henry Dunant, seorang


pengusaha berkebangsaan Swiss (1828 – 1910) sedang berada dalam
perjalanan untuk menemui Kaisar Perancis Napoleon III guna keperluan
bisnis. Menyaksikan pemandangan yang mengerikan akibat pertempuran
tersebut, membuat Henry Dunant sedih dan lupa akan pertemuannya
dengan Napoleon III.

Peristiwa yang secara khusus membangkitkan perasaan Dunant saat


itu adalah menyaksikan ribuan orang yang terluka tanpa perawatan dan
5

dibiarkan mati di tempat karena pelayanan medis militer yang tidak


mencukupi jumlahnya serta tidak memadai dalam tugas dan keterampilan
dibidang medis. Dunant kemudian mengumpulkan orang-orang dari desa
sekitar dan tinggal di sana selama tiga hari tiga malam untuk merawat
orang yang terluka. Kata-kata bijaknya, “ Siamo tutti fratelli “ (Kita semua
bersaudara), membuka hati para sukarelawan untuk tidak membedakan
melayani kawan maupun lawan.

Sekembalinya Dunant ke Swiss membuat ia terus dihantui oleh mimpi


buruk yang disaksikannya di Solferino. Untuk menghilangkan bayangan
buruk dalam pikirannya, Dunant kemudian menulis sebuah buku dan
menerbitkannya dengan biaya sendiri pada bulan November 1862. Buku
itu berjudul A Memory of Solferino (Kenangan di Solferino).

GAMBAR 2. 3

Tujuan Henry Dunant menuliskan buku itu adalah untuk menarik


perhatian dunia tentang kenyataan kejamnya peperangan. Dia
mengirimkan buku itu kepada keluarga-keluarga terkemuka di Eropa dan
juga para pemimpin militer, politikus, dan teman-temannya. Rupanya,
banyak pihak yang tertarik dengan tulisannya itu. Henry Dunant pun
diundang kemana-mana dan dipuji dimana-mana. Banyak orang yang mau
mengikuti jejaknya.
6

Buku “ A Memory de Solferino ” mengandung dua gagasan penting yaitu:

a. Usulan mendirikan perhimpunan bantuan di setiap negara yang


terdiri dari sukarelawan untuk merawat orang yang terluka
pada waktu perang.
b. Usulan mempromosikan kesepakatan internasional guna
melindungi prajurit yang terluka dalam medan perang dan
orang-orang yang merawatnya serta memberikan status netral
kepada mereka.

Sebuah perkumpulan bernama Perhimpunan Jeneva untuk


Kesejahteraan Masyarakat yang dipimpin oleh seorang ahli hukum
bernama Gustave Moynier, mengundang Henry Dunant dan beberapa
anggota lainnya yang tertarik dengan buku Henry Dunant untuk
membicarakan gagasan penting buku tersebut. Sebagai hasilnya, pada
tanggal 5 Februari 1863 dibentuklah Komite 5 yang beranggotakan :

GAMBAR 2. 4

Komite diatas kemudian bertemu pada tanggal 17 Februari 1863 dan


menamakan dirinya sebagai Komite Tetap Internasional untuk Pertolongan
Prajurit yang Terluka sekaligus mengangkat ketua baru yaitu Jenderal
Guillame-Henry Dufour, kemudian pada tanggal 1 Oktober 1863 berubah
7

nama menjadi Komite Internasional Palang Merah atau International


Committe of the Red Cross (ICRC).

C. ICRC dalam Perang Dunia


1. Sebelum Perang Dunia I

Untuk memformalkan perlindungan dinas medis angkatan


bersenjata di medan tempur dan untuk mendapatkan pengakuan
internasional atas Palang Merah beserta cita-citanya, Pemerintah Swiss
mengundang pemerintah semua negara Eropa, serta Amerika Serikat,
Brazil, dan Meksiko, untuk menghadiri sebuah konferensi diplomatik
resmi. Enam belas negara mengirim total 26 delegasi ke Jeneva. Pada
tanggal 22 Agustus 1864, konferensi ini mengadopsi sebuah perjanjian
bernama “Konvensi Jeneva untuk Perbaikan Kondisi Korban Luka
dalam Pertempuran Darat” yaitu perjanjian pertama yang membentuk
Hukum Humaniter Internasional. Perwakilan dari 12 negara dan
kerajaan menandatangani konvensi ini: Baden, Belgia, Denmark,
Perancis, Hesse, Italia, Belanda, Portugal, Prusia, Swiss, Spanyol, dan
Württemberg.

GAMBAR 2. 5

Konvensi ini berisi sepuluh pasal, menetapkan untuk pertama kali


aturan-aturan yang mengikat secara hukum dan menjamin netralitas
8

dan perlindungan bagi tentara yang terluka, personil medis lapangan,


dan lembaga kemanusiaan khusus dalam konflik bersenjata. Selain itu,
konvensi juga menetapkan dua persyaratan terkait pengakuan
perhimpunan bantuan nasional oleh Komite Internasional, yaitu :

a. Perhimpunan nasional harus diakui oleh pemerintah


nasionalnya sendiri sebagai perhimpunan bantuan sesuai
dengan konvensi, dan
b. Pemerintah nasional dari masing-masing negara harus menjadi
negara pihak dalam Konvensi Jeneva.

Tidak lama setelah penetapan Konvensi tersebut, perhimpunan


nasional pertama didirikan di Belgia, Denmark, Perancis, Oldenburg,
Prusia, Spanyol, dan Württemberg. Tahun 1864, Louis Appia dan
Charles van de Velde, seorang kapten Angkatan Darat Belanda,
menjadi delegasi independen dan netral pertama yang bekerja di bawah
simbol Palang Merah dalam konflik bersenjata. Tiga tahun kemudian
tepatnya pada tahun 1867, Konferensi Internasional Perhimpunan
Bantuan Nasional untuk Perawatan Korban Luka dalam Perang
diselenggarakan untuk pertama kali.

Pada tahun 1867, Henry Dunant terpaksa menyatakan bangkrut


karena kegagalan bisnis di Aljazair, sebagian karena dia mengabaikan
kepentingan bisnisnya selama aktivitas tak kenal lelah-nya untuk
Komite Internasional. Kontroversi seputar masalah bisnis Henry
Dunant dan opini publik negatif yang berkembang, ditambah dengan
konflik berkepanjangan dengan Gustave Moynier, menyebabkan
pencopotan Henry Dunant dari posisinya sebagai anggota dan
sekretaris. Dia didakwa memalsukan kebangkrutan dan surat perintah
penangkapan dikeluarkan. Henry Dunant terpaksa meninggalkan
Jeneva dan tidak pernah kembali ke kota asalnya. Pada tahun-tahun
berikutnya, perhimpunan nasional didirikan di hampir semua negara di
Eropa. Pada tahun 1863, komite mengadopsi nama "Komite
9

Internasional Palang Merah" (ICRC), yang masih menjadi nama resmi


hingga saat ini. Lima tahun kemudian Palang Merah Amerika didirikan
atas upaya dari Clara Barton. Semakin banyak negara menandatangani
Konvensi Jeneva dan mulai menghormatinya di lapangan selama
konflik bersenjata. Dalam waktu yang relatif singkat, Palang Merah
mendapatkan momentum besar sebagai sebuah gerakan yang dihormati
secara internasional, dan perhimpunan nasional menjadi kian populer
sebagai tempat untuk bekerja secara sukarela.

Pada tahun 1906, Konvensi Jeneva 1864 direvisi untuk pertama


kali. Satu tahun kemudian, Konvensi Den Haag X, diadopsi pada
Konferensi Perdamaian Internasional Kedua di Den Haag, memperluas
ruang lingkup Konvensi Jeneva untuk perang di laut. Sesaat sebelum
pecahnya Perang Dunia Pertama pada tahun 1914, 50 tahun setelah
berdirinya ICRC dan pengadopsian Konvensi Jeneva pertama, sudah
ada 45 perhimpunan bantuan nasional di seluruh dunia. Gerakan telah
menjangkau luar Eropa dan Amerika Utara hingga ke Amerika Tengah
dan Selatan (Argentina, Brasil, Chili, Kuba, Meksiko, Peru, El
Salvador, Uruguay, Venezuela), Asia (Republik Tiongkok, Jepang,
Korea, Siam), dan Afrika (Republik Afrika Selatan).

2. Perang Dunia I

Ketika Perang Dunia I meletus, ICRC menghadapi tantangan besar


yang hanya bisa diatasi berkat kerjasama ICRC dengan perhimpunan
nasional Palang Merah. Juru rawat Palang Merah dari seluruh dunia,
termasuk Amerika Serikat dan Jepang, memberi dukungan pelayanan
medis angkatan bersenjata negara-negara Eropa yang terlibat dalam
perang. Pada tanggal 15 Oktober 1914, setelah dimulainya perang,
ICRC mendirikan Badan Tawanan Perang Internasional (POW
Agency), yang pada akhir 1914 memiliki sekitar 1.200 staf, sebagian
besar relawan. Di akhir perang, Badan ini sudah mengirimkan sekitar
20 juta surat dan pesan, 1,9 juta paket, dan sekitar 18 juta franc Swiss
10

(Rp.170milyar) sumbangan uang untuk POW dari semua negara yang


terkena dampak. Selain itu, atas intervensi Badan ini, sekitar 200.000
tahanan menjadi bagian dari pertukaran POW antar pihak-pihak yang
bertikai, dibebaskan dari tahanan dan kembali ke negara asal mereka.
Indeks kartu organisasi Badan ini mengakumulasi sekitar 7 juta catatan
dari tahun 1914 hingga tahun 1923, setiap kartu mewakili satu orang
tahanan atau satu orang yang hilang. Indeks kartu membantu
identifikasi sekitar 2 juta tawanan perang dan bisa mengontak keluarga
mereka. Indeks lengkap tersebut saat ini dipinjamkan ICRC ke
Museum Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional di Jeneva.
Hak untuk mengakses indeks tersebut masih sangat terbatas untuk
ICRC.

GAMBAR 2. 6

Selama perang, ICRC memonitor kepatuhan pihak-pihak bertikai


terhadap Konvensi Jeneva yang telah direvisi pada tahun 1907 dan
meneruskan keluhan tentang pelanggaran ke negara masing-masing.
Ketika senjata kimia digunakan dalam perang untuk pertama kalinya
dalam sejarah, ICRC dengan gigih memprotes peperangan jenis baru
ini. Bahkan tanpa mandat dari Konvensi Jeneva, ICRC berusaha
11

meringankan penderitaan penduduk sipil. Di wilayah yang secara


resmi ditetapkan sebagai "wilayah pendudukan", ICRC dapat
membantu penduduk sipil berdasarkan Konvensi Den Haag tentang
Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat tahun 1907. Konvensi ini juga
merupakan dasar hukum pekerjaan ICRC terkait tawanan perang.
Kegiatan Badan Tawanan Perang Internasional sebagaimana diuraikan
di atas mencakup kunjungan inspeksi ke kamp-kamp POW. Sebanyak
524 kamp di seluruh Eropa dikunjungi oleh 41 delegasi dari ICRC
hingga perang berakhir.

Antara tahun 1916 dan 1918, ICRC mengeluarkan sejumlah kartu


pos yang memuat foto dari kamp POW. Foto-foto tersebut
menunjukkan para tawanan dalam kegiatan mereka sehari-hari seperti
mendistribusikan surat dari rumah. Tujuan ICRC adalah memberikan
harapan dan penghiburan kepada keluarga tawanan dan mengurangi
ketidakpastian tentang nasib orang-orang yang mereka cintai. Setelah
perang berakhir, ICRC mengatur pemulangan sekitar 420.000 tawanan
ke negara asal mereka. Pada tahun 1920, tugas repatriasi diserahkan
kepada Liga Bangsa-Bangsa yang baru terbentuk, yang menunjuk
diplomat dan ilmuwan Norwegia Fridtjof Nansen sebagai Komisioner
Tinggi Pemulangan Tawanan. Mandat hukumnya kemudian diperluas
untuk mendukung dan merawat pengungsi perang dan orang-orang
terlantar manakala kantornya diubah menjadi Komisaris Tinggi untuk
Pengungsi Liga Bangsa-Bangsa. Nansen, yang menciptakan paspor
Nansen untuk pengungsi tanpa negara dan yang dianugerahi Hadiah
Nobel Perdamaian tahun 1922, menunjuk dua delegasi dari ICRC
sebagai deputinya.

Setahun sebelum akhir perang, ICRC mendapat Hadiah Nobel


Perdamaian pada tahun 1917 atas pekerjaan yang luar biasa selama
perang. Itu adalah satu-satunya Hadiah Nobel Perdamaian yang
diberikan pada periode 1914-1918. Pada tahun 1923, Komite
12

mengadopsi perubahan kebijakan mengenai pemilihan anggota baru.


Hingga saat itu, hanya warga dari kota Jeneva yang bisa bekerja di
ICRC. Pembatasan ini diperluas untuk mencakup warga negara Swiss.
Sebagai konsekuensi langsung dari Perang Dunia I, satu protokol
tambahan dari Konvensi Jeneva diadopsi pada tahun 1925 yang
melarang penggunaan gas cekik atau gas racun dan unsur-unsur biologi
sebagai senjata. Empat tahun kemudian, Konvensi asli direvisi dan
Konvensi Jeneva kedua mengenai "Perlakuan terhadap Tawanan
Perang" ditetapkan. Kejadian-kejadian selama Perang Dunia I dan
kegiatan-kegiatan ICRC secara signifikan meningkatkan reputasi dan
kewenangan ICRC di antara komunitas internasional dan membuat
kompetensinya diperluas.

Di awal tahun 1934, rancangan usulan sebuah konvensi tambahan


untuk perlindungan penduduk sipil dalam konflik bersenjata diadopsi
oleh Konferensi Internasional Palang Merah. Sayangnya, mayoritas
pemerintah kurang tertarik melaksanakan konvensi ini, sehingga
konvensi tersebut masih belum berlaku sebelum pecahnya Perang
Dunia II.

3. Perang Dunia II

Dasar hukum kegiatan ICRC selama Perang Dunia II adalah


Konvensi Jeneva yang direvisi tahun 1929. Kegiatan ICRC mirip
dengan yang dilakukannya selama Perang Dunia I: mengunjungi dan
memantau kamp-kamp POW, mengorganisir bantuan kemanusiaan
bagi penduduk sipil, dan mengatur pertukaran berita terkait tawanan
dan orang-orang hilang. Di akhir perang, 179 delegasi telah melakukan
12.750 kunjungan ke kamp POW di 41 negara. Badan Informasi Pusat
tentang Tawanan Perang memiliki 3.000 staf, indeks kartu penelusuran
tawanan memuat 45 juta kartu, dan 120 juta pesan dipertukarkan oleh
Badan ini. Salah satu kendala utama adalah Palang Merah Jerman yang
dikendalikan Nazi menolak mematuhi statuta Jeneva termasuk
13

pelanggaran secara terang-terangan seperti deportasi keturunan Yahudi


dari Jerman dan pembunuhan massal yang dilakukan di kamp-kamp
konsentrasi yang dijalankan oleh pemerintah Jerman. Selain itu, dua
aktor besar lain yang terlibat dalam konflik, Uni Soviet dan Jepang,
bukan negara pihak pada Konvensi Jeneva 1929 dan secara hukum
tidak diwajibkan mematuhi aturan-aturan konvensi.

Selama perang, ICRC gagal membuat kesepakatan dengan Nazi


Jerman tentang perlakuan terhadap tahanan di kamp, dan akhirnya
memilih untuk tidak memberi tekanan guna menghindari terganggunya
kegiatan-kegiatannya dengan POW. ICRC juga gagal memberi respon
atas informasi yang dapat dipercaya mengenai kamp-kamp
pemusnahan dan pembunuhan massal orang Yahudi di Eropa. Ini
masih dianggap sebagai kegagalan terbesar ICRC dalam sejarahnya.
Setelah November 1943, ICRC mendapat izin untuk mengirim paket
kepada tahanan di kamp konsentrasi bagi yang nama dan lokasinya
sudah diketahui. Karena tanda terima paket-paket tersebut sering kali
ditandatangani oleh penghuni lain, ICRC berhasil mendata identitas
sekitar 105.000 tahanan di kamp-kamp konsentrasi dan mengantar
sekitar 1,1 juta paket, terutama ke kamp Dachau, Buchenwald,
Ravensbrück, dan Sachsenhausen.

Pada tanggal 12 Maret 1945, Presiden ICRC Jacob Burckhardt


mendapat pesan dari Jenderal SS Ernst Kaltenbrunner yang menerima
permintaan ICRC untuk mengizinkan delegasi ICRC mengunjungi
kamp-kamp konsentrasi. Perjanjian ini terikat oleh persyaratan bahwa
delegasi harus tinggal di kamp-kamp sampai akhir perang. Sepuluh
orang delegasi, di antaranya Louis Haefliger (Mauthausen Camp), Paul
Dunant (Theresienstadt Camp) dan Victor Maurer (Dachau Camp),
menerima penugasan tersebut dan mengunjungi kamp-kamp. Louis
Haefliger mencegah pengusiran paksa atau peledakan Mauthausen-
Gusen dengan memperingatkan pasukan Amerika, sehingga berhasil
14

menyelamatkan nyawa sekitar 60.000 tahanan. Tindakannya dikutuk


oleh ICRC karena dianggap bertindak tidak tepat dan berdasarkan
keinginannya sendiri sehingga mempertaruhkan netralitas ICRC. Baru
pada tahun 1990, reputasinya akhirnya direhabilitasi oleh Presiden
ICRC Cornelio Sommaruga.

Contoh lain dari spirit kemanusiaan yang luar biasa adalah


Friedrich Born (1903-1963), seorang delegasi ICRC di Budapest yang
menyelamatkan 11.000 hingga 15.000 orang Yahudi di Hungaria.
Marcel Junod (1904-1961), seorang dokter dari Jeneva, adalah salah
satu delegasi terkemuka lainnya selama Perang Dunia Kedua.

Pada tahun 1944, ICRC menerima Hadiah Nobel Perdamaian


kedua. Seperti pada Perang Dunia I, hadiah ini juga menjadi satu-
satunya Nobel Perdamaian yang diberikan selama periode utama
Perang Dunia Kedua, 1939 sampai 1945. Di akhir perang, ICRC
bekerja sama dengan perhimpunan nasional Palang Merah untuk
mengatur bantuan kemanusiaan ke negara-negara yang paling parah
kondisinya. Tahun 1948, Komite mengeluarkan sebuah laporan kajian
kegiatan-kegiatan selama perang, dari tanggal 1 September 1939
sampai 30 Juni 1947. Sejak Januari 1996, arsip ICRC untuk periode ini
dibuka untuk penelitian akademik dan publik.

4. Pasca Perang Dunia II

Pada tanggal 12 Agustus 1949 revisi lanjutan atas dua Konvensi


Jeneva sebelumnya diadopsi. Konvensi tambahan tentang "Perbaikan
Kondisi Angkatan Perang di Laut yang Luka, Sakit dan Korban Kapal
Karam", kini disebut Konvensi Jeneva kedua, dibawa dalam payung
Konvensi Jeneva sebagai pengganti Konvensi Den Haag 1907 X.
Konvensi Jeneva 1929 mengenai "Perlakuan terhadap Tawanan
Perang" mungkin menjadi Konvensi Jeneva kedua dari sudut pandang
sejarah (karena konvensi itu sebenarnya dirumuskan di Jeneva), tapi
15

setelah 1949 disebut Konvensi ketiga karena secara kronologis


dirumuskan setelah Konvensi Den Haag. Merespon pengalaman
Perang Dunia II, Konvensi Jeneva Keempat, sebuah Konvensi baru
tentang "Perlindungan Penduduk Sipil pada Masa Perang" ditetapkan.
Selain itu, Protokol Tambahan I dan Protokol Tambahan II tanggal 8
Juni 1977 dimaksudkan untuk membuat konvensi tersebut berlaku
dalam konflik internal seperti perang sipil. Protokol Tambahan III
Konvensi Jeneva 1949 yang mengatur mengenai lambang pembeda
tambahan dengan menambahkan lambang baru, kristal merah, diadopsi
pada tahun 2005. Saat ini, empat konvensi dan protokol tambahan
berisi lebih dari 600 pasal, perluasan yang luar biasa jika dibandingkan
dengan hanya 10 pasal dalam konvensi pertama tahun 1864.

Dalam perayaan seabad ICRC pada tahun 1963, ICRC dan Liga
Perhimpunan Palang Merah, mendapat Hadiah Nobel Perdamaian
ketiga. Sejak tahun 1993, orang-orang non-Swiss diperbolehkan
bekerja sebagai delegasi ICRC di luar negeri, tugas yang sebelumnya
dibatasi hanya untuk warga negara Swiss. Sejak saat itu, kuota staf
yang bukan warga negara Swiss telah meningkat sekitar 35%.

Pada tanggal 16 Oktober 1990, Majelis Umum PBB memutuskan


untuk memberikan status pengamat kepada ICRC untuk sesi-sesi
sidang umum dan pertemuan-pertemuan sub-komite, status pengamat
pertama yang diberikan kepada organisasi non-pemerintah. Resolusi
tersebut diusulkan bersama oleh 138 negara anggota dan diperkenalkan
oleh duta besar Italia, Vieri Traxler, untuk mengenang asal mula
organisasi tersebut dari Pertempuran Solferino.

ICRC untuk pertama kali mengakhiri sikap bungkam kepada


media yang lazim dilakukannya dengan mengutuk Genosida yang
terjadi di Rwanda pada tahun 1994. ICRC berupaya mencegah
kejahatan yang terjadi di sekitar Srebrenica pada tahun 1995 tetapi
kemudian membuat pernyataan, "Kami harus akui kendati berbagai
16

upaya yang kami lakukan untuk membantu ribuan warga sipil yang
diusir secara paksa dari kota dan meskipun dedikasi rekan-rekan kami
di lapangan, dampak ICRC terhadap tragedi yang terungkap sangat
terbatas". ICRC kembali sekali lagi muncul ke publik pada tahun 2007
untuk mengutuk "pelanggaran hak asasi manusia"oleh pemerintah
militer Myanmar termasuk kerja paksa, kelaparan, dan pembunuhan
pria, wanita, dan anak-anak.

GAMBAR 2. 7

Sejak didirikan pada tahun 1863, tujuan ICRC didirikan adalah


semata-mata untuk memastikan perlindungan dan bantuan bagi korban
konflik dan pergolakan bersenjata. ICRC melakukannya melalui aksi
kemanusiaan langsung di lapangan di seluruh dunia, dan dengan
mendorong pengembangan hukum humaniter internasional (HHI) dan
mempromosikan penghormatan terhadap HHI oleh pemerintah dan
semua pemegang senjata.

Peran utama ICRC adalah koordinasi. Namun secara berangsur-


angsur, ICRC kian terlibat dalam operasi lapangan karena kebutuhan
akan perantara netral antar pihak yang berperang semakin nyata.
Dalam kurun waktu 50 tahun selanjutnya, ICRC memperluas
kegiatannya, sementara beberapa perhimpunan nasional berdiri
17

(pertama di Negara Bagian Jerman Württemberg pada bulan


November 1863) dan Konvensi Jeneva diadaptasi untuk memasukkan
perang di laut.

D. Misi dan Tugas ICRC


Pernyataan misi resmi ICRC berbunyi: “ Komite Internasional Palang
Merah (ICRC) adalah organisasi yang tidak memihak, netral, dan mandiri,
yang misinya semata-mata bersifat kemanusiaan, yaitu untuk melindungi
kehidupan dan martabat para korban konflik bersenjata dan situasi-situasi
kekerasan lain dan memberi mereka bantuan. ICRC mengarahkan dan
mengkoordinasi kegiatan bantuan kemanusiaan dan berupaya
mempromosikan dan memperkuat hukum humaniter dan prinsip-prinsip
kemanusiaan universal “.

GAMBAR 2. 8

Tugas utama ICRC bersumber pada Konvensi Jeneva dan Statuta Gerakan,
di mana dikatakan bahwa tugas ICRC antara lain:

a. Memantau kepatuhan para pihak yang bertikai kepada


Konvensi Jenewa
b. Mengorganisir perawatan terhadap korban luka di medan
perang
c. Mengawasi perlakuan terhadap tawanan perang (Prisoners of
War – POW) dan melakukan intervensi yang bersifat
18

konfidensial dengan pihak berwenang yang melakukan


penahanan.
d. Membantu pencarian orang hilang dalam konflik bersenjata
(layanan pencarian)
e. Mengorganisir perlindungan dan perawatan penduduk sipil
f. Bertindak sebagai perantara netral antara para pihak yang
berperang

GAMBAR 2. 9

E. Status Hukum ICRC


ICRC adalah satu-satunya institusi yang disebut secara eksplisit
(tegas, terus terang, tidak berbelit – belit dan tersurat sehingga orang dapat
menangkap maksudnya dengan mudah dan tidak mempunyai gambaran
yang kabur atau salah mengenai berita, keputusan, pidato dan sebagainya)
menurut Hukum Humaniter Internasional (HHI) sebagai otorita pengawas.
Mandat hukum ICRC bersumber pada empat Konvensi Jeneva 1949, serta
Statuta Gerakan. ICRC juga menjalankan tugas-tugas yang tidak secara
khusus diamanatkan oleh hukum, seperti mengunjungi tahanan politik di
luar konflik dan memberikan bantuan kemanusiaan dalam bencana alam.

ICRC adalah asosiasi swasta yang terdaftar di Swiss dan mendapat


hak-hak istimewa dan kekebalan hukum di wilayah Swiss selama
bertahun-tahun. Hak-hak istimewa itu dikatakan mendekati kedaulatan de
19

facto. Pada tanggal 19 Maret 1993, landasan hukum perlakuan khusus


untuk ICRC ditetapkan melalui perjanjian resmi antara Pemerintah Swiss
dan ICRC. Perjanjian ini melindungi "kesucian" (sanctity) semua properti
ICRC di Swiss termasuk kantor pusat dan arsip-arsip, memberi kekebalan
hukum kepada anggota dan staf, membebaskan ICRC dari semua pajak
dan biaya, menjamin pengiriman barang, jasa, dan uang yang dilindungi
dan bebas kepabeanan, memberi ICRC privilese komunikasi yang aman
setara dengan kedutaan asing, dan menyederhanakan perjalanan ke dalam
dan ke luar Swiss bagi ICRC. Sebaliknya Swiss tidak mengakui passport
yang dikeluarkan ICRC.

Berbeda dengan keyakinan umum, ICRC bukan entitas berdaulat


seperti Orde Penguasa Militer Malta (Sovereign Military Order of Malta)
dan juga bukan merupakan organisasi internasional, baik non-pemerintah
(LSM) maupun antar pemerintah. ICRC membatasi keanggotaannya hanya
warga negara Swiss, dan juga tidak seperti kebanyakan LSM, ICRC tidak
memiliki kebijakan keanggotaan yang terbuka dan tak terbatas bagi semua
orang karena anggota baru dipilih oleh Komite (melalui suatu proses yang
disebut cooptation/pemilihan). Akan tetapi, sejak awal 1990-an, ICRC
mempekerjakan orang-orang dari seluruh dunia untuk bekerja dalam misi
lapangan dan di Kantor Pusat. Pada tahun 2007, hampir setengah staf
ICRC bukan warga negara Swiss. ICRC mendapat privilese dan kekebalan
hukum di banyak negara, berdasarkan hukum nasional di negara-negara
tersebut, berdasarkan perjanjian antara ICRC dan pemerintah, atau, dalam
beberapa kasus, berdasarkan yurisprudensi internasional (seperti hak
delegasi ICRC untuk tidak memberi kesaksian di depan pengadilan
internasional).

F. Kegiatan ICRC
Kegiatan ICRC terbagi dalam empat kategori, yakni perlindungan
(protection), bantuan (assistance), pencegahan (prevention) dan kerjasama
(cooperation).
20

1. Perlindungan

ICRC berusaha untuk melindungi manusia dalam situasi konflik


atau kekerasan bersenjata, dan untuk dapat melakukan hal ini, ICRC
harus terus berada di dekat para korban dan menjalin dialog secara
konfidensial dengan pihak-pihak yang terlibat, baik Negara maupun
non-Negara. Kegiatan perlindungan mencakup kunjungan ke tempat-
tempat penahanan dan pemulihan kembali hubungan keluarga.

GAMBAR 2. 10

2. Bantuan

Krisis kemanusiaan sering kali terjadi secara bersamaan dengan,


atau menjadi penyebab tak langsung bagi, krisis-krisis lain seperti
kelaparan, wabah penyakit, dan kekacauan ekonomi. Dalam kondisi
seperti itu, ICRC memberikan bantuan yang dibutuhkan. Walaupun
demikian, ICRC selalu berusaha untuk tetap terarah pada tujuan
utamanya, yaitu memulihkan kemampuan orang untuk mencukupi
kebutuhannya sendiri atau mandiri. Bantuan bisa bermacam-macam
bentuknya, seperti makanan dan/atau obat-obatan, pembangunan atau
perbaikan sistem penyediaan air atau sarana medis dan pemberian
21

pelatihan kepada staf kesehatan primer, ahli bedah, dan teknisi


prostetik/ortotik.

GAMBAR 2. 11

3. Pencegahan

Kegiatan ICRC yang bersifat preventif dirancang untuk membatasi


efek buruk dari konflik dan menjaga agar efek-efek semacam itu
sekecil mungkin. Semangat yang sesungguhnya dari Hukum
Humaniter Internasional ialah agar penggunaan kekuatan dilakukan
secara terkendali dan secara proporsional dengan tujuannya. Karena
itu, ICRC berusaha untuk menyebarluaskan seluruh rangkaian prinsip-
prinsip kemanusiaan dalam rangka mencegah atau sekurang-kurangnya
membatasi ekses-ekses terburuk dari peperangan.

GAMBAR 2. 12
22

4. Kerjasama

Tujuan kegiatan kerja sama ICRC adalah untuk meningkatkan


kemampuan Perhimpunan-perhimpunan Nasional memenuhi tanggung
jawab mereka sebagai lembaga Palang Merah atau Bulan Sabit Merah
dalam memberikan pelayanan kemanusiaan di negara masing-masing.
ICRC terutama membantu dan mendukung Perhimpunan-perhimpunan
Nasional dalam kegiatan mereka untuk memberikan bantuan kepada
para korban konflik dan ketegangan dalam negeri (kesiapan dan
tanggapan); mempromosikan Hukum Humaniter Internasional dan
menyebarluaskan pengetahuan mengenai Prinsip-Prinsip Dasar, cita-
cita, dan kegiatan-kegiatan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah Internasional; dan memulihkan hubungan antara anggota
keluarga yang tercerai berai sebagai bagian dari jaringan kerja
pencarian Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di seluruh dunia.

GAMBAR 2. 13

G. Prinsip – Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit


Merah Internasional
Semua kegiatan kemanusiaan dilandasi oleh 7 Prinsip Dasar Gerakan
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Ketujuh prinsip ini
disahkan dalam Konferensi Internasional Palang Merah ke-XX di
Winatahun 1965. Ketujuh prinsip ini juga disahkan dalam Munas XIV
Palang Merah Indonesia di Jakarta pada tahun 1986.
23

1. KEMANUSIAAN ( Humanity )

GAMBAR 2. 14

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional


didirikan berdasarkan keinginan memberikan pertolongan tanpa
membedakan korban terluka di dalam pertempuran, berupaya dalam
kemampuan bangsa dan antar bangsa, mencegah dan mengatasi
penderitaan sesama manusia. Palang Merah menumbuhkan saling
pengertian, kerjasama dan perdamaian abadi bagi sesama manusia.

2. KESAMAAN ( Impartiality )

GAMBAR 2. 15

Gerakan ini tidak membuat perbedaan atas dasar kebangsaan,


kesukuan, agama/kepercayaan tingkatan atau pandangan politik.
Tujuannya semata – mata mengurangi penderitaan manusia sesuai
dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah.
24

3. KENETRALAN ( Neutrality )

GAMBAR 2. 16

Agar senantiasa mendapat kepercayaan dari semua pihak, gerakan


ini tidak boleh memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan
politik, kesukuan, agama atau idiologi.

4. KEMANDIRIAN (Independence)

GAMBAR 2. 17

Gerakan ini bersifat mandiri. Perhimpunan Nasional disamping


membantu Pemerintahannya dalam bidang kemanusiaan, juga harus
mentaati peraturan negaranya, harus selalu menjaga otonominya
sehingga dapat bertindak sesuai dengan prinsip – prinsip gerakan ini.
25

5. KESUKARELAAN ( Voluntary Service )

GAMBAR 2. 18

Gerakan ini adalah gerakan pemberi bantuan sukarela, yang tidak


didasari oleh keinginan untuk mencari keuntungan apapun.

6. KESATUAN ( Unity )

GAMBAR 2. 19

Di dalam suatu negara hanya ada satu Perhimpunan Palang Merah


atau Bulan Sabit Merah yang terbuka untuk semua orang dan
melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah.
26

7. KESEMESTAAN ( Universality )

GAMBAR 2. 20

Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional


adalah bersifat semesta (seluruh dunia). Setiap perhimpunan
mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam menolong
sesama manusia.
27

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Henry Dunant menulis sebuah buku dan membuat dua gagasan
penting untuk perlindungan korban konflik bersenjata dan perlindungan
bagi relawan. Gustave Moynier dan anggota komite 5 Internasional
tertarik dengan gagasan tersebut dan membentuk Komite Internasional
Palang Merah atau International Committe of the Red Cross ( ICRC ) yang
mempunyai mandat utama yaitu memberi pertolongan dan bantuan untuk
korban konflik bersenjata serta pemulihan hubungan keluarga.

B. SARAN
Sebagai anak Palang Merah, sudah seharusnya mengetahui sejarah
atau mencari tahu asal usul terbentuknya Palang Merah Internasional dan
Palang Merah Indonesia. Tanpa sejarah, Palang Merah tidak akan
terbentuk dan dari sejarah pula kita mendapatkan pengetahuan mengenai
Pertolongan Pertama dan pengetahuan lainnya. Dari sejarah, kita dapat
belajar dari masa lalu untuk memperbaiki dan meminimalisir konflik yang
mungkin saja terjadi. Tugas Komite Internasional Palang Merah bukan
hanya dilakukan oleh anggota Palang Merah saja, tapi kita semua wajib
menanamkan rasa kemanusiaan pada diri masing-masing dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari baik dalam hal sederhana maupun kejadian
yang luar biasa.

Selain rasa kemanusiaan, juga disertai dengan keikhlasan. Penolong


yang baik adalah penolong yang tidak mengharapkan imbalan apapun.
Maka dari itu, saya sebagai penyusun makalah ingin mengajak para
pembaca untuk membiasakan diri saling tolong menolong.

SALAM KEMANUSIAAN !!
28

DAFTAR PUSTAKA
http://ksr-pmiunitunivpgripalembang.blogspot.co.id/2012/12/sejarah-palang-
merah-internasional.html

https://id-id.facebook.com/notes/palang-merah-indonesia/sejarah-lahirnya-
gerakan-palang-merah-dan-bulan-sabit-merah-internasional/447687516286/

https://fok4l.wordpress.com/sejarah-palang-merah-internasional/

http://blogs.icrc.org/indonesia/tentang-icrc/sejarah/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Komite_Internasional_Palang_Merah

https://fok4l.wordpress.com/sejarah-palang-merah-internasional/

https://www.google.co.id/amp/kbbi.web.id/eksplisit.html

Anda mungkin juga menyukai