Anda di halaman 1dari 4

Masih ingatkah Anda dengan EYD?

Jika berbicara mengenai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), ingatan kita akan terseret
kembali ke masa-masa sekolah, tepatnya pada saat menerima pelajaran Bahasa
Indonesia, bukan? Ilmu tentang EYD pada masa sekolah berguna untuk menghindarkan
kita dari kesalahan-kesalahan penulisan dalam kaidah bahasa Indonesia. Malu rasanya
jika nantinya kita malah ditegur oleh pembelajar asing akibat kesalahan penulisan
padahal itu bahasa kita sendiri.

Akan tetapi, EYD berubah menjadi EBI (Ejaan Bahasa Indonesia) sebagai pedoman
umum sejak akhir 2015 silam. Perubahan yang dilakukan oleh Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa Indonesia ini, berlandaskan Peraturan Menteri dan Kebudayaan
RI Nomor 50 Tahun 2015.

Lantas, apa yang sekiranya melatarbelakangi EYD berubah menjadi EBI?

Zaman terus berubah, teknologi terus berkembang, dan bahasa pun terus menyesuaikan
perubahan. Kita tidak akan mungkin terpaku dengan aturan lama karena bahasa terus
berkembang sehingga aturan mengenai kebahasaan juga ikut menyesuaikan seperti
halnya perubahan dari EYD menjadi Pedoman Umum (PU) EBI.

Masyarakat yang kritis pun terus mendesak Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa untuk segera merevisi pedoman EYD sehingga muncul-lah PU EBI sebagai
bentuk jawaban atas kritikan yang diterima.

Meski sudah dirilis sekitar akhir 2015, masyarakat masih belum terlalu familier
terhadap PU EBI sehingga Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Dadang Sunendar, meminta berbagai media massa untuk membantu menginformasikan
mengenai PU EBI ini. Dengan begitu, sosialisasi mengenai PU EBI bisa sampai lebih
mudah ke masyarakat dan tenaga pengajar seperti guru dan dosen.

Lantas, perubahan manakah yang paling terlihat saat EYD berubah menjadi EBI?

PU EBI merupakan penyempurna EYD sehingga sangat wajar jika Anda menemukan
perubahan maupun penambahan hal-hal pokok yang tidak ditemukan pada pedoman
sebelumnya.
EYD sendiri dulunya juga merupakan penyempurna atas revisi pedoman-pedoman
pendahulunya. Nah, sekarang PU EBI semakin melengkapi apa yang kurang dari
pedoman EYD sehingga menjadi lebih sempurna.

Jika belum tahu perbedaan yang mencolok antara pedoman EYD dan PU EBI, silakan
simak informasi berikut:

Penambahan huruf vokal diftong

Huruf diftong adalah bunyi vokal rangkap yang tergolong dalam satu suku kata. Huruf
ini biasanya dilambangkan melalui dua huruf vokal yaitu seperti pada pedoman EYD
hanya ada 3 (ai, au, oi), sementara di PU EBI terdapat 1 tambahan diftong (ei) sehingga
total menjadi 4 diftong.

Contoh Pemakaian dalam Kata


Huruf Diftong
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

ai aileron balairung pandai

au autodidak taufik harimau

ei eigendom geiser survei

Oi – boikot amboi

Penggunaan huruf kapital

Pada pedoman EYD aturan mengenai penggunaan penulisan nama orang selalu diawali
dengan huruf kapital, tetapi tidak dengan nama julukan yang tetap menggunakan huru
kecil. Sedangkan dalam aturan pedoman yang baru, PU EBI, nama julukan juga harus
diawali dengan huruf kapital.

Contoh:

Mengapa kau begitu ketakutan seperti melihat Dewa Kematian?


Kepiawaiannya dalam membuat pedang membuat ia dijuluki Dewa Pedang oleh orang-
orang di kampung itu.

Tidak hanya itu, untuk penulisan huruf pertama kata yang memiliki makna ‘anak dari’,
maka huruf kapital tidak dipergunakan, seperti binti, bin, boru, dan van. Contoh:

 Wisnu Indra bin Abdullah


 Cut Meriska binti Kumoro
 Ruth boru Simajuntak
 Charles Andrian van Ophuijsen

Penggunaan huruf tebal sebagai penegasan

Dalam pedoman EYD, huruf miring digunakan sebagai bentuk penegasan kata maupun
kalimat. Sedangkan dalam PU EBI penggunaan huruf tebal digunakan sebagai bentuk
penegasan bagian tulisan yang telah ditulis menggunakan huruf miring.

Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’.

Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia.

Penulisan partikel “pun”

Dalam pedoman EYD, pemakaian partikel “pun”, harus ditulis secara terpisah
kecuali telah menjadi kesatuan dengan kata yang sudah lazim dipakai. Sedangkan dalam
PU EBI, pemakaian partikel “pun” tetap ditulis secara terpisah, namun jika mengikuti
unsur kata penghubung maka ditulis serangkai. Contoh:

 Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan umum masih tersedia.
 Apa pun permasalahan yang muncul, dia tetap dapat mengatasinya dengan kepala
dingin serta bijaksana.
 Meskipun sibuk, kamu harus tetap menghubungi kedua orang tuamu.
 Adapun sumber kebakaran itu masih belum diketahui oleh masyarakat.

Itulah beberapa contoh perbedaan EYD dan PU EBI yang diharapkan dapat diketahui
Mitra Excellent sehingga tidak timbul kesalahan lagi saat menulis bahasa kita, Bahasa
Indonesia.
Pastikan juga saat akan memilih penerjemah profesional, mereka selalu update dengan
perkembangan bahasa sehingga terjemahan yang dikerjakan akan berkualitas baik dan
sesuai dengan aturan penulisan ejaan terbaru.

Anda mungkin juga menyukai