D
I
S
U
S
U
N
OLEH
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) ini disusun berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015
yang diterbitkan pada tanggal 26 November 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia, serta untuk menyempurnakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD) edisi ketiga. Pedoman ini diharapkan dapat
mengakomodasi perkembangan bahasa Indonesia yang makin pesat.
Zaman terus berubah, teknologi terus berkembang, dan bahasa pun terus
menyesuaikan perubahan. Kita tidak akan mungkin terpaku dengan aturan lama
karena bahasa terus berkembang sehingga aturan mengenai kebahasaan juga ikut
menyesuaikan seperti halnya perubahan dari EYD menjadi Pedoman Umum (PU)
EBI.
Meski sudah dirilis sekitar akhir 2015, masyarakat masih belum terlalu
familier terhadap PU EBI sehingga Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Dadang Sunendar, meminta berbagai media massa untuk membantu
menginformasikan mengenai PU EBI ini. Dengan begitu, sosialisasi mengenai PU
EBI bisa sampai lebih mudah ke masyarakat dan tenaga pengajar seperti guru dan
dosen.
Perubahan Yang Paling Terlihat Saat EYD Berubah Menjadi EBI
Jika Mitra Excellent belum tahu perbedaan yang mencolok antara pedoman EYD dan
PU EBI, silakan simak informasi berikut:
Huruf diftong adalah bunyi vokal rangkap yang tergolong dalam satu suku kata.
Huruf ini biasanya dilambangkan melalui dua huruf vokal yaitu seperti pada pedoman
EYD hanya ada 3 (ai, au, oi), sementara di PU EBI terdapat 1 tambahan diftong (ei)
sehingga total menjadi 4 diftong.
Pada pedoman EYD aturan mengenai penggunaan penulisan nama orang selalu
diawali dengan huruf kapital, tetapi tidak dengan nama julukan yang tetap
menggunakan huru kecil. Sedangkan dalam aturan pedoman yang baru, PU EBI,
nama julukan juga harus diawali dengan huruf kapital.
Contoh:
Dalam pedoman EYD, huruf miring digunakan sebagai bentuk penegasan kata
maupun kalimat. Sedangkan dalam PU EBI penggunaan huruf tebal digunakan
sebagai bentuk penegasan bagian tulisan yang telah ditulis menggunakan huruf
miring.
Dalam pedoman EYD, pemakaian partikel “pun”, harus ditulis secara terpisah
kecuali telah menjadi kesatuan dengan kata yang sudah lazim dipakai. Sedangkan
dalam PU EBI, pemakaian partikel “pun” tetap ditulis secara terpisah, namun jika
mengikuti unsur kata penghubung maka ditulis serangkai. Contoh:
1. Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan umum masih tersedia.
2. Apa pun permasalahan yang muncul, dia tetap dapat mengatasinya dengan
kepala dingin serta bijaksana.
3. Meskipun sibuk, kamu harus tetap menghubungi kedua orang tuamu.
4. Adapun sumber kebakaran itu masih belum diketahui oleh masyarakat.
DATAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-b-
d&biw=1708&bih=830&sxsrf=ACYBGNS3jGyH63XG5b05yf6yZxbmhrhOiA
%3A1573128085097&ei=lQfEXYPNBde-9QO8-
47QBA&q=perbedaan+eyd+dan+puebi+&oq=perbedaan+eyd+dan+puebi+&gs_l=psy-
ab.3..35i39j0l3j0i22i30l6.8371.8371..14133...0.2..0.95.95.1......0....1..gws-
wiz.......0i71.s6UbVDgbSzs&ved=0ahUKEwjD68rlhtjlAhVXX30KHby9A0oQ4dUDCAo&uact=
http://kaltim.tribunnews.com/2018/01/16/sudah-tahu-belum-eyd-sudah-tidak-berlaku-
lagi-ini-dia-penggantinya?page=all
https://www.padamu.net/perkembangan-ejaan-bahasa-indonesia