Anda di halaman 1dari 5

Tugas Bahasa Indonesia

Nama Anggota Kelompok :

 Ditta Rachmatika (1910312120005)


 Dea Amelia (1910312220019)
 Ishmida Rimayanti (1910312120017)
 Listi Armea (1910312120019)
 Nadia Zulfati Fairuz (1910312320041)
 Puteri Yasmin Aulia Iksa (1910312320029)
 Veronica Yaennita Setiawan (1910312120039)

Kelas : Manajemen Ganjil


Tentang Perbandingan Kaidah di EYD dan di EBI

A. Latar Belakang Yang Mempengaruhi EYD Berubah Jadi EBI


EYD berubah menjadi EBI (Ejaan Bahasa Indonesia) sebagai pedoman
umum sejak akhir 2015 silam. Perubahan yang dilakukan oleh Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa Indonesia ini, berlandaskan Peraturan Menteri dan Kebudayaan RI
Nomor 50 Tahun 2015.
Zaman terus berubah, teknologi terus berkembang, dan bahasa pun terus
menyesuaikan perubahan. Kita tidak akan mungkin terpaku dengan aturan lama karena
bahasa terus berkembang sehingga aturan mengenai kebahasaan juga ikut menyesuaikan
seperti halnya perubahan dari EYD menjadi Pedoman Umum (PU) EBI. Masyarakat yang
kritis pun terus mendesak Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa untuk segera
merevisi pedoman EYD sehingga muncul-lah PU EBI sebagai bentuk jawaban atas
kritikan yang diterima.
Meski sudah dirilis sekitar akhir 2015, masyarakat masih belum terlalu familier
terhadap PU EBI sehingga Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Dadang Sunendar, meminta berbagai media massa untuk membantu menginformasikan
mengenai PU EBI ini. Dengan begitu, sosialisasi mengenai PU EBI bisa sampai lebih
mudah ke masyarakat dan tenaga pengajar seperti guru dan dosen.

B. Perubahan EYD Menjadi EBI


PU EBI merupakan penyempurna EYD sehingga sangat wajar jika Anda
menemukan perubahan maupun penambahan hal-hal pokok yang tidak ditemukan pada
pedoman sebelumnya. EYD sendiri dulunya juga merupakan penyempurna atas revisi
pedoman-pedoman pendahulunya. Nah, sekarang PU EBI semakin melengkapi apa yang
kurang dari pedoman EYD sehingga menjadi lebih sempurna.

1. Penambahan huruf vokal diftong

Huruf diftong adalah bunyi vokal rangkap yang tergolong dalam satu suku kata.
Huruf ini biasanya dilambangkan melalui dua huruf vokal yaitu seperti pada pedoman
EYD hanya ada 3 (ai, au, oi), sementara di PU EBI terdapat 1 tambahan diftong (ei)
sehingga total menjadi 4 diftong.
Contoh Pemakaian dalam Kata
Huruf Diftong
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ai aileron balairung pandai
au autodidak taufik harimau

ei eigendom geiser survei


oi – boikot amboi

2. Penggunaan huruf capital

Pada pedoman EYD aturan mengenai penggunaan penulisan nama orang selalu
diawali dengan huruf kapital, tetapi tidak dengan nama julukan yang tetap menggunakan
huru kecil. Sedangkan dalam aturan pedoman yang baru, PU EBI, nama julukan juga
harus diawali dengan huruf kapital. Contoh:

 Mengapa kau begitu ketakutan seperti melihat Dewa Kematian?


 Kepiawaiannya dalam membuat pedang membuat ia dijuluki Dewa Pedang oleh orang-
orang di kampung itu.

Tidak hanya itu, untuk penulisan huruf pertama kata yang memiliki makna
‘anak dari’, maka huruf kapital tidak dipergunakan, seperti binti, bin, boru, dan van.
Contoh:

 Wisnu Indra bin Abdullah


 Cut Meriska binti Kumoro
 Ruth boru Simajuntak
 Charles Andrian van Ophuijsen
 Penggunaan huruf tebal sebagai penegasan

Dalam pedoman EYD, huruf miring digunakan sebagai bentuk penegasan kata
maupun kalimat. Sedangkan dalam PU EBI penggunaan huruf tebal digunakan sebagai
bentuk penegasan bagian tulisan yang telah ditulis menggunakan huruf miring.

 Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’.


 Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia.
 Penulisan partikel “pun”
Dalam pedoman EYD, pemakaian partikel “pun”, harus ditulis secara terpisah
kecuali telah menjadi kesatuan dengan kata yang sudah lazim dipakai. Sedangkan dalam
PU EBI, pemakaian partikel “pun” tetap ditulis secara terpisah, namun jika mengikuti
unsur kata penghubung maka ditulis serangkai. Contoh:

 Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan umum masih tersedia.
 Apa pun permasalahan yang muncul, dia tetap dapat mengatasinya dengan kepala dingin
serta bijaksana.
 Meskipun sibuk, kamu harus tetap menghubungi kedua orang tuamu.
 Adapun sumber kebakaran itu masih belum diketahui oleh masyarakat.

3. Penggunaan huruf tebal

Untuk Pedoman Umum EYD tidak diatur penggunaan huruf tebal. Penegasan
kata menggunakan kata yang ditulis miring. Sedangkan Pedoman Umum EBI terdapat 2
ketentuan penggunaan huruf tebal, yaitu untuk:
1.  Menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring, misalnya: kata et dalam
ungkapan ora et labora berarti ‘dan‘.

2.  Menegaskan bagian karangan, misalnya:

1.1  Latar Belakang dan Masalah

1.1.1        Latar Belakang

1.1.2        Masalah

1.1.3        Tujuan

4. Penggunaan Titik Koma (;)

Untuk Pedoman Umum EYD tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri
pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam
hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan. Contoh:
Agenda rapat ini meliputi
a.    pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
b.    penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja;
c.    pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
Untuk Pedoman Umum EBI titik koma (;) digunakan dalam perincian tanpa penggunaan
kata dan.

Contoh:

Agenda rapat ini meliputi

a.    pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;

b.    penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; dan

c.     pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.

5. Penggunaan Bilangan

Untuk Pedoman EYD tidak diatur penggunaan bilangan. Sedangkan EBI Bilangan
yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf, misalnya:

a.   Rajaampat

b.   Kelapadua

c.  Simpanglima

Anda mungkin juga menyukai