Anda di halaman 1dari 29

PENULISAN HURUF , KATA, TANDA BACA, DAN PENOMORAN

Oleh : M. Fadli Alkaff, Moliza Gusriani, Nur Aini Aqiela Haya

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama
anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu sendiri. Bahasa yang digunakan itu hendaklah
dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan
itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca.
Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dikenal dengan singkatan EYD. EYD
adalah rangkaian aturan yang wajib digunakan dan ditaati dalam tulisan bahasa indonesia
resmi. EYD mencakup penggunaan dalam penggunaan macam-macam huruf, huruf besar
(kapital), huruf miring, tanda baca, penulisan kata, dan unsur serapan.
Unsur yang tidak dapat terbantahkan dan dipisahkan dari kegiatan berbahasa adalah
huruf. Fungsi dari huruf sangat sentral sekali. Betapa tidak, huruf adalah peletak dasar dalam
bahasa, huruf juga merupakan unsur terpenting dalam bahasa, baik itu untuk bahasa tulisan
maupun lisan. Huruf mengandung makna apabila sudah di rangkaikan dalam sebuah frasa
atau kalimat.
Sama halnya dengan huruf, tanda baca sangat sentral juga fungsinya dalam bahasa
Indonesia, baik dalam penerapan yang digunakan oleh lisan maupun tulisan. Tanda baca
berfungsi mengatur tata letak dan keserasian kata per kata dan kalimat per kalimat. Kesalahan
dalam penggunaan tanda baca harusnya bisa di minimalisasi karena pada kaidahnya bahasa
Indonesia mengatur tata tanda baca yang baik dan benar. Penggunaan tanda baca pun bukan
hanya tanda titik dan koma, tetapi masih banyak yang lainnya yang mempunyai fungsi-fungsi
tertentu sesuai kaidah yang berlaku.
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah, apa yang dimaksud
dengan huruf, kata, tanda baca dan penomoran. Bagaimana kaidah penulisan huruf, kata,
tanda baca dan penomoran yang baik dan benar. Apa saja pembagian dari huruf, kata, tanda
baca, dan penomoran. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai agar, pembaca dapat
memahami pengertian dari huruf, kata, tanda baca, dan penomoran.Pembaca dapat
memahami cara penulisa huruf, kata, tanda baca, dan penomoran yang baik dan
benar.Pembaca diharapkan menguasai pembagian huruf, kata, tanda baca, dan penomoran.

1
2. PEMBAHASAN
2.1 Pemakaian Huruf

1) Nama-nama huruf
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan disebutkan
bahwa abjad yang digunakan dalam ejaan Bahasa Indonesia. Nama setiap huruf disertakan di
sebelahnya.

Huruf Nama Huruf Nama


Aa A Nn En
Bb be- bukan bi Oo O
Cc ce- bukan se Pp Pe
Dd De Qq ki bukan kyu
Ee E Rr Er
Ff Ef Ss Es
Gg ge bukan ji Tt te bukan ti
Hh Ha Uu U
Ii I Vv fe bukan vi
Jj Je Ww We
Kk Ka Xx eks bukan exk
Ll El Yy ye bukan ey
Mm Em Zz Zet

2) Lafal Singkatan dan kata

Singkatan kata termasuk singkatan kata asing yang dibaca huruf demi huruf dilafalkan
menurut satu cara bahasa Indonesia.
Singkatan Baku Lafal tidak baku lafal
AC a-se a-ce
BBC be-be-se/bi-bi-ci be-be-ce
Ce

2
ICCU ai-si-yu i-ce-ce-u
IGGI ai-ji-ji-ai i-ge-ge-i
IUD al-yu-di i-u-de
LNG el-en-je el-en-ge
LPG el-pi-ji el-pe-ge
Tv ti-vi te-ve
MTQ em-te-kyu em-te-ki

A. Penulisan Huruf

Huruf adalah (aksara) unsur abajad yang melambangkan bunyi abjad yang digunakan
dalam ejaan bahasa indonesia terdiri atas 26 huruf. Dalam ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan, penulisan hruuf menyangkut dua masalah, yaitu:

1. Penulisan huruf besar atau huruf kapital

Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam tulisan resmi terkadang menyimpang
dari kaidah yang berlaku. Kaidah penulisan huruf kapital itu adalah sebagai berikut:

a. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat berupa petikan
langsung.
Misalnya :
1. Dia bertanya, “Kapan kita pulang.”
2. Ketua DEN, Emil Salim mengatakan, “Perekonomian dunia kini belum sepenuhnya
lepas dari cengkeraman resesi dunia.”
3. Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, mengatakan, “Yang diperlukan oleh
bangsa kita saat ini adalah rekonsiliasi nasional.”
4. Archimedes berkata, “Setiap benda yang dimasukkan kedalam zat cair akan
mendapat tekanan keatas sehingga beratnya berkurang seberat zat cair yang
dipindahkannya.”

Catatan :

3
Tanda baca sebelum tanda petik awal adalah tanda koma(,), bukan titik dua (:). Tanda
baca akhir(tanda titik, tanda seru dan tanda tanya) dibubuhkan sebelum tanda petik penutup.

b. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama tuhan, termasuk kata
gantinya. Huruf pertama pada kata ganti Ku, mu dan nya, sebagai kata ganti tuhan
harus dituliskan dengan huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung(-). Hal-hal
keagamaan itu hanya terbatas pada nama diri, sedangkan kata-kata yang menunjukkan
nama jenis, seperti jin, iblis, surga, malaikat, mahsyar, zakat dan puasa meskipun
bertalian dengan keagamaan tidak diawali dengan huruf kapital.
Misalnya :
1. Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.

Kata-kata keagamaan lainnya yang harus ditulis dengan huruf kapital adalah nama
agama dan kitab suci, seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Alquran, Injil dan Weda.

c. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar (kehormatan,
keturunan, agama), jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang.
Misalnya :
1. Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.
2. Pemerintah memberikan anugerah kepada Mahaputra Yamin.

Jika tidak diikuti oleh nama orang atau nama wilayah, nama gelar, jabatan, dan pangkat
itu harus dituliskan dengan huruf kecil.
Misalnya :
1. Calon jemaah haji DKI tahun ini berjumlah 525 orang.
2. Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya.
3. Ia becita-cita menjadi laksamana.
Akan tetapi , jika mengacu kepada orang tertentu, nama gelar, jabatan, dan pangkat itu
dituliskan dengan huruf kapital.
Misalnya :
1. Pagi ini Menteri perindustrian terbang ke Nusa Penida. Di Nusa Penida
Menteri meresmikan sebuah kolam renang.
2. Dalam seminar itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan
sambutan. Dalam sambutannya Presiden mengharapkan agar para ilmuwan
lebih ulet mengembangkan ilmunya untuk kepentingan bangsa dan negara.

4
d. Kata-kata van, den, da, di, bin dan ibnu yang digunakan sebagai nama orang tetap
ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika digunakan sebagai nama pertama atau terletak
pada awal kalimat.
Misalnya:
1. Tanam Paksa di Indonesia diselenggerakkan oleh van den Bosch.
2. Tokoh yang sangat disegani itu bernama Datuk Maruhum di Aceh.
3. Pujangga lama yang terkenal adalah Naruddin da Raniri.

e. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa.
Misalnya :
1. Dalam bahasa Sunda terdapat kata lahan.
2. Kehidupan suku Piliang sebagian besar bertani.
3. Yaser Arafat, Presiden Palestina, meninggal tahun 2004.
Sedangkan yang harus dituliskan dengan huruf kapotal adalah nama suku, nama
bangsa, atau nama bahasanya. Seperti Sunda, Indonesia dan Palestina. Akan tetapi, jika nama
bangsa, suku dan bahasa itu sudah diberi awalan dan akhiran sekaligus, kata-kata itu harus
ditulia dengan huruf kecil.
Misalnya :
1. Kita harus berusaha mengindonesiakan kata-kata asing.
2. Coba anada hindarkan usaha mempranciskan baha Indonesia.
3. Kita tidak perli kebelanda-belandaan karena sekerang sudah merdeka.

Demikian juga, kalau tidak membawa nama suku, nama itu harus dituliskan dengan huruf
kecil.
Misalnya :
Petai cina

Jeruk bali

Dodol garut

5
f. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari
raya dan peristiwa sejarah.
Misalnya :
1. Tahun 1998 Masehi adalah tahun suram bagi perekonomian kita.
2. Dahulu pernah terjadi Perang Candu di negeri Cina.
3. Biasanya, umat islam seluruh dunia merasa sangat berbahagia pada hari
Lebaran.

g. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas geografi.
Misalnya :
1. Di Teluk Jakarta telah dibangun suatu proyek perikanan laut.
2. Tahun 1985 Provinsi Sumatera Barat mendapat anugerah Parasamya
Purnakarya Nugraha
3. Sampah di Sungai Ciliwung akan diolah menjadi lahan pupuk dan kertas.
Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama khas geografi, kata-kaya selat, teluk,
terusan,gunung, sungai, danau dan bukit ditulis dengan huruf kecil, Misalnya :
1. Nelayan itu berlayar sampai ke teluk.
2. kita harus berusaha agar sungai di daerah ini tidak tercemar.
3. Perahu itu akan melewati selat yang airnya deras

h. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumentasi resmi.
Misalnya :
1. Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa bahasa negara adalah
bahasa Indonesia.
2. Semua anggota PBB harus mematuhi isi Piagam Peserikatan Bangsa-Bangsa.
3. Pemimpin Kerajaan Iran pada saat itu adalah Syah Reza Pahlevi.
Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama resmi, kata-kata seperti itu ditulis dengan
huruf kecil.
Misalnya :
1. Iran adalah suatu negara yang berbentuk Kerajaan.
2. Pemerintah republik itu telah menyelenggarakan pemilihan umum sebanyak
empat kali.
3. Iran adalah suatu ngeara yang berbentuk kerajaan.

6
i. Huruf besar atau huruf kaptal dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam
nama nuku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel seperti di,
ke, dari, untuk, dan yang, yang terletak pada posisi awal.
Misalnya :
1. Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
diterbitkan oleh Balai Pustaka.
2. Untuk mengetahui seluk-beluk pabrik kertas, Saudara dapat membaca buku
Nusa dan Bangsa yang membangun.
3. Hasil penelitian profesor itu dikumpulkan dalam buku Cahaya dari Selatan.

j. Huruf besar atau huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan,
kecuali gelar dokter.
Misalnya :
1. Hadi Nurzaman, M.A. diangkat menjadi pimpinan kegiatan itu.
2. Penyakit ayah saya sudah dua kali diperiksa oleh dr. Siswoyo.
3. Sejak Dr. Bahraini menangani masalah perlistrikan di desa kami, penduduk
desa tidak pernah mengeluh lagi.

k. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai
sebagai kata ganti atau sapaan. Singkatan pak, bu, kak, dik dan sebagainya hanya
digunakan sebagai sapaan atau jika diikuti oleh nama orang atau nama jabatan. Kata
Anda juga diawali huruf kapital.
Misalnya :
1. Surat Saudara sudah saya terima.
2. Selamat pagi, Pak!
3. Upacara penaikan bendera tanggal 17 setiap bulan dipimpin oleh Pak Camat.
Akan tetapi, jika tidak dipakai sebagai kata ganti atau sapaan, kata petunjuk hubungan
kekerabatan itu ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya :
1. Kita harus menghormati ibu kita dan bapak kita.
2. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
3. semua camat dalam kabupaten itu hadir.

7
2. Penulisan huruf miring
A. Huruf miring dalam cetakkan dipakai untuk menuliskan nama buku, maajalah dan
surat kabar yang dikutip dalam karanga. Dalam tulisan tangan atau ketikan. Kata yang
harus ditulis dengan huruf miring ditandai dengan garis bawah satu.
Misalnya :
1. Buku Negarakertagama dikarang oleh Mpu Prapanca.
2. Ibu rumah tangga menyenangi majalah Femina.
3. Majalah Prospek termasuk mingguan berita ekonomi.

B. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, atau kelompok kata.
Misalnya :
1. Buatlah kalimat dengan kata dukacita.
2. Huruf pertama kata ubah ialah u. Jadi, jika kata ditambah awalan meng- akan
muncul mengubah bukan merubah.

C. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau
ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali yang disesuaikan ejaannya.
Misalnya :
1. Ungkapan Wilujeng sumping dalam bahasa Sunda berarti “Selamat Datang”.
2. Nama ilmiah buah manggis ialah carcinta mangasita.
3. Weltanschauung diterjemahkan menjadi “pandangan dunia”.

2.2 Penulisan Kata


a) Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh:
Buku itu sangat menarik.
Dina pergi ke sekolah tadi pagi.

Kata Turunan :
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar.
Contoh: berjalan, dipermainkan, gemetar, kemauan, lukisan, menengok, petani.
2. Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan
atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
Contoh: mem-PHK-kan, di-PTUN-kan, di-upgrade, me-recall.

8
A. Jika bentuk dasarnya gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.
B. Jika bentuk dasarnya gabungan kata mendapatkan awalan dan akhiran sekaligus,
maka ditulis serangkai.
Contoh: Dilipat gandakan, menggaris bawahi,menyebarluaskan,penghancur leburan.
C. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata
itu ditulis serangkai.
Contohnya:
Penulis yang salah Penulisan yang benar

Maha besar Mahabesar

Ekstra kulikuler Ekstrakulikuler

Antar kota Antarkota

Infra struktur Infrastuktur

Catatan :
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya Kapital, tanda hubung (-)
digunakan di antara kedua unsure itu.
Contoh: non-Indonesia, anti-Amerika, dsb.
Jika kata maha sebagai unsur gabungan yang merujuk kepada Tuhan yang diikuti oleh
kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dengan huruf kapital.
Contoh: Tuhan Yang Maha Pengasih, Tuhan Yang Maha Penyayang, Tuhan Yang Maha
Esa.
Jika kata maha,sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata
dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai.
Contoh: Tuhan Yang Mahakuasa.
Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, dapat
digunakan sebagai bentuk dasar. Di antaranya: pro, kontra, dan anti. Contoh; Sikap
masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.

9
Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk
dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan. Contoh:
taklaik terbang, taktembus cahaya, tak bersuara, tak terpisahkan.

b) Bentuk Ulang
1. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh: Anak-anak, berjalan-jalan, biri-biri, mata-mata, menulis-nulis, mondar-
mandir.
2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
Contoh: kekanak-kanakan, perundang-undangan, melambai-lambaikan, dibesar-
besarkan, memata-matai.

c) Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-
bagiannya ditulis terpisah.
Contoh: Dalam masalah ini dia hanya dijadikan kambing hitam.
2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat diberi tanda
hubung (-) untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Contoh: Dia bukan anak kandung saya, tetapi anak-istri saya dari suaminya
terdahulu.
3. Gabungan kata yang dianggap sudah satu ditulis serangkai.
Contoh: barangkali, belasungkawa, perilaku, wiraswasta, sukacita, dukacita,
matahari, peribahasa, bumiputra, daripada, kacamata, radioaktif, sediakala.

d) Kata Depan di, ke, dan dari


Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan
daripada.
Contoh:
Bermalam sajalah di sini.
Mari kita berangkat ke kantor.
Iadatang dari Medan kemarin.

10
2.3 Tanda baca
Tanda baca merupakan pengganti intonasi, nada, dan tekanan yang muncul dalam ragam
lisan juga dapat membantu pembaca untuk dapat memahami jalan pikiran penulisnya.
Macam-macam tanda baca antara lain :
a. Tanda Titik
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruaMisalnya:
Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang akan
datang. Hari ini tanggal 6 April 1973. Marilah kita mengheningkan cipta. Sudilah
kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.

Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya: a. III. Departemen Dalam Negeri A. Direktorat Jenderal Pembangunan
Masyarakat Desa B. Direktorat Jenderal Agraria 1. ... b.1. Patokan Umum 1.1 Isi
Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel 1.2.3 Grafik
Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian atau
ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau
huruf.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu. Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
Misalnya: 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara, Welte-vreden: Balai Poestaka.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.


Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang. Gempa yang terjadi semalam
menewaskan 1.231 jiwa.

Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
tidak menunjukkan jumlah.

11
Misalnya: Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.

Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala
ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya: Acara Kunjungan Adam Malik Bentuk dan Kebudayaan (Bab I UUD'45)
Salah Asuhan

Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama
dan alamat penerima surat.
Misalnya: Jalan Diponegoro 82 Jakarta 1 April 1991 Yth. Sdr. Moh. Hasan Jalan Arif 43
Palembang Kantor Penempatan Tenaga Jalan Cikini 71 Jakarta Tanda K.

b. Tanda Koma
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya: – Saya membeli kertas, pena, dan tinta. – Surat biasa, surat kilat, ataupun surat
khusus memerlukan perangko. – Satu, dua, ...tiga!

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahu1ui oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya: – Saya ingin datang, tetapi hari hujan. – Didi bukan anak saya, melainkan
anak Pak Kasim.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya: – Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. – Karena sibuk, ia lupa akan
janjinya. Tanda Koma

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya: Saya tidak akan datang kalau hari hujan. Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.

12
Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun begitu, dan akan tetapi.
Misalnya: ...Oleh karena itu, kita harus berhati-hati. ...Jadi, soalnya tidak semudah itu.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata
yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya: O, begitu? Wah, bukan main! Hati-hati, ya, nanti jatuh.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.).
Misalnya: – Kata Ibu, "Saya gembira sekali." – "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena
kamu lulus."

Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagianbagian alamat, (iii) tempat
dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya: – Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta. – Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu
1, Bogor – Surabaya, 10 Mei 1960 – Kuala Lumpur, Malaysia

Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Misalnya: – Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa

Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya: E. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A.

Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya: 12,5 m Rp12,50

Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Eab V, Pasal F.)

13
Misalnya: – Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali. – Di daerah kami, misalnya, masih
banyak orang laki-laki yang makan sirih.

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru.
Misalnya: – "Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim. – "Berdiri lurus-lurus! "
perintahnya.

c. Tanda Titik Koma


Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Misalnya: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya: – Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur. – Adik
menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran
"Pilihan Pendengar" .

d. Tanda Titik Dua


Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya: a. Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : S. Handayani Bendahara : B. Hartawan
b. Tempat Sidang : Ruang 104 Tempat Acara : Bambang S. Hari : Senin Waktu : 09.30

Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Misalnya: Ibu : (meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir! " Amir : "Baik, Bu."
(mengangkat kopor dan masuk) Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi
besar)
Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan
ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama
kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

14
Misalnya: – Tempo, I(1971), 34:7 – Surah Yasin:9 – Karangan Ali Hakim, Pendidikan
Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit. – Tjokronegoro, Sutomo. 1968. Tjukupkah
Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita? Djakarta: Eresco.

e. Tanda Hubung (-)


1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya: Di samping cara-cara lama itu juga cara yang baru suku kata yang berupa satu
vocal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris. Misalnya: Beberapa
pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan …. Walaupun sakit, mereka tetap
tidak mau beranjak ….

2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran
dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada acara baru untuk mengukur
panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita mengukur
kelapa.
Senjata merupakan alat pertahan-an yang canggih.
Akhiran i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

3. Tanda hubung meyambung unsur-unsur kata ulang.


Misalnya:
Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan
Tidak dipakai pada teks karangan.

1. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973

5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau

15
ungkapan, dan (ii) penghilangan baian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5.000), tanggung jawab-dan
kesetiakawanan-sosial
Bandingkan dengan:
Be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25.000), tanggung jawab dan
kesetiakawanan sosial
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai (i) se- dengan kata berikutnya yang
dimulaidengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv)
singkatanberhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H,
sinar-X; Menteri Sekretaris Negara.

7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsure bahasa Indonesia dengan unsure
bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an

f. Tanda Pisah (―)


1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di
luarbangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu―saya yakin akan tercapai―diperjuangkan
oleh bangsa itu sendiri.

2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan oposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini―evolusi, teori kenisbian, dan kini juga
pembelahan atom―telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

3. Tanda pisah dipakai di antara dua dilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai
dengan’ atau‘sampai ke’.

16
Misalnya:
1910―1945
Tanggal 5―10 April 1970
Jakarta―Bandung
Catatan:
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa
spasi sebelum dan sesudahnya.

g. Tanda Elipsis (…)


1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam satu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat
buah titik; tiga buah titik untuk menandai penghilangan teks dan atu untuk
menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati….

h. Tanda Tanya (?)


1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?

2. Tanda taya dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat membuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
Uangnya sebanyak 10 jta rupiah (?) hilang.

17
i. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesuda ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!

Tanda Kurung ((…))


1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor
itu.

2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama yang terkenal di Bali) ditulis pada
tahun 1962.

3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain (a).

4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

j. Tanda Kurung Siku ([…])


1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau ekurangan itu memang terdapat di naskah asli.
Misalnya:

18
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2. Tanda kurung siku menapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat
halaman 35-38] perlu dibentangkan.

k. Tanda Petik (“…”)


1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan daan nskah
atau Bahan tertulis lain.
Misalnya:
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Misalnya:
Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat.

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai
arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.

4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengahkiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata Tono, “Saya juga minta satu.”

5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda
petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada
ujung kalimatatau bagian kalimat.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.

19
l. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”

2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Misalnya:
feed-back ‘balikan’

m. Tanda Garis Miring (/)


1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomormpada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10

2. Tanda gris miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.


Misalnya:
dikirimkan lewat ‘dikirim lewt darat atau
darat/laut lewat laut’
harganya Rp25,00/lembar ‘harganya Rp25,00 tiap lembar’

2.4 Penulisan Angka dan Bilangan

1. Untuk menyatakan nomor atau lambang bilangan, dapat ditulis dengan angka
Romawi atau Arab.
Contoh :
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, …
Angka Romawi : V=5000, M=1000 D=500, C=100, L=50, X=10, VIII=8, V=5,
IV=4, III=3

20
2. Untuk menyatakan nilai nominal suatu uang.
Contoh :
Ia menjual laptopnya seharga Rp. 2.000.000,00
Ani menarik depositonya senilai $ 100

3. Untuk menyatakan jumlah atau kuantitas, ukuran (panjang, berat, isi, luas, volume).
Contoh :
Dalam sebulan kami biasanya menghabiskan beras sebanyak 50 kg.
Taman kota itu dibangun diatas lahan kosong seluas 800 meter persegi.
Tamu undangannya berjumlah sekitar 1.500 orang

4. Untuk menyatakan satuan waktu.


Contoh :
Kereta jurusan Bandung-Jakarta akan tiba pukul 12.00
Penerbangan jakarta-bali ditempuh kurang lebih 2 jam 10 menit
Ia akan berangkat ke Inggris, tanggal 12 Januari

5. Untuk melambangkan nomor kamar, rumah/hotel/apartemen, jalan pada alamat.


Contoh :
Kami menginap di hotel Sangrila kamar nomor 132.
Salah satu museum kebanggaan kota ini berada di Jalan Diponegoro No. 10.

6. Untuk memberi nomor bagian-bagian dari suatu buku/karangan, kitab suci,


majalah, surat kabar.
Contoh :
Berita tentang pemilihan umum ada di halaman 8 surat kabar hari ini.
Kami disuruh ibu guru mengerjakan semua latihan yang ada di halaman 102-104.

7. Untuk menuliskan lambang bilangan yang menggunakan huruf secara terpisah antar
bagian dan awalan (seperti per pada pecahan), maka penulisannya disatukan
dengan bagian lain yang berada setelah/di belakangnya.
Contoh :
Korban gempa yang terjadi kemarin, 1% nya adalah anak-anak.

21
Dari hasil survei yang kami buat, ¾ dari populasi penduduk memilih tinggal di
perdesaan

8. Untuk menyatakan lambang bilangan tingkat dari angka Romawi, dapat ditulis
dengan memakai tanda hubung (ke-) kemudian diikuti dengan angka atau
dirangkaikan penulisannya jika angka tersebut dinyatakan dengan kata.
Contoh :
Abad millenium dimulai dari abad ke-20 Masehi.
Dia merupakan pemain bulu tangkis peringkat ke-7 tingkat dunia.

9. Untuk menyatakan lambang bilangan yang ditambahkan dengan imbuhan akhiran -


an, penulisannya memakai tanda hubung setelah angka (seperti : …-an) atau dapat
dirangkaikan jika angka tersebut dinyatakan dengan kata.
Contoh :
Gelanggang olahraga ini sanggup menampung sekitar 1300-an penonton.
Sebanyak 500-an orang telah terdaftar sebagai anggota perkumpulan ini.

10. Untuk menyatakan lambang bilangan yang terletak di awal kalimat, ditulis dengan
huruf dan jika diperlukan susunan kalimatnya dapat dirubah.
Contoh :
Dua orang peserta dinyatakan gugur karena terbukti menggunakan obat-obat
terlarang.

11. Untuk menyatakan angka dari suatu bilangan utuh besar agar mudah dieja dan
dibaca.
Contoh :
Total sumbangan yang terkumpul untuk korban gempa bumi itu adalah sebesar 650
juta rupiah.
Pembangunan jalan layang ini memakan biaya sekitar 120 milyar rupiah.

12. Untuk bilangan yang terdiri dari angka dan huruf, tidak ditulis secara sekaligus
keduanya kecuali dalam penulisan suatu dokumen resmi (seperti akta dan kuitansi).
Contoh :

22
Bulan lalu salesman itu menjual dua unit mobil seharga tiga miliar rupiah
Asuransinya senilai 100 jta rupiah sudah cair tadi siang.

13. Untuk bilangan yang menyatakan suatu jumlah atau bilangan ordinal, ditulis
serangkai dengan angka.
Contoh :
Uang muka untuk sewa apartemen itu tertulis Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima
juta rupiah)
karena lalai, ia di denda senilai Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

14. Untuk menyatakan suatu urutan, ditulis serangkai dengan angka. Jika
menggunakan angka Romawi maka bilangan tersebut ditulis sendirian (berdiri
sendiri). Jika menggunakan angka Arab, maka ditulis diawali kata hubung ke-.
Contoh :
Angka Arab : abad ke-21
Angka Romawi : abad XXI

23
3. PENUTUP
1.1 Kesimpulan

Setelah kita memahami apa yang telah di paparkan di atas,kita dapat mengambil sebuah
kesimpulan bahwa bahasa itu tidak terlepas dari yang namanya tata penulisan, ejaan dan
tanda baca dan ternyata ejaan dan tanda baca itu saling keterkaitan dan ejaan itu ternyata
mengalami beberapa tahap hingga menjadi yang sempurna, dimana yang kita gunakan saat
ini.
Kita sebagai pemuda yang mengakui bahwa bahasa persatuannya adalah bahasa
Indonesia, jika menggunakan ataupun mengkaji, kita juga harus memperhatikan beberapa
aturan-aturan yang terkandung di dalamnya.

24
4. EVALUASI

4.1 Pilihan ganda

1. Penulisan kata bilangan yang sesuai dengan EYD terdapat pada kalimat berikut adalah?
a. Tahun ini negara Indonesia merayakan hari jadi yang ke-70.
b. Anaknya dapat mencapai juara ke tiga.
c. Pada hari yang ke-tiga anak diperiksa lagi darahnya.
d. Asosiasi para lulusan SMA I hari ini mengadakan peringatan ulang tahunnya yang
ke duabelas.
e. Mahasiswa yang masa studinya pada saat ini berada pada semester ke IX mendapat
peringatan.

2. Penulisan kata menggunakan huruf kapital yang benar berikut ini adalah ?
a. Pada hari senin akan diadakan upacara bendera.
b. Pada hari Senin akan diadakan Upacara Bendera.
c. Pada hari Senin akan diadakan upacara bendera.
d. Pada hari Senin akan diadakan upacara Bendera.
e. pada hari senin akan di adakan upacara bendera.

3. Penulisan judul prosa berikut ini yang benar adalah?


a. Si Buta dari Gua Hantu
b. Si Buta Dari Gua Hantu
c. Si Buta dari Gua Hantu.
d. Si buta dari gua hantu.
e. Si buta dari gua hantu

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung di bawah ini semuanya
benar, kecuali ?
a. Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
b. Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
c. “Kemarin engkau terlambat,” katanya.
d. “Besok pagi,” kata ibu, “dia akan berangkat”
e. “apa yang kau makan itu?” kata Ibu.

25
5. Penulisan kata bercetak miring dalam kalimat berikut sesuai dengan EYD, kecuali?
a. Para pengusaha propertis pada saat krisis ekonomi ini dihadapkan pada sejumlah
problema yang tidak mudah diatasi.
b. Subyektifitas pada suatu penilaian yang tinggi akan menimbulkan penilaian yang
tidak obyektif.
c. Di antara persyaratan keilmuan suatu penelitian ilmiah adalah kerja analisa.
d. Pada jaman yang penuh dengan ketidakpastian ini perencanaan suatu kegiatan
tidak dapat dirumuskan dengan tegas.
e. Varietos padi yang baru saja ditemukan sangat diminati masyarakat.

6. Penulisan singkatan di bawah ini yang salah adalah ?


a. ABRI
b. UNNES
c. Posyandu
d. Siskamling
e. DPR

7. Penulisan gelar yang benar di bawah ini adalah ?


a. Prof Soekarno M.Pd
b. Rina Dwi Astuti S.Pd
c. Haji Wahyudi S.S.
d. Ir. Sudirman Waluyo S.H.
e. Ny Maharani Sri Aryati.

8. Penulisan tanda baca yang benar di bawah ini adalah ?


a. Apakah kamu mau makan!
b. Dimana kamu tinggal ?.
c. Ibuku pergi kepasar membeli puding
d. Ayah membaca koran Suara Merdeka
e. Dilarang membuang sampah?

9. Pemakaian tanda baca pada kalimat berikut tidak dibenarkan untuk berkomunikasi secara
resmi, kecuali?

26
a. Memang perlu dan harus diakui oleh semua anggota rapat, bahwa laporan ini
disusun hanya berdasarkan data yang tidak memiliki tingkat validitas yang
tinggi.
b. Pegawai yang baru itu sakit, sehingga pagi ini dia tidak hadir.
c. Apabila hasil penyelidikan yang baru saja dilakukan itu dapat membuktikan
kesalahannya, dia harus menerima sanksi.
d. Kalau hari hujan peserta rapat tidak banyak yang hadir.
e. Didaerah kami, misalnya penanaman padi hanya dilakukan pada musim hujan.

10. Pemakaian tanda baca yang betul terdapat pada kalimat berikut?
a. Jadi, apa yang harus dilakukan sekarang, adalah segera menyusun program.
b. Oleh karena itu, perlu dipikirkan antisipasi masa-masa krisis seperti sekarang ini.
c. Akan tetapi apa yang direncanakan itu, akan tetap berjalan
d. Sebaliknya; situasi krisis ekonomi sekarang ini, dapat menyediakan kesempatan
untuk berkreasi dalam menghadapi kesulitan hidup.
e. Dengan begitu apa yang disampaikan kepada anda, tetap harus diproses malas.

4.2 Soal Essai


1. Kapan Huruf Tebal digunakan?
2. Sebutkan 2 penggunaan tanda Tanya ?
3. Apa itu akronim dan berikan contohnya ?
4. Sebutkan contoh penggunaan garis miring?
5. Kapan tanda seru dipakai?

4.3 Jawaban
1. A
2. C
3. A
4. E
5. A
6. B
7. D
8. B
9. A
27
10. B
Jawaban soal essai
1. Saat Menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar
pustaka, indeks, dan lampiran

2. 1. Dipakai pada akhir kalimat Tanya


2. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

3. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun gabungan
kombinasi huruf dan suku kata. Contoh : rudal ( peluru kendali ), tilang ( bukti pelanggaran )

4. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu
tahun.
Misalnya:
No.7/PK/2008
JalanKramatIII/10
tahun ajaran 2008/2009

5. Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.

28
Daftar Pustaka
Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat BerBahasa Indoneia Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Akademika Pessindo.

Candrayani, Amalia. 1994. Bahasa Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada (Rajawali
Perss).

Finoza, Lamudin. 1993. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia

http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/PUEBI.pdf

file:///C:/Users/User/Downloads/BAB%204.%20EJAN%20DAN%20TANDA%20BACA%20(
2).pdf

http://saputra2503.blogspot.com/2015/08/makalah-penulisan-ejaan-dan-tanda-baca.html

29

Anda mungkin juga menyukai