Anda di halaman 1dari 10

MATERI EYD

Disusun sebagai UAS Mata Kuliah Filsafat Ilmu Bahasa

Dosen Pengampun : Dr. Indra Nugrahayu Taufik, M.Pd

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BALE BANDUNG

2024
1. Pengertian ejaan

Ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi umum, secara
khusus ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi bahasa dengan
huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun menjadi
kata, kelompok kata atau kalimat.Secara umum, ejaan berarti keseluruhan
ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan
penggabungannya yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca.
Dari keterangan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa ejaan merupakan
hal-hal mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan,
akronim, angka dan lambang bilangan, serta penggunaan tanda baca. Selain
itu, juga tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan unsur asing.

2. Fungsi Ejaan
Dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa, baik yang menyangkut
pembakuan tata bahasa maupun kosakata dan peristilahan, ejaan mempunyai
fungsi yang sangat penting. Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
b. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
c. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa
Indonesia
Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan diatas, ejaan sebenarnya juga
mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu
pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara
tertulis.

3. Sejarah Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

a. Ejaan Van Ophuysen


Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan dalam
sebuah buku Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, Ejaan Van
Ophuysen pun dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya ejaan itu disusun
oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan
Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Sebelum Ejaan Van
Ophuysen disusun para penulis pada umumnya mempunyai aturan sendiri-
sendiri dalam menuliskan konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca.
Oleh karena itu, sistem ejaan yang digunakan pada waktu itu sangat beragam.
Terbitnya Ejaan Van Ophuysen sedikit banyak mengurangi kekacauan ejaan
yang terjadi pada masa itu.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain
sebagai berikut :
1. Huruf y ditulis dengan j Misalnya (Sayang : Sajang)
2. Huruf u ditulis dengan oe Misalnya (Umum : Oemoem)
3. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma diatas
Misalnya (Rakyat : Ra’yat)
4. Huruf j ditulis dengan dj Misalnya (Jakarta : Djakarta)
5. Huruf c ditulis dengan tj Misalnya (Pacar : Patjar)
6. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch Misalnya (Khawatir : Chawatir)

b. Ejaan Republik( Ejaan soewandi )


Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi. Penyusunan
ejaan baru dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku
sebelumnya yaitu Ejaan Van Ophuysen juga untuk menyederhanakan sistem
ejaan bahasa Indonesia. Pada tanggal 19 Maret 1947, setelah selesai disusun
ejaan baru itu diresmikan dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan menteri
pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor
264/Bhg.A, tanggal 19 Maret 1947. ejaan baru itu diresmikan dengan nama
Ejaan Republik.
Ejaan Repubik lazim disebut Ejaan Soewandi karena nama itu disesuaikan
dengan nama orang yang memprakarsainya. Seperti kita ketahui, Soewandi
merupakan nama Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan ketika
ejaan itu disusun oleh karena itu, kiranya wajar jika ejaan yang disusunnya
juga dikenal sebagai Ejaan Soewandi.

Perbedaan Ejaan Republik dan Ejaan Van Ophuysen


Beberapa perbedaan yang tampak mencolok dalam kedua ejaan iu dapat
diperhatikan dalam uraian di bawah ini :
1. Gabungan huruf oe dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan u dalam
Ejaan Republik (Oemoer =Umur)
2. Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan k dalam
Ejaan Republik (Ma’loem = maklum)
3. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik ( rata-
rata = Rata2)
4. Huruf e taling dan pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan(Keritik =
Kritik)
5. Tanda trema (“) dalam Ejaan Van Ophuysen dihilangkan dalam Ejaan
Republik(ẽkor = Ekor)

Meskipun dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku


seelumnya, Ejaan Republik ternyata masih memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan itu antara lain karena huruf-huruf seperti F,V,X,Y,Z,SJ(Sy) dan
Ch(Kh) yang lazim digunakan untuk menulis kata-kata asing tidak dibicarakan
dalam ejaan baru itu. Padahal, huruf-huruf tersebut pada masa itu masih
merupakan permasalahan dalam bahasa Indonesia.

c. Ejaan Baru (Ejaan LBK)


Ejaan Baru Merupakan lanjutan dari rintisan panitia ejaan
melindo.Pelaksananya pun terdiri dari panitia Ejaan LBK (Lembaga bahasa
dan Kasusaatraan,sekarang bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa) juga dari panitia Ejaan bahasa Melayu yang berhasil merumuskan
ejaan yang disebut Ejaan Baru.Namun lebih di kenal dangan ejaan LBK.
Adapun Perubahan yang terdapat dalam ejaan Baru Adalah :

- Gabungan konsonan dj di ubah menjadi jMisalnya :remadja → remaja


- Gabungan konsonan tj di ubah menjadi c.Misalna :tjakap → cakap
- Gabungan konsonan nj di uban menjadi ny.Misalnya :Sunji → sunyi
- Gabungan konsonan sj di ubah menjadi sy.Misalnya :Sjarat → syarat
- Gabungan konsonan ch di ubah menjadi kh.Misalnya :Ichlas → ikhlas
- Huruf e taling dan e pepet penulisannya tidak dibedakan dan hanya di tulis
dengane/tanpa penanda.Misalnya :Ségar → segar
- Huruf asing f, v, dan z di masukkan kedalam sistem ejaan bahasa
Indonesia karena huruf huruf itu banyak di gunakan.Misalnya :Fasih,
Vakum, Zaman

d. Ejaan Yang Disempurnakan Dan Penggunaan Yang


BenarPadaPenulisanHuruf Dan Kata
Ejaan Yang disempurnakan (EYD) diresmikan oleh Presiden Republik indonesia
Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972.merupakan lanjutan dari ejaan baru atau
ejaan LBK.
Pedoman ejaan bahasa Indonesia di sebut pedoman umum,karena dasarnya hanya
mengatur hal-hal yang bersifat umum.Namun ada hal-hal lain yang bersifat
khusus,yang belum di atur dalam pedoman itu,yang di sesuaikan dengan bertitik tolak
pada pedoman umum itu. Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil
penyempurnaan dari beberapa ejaan yang di susun sebelumnya,terutama ejaan
republik yang di padukan pula dengan konsep konsep ejaan pembaharuan,ejaan
melindo dan ejaan baru.

A. Penggunaan Huruf Pada Pedoman EYD


1. Penggunaan Huruf Kapital
a. Jabatan tidak diikuti nama orang
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat. Contoh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur
Jawa Barat, Profesor Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris Jendral, Departemen Pendidikan
Nasional. Jabatan tidak diikuti nama orang tidak memakai huruf kapital. Contoh,
Menurut bupati, anggaran untuk pendidikan naik 25 % dari tahun sebelumnya.
b. Huruf pertama nama bangsa
Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa
Inggris.
Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun. Contoh : ke-Sunda-
Sundaan,ke-Inggris-Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan.Seharusnya :
kesunda-sundaan, keinggris- inggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.
c.Nama geografi sebagai nama jenis
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah
geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke teluk, mandi di
kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara, kacang bogor, salak bali, pisang
ambon, pepaya bangkok, nanas subang, tahu sumedang, peuyeum bandung dan telur
brebes.
d. Setiap unsur bentuk ulang sempurna
Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur
bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan
Ilmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik Jawa Barat, Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia, Garis-Garis Besar Haluan Negara.
e.Penulisan kata depan dan kata sambung
Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di
dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di,
ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Biasanya dipakai
pada penulisan judul cerpen, novel. Contoh, Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-
Hari Penantian dalam Gua Neraka, Kado untuk Setan, Taksi yang Menghilang.

2. Penulisan Huruf Miring


a. Penulisan nama buku
Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar
Bandung Pos.
b. Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata.
Contoh, boat modeling, aeromodeling, motorsport.
c. Penulisan kata ilmiah
Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring dan cetakan
dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya. Contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda,
lactobacillus, dsb.

3. Penulisan Gabungan Kata


a. Penulisan gabungan kata istilah khusus
Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan, gabungan kata, termasuk
istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis
dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh; alat pandang- dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung
tangan, ibu-bapak kami.
b. Penulisan gabungan kata serangkai
Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan kata berikut harus
ditulis serangkai. Contoh, acapkali, adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata,
belasungkawa, dukacita, kacamata, kasatmata, manakala, manasuka, matahari,
olahraga, padahal, peribahasa, radioaktif, saptamarga, saripati, sediakala, segitiga,
sekalipun, sukacita, sukarela, sukaria, titimangsa.

B. Penggunaan EYD yang benar Pada angka dan tanda baca


1. Penulisan Angka
Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka,

1) Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
2) Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :
(1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(2) satuan waktu,
(3) nilai uang, dan
(4) kuanitas.

3) Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,


aparteman, atau kamar pada alamat.
4) Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab
suci.

2. Tanda Titik (. )
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.Misalnya: A. S.
Kramawijaya
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
Misalnya: Bc. Hk.(Bakalaureat Hukum), Dr. (Doktor) dll.

3. Tanda Koma ( , )
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan. Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Satu, dua, . . . tiga!
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi dan melainkan.
Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

4. Tanda Titik Dua ( : )


a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian
atau pemerian.Misalnya: Yang kita perlukan sekarang ialah barang yang berikut:
kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonorni Umum dan Ekonomi Perusahaan.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya: a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan

5. Tanda Tanya ( ? )
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya Misalnya: Kapan ia berangkat?
b. Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya: la dilahirkan
pada tahun 1683 (?).

5. Tanda Seru (!)


Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi
yang kuat. Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!, Merdeka!

6. Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa)


Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan
pengulangan kata dasar.Misalnya: kata2, lebih2, Dan sekali2.
DAFTAR PUSTAKA

Mustakim.1990.Tanya Jawab EJAAN BAHASA INDONESIAUNTUK


UMUM.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Nasucha,Yakub H.2009.Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis


Ilmiah. Yogyakarta : Media Perkasa

Pamungkas.1972.Pedoman umum Ejaan Yang Disempurnakan.Surabaya:Giri


Surya

Anda mungkin juga menyukai