Kata “ejaan” berasal bari bahasa arab hija’ menjadi eja yang mendapat
akhiran –an. Hakikat bahasa adalah bahasa lisan. Bahasa tulis merupaka
turunan dari bahasa lisan. Perbedaan antara ragam tulis dan lisan adalah
bahsa lisan terutama yang tidak baku, sangat simpel. Setelah Islam datang,
di Nusantara digunakan huruf arab untuk menulis bahasa melayu. Pada
1901 pertama kali penggunaan huruf latin untuk bahasa melayu. Ejaan ini
dikenal dengan ejaan Van Ophuijsen.
Menurut KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan
(huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Ejaan merupakan seperangkat
aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata,
dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan
pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja
FUNGSI EJAAN
EBI ditetapkan pada tanggal 26 November 2015 oleh mentri pendidikan dan
kebudayaan RI Anies Baswedan yang menjabat pada saat itu dan resmi
diundakan pada 30 November 2015 oleh Direktur Jendral peraturan Perundang –
Undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.
Penambahan huruf vokal diftong
Huruf diftong adalah bunyi vokal rangkap yang tergolong dalam satu suku
kata. Huruf ini biasanya dilambangkan melalui dua huruf vokal yaitu seperti
pada pedoman EYD hanya ada 3 (ai, au, oi), sementara di PU EBI terdapat 1
tambahan diftong (ei) sehingga total menjadi 4 diftong.
Penggunaan huruf capital
Pada pedoman EYD aturan mengenai penggunaan penulisan nama orang
selalu diawali dengan huruf kapital, tetapi tidak dengan nama julukan yang tetap
menggunakan huru kecil. Sedangkan dalam aturan pedoman yang baru, PU EBI,
nama julukan juga harus diawali dengan huruf kapital.
EJAAN YANG TIDAK DIRESMIKAN
Ejaan Melindo
Ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slamet Mulyana-Syeh
Nasir bin Ismail) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan
Melindo (Melayu-Indonesia).”
Pada akhir tahun 1950-an para penulis mulai pula merasakan kelemahan yang terdapat pada Ejaan
Republik itu. Ada kata-kata yang sangat mengganggu penulisan
karena ada satu bunyi bahas yang dilambangkan dengan dua huruf, seperti dj, tj, sj, ng, dan ch. Para
pakar bahasa menginginkan satu lamabang untuk satu bunyi.
Sebagai contoh :
sejajar sebagai pengganti sedjadjar
mencuci sebagai pengganti mentjutji
Huruf miring digunakan dalam cetakan. Dalam tulisan tangan atau ketikan yang
dicetak miring, diberi garis bawah tunggal.
Huruf miring digunakan untuk:
Menuliskan nama buku, nama majalah, nama surat kabar dan yang dikutip
dalam karangan
• Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
• Menuliskan istilah ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali yang sudah disesuaikan
ejaannya.
HURUF TEBAL
Huruf tebal digunakan dalam cetakan. Dalam tulisan tangan atau ketikan yang
akan dicetak tebal diberi garis bawah ganda. Huruf tebal ini berfungsi untuk
menandai kata-kata yang dianggap penting, kata perlu mendapat perhatian,
seperti : judul dan subjudul dalam karangan, nama (judul) tebal, atau kata yang
menuntut perhatian khusus
Contoh :
BAB I PENDAHAHULUAN
Latar Belakang
Masalah
Tujuan Penulisan
Pembatasan masalah
. Pelafan huruf • Pelafalan Singkatan Asing
Pelafalan bahasa indonesia Contoh :
Kata atau singkatan bahasa indonesia dilafalkan Singkatan Asing Unesco
menurut pengucapan dan pendengaran orang
indonesia. Lafal Baku yu nes ko
contoh : Lafal Tidak Baku unesko
Singkatan Lafal Baku Lafal Tidak Baku
DPR de pe er di pi ar
PENULISAN KATA DAN PARTIKEL
Penulisan Kata Mencakup: Kata Dasar, Kata Turunan, Kata Ulang, Gabungan Kata, Bentuk
Singkatan Dan Akronim, Kata Dasar Dan Kata Berimbuhan.
Kata depan di diikuti kata benda (tempat), menyatakan arah atau tempat,
sedangkan awalan di- diikuti kata kerja. Awalan di- dapat diikuti kata benda,
misalnya: dicangkul (dapat disertai akhiran –kan, misalnya: dicangkulkan,
dirumahkan). Kata depan di dapat diganti dengan kata depan dari atau ke,
sedangakan awalan di- tidak dapat. Ketiga, kata depan di tidak dapat diganti
dengan awalan me-, sedangkan awalan di- dapat.
CONTOH
Tanda Hubung ( - )
Dipakai untuk menjelaskan hubungan bagian-bagian ungkapan.
Dipakai untuk merangkaikan se dengan kata berikutnya yang
dimulai sengan huruf kapital, ke dengan angka, angka dengan –an
dan singkatan huruf capital dengan imbuhan atau kata.
• TANDA PISAH ( -- )
Digunakan untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan
penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Dipakai di antara dua bilangan atau tunggal yang berarti sampai dengan atau di
antara dua nama kota yang berarti ke atau sampai.
Tanda Petik ( “ … “ )
Digunakan untuk mengapit petikan langsung, judul syair, karangan, istilah yang
mempunyai arti khusus atau kurang dikenal.
TANDA SERU !
• Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, rasa emosi yang kuat
KESIMPULAN
Ejaan adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur
penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan dari penulisan huruf,
pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, serta
penggunaan tanda baca. Ejaan yang berlaku saat ini adalah EBI
( Ejaan bahasa Indonesia) tata Bahasa dalam Bahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan tulisan,dari pemakaian dan penulisan huruf
capital dan huruf miring,serta penulisan unsur serapan ,dalam
penulisan karya ilmiah pdiperlukan adanya aturan tata Bahasa yang
menyempurnakan karya tulis Karena dalam sebuah karya tulis
memerlukan tingkat kesempurnaan aturan penulisan yang detail dan
sempurna sesuai dengan ejaan yang diberlakukan