Anda di halaman 1dari 15

BAB III

TATA EJAAN

3.1 Hakikat Ejaan

Pada hakikatnya ejaan itu adalah konvensi grafis, perjanjian di antara anggota

masyarakat pemakai suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya. Bunyi bahasa yang

seharusnya diucapkan, diganti dengan lambang-lambang huruf dan tanda-tanda lain. Bahasa

Indonesia, dan banyak bahasa lain di dunia, menggunakan abjad Latin untuk menuliskan

bahasanya. Walaupun abjad yang digunakan sama, karena sistem bunyi bahasa-bahasa itu

tidak sama dan penggunaan huruf-huruf itu bersifat arbitrer, sistem ejaannya pun menjadi

tidak sama. Misalnya bahasa Indonesia menggunakan huruf [u] untuk melambangkan bunyi

[u] saja, tetapi bahasa Inggris menggunakan huruf [u] untuk melambangkan beberapa bunyi

yang berbeda. Perhatikan contoh berikut!

(21) put

(22) but

(23) hurt

Huruf [u] di sini dipakai untuk melambangkan bunyi [u] seperti terdapat pada

kata-kata bahasa Indonesia jemput, rumput, dan sebut.

Huruf (u) di sini dipakai untuk melambangkan bunyi /a/ seperti terdapat pada

kata-kata bahasa Indonesia lambat, rambat, dan berat.

Huruf (u) disini dipakai untuk melambangkan bunyi /e/ seperti terdapat pada

kata-kata bahasa Indonesia henti, hempas, dan empat.

Untuk melambangkan bunyi [i], bahasa Indonesia menggunakan huruf (i) di mana

dan kapan saja. Dalam bahasa Inggris, lambang bunyi fil digunakan pelbagai huruf juga

gabungan huruf. Umpamanya:

seperti terdapat pada kata-kata in, tin, dan skill.


seperti terdapat pada kata-kata bahasa Indonesia many, happy, dan family

seperti terdapat pada kata-kata she, me, dan maybe.

seperti terdapat pada kata-kata free, see, dan feet.

seperti terdapat pada kata-kata seat, mea, dan clean.

(24) huruf i

(25) huruf y

(26) huruf e

(27) huruf ee

(28) huruf ea

Mengapa bahasa Indonesia hanya menggunakan huruf (u) untuk melambangkan

bunyi /u/, sedangkan bahasa Inggris menggunakannya untuk melambangkan beberapa bunyi

yang berbeda; dan mengapa bahasa Indonesia hanya melambangkan bunyi /i/ dengan huruf

huruf atau

(i), padahal bahasa Inggris melambangkannya dengan berbagai macam

gabungan huruf. Hal itu menjadi tanda bahwa ejaan adalah kesepakatan bersama di antara

pemakai suatu bahasa untuk menuliskan bahasa mereka. Jelaslah bahwa ejaan hanyalah

suatu konvensi grafis.

3.2 Sejarah Penyempurnaan Ejaan

Ejaan-ejaan untuk bahasa Melayu/Indonesia mengalami beberapa tahapan sebagai

berikut:

1) Ejaan van Ophuijsen

Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen

yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim

menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal

dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901.
Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:

a) Huruf i untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus

disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulai dengan ramai. Juga digunakan

untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaia.

b)

Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.

c) Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.

d) Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata

ma'moer, 'akal, ta', pa', dsb.

2) Ejaan Republik

Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya.

Ejaan ini juga dikenal dengan nama ejaan Soewandi. Ciri-ciri ejaan ini yaitu:

a) Huruf oe diganti dengan u, misalnya pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.

b) Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.

c) Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-

an.

d) Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang

mendampinginya.

3) Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)

Konsep ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Karena perkembangan politik

selama tahun-tahun berikutnya, diurungkanlah peresmian ejaan ini.

4) Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden

Republik Indonesia. Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972.

Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia,
semakin dibakukan.

Perubahan:

Indonesia

(pra-1972)

Tj

Dj

Ch

Malaysia

(pra-1972)

Ch

Kh

Ny

Sh

oe*

Catatan: Tahun 1947 "oe" sudah digantikan dengan "u".

Nj

Sj

Sejak 1972

Kh
Ny

Sy

4.1 Pemakaian Huruf

Pemakian huruf dalam bahasa Indonesia diatur dalam beberapa bagian, sebagai berikut.

Huruf Abjad

A.

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut.

¡Misalnya:

Anak-anak bermain di teras (téras).

Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia.

Kami menonton film seri (séri).

Pertandingan itu berakhir seri.

Di mana kécap itu dibuat?

Coba kecap dulu makanan itu.

C. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf

huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z

Keterangan:

j
k

- Eca

Huruf

Konsonan

Posisi Awal

bahasa

cakap

dua

fakir

guna

hari

jalan

kami

lekas

maka

nama

pasang

Quran

raih

sampai

tali

varia

wanita

Contoh Pemakaian dalam Kata


Posisi Tengah

sebut

kaca

ada

kafan

tiga

saham

manja

paksa

rakyat*

alas

kami

tanah

xerox

yakin

zeni

apa

status quo

bara

asli

mata

lava

hawa

payung

lazim
Posisi Akhir

adab

Abad

maaf

gudeg

tuah

mikraj

politik

bapak*

aka/

diam

daun

siap

Taufiq

putar

tangkas

rapat

sinar-x

juz

Huruf k melambangkan bunyi hamzah.

** Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox)

dan keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar x).

D. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Contoh Pemakaian dalam Kata

ai

au

oi

Catatan:

Huruf

Diftong

Gabungan

Huruf

Konsonan

kh

ng

ny

sy

Posisi Awal

ain

aula

E. Gabungan Huruf Konsonan

Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing masing melambangkan satu

bunyi konsonan.

Posisi Tengah

malaikat

saudara

boikot

Posisi Awal
khusus

ngilu

nyata

syarat

Contoh Pemakaian dalam Kata

Posisi Akhir

pandai

harimau

amboi

Posisi Tengah

akhir

bangun

banyak

isyarat

Posisi Akhir

tarikh

senang

Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"

Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!"

"Kemarin engkau terlambat," katanya.

"Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat."

arasy

Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan

Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.

F. Huruf Kapital
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya:

Dia membaca buku.

Apa maksudnya?

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya:

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan

dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:

Alkitab

Quran

Weda

Katolik

Islam

Hindu

Allah

Yang Mahakuasa

Yang Maha Pengasih

Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.

Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan

keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya:

Mahaputra Agung

Sultan Hasanuddin

Paus Yohanes Paulus ke II

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Misalnya:

Romo Yosep

Nabi Musa

Dia baru saja diangkat menjadi sultan.

Pada tahun ini dia ditabiskan menjadi imam.

Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti nabi.

5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama

orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama

orang tertentu.

Misalnya:

Wakil Presiden Boediono

Perdana Menteri Nehru

Profesor Goris Keraf

Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara

Direktor Jenderal Pendidikan Tinggi

Gubernur Nusa Tenggara Timur

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang

merujuk kepada bentuk lengkapnya.

Misalnya:

Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.

Sidang itu dipimpin Presiden.

Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Kementrian.


c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak

merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.

Misalnya:

Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?

Rapat itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.

Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.

6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Misalnya:

Soekarno

Chairil Anwar

Eltari

Wage Rudolf Supratman

Catatan:

(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der

(dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).

Misalnya:

J.J de Hollander

J.P. van Bruggen

Misalnya:

Abdul Rahman bin Zaini

Ibrahim bin Adham

(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf

pertama kata bin atau binti.

Otto von Bismarck

Vasco da Gama
pascal second

J/K atau JK¹

Misalnya:

Siti Fatimah binti Salim

Zaitun binti Zainal

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan

sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya:

Pas

joule per Kelvin

Newton

H. van der Giessen

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai

nama jenis atau satuan ukuran.

mesin diesel

10 volt

5 ampere

7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Misalnya:

bangsa Eskimo

suku Flores

bahasa Indonesia

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang

digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.


:

pengindonesiaan kata asing

keinggris-inggrisan

kebarat-baratan

8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.

Misalnya:

tarikh Masehi

bulan Oktober

hari Lebaran

tahun Hijriah

bulan Desember

hari Natal

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah.

Misalnya:

Perang Dunia II

Perang Kemerdekaan

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai