Anda di halaman 1dari 30

Penggunaan PUEBI

Kelompok A2
Nama anggota kelompok
1. Afifah Annis Fuada • 1810312019
2. Berlianisa • 1810311014
3. Fikri akbar • 1810311060
4. Hadisty Fauziah Yenri • 1810311034
5. Ilma Fitri Sakina • 1810312044
6. Nabila Syifa Aqdira • 1810311041
7. Nur anisa • 1810312081
8. Poety Elberta Husna • 1810312045
Nixon
9. Zaky Ahmad Makarim • 1810312052
• Bahasa Indonesia memiliki fungsi dan kedudukan
sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara
Indonesia. Dalam berbahasa Indonesia, tentu tidak
lepas dari kaidah dan aturan penggunaan bahasa yang
baik dan benar. Kriteria yang diperlukan dalam kaidah
kebahasaan tersebut antara lain tata bunyi, tata bahasa,
kosakata, ejaan, makna, dan kelogisan. Bahasa
Indonesia yang baik dan benar mengacu pada ragam
bahasa yang memenuhi persyaratan kebaikan dan
kebenaran, dan bahasa yang baik dan benar adalah
bahasa yang sesuai kaidah baku, baik tertulis maupun
lisan.
• Sebelum tahun 1900, Indonesia yang sebagian besar
penduduknya berbahasa Melayu, masih belum memiliki
sistem ejaan yang dapat digunakan. Lalu, seorang ahli
bahasa dari Belanda, Prof. Charles van Ophuijsen bersama
dua orang pakar bahasa, Engkoe Nawawi Soetan Ma’moer
dan Moehammad Thaib Sutan Ibrahim membuat ejaan
bahasa Melayu dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan
Latin dan ejaan Belanda. Ejaan van Ophuijsen dianggap
kurang berhasil dikarenakan kesulitan dalam memelayukan
tulisan. Namun, oleh van Ophuijsen, kesulitan tersebut terus
diperbaiki dan disempurnakan, sehingga pada tahun 1926,
sistem ejaan menjadi bentuk yang tetap.
• Semenjak itu sistem ejaan terus berkembang dan
disempurnakan, muncul Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi, kemudian Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo,
lalu Ejaan Baru, Ejaan Rumi Bersama, dan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD).
• Pada 26 November 2015, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia mengubah Pedoman
Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) menjadi
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sebagai
pedoman penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
• Ejaan bahasa Indonesia yang digunakan saat ini menganut
tulisan fonemis. Sistem tulisan fonemis merupakan sistem
tulisan yang menggunakan satu lambang atau satu huruf
saja untuk satu fonem secara konsisten.
Pengertian
• Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata bahasa dalam
Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa
Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian huruf,
penulisan kata, penulisan unsur serapan, serta penggunaan
tanda baca
Ruang ligkup
• Salah satu letak perbedaan antara PUEBI dengan PUEYD
adalah adanya penambahan ruang lingkup. Pada PUEYD
hanya terdapat tiga ruang lingkup, yaitu pemakaian huruf,
penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Sementara pada
PUEBI ditambahkan satu bagian ruang lingkup yaitu
penulisan unsur serapan
Penggunaan abjad
• A. Huruf Vokal
Huruf vokal merupakan huruf yang pelafalan bunyinya
dihasilkan oleh arus udara yang tidak mengalami rintangan
dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor : tinggi-rendahnya
posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir
pada pembentukan vokal itu. Huruf-huruf vokal pada bahasa
Indonesia terdiri dari lima huruf, yaitu a, e, i, o, dan u.
Contoh Pemakaian dalam Kata Posisi Awal Posisi
Tengah Posisi Akhir a asli kari busa e* elak perak pare
empang nenek - elang pecah tipe i ipar sikat pari o oli bola
saldo u uang suka baru Keterangan : ∗ Huruf e mewakili dua
fonem, yaitu /e/ dan /ə/ beserta alofonnya. Fonem /e/ memiliki
dua alofon, yaitu [e] dan [ɛ]
• B. Huruf Konsonan
Huruf konsonan adalah huruf yang pelafalan bunyinya
dihasilkan dengan menghambat aliran udara pada salah satu
tempat di saluran suara di atas glotis. Pada pelafalan konsonan,
ada tiga faktor yang terlibat: keadaan pita suara, penyentuhan
atau pendekatan berbagai alat ucap, dan cara alat ucap itu
bersentuhan atau berdekatan. Huruf-huruf konsonan pada
bahasa Indonesia dilambangkan oleh 21 huruf yaitu b, c, d, f,
g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x y, dan z.
• Contoh Pemakaian dalam Kata Posisi Awal Posisi
Tengah Posisi Akhir b benda rebut akrab c cari kecap - d
diri adab akad f foto Alwi et al, 2008
• C. Huruf Diftong
Huruf diftong merupakan huruf vokal yang berubah
kualitasnya pada saat pengucapannya dan dalam sistem
tulisannya dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf
vokal tersebut tidak dapat dipisahkan karena tergolong dalam
satu suku kata. Diftong berbeda dengan deretan vokal (Alwi et
al, 2008), karena setiap huruf vokal pada deretan vokal
mendapat hembusan yang sama atau hampir sama, dan kedua
huruf vokal tersebut berada dalam dua suku kata yang berbeda.
Contoh huruf diftong dalam bahasa Indonesia adalah ai, au, ei,
dan oi.
• D. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy dalam
bahasa Indonesia melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan huruf (ny) dan (sy) melambangkan konsonan
palatal, sedangkan konsonan velar dilambangkan oleh
gabungan huruf (ng) dan (kh). Contoh : Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir kh khasiat akhir syekh
ng ngilu angka belang ny nyeri minyak - sy syair isya arasy
• E. Huruf Kapital
Huruf kapital merupakan huruf yang memiliki bentuk
khusus dan berukuran lebih besar dari huruf biasa. Berikut
adalah ketentuan-ketentuan penggunaan huruf kapital.
1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap
awal kalimat. Misalnya: Mengapa kita harus rajin belajar?
Dia menyelesaikan tugas itu tepat waktu.
2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur
nama seseorang, termasuk julukan. Misalnya: Gorys Keraf
Pangeran Diponegoro Catatan: a. Huruf kapital tidak
digunakan sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan
nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: 15 newton ikan
mujair.
• b. Huruf kapital tidak digunakan untuk menuliskan huruf pertama
kata yang bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan van,
atau huruf pertama kata tugas (di, ke, dan, dari, yang, dan untuk).
Misalnya: Ibrahim Aziz bin Muaz Esther boru Simanjuntak
• 3. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat di dalam petikan
langsung. Misalnya: “Apa gunanya?” tanya Tom kepada Ella.
“Katakan kepadanya,” kata Shira kepadaku, “lebih baik jujur
saja.”
• 4. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap
kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan
kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Islam, Kristen, Hindu,
Buddha, dan Katolik adalah lima agama yang diakui di
Indonesia. Ya Tuhan, tolong ampuni kami.
• 5. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap
unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau
akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar
akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya: Nabi
Muhammad SAW Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
• 6. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap
unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan,
profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai
sebagai sapaan. Misalnya: Silakan duduk, Yang Mulia.
Terima kasih, Dokter.
• 7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap
unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat. Misalnya: Wakil Presiden
Jusuf Kalla Gubernur Riau
• 8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: bahasa
Indonesia suku Dayak Catatan: Nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar
kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya: pengindonesiaan kata asing kebali-balian .
• 9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama
tahun, bulan, hari, dan hari raya atau hari besar keagamaan.
Misalnya: bulan Juni tahun Masehi hari Selasa hari Nyepi
• 10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap
unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya: Agresi Militer
Belanda II Perjanjian Renville
• 11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama
geografi. Misalnya: Kepulauan Seribu Sungai Siak
Kecamatan Tampan Jalan Utama Catatan:
• a. Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak
ditulis dengan huruf kapital. Misalnya: menyeberangi jalan
mendaki gunung
• b. Huruf pertama nama diri geografi yang digunakan
sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya: terong belanda (Solanum betaceum) kacang
arab (Cicer arietinum) Nama yang disertai nama geografi
dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau
disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya: Ada beberapa jenis salak di Indonesia, antara
lain salak ambarawa, salak bali, salak banjarnegara, salak
bongkok, salak hutan, dan salak pondoh. Contoh berikut
bukan nama jenis. Pada mata pelajaran Seni Budaya hari
ini, para murid diajak menyanyikan lagu daerah Riau, lagu
daerah Sumatera Barat, dan lagu daerah Aceh.
• 12. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua
kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam
nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen,
kecuali kata tugas. Misalnya: Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Komisi
Pemberantasan Korupsi
• 13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata
(termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku,
karangan, artikel, makalah, nama majalah, dan surat kabar,
kecuali kata tugas, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya: Majalah Bobo memberikan informasi yang
bermanfaat bagi anak-anak. Dia sedang membaca novel
Dusta di Balik Penjelajahan Columbus.
• 15. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata
penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak,
dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai
dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya: “Wajah
Kakak terlihat pucat, apa Kakak sakit?” tanya Raisa. Ibu
berkata kepadaku, “Tolong bersihkan sayuran itu, Nak.”
Catatan: a. Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan
penyapaan atau pengacuan. Misalnya: Ibu saya memiliki
satu orang kakak dan tiga orang adik. Sejak kecil, dia sudah
tinggal bersama dengan neneknya. b. Kata ganti Anda
ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya: Bagaimana
Anda bisa menyelesaikan pekerjaan itu dengan baik? Saya
tidak tahu kalau Anda juga suka bermain basket.
• F. Huruf Miring
Huruf miring merupakan huruf yang letaknya miring,
tetapi tidak sama dengan tulisan tangan pada kursif. Berikut
adalah ketentuan-ketentuan penggunaan huruf miring :
• 1. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku,
nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam
tulisan, termasuk dalam daftar pustaka. Misalnya: Tetralogi
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terdiri atas novel
Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah
Karpov. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman
Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Balai Pustaka.
• 2. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok
kata dalam kalimat. Misalnya: Penulisan kata yang benar
adalah dekret, bukan dekrit. Jelaskan maksud dari
peribahasa esa hilang dua terbilang!
• 3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau
ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya:
Go Gek Cap Lak (upacara bakar tongkang) adalah ritual
tahunan masyarakat di Bagansiapiapi yang sudah terkenal
hingga di mancanegara. Ora et labora memiliki makna
‘berdoa dan bekerja’
• . Catatan:
a. Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau
organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis
dengan huruf miring
b. Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan
komputer), bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan
garis bawah.
c. Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa
daerah yang dikutip secara langsung dalam teks berbahasa
Indonesia ditulis dengan huruf miring.
• G. Huruf Tebal
Huruf tebal adalah huruf yang dicetak tebal atau vet.
Berikut adalah ketentuan-ketentuan penggunaan huruf tebal:
1. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian tulisan
yang telah ditulis dengan huruf miring. Misalnya: Kata yang
memiliki akhiran -is adalah kata sifat. Contohnya akhiran -is
pada kata ekonomis yang berarti ‘bersifat ekonomi (hemat)’.
Kata sativa pada nama ilmiah padi yaitu Oryza sativa
menunjukkan species.
2. Huruf tebal dapat digunakan untuk menegaskan bagian-
bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.
Misalnya: BAB I PENDAHULUAN BAB II
PEMBAHASAN BAB III PENUTUP .
• A. Kata Dasar
Kata adalah satuan unit terkecil dari bahasa yang dapat berdiri
sendiri dan tersusun dari morfem tunggal. Kata merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran yang digunakan dalam berbahasa, baik
diucapkan maupun dituliskan. Kata dasar dapat diartikan sebagai suatu
kata yang menjadi dasar bentukan kata yang lebih besar dan bahkan
menjadikan kata tersebut memiliki makna yang berbeda. Misalnya:
Kakek itu sangat kurus. Dia pergi ke pasar
B. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan atau kata turunan adalah kata-kata yang
sudah berubah bentuk dan makna disebabkan pemberian imbuhan
berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks), sisipan (infiks), atau awalan-
akhiran (konfiks). Kata berimbuhan terbagi menjadi:
1. Imbuhan yang ditulis serangkai dengan bentuk
dasarnya. Misalnya: bersalah tarikan kemilau
persembahan Catatan: Imbuhan yang diserap dari
unsur asing seperti -isme, -man, -wan, atau -wi,
ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya: patriotisme budiman sejarawan
manusiawi.
2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Misalnya: adikuasa antarnegara
dwibahasa prakarya Catatan:
• a. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal
kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital
dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Misalnya: non-Asia
pan-Amerika pro-Pemerintah.
• b. Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang
mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan
huruf awal kapital. Misalnya: Puji dan syukur kita ucapkan
kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
• c. Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu
kepada nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis
serangkai. Misalnya: Tuhan Yang Mahatahu apa yang
terbaik bagi kita. Semoga Tuhan Yang Maha Esa terus
melindungi kalian semua.
Bentuk ulang
• C. Bentuk Ulang
• Bentuk ulang adalah kata dasar yang mengalami
pengulangan (reduplikasi), hingga membentuk makna yang
berbeda (Murtiani et al, 2016). Bentuk ulang ditulis dengan
menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Berdasarkan pendapat Badudu (1983), kata ulang menurut
bentuknya ada beberapa macam, yaitu:
• a. Kata ulang dengan mengulang seluruh morfem: kuda-
kuda, sakit-sakit, berapaberapa, perubahan-perubahan.
• b. Kata ulang berimbuhan: berjalan-jalan, gigi-geligi, anak-
anakan.
• c. Kata ulang yang mengalami perubahan bunyi: bolak-
balik, serta-merta, serbaserbi.
• d. Kata ulang dwipurwa: lelaki, tetamu, leluhur, tetanaman.
Catatan: Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan
mengulang unsur pertama. Misalnya: buku pelajaran →
buku-buku pelajaran mobil mewah → mobil-mobil mewah .
Kesimpulan
• 1. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata bahasa dalam Bahasa
Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam
tulisan, mulai dari pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan unsur
serapan, serta penggunaan tanda baca.
• 2. Ruang lingkup PUEBI adalah pemakaian huruf, penulisan kata,
pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur serapan.
• 3. Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang melambangkan
bunyi bahasa. Pemakaian huruf yang diatur dalam PUEBI antara
lain: huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong,
gabungan huruf konsonan, huruf kapital, huruf miring, dan huruf
tebal.
• 4. Kata adalah satuan unit terkecil dari bahasa yang dapat berdiri
sendiri dan tersusun dari morfem tunggal. Kata merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang digunakan

Anda mungkin juga menyukai