Anda di halaman 1dari 56

3.

2 PERKEMBANGAN EJAAN DI INDONESIA


A.      Perkembangan Ejaan di Indonesia

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran,


bagaimana menempatkan tanda-tanda baca, bagaimana memotong-motong suatu kata,
dan bagaimana menggabungkan kata-kata. Macam-macam ejaan sesuai
perkembangannya adalah sebagai berikut.

1.            Ejaan Van Ophuysen

Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa
menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van
Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901). Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti
oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan
tuturan Belanda, antara lain:

a.         Huruf (u) ditulis (oe).

b.         Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’, ta’

c.         Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas
akhiran itu diberi tanda trema (”)

d.        Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya

e.         Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)

f.         Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :

          1)        Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)

          2)        Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)

          3)        Dipisahkan, misalnya (anak negeri)

Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï danö, menandai bahwa huruf
tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan Bahasa
Belanda sampai saat ini.Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu
menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.

 
2.                Ejaan Republik/Ejaan Suwandi

Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr.
Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947. Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan
Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.

Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :

a.         Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).

b.        Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.

c.         Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k)
misalnya kata’ menjadi katak.

d.        Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya
ejaan, seekor, dsb.

e.         Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.

Contohnya :

1)        Berlari-larian

2)        Berlari2-an

f.         Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara

Contohnya :

1)        Tata laksana

2)        Tata-laksana

3)        Tatalaksana

g.        Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet)
dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah, misalnya: (putra) bukan
(putera), (praktek) bukan (peraktek).

2.                Ejaan Malindo


Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan melayu dan
Indonesia. Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di
Medan, Sumatera Utara. Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan
sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.

3.                Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD

Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan


pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan
Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan
buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
sebagai patokan pemakaian ejaan itu. Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia
Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang
dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12
Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang
lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya
No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua
pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

4.                Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) berubah menjadi Ejaan Bahasa


Indonesia (EBI) sebagai pedoman umum sejak akhir 2015 silam. Perubahan yang
dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia ini,
berlandaskan Peraturan Menteri dan Kebudayaan RI Nomor 50 Tahun 2015. Zaman terus
berubah, teknologi terus berkembang, dan bahasa pun terus menyesuaikan perubahan.
Kita tidak akan mungkin terpaku dengan aturan lama karena bahasa terus berkembang
sehingga aturan mengenai kebahasaan juga ikut menyesuaikan seperti halnya
perubahan dari EYD menjadi Pedoman Umum (PU) EBI.

Masyarakat yang kritis pun terus mendesak Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa untuk segera merevisi pedoman EYD sehingga muncul-lah PU EBI sebagai bentuk
jawaban atas kritikan yang diterima.

Meski sudah dirilis sekitar akhir 2015, masyarakat masih belum terlalu familier terhadap
PU EBI sehingga Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Dadang
Sunendar, meminta berbagai media massa untuk membantu menginformasikan
mengenai PU EBI ini. Dengan begitu, sosialisasi mengenai PU EBI bisa sampai lebih
mudah ke masyarakat dan tenaga pengajar seperti guru dan dosen.
3.3 PENGGUNAAN TANDA BACA
Untuk memahami sebuah kalimat dengan sempurna kita perlu memperhatikan tanda
baca yang digunakan di dalamnya. Ada beberapa tanda baca yang dipakai dalam Bahasa
Indonesia yaitu :

1.        Tanda baca titik (.)

Ada beberapa kaidah dalam penggunaan tanda baca titik (.) yaitu :

a.         Tanda baca titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan yang bukan
berupa kalimat tanya atau kalimat seruan.

Contoh:

Saya beragama Islam.          

Hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia.

b.        Tanda baca titik (.) digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar atau daftar.

Contoh:

4.1 Pembahasan

 Lampiran 2. Calon jamaah haji

c.         Tanda baca titik (.) digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukan jangka waktu.

Contoh:

pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

d.        Tanda baca titik (.) digunakan diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

Contoh:
Lesatariningrum, Dwi. 1989. Teknik Menjahit.Malang: Intan.

e.         Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

Contoh:

Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Wel-tervreden: Balai Poestaka.

f.         Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.

Contoh:

Desa itu berpenduduk 24.200 orang. Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231
jiwa.

g.        Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustra-si, tabel, dan sebagainya.

Contoh:

Acara Kunjungan Adam Malik

Bentuk dan Kebudayaan (Bab I UUD '45) Salah Asuhan

h.        Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat penerima surat.

Contoh :

Jalan Diponegoro 82

Jakarta

1 April 1991

Yth. Sdr. Moh. Hasan

Jalan Arif 43
Palembang

Kantor Penempatan Tenaga

Jalan Cikini 7l

Jakarta

2.        Tanda baca koma (,)

Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut:

a.         Tanda baca koma (,) digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian.

Contoh:

Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

b.        Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan kalimat setara, apabila kalimat
setara berikutnya diawali kata tetapi atau melainkan.

Contoh:

Semua pergi, tetapi dia tidak.

Dia bukan kakakku, melainkan adikku.

c.         Tanda baca koma (,) digunakan apabila anak kalimat mendahului induk kalimat.

Contoh:

Jika hari ini tidak hujan, saya akan datang.

d.        Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika anak
kalimatnya itu mendahului induk kalimatnya.

Contoh:

Saya akan memaafkan, jika ia bertobat.

 
e.         Tanda baca koma (,) digunakan di belakang ungkapan penghubung antar kalimat
yang terdapat pada awal kalimat.

Contoh:

Dia malas belajar. Oleh karena itu, dia tidak naik kelas.

f.         Tanda koma dipakai unluk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari
kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.

Contoh:

O, begitu?

Wah, bukan main!

Hati-hati, ya, nanti jatuh.

g.        Tanda koma dipakai unluk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.

Contoh:

Kata Ibu, “Saya gembira sekali.”

“Saya gembira sekati,” kata Ibu, “karena kamu lulus.”

h.        Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan ala-mat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.

Contoh:

·           Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran,

Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.

·           Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor Surabaya, 10 Mei 1960

Kuala Lumpur, Malaysia


 

i.          Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pus-taka.

Contoh:

Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tata-bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2.


Djakarta: PT Pustaka Rakjat.

j.          Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.

Contoh:

WJ.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang  (Yogyakarta:


UP  Indonesia. 1967), hlm. 4.

k.        Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk mem-bedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Contoh:

B. Ratulangi, S.E.

Ny. Khadijah, M.A.

l.          Tanda koma dipakai di muka angka persepu-luhan atau diantara rupiah dan sen
yang dinyata-kan dengan angka.

Contoh:

12,5 m

Rp 12,50

m.      Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan yang sifatnya tidak membatasi.

Contoh:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.

Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.

Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan
suara.

Bandingkan dengan:

Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.

n.        Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah baca—di belakang


keterangan yang terda-pat pada awal kalimat.

Contoh:

Dalam pembinaan dan pengembangan ba-hasa, kita memerlukan sikap yang bersung-
guh-sungguh.

Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.

Bandingkan dengan:

Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengem-


bangan bahasa.

Karyadi mengucapkan terima kasih atas ban-tuan Agus.

o.        Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan pe-tikan langsung dari bagian lain


yang mengiringi-nya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru.

Contoh:

“Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.

“Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.

3.        Tanda baca titik koma (;)

Kaidah penggunaannya sebagai berikut :


a.         Digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara.

Contoh: 

Matahari hamper terbenam; sinarnya yang kemerah-merahan; memantul di atas


permukaan laut; indah sekali pemandangan ketika itu.

b.        Digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat


majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

Contoh: 

Sore itu kami sekeluarga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ayah sedang
membaca Koran; ibu menjahit baju; saya asyik membersihkan taman di depan rumah.

4.        Tanda baca titik dua (

Kaidah penggunaannya sebagai berikut:

a.         Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.

Misalnya:

Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang ke-merdekaan itu: hidup atau mati.

b.        Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap
yang mengakhi-ri pernyataan.

Misalnya:

Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai jurusan ekonomi

umum dan jurusan ekonomi perusahaan.

 
c.         Tanda titik dua dipakai scsudah kata atau ung-kapan yang memerlukan pemerian.

Misalnya:

1.        Ketua               : Ahmad Wijaya

Sekretaris         : S. Handayani

Bendahara       : B.Hartawan

2.        Tempat Sidang             : Ruang 104

Pengantar Acara          : Bambang S.

Hari                              : Senin

Waktu                          : 09.30

d.        Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.

Misalnya:

Ibu: (meletakkan bebcrapa kopor)


  “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir: “Baik, Bu.” (mengangkat kopor
  dan masuk)  
Ibu: “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!”
  (duduk di kursi besar)
 

e.         Tanda titik dua dipakai (a) di antara jilid atau nomor dan halaman, (b) di antara
bab dan ayat dalam kitab suci, (c) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta
(d) nama kota dan acuan dalam karangan.

Misalnya:

Tempo, I (1971), 34:7

Surah Yasin: 9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur

Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.

Tjokronegoro,  Sutomo.  1968.  Tjukupkah

Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita?

5.        Tanda hubung (-)

Kaidah penggunaannya sebagai berikut :

a.         Digunakan untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang di dimulai


dengan huruf capital, ke- dengan angka, angka dengan- an, singkatan berhuruf kapital
dengan imbuhan atau kata, dan nama jabatan rangkap.

Contoh: 

Se-Indonesia

hadiah ke-2

tahun 50-an

Menteri-Sekretaris-Negara

sinar-X

Men-PHK-kan

b.        Digunakan untuk merangkai bahasa Indonesia dengan bahasa asing.

Contoh: 

di-smash, di-drill, mem-beckup, di-carge.

c.         Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

Misalnya:

anak-anak
berulang-ulang

kemerah-merahan

Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak
dipakai pada teks karangan.

d.        Tanda hubung menyambung huruf kata yang die-ja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.

Misalnya:

p-a-n-i-t-i-a

8-4-1973

e.         Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata


atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.

Misalnya:

ber-evolusi

dua puluh lima-ribuan (25000)

tanggung jawab dan kesetiakawanan-sosial

Bandingkan dengan:

be-revolusi dua-puluh-lima-ribuan (1 2500)

tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial

f.         Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se-  dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan  huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, dan (iv)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.

Misalnya:

se-Indonesia
se-Jawa Barat

hadiah ke-2

tahun 50-an

mem-PHK-kan

hari-H

sinar-X

Menteri-Sekretaris Negara

6.        Tanda Pisah (–)

a.         Tanda pisah (–) digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti
“sampai ke“ atau “sampai dengan”. Penulisan tanda baca pisah (–)dinyatakan dengan
dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

Contoh: 

1920–1945

Tanggal 15—10 April 19970

(Samsudin), 1999:25—34

b.        Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kal-imat yang memberi penjelasan
di luar bangun kalimat.

Misalnya:

Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu


sendiri.

c.         Tanda pisah menegaskan adanya keterangan apo-sisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:

Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbi-an, dan kini juga pembelahan atom—telah
mengubah konsepsi kita tentang alam se-mesta.

7.        Tanda elipsis (…)

a.         Tanda ini digunakan untuk menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah
ada bagian yang hilang.

Contoh:

Sebab-sebab kemerosotan akhlak dikalangan mahasiswa…atau diteliti lebih lanjut.

b.        Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terpu-tus-putus.

Misalnya:

Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

8.        Tanda kurung ((…))

Tanda ini digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:

a.         Digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Contoh: 

Dalam buku KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Bab II pasal 10.

b.        Digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian


integral pokok pembicaraan.

Contoh: 

Aku (sebuah puisi karangan Chairul Anwar) adalah puisi angkatan 45.

 
c.         Tanda kurung mengapit huruf-atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.

Misalnya:

Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indone-sia menjadi kokain(a).

Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.

d.        Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan.

Misalnya:

Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

9.        Tanda tanya (?)

a.         Tanda tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang
membutuhkan jawaban.

Contoh: 

Siapa yang membawa tas saya ?

b.        Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung me-nyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Misalnya:

la dilahirkan pada tahun 1683 (?).

Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

10.    Tanda seru (!).

Tanda ini digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Contoh: 

Alangkah seramnya peristiwa itu!

Ambilkan buku itu!

11.    Tanda kurung siku ( [] )

a.         Tanda ini digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.

Contoh:     

Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan dalam Bab II [lihat halaman 67-
89])

b.        Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesa-lahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli.

Misalnya:

Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

12.    Tanda petik (“…..”)

a.         Tanda petik digunakan untuk mengakhiri petikan langsung .

Contoh: 

Kata Toto,”Saya juga berpuasa.”

“Hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia”(Imran,1998)

b.        Tanda petik mengapit petikan langsung yang be-rasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.

Misalnya :
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu seben-tar!”

Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”

c.         Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.

Misalnya:

Bacalah “Bola Lampu”dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.

Karangan Andi Hakim Nasoetion yang ber-judul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA”
diterbitkan dalam Tempo.

Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.

d.        Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.

Misalnya:

Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.

la bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.

e.         Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di.belakang tanda
petik yang meng-apit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung
kalimat atau bagian kalimat.

Misalnya:

Karena warna kulitnya, Budi mendapat ju-lukan “Si Hitam”.

Bang Komar sering disebut “pahlawan”, ia sendiri tidak tahu sebabnya.

Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis
sama tinggi di sebelah atas baris. Tanda baca ditulis di luar tanda petik karena yang di
dalam petik bukan makna harfiah. Ditulis melekat pada kata juga boleh.

13.    Tanda petik tunggal (‘…’)

Tanda ini digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, dan penjelasan kata atau
ungkapan asing.

Contoh: 

Mastery Learning ‘belajar tuntas’

Reformasi ‘perubahan’

Keplicuk ‘dalam Bahasa Indonesia disebut terkilir’

Islami ‘bernuansa islam’

14.    Tanda garis miring (/)

a.         Tanda garis miring digunakan dalam menulis nomor surat, nomor pada alamat,
dan penandaan masa satu tahun yang tebagi dalam dua tahun takwim.

Contoh: 

14/YPU-i/12/99

Jalan Kramat III/10 Jakarta

Tahun Anggaran 1985/19986

b.        Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.

Misalnya:

mahasiswa/mahasiswi

harganya Rp150,00/lembar
 

15.    Tanda apostrof (‘)

Tanda ini berfunsi untuk penyingkat suatu kata yang digunakan untuk menunjukan
penghilangan bagian suatu kata atau bagian angka tahun.

Contoh: 

malam ‘lah tiba (‘lah = telah)

1 Januari ’88 (’88 = 1988)

Berdasarkan uraian di atas tentang penggunaan tanda baca yang berlaku di dalam EYD
dalam Bahasa Indonesia secara garis besar prinsip-prinsip umum pemakain tanda baca
dapat diuraikan sebagai berikut.

1.        Tanda tanya (?), tanda titik (.), tanda titk koma (;), tanda titik dua ( , dan tanda
seru (!), ditulis rapat (tanpa spasi) dengan huruf akhir dengan kata yang mendahuluinya
dan diberi spasi dengan kata yang sesudahnya.

2.        Tanda petik ganda (“), tanda petik tunggal (‘), dan tanda kurung ( ) masing-
masing diketik rapat dengan kata, frase, atau kalimat yand diapit.

3.        Tanda hubung (-), tanda pisah (–), dan garis miring (/) masing-masing diketik
rapat dengan huruf yang mendahului dan yang mengikutinya.

4.        Tanda hitungan, seperti: sama dengan (=), tambah (+), kurang (-), kali (x), bagi ( ,
lebih kecil (<), lebih besar (>) ditulis dengan jarak satu spasi dengan huruf yang
mendahului dan mengikutinya.

3.4 PEDOMAN PEMAKAIAN HURUF


A.      Pedoman Pemakaian Huruf

1.        Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf, yaitu sebagai
berikut.
Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama
A a a J j je S s es
B b be K k ka T t te
C c ce L l el U u u
D d de M m em V v fe
E e e N n en W w we
F f ef O o o X x eks
G g ge P p pe Y y ye
H h h Q q ki Z z Zet
I i i R r er      

2.        Huruf Vokal

Menurut Sugiarto (2013:3) Huruf vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia jika uadara yang keluar dari paru-paru atau halangan. Huruf yang
melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

  Contoh Pemakaian dalam Kata  


       
Huruf Vokal  
  Di Awal Di Tengah Di Akhir  
         
a api padi lusa  
e* enak petak sore  
  emas kena tipe  
i itu simpan murni  
o oleh kota radio  
u ulang bumi ibu  
         
 

*Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan
keraguan.
Misalnya:

Anak-anak bermain di teras (téras).

Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.

Kami menonton film seri (séri).

Pcrtandingan itu berakhir seri.

3.        Huruf Konsonan

Menurut Sugiarto (2013:3) Huruf konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia jika udara yang keluar dari paru-paru mendapat hambatan atau
halangan. Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21
huruf, yaitu: b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p. q, r, s, t, v, w, x, y,  dan  z.

Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata  


       
Konsonan  
  Di Awal Di Tengah Di Akhir  
         
b bahasa sebut adab  
c cakap kaca –  
d dua ada abad  
f fakir kafir maaf  
g guna tiga balig  
h hari saham tuah  
j jalan manja mikraj  
k kami paksa sesak  
  – rakyat* bapak*  
1 lekas alas kesal  
m maka kami diam  
n nama anak daun  
p pasang apa siap  
q** Quran Furqan –  
r raih bara putar  
s sampai asli lemas  
t tali mata rapat  
v varia lava –  
w wanita hawa –  
x** xenon – –  
y yakin payung –  
z zeni lazim juz  
         
 

*        Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.

**          Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.

4.        Huruf Diftong

Menurut Sugiarto (2013:5) Huruf diftong adalah gabungan dua buah huruf vokal yang
menghasilkan buny rangkap. di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang
dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata   


       
Diftong   
  Di Awal Di Tengah Di Akhir  
          
ai ain syaitan pandai  
au aula saudara harimau  
 
oi – boikot amboi  
         
 

5.        Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan


konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.

Gabungan Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata  


Di Awal
Konsonan Di Tengah Di Akhir
  kh khusus akhir tarikh
  ng ngilu bangun senang
  ny nyata hanyut –
  sy syarat isyarat arasy
 

6.        Huruf kapital

a.         Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.

Misalnya:

Dia membaca buku.

Apa maksudnya?

Kita harus bekerja keras.

Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.

b.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya:

Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hati, Nak!”

“Kemarin engkau terlambat, “katanya.

“Besok pagi,”kata Ibu, “dia akan berangkat.”

 
c.         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang
berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya:

Islam                               Quran

Kristen                            Alkitab

Hindu                              Weda

Allah

Yang Mahakuasa

Yang Maha Pengasih

Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.

Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

d.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya:

Mahaputra Yamin

Sultan Hasanuddin

Haji Agus Salim

Imam Syafii

Nabi Ibrahim

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Misalnya:

Dia baru saja diangkat menjadi sultan.


Pada tahun ini dia pergi naik haji.

Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.

e.         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti
nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama
orang tertentu.

Misalnya:

Wakil Presiden Adam Malik

Perdana Menteri Nehru

Profesor Supomo

Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara

Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian

Gubernur Jawa Tengah

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang
merujuk kepada bentuk lengkapnya.

Misalnya:

Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.

Sidang itu dipimpin Presiden.

Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.

Misalnya:

Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?


Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.

Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.

f.         Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.

Misalnya:

Amir Hamzah

Dewi Sartika

Wage Rudolf Supratman

Halim Perdanakusumah

Ampere

Catatan:

a)        Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der
(dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).

Misalnya:

J.J de Hollander

J.P. van Bruggen

H. van der Giessen

Otto von Bismarck

Vasco da Gama

b)        Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf
pertama kata bin atau binti.

Misalnya:

Abdul Rahman bin Zaini

Ibrahim bin Adham


Siti Fatimah binti Salim

Zaitun binti Zainal

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya:

pascal second            Pas

J/K atau JK-1                        joule per Kelvin

N                               Newton

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya:

mesin diesel

10 volt

5 ampere

g.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.

Misalnya:

bangsa Eskimo

suku Sunda

bahasa Indonesia

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang
digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:

pengindonesiaan kata asing

keinggris-inggrisan

kejawa-jawaan

h.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari
raya.

Misalnya:

tahun Hijriah             tarikh Masehi

bulan Agustus                       bulan Maulid

hari Jumat                  hari Galungan

hari Lebaran              hari Natal

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah.

Misalnya:

Perang Candu

Perang Dunia I

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan
sebagai nama.

Misalnya:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.


 

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.

Misalnya:

Banyuwangi              Asia Tenggara

Cirebon                     Amerika Serikat

Eropa                         Jawa Barat

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure-unsur nama geografi yang diikuti
nama diri geografi.

Misalnya:

Bukit Barisan                        Danau Toba

Dataran Tinggi Dieng           Gunung Semeru

Jalan Diponegoro                  Jazirah Arab

Ngarai Sianok                       Lembah Baliem

Selat Lombok                        Pegunungan Jayawijaya

Sungai Musi                          Tanjung Harapan

Teluk Benggala                     Terusan Suez

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata
yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.

Misalnya:

ukiran Jepara             pempek Palembang

tari Melayu                sarung Mandar

asinan Bogor             sate Mak Ajad

 
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh
nama diri geografi.

Misalnya:

berlayar ke teluk                    mandi di sungai

menyeberangi selat                berenang di danau

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan
sebagai penjelas nama jenis.

Misalnya:

nangka belanda

kunci inggris

harimau sumatera

petai cina

pisang ambon

i.          Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata
tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.

Misalnya:

Republik Indonesia

Departemen Keuangan

Majelis Permusyawaratan Rakyat

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972

Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak

 
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.

Misalnya:

beberapa badan hukum

kerja sama antara pemerintah dan rakyat

menjadi sebuah republik

menurut undang-undang yang berlaku

Catatan:

Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya
Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital.

Misalnya:

Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.

Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu.

Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.

j.          Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen
resmi, dan judul karangan.

Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa

Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial

Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan

 
k.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali
kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.

Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".

l.          Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.

Misalnya:

Dr.                 doktor

S.E.               sarjana ekonomi

S.H.               sarjana hukum

S.S.                sarjana sastra

S.Kp.             sarjana keperawatan

M.A.              master of arts

M.Hum.         magister humaniora

Prof.              profesor

K.H.              kiai haji

Tn.                 tuan

Ny.                nyonya

Sdr.               Saudara

 
Catatan:

Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur
secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 036/U/1993.

m.      Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.

Misalnya:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.

n.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam
penyapaan.

Misalnya:

Sudahkah Anda tahu?

Siapa nama Anda?

Surat Anda telah kami terima dengan baik.

o.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan,
catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan
yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.

7.        Huruf Miring

a.         Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam karangan.

Misalnya:
majalah Prisma

Surat kabar Kompas

b.        Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan


huruf, bagian kata, atau kelompok kata.

Misalnya:

Huruf pertama kata abad   ialah a

Dia bukan menipu, melainkan ditipu

Bab ini tidak  membicarakan pemakaian huruf kapital.

c.         Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan
asing, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.

Misalnya:

Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa.

Politik devide et impera pernah merajalela di benua hitam itu.

8.        Huruf Tebal

a.         Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab,
daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.

Misalnya:

Judul            : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG

Bab               : BAB I PENDAHULUAN

Bagian bab    : 1.1 Latar Belakang Masalah

 1.2 Tujuan

 
Daftar, indeks, dan lampiran:

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMBANG

DAFTAR PUSTAKA

INDEKS

LAMPIRAN

b.        Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf
miring.

Misalnya:

Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.

Saya tidak mengambil bukumu.

Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.

Seharusnya ditulis dengan huruf miring:

Akhiran –i  tidak dipenggal pada ujung baris.

Saya tidak mengambil bukumu.

Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.

c.         Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema
serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.

Misalnya:

kalah v
1 tidak menang ...;

2 kehilangan atau merugi ...;

3 tidak lulus ...;

4 tidak menyamai

mengalah v

mengaku kalah

mengalahkan v

1 menjadikan kalah ...;

2 menaklukkan ...;

3 menganggap kalah ...

terkalahkan v

dapat dikalahkan ...

Catatan:

Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan
huruf tebal diberi garis bawah ganda.
3.5 PENULISAN KATA
A.      Penulisan Kata

1.        Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu ke-satuan.

Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.

Kantor pajak penuh sesak.

Buku itu sangat tebal.

2.        Kata Berimbuhan

a.         Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya:

bergeletar

dikelola

penetapan

menengok

mempermainkan

b.        Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Misalnya:

bertepuk tangan                                garis bawahi

menganak sungai                               sebar luaskan

c.         Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya:

menggarisbawahi                               menyebarluaskan              

dilipatgandakan                                       penghancurleburan

 
d.        Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipa-kai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai.

Misalnya:

adipati                       mahasiswa

aerodinamika            mancanegara

antarkota                   multilateral

anumerta                   narapidana

audiogram                 nonkolaborasi

awahama                   Pancasila

bikarbonat                 panteisme

biokimia                    paripurna

caturtunggal              poligami

dasawarsa                 pramuniaga

dekameter                  prasangka

demoralisasi               purnawirawan

dwiwarna                   reinkarnas

ekawarna                   saptakrida

ekstrakurikuler          semiprofesional

elektroteknik             subseksi

infrastruktur              swadaya

inkovensional            telepon

introspeksi                 transmigrasi

kolonialisme              tritunggal

kosponsor                  ultramode
e.         Imbuhan dirangakaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk
singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.

Misalnya:

mem-PHK-kan, di-PTUN-kan, di-upgrade, me-recall.

Catatan:

(1)     Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di
antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).

Misalnya:

non-Indonesia                pan-Afrikanisme

(2)     Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan
kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.

Misalnya:

Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih

3.        Bentuk Ulang dan Kata Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Misalnya:

anak-anak                                        gerak-gerik

biri-biri                                            huru-hara

buku-buku                                       lauk-pauk

bumiputra-bumiputra                      mondar-mandir
centang-perenang                            porak-poranda

hati-hati                                           ramah-tamah

hulubalang-hulubalang                    sayur-mayur

kuda-kuda                                       tukar-menukar

kupu-kupu                                       tunggang-langgang

kura-kura                                        terus-menerus

laba-laba                                         berjalan-jalan

mata-mata                                       menulis-nulis

sia-sia                                              dibesar-besarkan

undang-undang

4.        Gabungan Kata

a.         Gabungan kata yang lazim disebut kata maje-muk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.

Misalnya:

duta besar                                          mata pelajaran

orang tua                                           simpang empat

kambing hitam                                  meja tulis

persegi panjang                                 kereta api cepat

luar biasa                                           model linear

rumah sakit umum

b.        Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan


pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara
unsur yang bersangkutan.
Misalnya:

alat pandang-dengar                                                buku sejarah-baru

ibu-bapak kami                                  orang-tua  muda

anak-istri  saya                                   mesin-hitung  tangan

watt-jam

c.         Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

Misalnya:

acapkali                                 manakala

adakalanya                            manasuka

akhirulkalam                          mangkubumi

alhamdulillah                         matahari

astagriullah                            olahraga

bagaimana                             padahal

barangkali                              paramasastra

beasiswa                                peribahasa

belasungkawa                        puspawarna

bilamana                                radioaktif

bismillah                                saptamarga

bumiputra                              saputangan

daripada                                saripati

darmabakti                            sebagaimana

darmasiswa                           sediakala

darmawisata                          segitiga


dukacita                                sekalipun

halalbihalal                            silalurahmi

hulubalang                             sukacita

kacamata                               sukarela

kasatmata                              sukaria

kepada                                  syahbandar

keratabasa                             titimangsa

kilometer                               wasalam

5.        Pemenggalan Kata

a.         Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.

1)        Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu.

Misalnya:

ma-in

sa-at

bu-ah

2)        Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata


tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.

Misalnya:    
au-la bukan a-u-la
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan am-bo-i
 

3)        Jika di tengah kata ada huruf  konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:

Ba-pak                  ba-rang            su-lit                la-wan            

de-ngan                ke-nyang         mu-ta-khir

4)        Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah
diceraikan.

Misalnya:

Man-di                  Som-bong        Swas-ta

Cap-lok                 Ap-ril               Bang-sa

5)        Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.

Misalnya:

in-stru-men           ul-tra

in-fra                     bang-krut

ben-trok                ikh-las

b.        Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, terma-suk awalan yang mengalami


perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya,
dapat dipenggal pada per-gantian baris.

Misalnya: 

makan-an                   me-rasa-kan    

mem-bantu                pergi-lah

Catatan:

1)        Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.


2)        Akhiran -i tidak dipenggal.

3)        Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemeng-galan kata dilakukan


sebagai berikut.

Misalnya:

te-lun-juk       si-nam-bung                ge-li-gi

c.         Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur
itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah penjelasan di atas.

Misalnya:

Bio-gra-fi                              bi-o-gra-fi

Foto-grafi                              fo-to-gra-fi

Kilo-meter                             ki-lo-me-ter

Keterangan:

Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan bagan khusus.

6.        Partikel

a.         Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang


mendahuluinya. Misalnya:

a)      Bacalah  buku itu baik-baik.

b)      Apakah  yang tersirat dalam surat itu?

c)      Apatah  gunanya bersedih hati?

b.        Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.


Misalnya:

a)      Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.

b)      Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.

c)      Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.

d)     Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.

Catatan:

Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun,


bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun,
sungguhpun,  dan  walaupun  ditulis se-rangkai.

Misalnya:

a)      Adapun  sebab-sebabnya belum diketahui.  Bagaimanapun  juga akan dicobanya


menyelesaikan tugas itu.

b)      Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.

c)      Sekalipun  belum memuaskan, hasil pekerjaan  dapat dijadikan pegangan.

d)     Walaupun  miskin, ia selalu gembira.

c.         Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

Misalnya:

a)      Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.

b)      Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.

c)      Harga kain itu Rp2.000.00 per helai.

7.        Singkatan dan Akronim

a.         Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1)        Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan
tanda titik.

Misalnya:

A.S.  Kramawijaya

Muh.  Yamin

Suman Hs.

Sukanto SA.

M.B.A.                           master of business administration

M.Sc.                              master of science

S.E.                                sarjana ekonomi

S.Kar.                             sarjana karawitan

S.K.M.                           sarjana kesehatan masyarakat

Bpk.                               Bapak

Sdr.                                Saudara

Kol.                                Kolonel

2)        Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau


organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan
huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

Misalnya:

DPR                   Dewan Perwakilan Rakyat

PGRI                  Persatuan Guru Republik Indonesia

GBHN               Garis-Garis Besar Haluan Negara

SMTP                 sekolah menengah tingkat pertama

PT                       perseroan terbatas
KIP                    kartu tanda pengenal

  

3)        Singkatan umum yang terdiri atas tiga kata atau lebih diikuti satu tanda
titik. Misalnya:

dll.                      dan lain-lain

dsb.                    dan sebagainya

dst.                     dan seterusnya

hlm.                    halaman

sda.                     sama dengan atas

Yth.                    Yang terhormat

Tetapi:

a.n.                     atas nama

d.a.                     dengan alamat

u.b.                     untuk beliau

u.p.                     untuk perhatian

4)        Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.

Misalnya:

Cu                      kuprum

TNT                    trinitrotoluen

cm                      sentimeter

kVA                   kilovolt-ampere

l                          liter

kg                       kilogram
Rp                      rupiah

b.        Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun ga-bungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

1)        Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.

Misalnya:

ABRI                             Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

LAN                               Lembaga Administrasi Negara

PASI                              Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

IKIP                               Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

SIM                                surat izin mengemudi

2)        Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

Misalnya:

Akabri                Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Bappenas            Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Iwapi                  Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia

Kowani              Kongres Wanita Indonesia

Sespa                  Sekolah Staf Pimpinan Administrasi

3)        Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruh-nya ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya:

Pemilu                pemilihan umum


radar                   radio detecting and ranging

rapim                  rapat pimpinan

rudal                   peluru kendali

tilang                  bukti pelanggaran

Catatan:

Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:


(1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata
Indo-nesia. (2) Akronim dibentuk dengan meng-indahkan keserasian kombinasi vokal
dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indo-nesia yang lazim.

 8.        Angka dan Lambang Bilangan

a.         Angka dipakai untuk menyatakan lambang bi-langan atau nomor. Di dalam


tulisan lazim di-gunakan angka Arab atau angka Romawi.

Angka Arab            : 0, 1, 2, 3, 4,5,6, 7, 8, 9

Angka Romawi      : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D(500),

M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)

Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.

1)        Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii)
satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.

Misalnya:

0,5 sentimeter                 1 jam 20 menit

5 kilogram                      pukul 15.00

4 meter persegi               tahun 1928

10 liter                            17 Agustus l945


Rp5.000,00                    50 dolar Amerika

US$3.50*                       10 paun Inggris

$5.10*                            100 yen

¥100                               10 persen

2.000 rupiah                   27 orang

* Tanda titik di sini merupakan tanda decimal

2)        Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau
kamar pada alamat.

Misalnya:

Jalan Tanah Abang I No. 15

Hotel Indonesia, Kamar 169

3)        Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

Misalnya:

Bab X, Pasal 5, halaman 252

Surah Yasin: 9

4)        Penulisan lambang bilangan dengan huruf di-lakukan sebagai berikut.

a)        Bilangan utuh

Misalnya:

dua belas                                         12

dua puluh dua                                 22


dua ratus dua puluh dua                 222

b)        Bilangan pecahan

Misalnya:

setengah                           ½

tiga perempat                    ¾

seperenam belas                1/16

tida dua pertiga                3 2/3

seperseratus                      1/100

satu persen                        1%

                       

5)        Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.

Misalnya:

Paku Buwono X

Paku Buwono ke-10

Paku Buwono kesepuluh

Bab II

Bab ke-2

Bab kedua

Abad XX

Abad ke-20

Abad kedua puluh

Tingkat V

Tingkat ke-5
Tingkat kelima

6)        Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang


berikut:

Misalnya:

Tahun ’50-an                  atau     tahun lima puluhan

Uang 5000-an                atau     uang lima ribuan

uang lima 1000-an          atau     uang lima seribuan

7)        Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti
dalam perincian dan pemaparan.

Misalnya:

a.         Amir menonton drama itu sampai tiga kali.

b.        Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.

c.         Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju,


dan 5 orang memberikan suara blangko.

d.        Kendaraan yang ditempah untuk pengang-kutan umum terdiri


atas 50 bus, 100 heli-cak, 100 bemo.

8)        Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat di-ubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyata-kan dengan satu atau dua
kata tidak terdapat pada awal kalimat.

Misalnya:

Lima belas  orang tewas dalam kecelakaan itu.  Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.

Bukan:

15  orang tewas dalam kecelakaan itu.


250  orang tamu diundang Pak Darmo.

Dua ratus lima puluh  orang tamu diundang  Pak Darmo.

9)        Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca.

Misalnya:

Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta  rupiah.

Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta  orang.

10)    Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di
dalam do-kumen resmi seperti akta dan kuitansi.

Misalnya:

Kantor kami mempunyai dua puluh orang pe-gawai.

Di lemari itu tersimpan 805 buku dan ma-jalah.

Bukan:

Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.

Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima)  buku dan majalah.

11)    Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

Misalnya:

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan


puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

9.        Kata Ganti -ku, kau-, -mu, dan -nya


Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -
mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Apa yang kumiliki boleh kauambil.

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

10.    Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan
daripada.

Misalnya:

a.      Kain itu terletak di dalam lemari. Bermalam semalam di sini.

b.      Di  mana Siti sekarang?  Mereka ada di rumah.

c.      la ikut terjun ke tengah kancah perjuangan. Ke  mana saja ia selama ini?

d.     Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan. Mari kita berangkat ke pasar.

e.      Saya pergi ke sana-sini mencarinya. Ia datang dari Surabaya kemarin.

Catatan:

Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.

a.       Si Amin tebih tua daripada Si Ahmad.

b.      Kami percaya sepenuhnya kepada kakaknya. Kesampingkan  saja persoalan yang


tidak penting itu.

c.       Ia masuk, lalu keluar lagi.

d.      Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.

e.       Bawa kemari gambar itu.

f.       Kemarikan  buku itu.


g.      Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.

11.    Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.

Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

Penulisan gelar pada kalimat dibawah ini yang benar adalah  . . . .

Pilih salah satu: C


a. Diah: S.Si
b. Fulan M.Hum.
c. Suryani, M.Hum.

Anda mungkin juga menyukai