Anda di halaman 1dari 54

PEDOMAN UMUM EJAAN

YANG
DISEMPURNAKAN(PUEBI)

1
 Pengertian Ejaan:
 Ejaan adalah seperangkat aturan
atau sistem yang harus dipedomani,
terutama dalam bahasa Tulis.
 Ruang Lingkup Ejaan:
 Penulisan Huruf
 Penulisan Kata dan Istilah2
 Penulisan Tanda Baca

2
Sejarah Perkembangan Ejaan di Indonesia
 Dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia,
ada 5 ejaan yang sempat diresmikan
penggunaannya, yaitu:

 1.Ejaan Van Ophuijsen, resmi diakui oleh pem.


kolonial Belanda th 1901
Cirinya: i ---- ii, y (mulaii, Surabaiia, kaiia, kebaiia)
y----- j ( jang/yang, pajung/payung,pajah)
u-----oe (Soeharto, Soekarno, goeroe, itoe
k-----’/diakritik (ma’mur, ta’, pa’)

3
 2. Ejaan Republik/Soewandi, tahun 1947
Cirinya:oe------ u
tanda diakritik (‘) -------- k
kata ulang menggunakan angka 2
di sebagai kata depan dan awalan
sama cara penulisannya
tj, dj, sj, ch
3. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)
disebabkan gonjang-ganjing saat itu,
ejaan ini gagal digunakan

4
 4. Ejaan Yang Desimpurnakan (EYD),
1972
Cirinya:
tj------c
dj------j
sj-----sy
ch-----kh
nj-----ny
hanya ada 3 diftong (ai,au, oi)
kata ulang pakai tanda hubung (-)

5
 5. PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia
Cirinya, sebagian besar sama dengan EYD, Ada
beberapa penambahan dan pengurangan.

Penambahannya: Ada 4 diftong (sebelunya 3)


julukan ditulis huruf kapital

Pengurangannya: penulisan lema kamus tidak


menggunakan huruf kapital
(sebelumnya menggunakan
huruf kapital)

6
Pengertian Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah
kaidah cara penggunaan bahasa Indonesia untuk
keteraturan dan keseragaman bentuk terutama
dalam bahasa penulisan. Keteraturan bentuk akan
memberi ketepatan dan memperjelas makna dari
bahasa itu sendiri dalam penggunaannya.

7
Sejarah dan Perkembangan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
A. Sejarah Ejaan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan yang berlaku sejak tahun
1972, ejaan ini menggantikan ejaan yang sebelumnya dugunakan oleh Ejaan Republik
atau Ejaan Soewandi.

Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Noomor 57 tahun


1972, sistem ejaan berlaku Latin untuk Melayu (“Rumi” dalam bahasa Melayu
Malaysia) dan Indonesia. Di Malaysia, ejaan ini disebut Ejaan Bersama Rumi (EBR).
Pada hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-XXVII, tanggal 17 Agustus 1972
diresmikanlah pemakaian ejaan baru untuk Indonesia oleh Presiden Reublik Indonesia.
Dengan Keputusan Presiden nomor 57 tahun 1972, ejaan ini dikenal sebagai
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Pada tanggal 12 OKtober 1972, Komite Pembangunan Indonesia Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan aturan penggunaan. Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975
memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”
dan “Pedoman Umum Pembentukan Istilah” 8
B. Perkembangan Ejaan
Revisi 1987
Pada tahun 1987, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 0543/U/1987 tentang perbaikan “Spelling Pedoman Umum
Indonesia Ditingkatkan”. Keputusan Menteri ini meningkatkan EYD
edisi 1975
Revisi 2009
Pada tahun 2009, Kementrian Pendidikan Nasional mengeluarkan
Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 46 Tahun
2009 tentang perbaikan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan”. Dengan dikeluarkan peraturan ini, di EYD 1987 edisi
berubah dan tidak lagi berlaku

9
Kebijakan-kebijakan baru yang ditetapkan dalam EYD, yakni

A. Penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata


• Penggunaan Huruf Kapital
a.Jabatan tidak diikuti nama orang
b.Huruf pertama nama bangsa
c.Nama geografi sebagai nama jenis
d.Setiap unsur bentuk ulang sempurna
e.Penulisan kata depan dan kata sambung
• Penulisan Huruf Miring
a.Penulisan nama buku
b.Contoh: Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat
Kabar Bandung Pos.
c.Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
d.Contoh: boat modeling, aeromodeling, motorsport.
e.Penulisan kata ilmiah
f.Contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda,
lactobacillus, dsb.
10
• Penulisan Kata Turunan
a.Gabungan kata dapat awalan akhiran
Butir 3 pedoman kata turunan menegaskan, jika bentuk dasar yang
berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata itu ditulis serangkai
a.Gabungan kata dalam kombinasi
Butir 4 pedoman penulisan kata turunan menyatakan, jika salah satu
unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai
• Penulisan Gabungan Kata
a.Penulisan gabungan kata istilah khusus
Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan, gabungan kata,
termasuk istilah khusus.
a.Penulisan gabungan kata serangkai
Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan kata
berikut harus ditulis serangkai.
11
B. Penggunaan EYD yang benar pada partikel,
singkatan, akronim, dan angka.
1) PENULISAN PARTIKEL
a.Penulisan partikel pun
Butir 2 tentang penulisan partikel mengingatkan,
partikel pun dituliskan terpisah dari kata yang
mendahuluinya.
a.Penulisan partikel per
Butir 3 tentang penulisan partikel menyebutkan,
pertikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis
terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau
mengikutinya.
12
2) PENULISAN SINGKATAN
a. Penulisan singkatan umum tiga huruf
b. Penulisan singkatan mata uang

3) PENULISAN AKRONIM
a. Akronim nama diri
Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa
gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
a. Akronim bukan nama diri
Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang
berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf
kecil.
13
4) PENULISAN ANGKA

Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka yaitu

1. angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor.


Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
2. angka digunakan untuk menyatakan :
•ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
•satuan waktu,
•nilai uang, dan
•kuanitas.
3. angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,
aparteman, atau kamar pada alamat.
4. angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat
kitab suci.
14
5) PENULISAN LAMBANG BILANGAN
1. Penulisan lambang bilangan satu-dua kata
Pedoman EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang
dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali
jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam
perincian dan pemaparan.
2. Penulisan lambang bilangan awal kalimat
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika
perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
3. Penulisan lambang bilangan utuh
Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja
sebagian supaya lebih mudah dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD
ini sangat sejalan dengan kaidah bahasa jurnalistik yang senantiasa
menuntut kesederhanaan dan kemudahan.
15
4. Penulisan lambang bilangan angka-huruf
5. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan
huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen
resmi seperti akta dan kuitansi.

C. Penggunaan Tanda Baca


1. Tanda Titik (. )
•Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang
bukan pertanyaan atau seruan.
•Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama
orang.
•Tanda titik dipakai pada akhir singkatan
gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
16
2. Tanda Koma ( , )
•Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
•Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapidan melainkan.
3. Tanda Titik Koma (; )
•Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian¬bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
Misalnya: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
•Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di
dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran
pilihan pendengar.
4. Tanda Titik Dua ( : )
•Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
•Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.

17
Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun;
ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan
nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri
asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
4. Tanda Titik Dua ( : )
•Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu
pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian
atau pemerian.
•Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau
ungkapan yang memerlukan pemerian.
18
5. Tanda Hubung ( – )
•Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah
oleh pergantian baris.
•Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di
belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
•Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
6. Tanda Pisah ( – )
•Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
•Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang
lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
7. Tanda Elipsis ( … )
•Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
•Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada
bagian yang dihilangkan.
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.

19
8. Tanda Tanya ( ? )
•Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya
•Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung
untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
9. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau
pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau
yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
20
Misalnya: Ayah mengurus tanaman di
kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan
nasional; saya sendiri asyik mendengarkan
siaran pilihan pendengar.
4. Tanda Titik Dua ( : )
•Tanda titik dua dipakai pada akhir
suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
•Tanda titik dua dipakai sesudah kata
atau ungkapan yang memerlukan
pemerian. 21
11. Tanda Petik (“… “)
1.Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama
tinggi di sebelah atas baris.
2.Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai
dalam kalimat.
12. Tanda Petik Tunggal ( ‘ … ‘ )
•Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
•Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan
asing (Lihat pemakaian tanada kurung)
13. Tanda Ulang ( …2 ) (angka 2 biasa)
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan
pengulangan kata dasar.
14. Tanda Garis Miring ( / )
1.Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
2.Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau
nomor alamat.
15. Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ‘ )
Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.
22
KATA BAKU, KATA TIDAK BAKU,
DAN KATA SERAPAN

23
KATA BAKU
DAN KATA TIDAK BAKU

Kata baku  kata yang mengikuti kaidah


bahasa yang telah ditentukan.

Kata tidak baku ► kata yang tidak


mengikuti kaidah bahasa yang berlaku.

24
Kaidah atau peraturan dalam bahasa
Indonesia meliputi
 Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan
 Kamus Besar Bahasa Indonesia
 Buku Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia

25
Contoh
A. Penulisan Kata Dasar
No Tidak Baku Baku
1 abjat abjad
2 Bis bu s
3 cabe cabai
4 dekoratip dekoratif
5 extra ekstra
6 formil formal
7 gisi Gizi
26
No Tidak Baku Baku
8 hakekat hakikat
9 ijin izin
10 jaman zaman
11 kwitansi kuitansi
12 lobang lubang
13 mubadir mubazir
14 nampak tampak
15 obyek objek
27
No Tidak Baku Baku
16 pasport paspor
17 Qur’an Quran
18 Rebo Rabu
19 sistim sistem
20 tauladan teladan
21 ujud wujud
22 villa vila
23 waqaf wakaf
24 Yudikama Yudikatif
Mall mal 28
B. Contoh Penulisan Kata Jadian
No Tidak Baku Baku
1 mempel mengepel
2 bertanggungjawab bertanggung jawab
3 mentaati menaati
4 berterbangan beterbangan
5 mentertawakan menertawakan

29
C. Contoh Penulisan Kalimat

1. Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan


pada tanggal 17 Agustus 1945.

Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan


pada tanggal 17 Agustus 1945.

30
2. Semua peserta daripada pertemuan
itu sudah pada hadir.

Semua peserta pertemuan itu sudah


hadir.

31
3. Bilang dahulu dong sama saya
punya bini.

Bicarakan dahulu dengan istri saya.

32
4. Panitia harus membuat laporan
pertanggungan jawab kegiatan.

Panitia harus membuat laporan


pertanggungjawaban kegiatan.

33
5. Tolong, potokopykan ijasah ini
rangkap lima.

Tolong, fotokopikan ijazah ini


rangkap lima.

34
6. Memang kebangetan itu anak
belum mandi sudah makan gado-
gado.

Memang keterlaluan anak itu belum


mandi sudah makan gado-gado.

35
KATA SERAPAN

Kata Serapan
 Perbendaharaan kata bahasa Indonesia

yang berasal dari bahasa lain, seperti


bahasa daerah dan bahasa asing.

36
A. Contoh Pengaruh Perbendaharaan
Kata
 bahasa Jawa : lowongan, beres,
pamong praja, sewenang-wenang
 bahasa Sunda: camat, anjangsana,
meriang, sewajarnya, mendingan
 bahasa Minangkabau: cetus, heboh,
lamban cemooh, ejek
 bahasa Sansekerta: perdana, perkara,
agama, bijaksana, sengsara, surga
37
 bahasa Arab: ikhtiar, hikmah, khidmat,
mahkamah, akhlak, majelis
 bahasa Tionghoa: lonceng, sampan,
sinshe, bakpau, tauco
 bahasa Inggris: badminton, kiper, raket,
notes, parlemen
 bahasa Belanda: program, komandan,
pitlot, motor, persekot, pelopor, radio,
gerilya
38
B. Contoh Pengaruh Imbuhan

Awalan Makna Contoh


a- tidak asusila, asosial, amoral
an- tidak anorganik, anaerob
ab- tidak abnormal
i- tidak irasional, imoral
im- tidak improduktif, desentralisasi,
de- tidak demobilisasi
non- tidak nonblok, nonpolitik
re- kembali reorganisasi, regenerasi

39
Awalan Makna Contoh
swa- sendiri swadaya, swabelajar
dwi- dua dwiwarna, dwibahasa
pra- sebelum prasejarah, prakata
eks- bekas eks pejuang, eks pelajar
para- banyak para tamu, para siswa
pramu- pembantu pramuwisma, pramuniaga
serba- semua serbaada, serbaguna
tuna- Kurang tunawisma, tunanetra
maha- besar mahasiswa, mahabesar
antar- antara antarkota, antarpulau

40
Awalan/ Makna Contoh
akhiran
kontra- menentang kontrasepsi, kontrarevolusi
hiper- lebih hipertensi, hiperaktif
semi- setengah semifinal, semipermanen
nara- orang narapidana, narasumber
anti- lawan antipenjajah, antinarkoba
i- bersifat alami
wi- bersifat duniawi, manusiawi
-is sifat dinamis, ekonomis
orang nasionalis, pancasilais

41
Awalan Makna Contoh
-if sifat produktif, agresif
-ah sifat jasmaniah, rohaniah
-wan orang wartawan, fisikawan
-man orang budiman, seniman
-wati orang seniwati, karyawti
-or orang narator, koruptor
orang
-om orang ekonom, astronom
-og orang psikolog
-us orang musikus, politikus
-isasi proses nasionalisasi, modernisasi

42
C. Contoh Penulisan Unsur Serapan

No Kata Asing Kata Serapan


1 audiogram audiogram
2 central sentral
3 accalamation aklamasi
4 vaccine vaksin
5 octaaf oktaf
6 technique teknik
7 machine mesin
43
No Kata Asing Kata Serapan

8 check cek
9 castra sastra
10 effective efektif
11 system sistem
12 geometry geometri
13 factor faktor
14 riem rim
15 pasient Pasien
analisys Analisis
riscan risiko 44
No Kata Asing Kata Serapan

16 contingent kontingen
17 komfoor kompor
18 cartoon kartun
19 coordination koordinasi
20 phase fase
21 aquarium akuarium
22 frequency frekuensi
23 rhythm ritme
24 schema skema

45
Kesalahan umum penggunaan bahasa Indonesia ,ragam bahasa ilmiah,
judul karya tulis dan daftar pustaka.
Kesalahan Umum Penggunaan Bahasa Indonesia
(1) Kata depan yang dilesapkan
Keliru: Sesuai buku.
Benar: Sesuai dengan buku.
Terjadi pelesapan (penghilangan) kata "dengan"
Keliru: SD ini terdiri 6 kelas
Benar: SD ini terdiri atas 6 kelas.
Terjadi pelesapan (penghilangan) kata "atas"
Keliru: dibanding orangtuanya.
Benar: jika dibanding dengan orangtuanya.
Terjadi pelesapan (penghilangan) kata "jika" dan "dengan"
Kata depan disebut juga "preposisi", fungsinya merangkaikan kata-kata
atau bagian kalimat dan biasanya diikuti oleh nomina atau pronomina.
Contoh kata depan --> di, ke, dari, untuk, guna, hingga, hampir, demi,
atas. 46
(2) Mengawali kalimat dengan "sedangkan" dan "sehingga"
"sedangkan" dan "sehingga" berjenis kata sambung, fungsinya
menghubungkan dua frasa atau klausa. Tidak seharusnya kata ini
mengawali kalimat
Keliru: Ani suka makan apel. Sedangkan Andi suka makan jeruk.
Benar: Ani suka makan apel. Sementara itu, Andi suka makan
jeruk.
atau ...
Keliru: Ani suka makan apel. Sedangkan Andi suka makan jeruk.
Benar: Ani suka makan apel, sedangkan Andi suka makan jeruk.
Keliru: Mincob tidak mengerjakan PR. Sehingga ia harus
dihukum.
Benar: Mincob tidak mengerjakan PR. Akibatnya, ia harus
dihukum.
atau ...
Keliru: Mincob tidak mengerjakan PR. Sehingga ia harus
dihukum.
47
Benar: Mincob tidak mengerjakan PR sehingga ia harus
(3) Kalimat diawali "dengan" atau "untuk" tanpa pokok kalimat (subjek)
Keliru: Dengan kondisi demikian membuatnya tidak bisa masuk sekolah.
Benar: Kondisi tersebut membuatnya tidak bisa masuk sekolah.
(4) Kata kerja mengawali kalimat secara keliru.
Keliru: Mendengar penuturan Ibu, kami jadi tersadar atas kesalahan kami.
Benar: Melalui penuturan ibu, kami jadi tersadar atas kesalahan kami
Keliru: "Menyusul aksi pembakaran bendera Indonesia, Asosiasi Importir Indonesia
mengancam
akan memboikot barang impor dari Australia."
Benar: Akibat/Sebagai reaksi atas aksi pembakaran bendera Indonesia, Asosiasi Imp
Ind
mengancam akan memboikot barang impor dari Australia.
(5) Kata kerja diikuti kata depan sebagai penyerta
Keliru : Setiap orang memahami tentang apa yang terjadi dalam dirinya.
Benar: Setiap orang memahami apa yang terjadi dalam dirinya.
Keliru: Mereka mempersoalkan tentang peranan agama dalam kehidupan.
Benar: Mereka mempersoalkan peranan agama dalam kehidupan.

48
Ragam ilmiah ialah ragam bahasa keilmuan, yaitu
corak dan ciri bahasa yang digunakan dalam penulisan karya
ilmiah. Ragam bahasa ilmiah harus dapat menjadi wahana
pemikiran ilmiah yang tertuang dalam teks karya ilmiah.
Pengertian ragam bahasa ilmiah dan karakteristik ragam
ilmiah dalam bahasa Indonesia diuraikan berikut ini.
1. Pengertian Ragam Ilmiah
Ilmiah itu merupakan kualitas dari tulisan yang membahas
persoalan-persoalan dalam bahasa Indonesia bidang ilmu
tertentu. Kualitas keilmuan itu didukung juga oleh
pemakaian bahasa dalam ragam ilmiah. Jadi, ragam bahasa
ilmiah itu mempunyai sumbangan yang tidak kecil terhadap
kualitas tulisan ilmiah. Ragam ilmiah merupakan pemakaian
bahasa yang mewadahi dan mencerminkan sifat keilmuan
dari karya ilmiah.
49
2. Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Karakteristik ragam bahasa ilmiah ialah: (1)
mencerminkan sikap ilmiah, (2) transparan, (3) lugas,
(4) menggunakan paparan (eksposisi) sebagai bentuk
karangan yang utama, (5) membatasi pemakaian
majas (figures of speech), (6) penulis menyebut diri
sendiri sebagai orang ketiga (penulis, peneliti), (7)
sering menggunakan definisi, klasifikasi, dan analisis,
(8) bahasanya ringkas tetapi padat, (9) menggunakan
tata cara penulisan, dan format karya ilmiah secara
konsisten (misalnya dalam merujuk sumber dan
menyusun daftar pustaka), (10) dan menggunakan
bahasa Indonesia baku.
50
Judul Karya Tulis
Menulis judul karya tulis sesuai EYD (Ejaan yang
Disempurnakan).
1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata.
2. Gunakan huruf kecil hanya untuk kata-kata yang bersifat
partikel, kecuali ia terletak di awal judul. Kata-kata yang
tergolong sebagai partikel, yaitu konjungsi (kata penghubung),
preposisi (kata depan), dan interjeksi (seruan perasaan).
Contohnya:
di, ke, dari, dan, atau, yang, untuk, dengan, dalam, pada,
kepada, sebagai, terhadap, jika, maka, tapi, karena, tentang,
agar, supaya, hingga, sejak, pun, per, demi, si, meskipun,
secara, seperti, ialah, ah, oh, deh, dong, kok.
51
3. Hanya kata ulang sempurna yang semua unsurnya diawali dengan huruf kapital. Jadi, tidak
termasuk kata ulang berubah bunyi dan kata ulang berimbuhan.
Kata ulang sempurna.
· Misalnya murid-murid, jalan-jalan, partai-partai, samar-samar, masalah-masalah, bukit-bukit,
surat kabar-surat kabar, dan buku-buku.
Dengan demikian, judul artikel "Pengesahan Undang-Undang yang Baru" adalah benar, dan
bukan dengan Undang-undang
· Kata ulang berubah bunyi.
Contohnya: kocar-kacir; gerak-gerik; sayur-mayur; lauk-pauk; kacau-balau; pernak-pernik.
Contoh penulisan judul yang benar dengan kata ulang tersebut: Harga Sayur-mayur di Pasar
Naik. Ditulis dengan satu huruf kapital, Sayur-mayur, bukan Sayur-Mayur.

52
Misalnya: Ayah mengurus tanaman di
kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan
nasional; saya sendiri asyik mendengarkan
siaran pilihan pendengar.
4. Tanda Titik Dua ( : )
•Tanda titik dua dipakai pada
akhir suatu pernyataan lengkap
bila diikuti rangkaian atau
pemerian.
•Tanda titik dua dipakai sesudah
kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.

53
TERIMA KASIH

54

Anda mungkin juga menyukai