Penerapan EYD sebagai salah satu kriteria kelayakan sebuah naskah. Kasus
pertama yaitu terkadang tidak mampunya Pedoman EYD menjawab beberapa
persoalan dalam masalah tatatulis naskah, baik dalam penggunaan kata baku,
istilah, tanda baca, maupun singkatan/akronim. Kasus kedua yaitu kurangnya
pemahaman penulis naskah, termasuk penerjemah, terhadap EYD itu sendiri
sehingga kesalahan-kesalahan elementer dalam penulisan naskah masih sering
terjadi, seperti penggunaan kata nonbaku dan penggunaan tanda baca yang
keliru.Itu mengakibatkan pertumbuhan ekonomi memiliki potensi lambat.
1. PENULISAN PARTIKEL
Pedoman EYD mengingatkan, singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf
atau lebih diikuti satu tanda titik. Kaidah bahasa jurnalistik dengan tegas
melarang pemakaian singkatan umum seperti ini dalam setiap karya
jurnalistik seperti tajuk renacana, pojok, artikel, kolom, surat pembaca,
berita, teks foto, feature. Bahasa jurnalistik juga dengan tegas melarang
penggunaan singkatan jenis ini dalam judul tajuk, artikel, surat pembaca,
atau judul-judul berita.
3. PENULISAN AKRONIM
Pertama, akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim
yang bukan nama diri berupa gabungan huruf.
Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku
kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan
huruf awal huruf kapital.
b. Akronim bukan nama diri
Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa
gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Pertama, jumlah suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim
pada kata Indonesia. Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan
mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan
pola kata Indonesia yang lazim.
4. PENULISAN ANGKA
2) satuan waktu,
4) kuanitas.
Dari delapan jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD,
empat diantaranya perlu dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan
dalam Pedoman EYD, belum tentu dibolehkan pula dalam bahsa jurnalistik.
a. Penulisan lambang bilangan satu-dua kata
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat
sejalan dengan kaidah bahasa jurnalistik yang senantiasa menuntut
kesederhanaan dan kemudahan.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. (ash3).com
1. Tanda Titik (. )
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan.
Misalnya :
Misalnya :
A. S. Kramawijaya
Muh. Yamin
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan
Misalnya :
Dr. (Doktor)
2. Tanda Koma ( , )
Misalnya :
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi dan
melainkan.
Misalnya :
b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara
di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila
diikuti rangkaian atau pemerian.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya:
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
BACA JUGA :
Hari : Senin
6. Tanda Hubung ( - )
-ru juga.
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan
terdapat satu huruf saja pada ujung baris.
-ukur panas.
ngukur kelapa.
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada
pangkal baris.
7. Tanda Pisah ( - )
9. Tanda Tanya ( ? )
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
atau rasa emosi yang kuat.
Merdeka!
d) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup
saja.
(a) alam,
(c) modal.
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja,
dan (c) modal.
a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat
di dalam naskah asal.
Misalnya: (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat BabI] tidak
dibicarakan.)
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila
dipakai dalam kalimat.
Misalnya: Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari
Suatu Tempat.
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk
menyatakan pengulangan kata dasar.
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau
nomor alamat.
Misalnya: mahasiswa/mahasiswi
Harganya Rp 15,00/lembar
Misalnya: Ali 'kan kusurati ('kan = akan) Malam 'lah tiba ('lah = telah)
A. Pengertian Paragraf yang efektif
1. Fungsi Paragraf
Fungsi paragraf antara lain :
a. Untuk mengekspresikan gagasan utama yang ingin di sampaikan oleh
penulis
b. Untuk menjelaskan keseluruhan ide pokok dengan mudah, logis, dan
sistematis.
c. Untuk menandai pergantian gagasan baru, jika karangan tersebut
memiliki lebih dari satu gagasan utama.
d. Untuk membantu pembaca memahami gagasan utama sebuah
karangan.
e. Untuk memudahkan pengendalian variable, jika karangan berisi lebih
dari satu variable.
f. Untuk membantu penulis menyusun dan mengembangkan ide yang
akan dituangkan dalam karangannya, yang berhubungan dengan topic
yang akan di bahas.
2. Jenis-jenis Paragraf
Jenis-jenis paragraph ada 4 :
a. Paragraph Deskripsi
Paragraf jenis ini berisi kalimat-kalimat yang mendeskripsikan,
menggambarkan sesuatu.
Misalnya deskripsi kota Bandung pada pagi hari.
Perhatikan contoh berikut :
Bandung masih diselimuti kabut. Orang-orang baru satu dua yang lalu
lalang. Kendaraan hanya kadang-kadang terdengar menderu. Yang
tampak dominan adalah para petugas kebersihan kota. Mereka sibuk
membersihkan sampah. Mereka bekerja dengan riang. Kadang-kadang
mereka bersenanfung di sela-sela pekerjaannya. Perlahan tapi pasti
keramaian kendaraan di jalan betrtambah sedikit demi sedikit.
Bandung sedang menggeliat dari tidurnya.
b. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang berusaha menjelaskan
sesuatu atau memberikan sesuatu. Penjelasan atau pemberian
seringkali bertolak dari satu definisi.
Contoh :
Kota Bandung adalah salah satu Ibu Kota Propinsi dari sekian banyak
propinsi di Indonesia, yaitu Propinsi Jawa Barat. Sebagai Ibu Kota
Propinsi Kota Bandung juga amat di kenal sebagai Kota Asia Afrika,
yaitu kota tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika. Selain itu,
kota Bandung pun memiliki banyak julukan, diantaranya sebagai Paris
Van Java.
c. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang berusaha
meyakinkan bahwa hal yang dikemukakan adalah benar. Cara
meyakinkan kebenaran itu biasanya dengan cara mengajukan sejumlah
fakta.
Perhatikan contoh berikut :
Hampir semua orang yang pernah tinggal di kota Bandung menyatakan
merasa betah tinggal di kota tersebut. Bahkan, umumnya mereka
berusaha tetap tinggal di kota ini. Bisa mengerti mengapa mereka
merasa betah. Kota ini memiliki hawa yang sejuk. Tingkat
kriminalitasnya juga terlalu kecil bila di bandingkan dengan kota
setaranya, Surabaya dan Medan misalnya. Terdapat banyak lembaga
pendidikan tinggi negeri di dalamnya. Juga, kotanya tidak terlalu besar
seperti Jakarta, sehingga dari satu sudut kota ke sudut kota lainnya
tidak terlalu jauh. Itulah beberapa hal yang menyebabkan para
pendatang rela tinggal berdesakan di kota ini.
d. Paragraf Narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang berusaha menceritakan
peristiwa demi peristiwa yang di alami seorang tokoh.
Perhatikan contoh berikut :
Hari itu ia telusuri sudut demi sudut kota Bandung yang amat di
cintainya seolah-olah tidak mau ada satu pun sudut yang terlewatkan.
Setiap sudut yang di singgahinya menyisakan kenangan amat
mendalam baginya. Mula-mula ia telusuri sudut Setiabudi. Di wilayah
ini ia menyimpan amat banyak kenangan. Penelusuran dilanjutkan ke
wilayah balai kota dan sekitarnya. Di sini pun ia amat hanyut dengan
kenangan bersama-sama sahabatnya, juga kekasihnya. Lalu, ia
lanjutkan menyusuri wilayah alun-alun yang sekarang telah berubah
total dari masa dua puluh tahun yang lalu. Lagi-lagi ia terhanyut dalam
kenangan masa lalunya. Setiap tempat, setiap sudut kota itu, yang ada
hanyalah kenangan indah baginya, seluruhnya.
a. Paragraf Deduktif
Yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal paragraf.
Contoh :
Kota Bandung adalah kota yang paling kami cintai. Kota ini lebih
sejuk dari kota lain yang sama besarnya di Indonesia. Kota ini juga
lebih aman di bandingkan kota lainnya. Kota ini lebih kaya ragam
budayanya di banding kota lainnya yang sejenis.
b. Paragraf Induktif
Yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak pada akhir paragraf.
Contoh :
Secara ekonomi, kota ini sangat kondusif untuk berbisnis. Secara
budaya, kota ini amat kaya akan ragam budaya etnis. Penduduknya
relative terbuka terhadap unsur etnis yang berbeda-beda dan yang
memperkayanya. Secara geografis, kota ini terletak di daerah yang
relative tinggi, namun tidak terlalu tinggi yang membuat badan kami
membeku seperti es. Artinya, kota ini relative sejuk. Itulah antara lain
tiga hal yang membuat kami merasa amat kerasan tinggal di kota
Bandung ini.
d. Paragraf Tersebar
Yaitu paragraf yang kalimat utamanya atau gagasan utamanya tersebar
pada keseluruhan paragraf.
Contoh :
Tiba-tiba langit kota Bandung berubah menjadi gelap gulita. Petir
menyambar-nyambar. Angina menderu amat kencang. Listrik mati
mendadak. Hujan dating mengguyur amat tiba-tiba. Orang berlarian
mencari perlindungan. Klakson berbagai kendaraaan berbunyi
serempak. Mobil-motor saling bertubrukan. Para sopir saling memaki
di antara mereka. Pak polisi kebingungan menertibkan keadaan.
4. Syarat Pembentukan Paragraf
Ketika kita menulis sebuah artikel, membutuhkan bahasan dan
bahasa yang indah agar pembaca tertarik. Tentu, selain bahasan dan topic
yang sempurna, kamu juga perlu memahami syarat dan struktur menulis
sebuah paragraf yang baik dan benar agar kalimat-kalimat yang dibentuk
menjadi padu, syarat suatu paragraf yang baik adalah sebagai berikut :
a. Kesatuan
Suatu paragraf harus dibangun dengan sebuah ide atau topic yang
jelas. Ide yang muncul ketika kamu ingin menulis sesuatu akan lebih
mantap jika diuraikan dari kalimat utama kemudian ke kalimat
penjelas sehingga membentuk satu kesatuan.
c. Kelengkapan
Ketika unsur paragraf dalam tulisan kamu ada yang hilang, maka
tulisan kamu bisa dibilang belum lengkap.
a. Kalimat topik
Yaitu kalimat yang di gunakan untuk memberi tahu pembaca
tentang topik apa yang akan di bicarakan dalam paragraf yang
sedang dibacanya itu.
Kalimat topik terdiri atas 2 unsur :
1. Topic yang akan di bicarakan itu sendiri
2. Kesan, pandangan, atau pendapat penulis tentang topic
tersebut. Unsur ini sering di sebut sebagai ide pengendali
(controlling idea )
Bagi penulis, kalimat topic itu membantu dia untuk :
1. Menyatukan focus paragraf
2. Memberikan peta jalan bagi pengembangan paragraf
3. Mengaitkan paragraf yang bersangkutan dengan ide utama
wacana ( misalnya, makalah ) yang menjadi induk paragraf itu.
4. Mendukung ide utama wacana yang menjadi induk paragraf
itu.
b. Kalimat penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang biasanya ditulis sesudah
kalimat topik. Fungsinya adalah mendukung pernyataan yang telah
diungkapkan penulis dalam kalimat topik.
c. Kalimat penutup
Kalimat penutup adalah kalimat yang paling akhir dalam suatu paragraf.
Fungsi kalimat ini adalah memberi sinyal atau tanda kepada pembaca
bahwa pembahasan dalam paragraf itu selesai. Dengan demikian
pembaca akan bersiap-siap untuk membahas hal lain dalam paragraf
berikutnya.
A. Pengembangan suatu Paragraf agar menjadi paragraf yang efektif
Dalam pengembangan suatu paragraf agar menjadi sebuah paragraf
yang efektif dapat menggunakan beberapa metode diantaranya, yaitu :
2. Metode Pandangan
Yaitu pengembangan gagasan dengan cara memandang sesuatu.
Contoh :
Dari lotengnya, ia memandang ke kejauhan. Nun jauh di bawah
terhampar kota Bandung yang luas. Di tengah-tengah kota itu tampak
alun-alun kota Bandung lengkap dengan Masjid Agungnya. Di sebelah
utara tampsk gedung menara BRI. Di sekitarnya tampak berbagai pusat
perbelanjaan mulai dari pasar Tradisional, hingga ke pusat
perbelanjaan Modern, seperti pasar Swalayan dan sejenisnya. Tampak
benar bedanya dengan keadaan dua puluh lima tahun lalu ketika ia
masih kecil. Ketika itu, ia masih bisa berkeliling alun-alun dan
sekitarnya hanya dengan menunggang delman. Keadaan alun-alun
waktu itu masih amat lengang dan leluasa tidak seperti sekarang yang
hiruk pikuk, padat oleh bangunan bertingkat dan kendaraan bermotor,
bukan kendaraan sejenis delman.
3. Metode Perbandingan dan Pertentangan
Yaitu pengembangan gagasan dengan menunjukkan persamaan dan
perbedaan obyek
Contoh :
Pendidikan yang berlangsung di rumah dengan pendidikan yang
berlangsung di sekolah amat berbeda. Di sekolah kurikulumnya jelas,
sedangkan di rumah bisa dikatakan tidak memiliki kurikulum. Bila di
rumah tidak ada bahan pembelajaran yang eksplisit maka di sekolah
bahan pembelajaran itu harus eksplisit dan di susun secara berencana.
Bila di sekolah ada ujian atau tes, di rumah tidak ada hal semacam itu.
Evaluasi bisa dilakukan dengan cara orang tua menegur anak-anak
ketika mereka melakukan kesalahan.
4. Metode Analogi
Yaitu pengembangan gagasan dengan membandingkan segi kesamaan
dua hal berbeda dengan ilustrasi.
Contoh :
Tehnik penceritaan dalam sastra modern bisa di analogikan atau
disamakan dengan cara kita bercerita kepada siapapun dalam suasana
lisan. Ada kalanya kita memaparkan peristiwa, da nada kalanya kita
mengalihkan pikiran tokoh yang kita ceritakan seolah-olah itu pikiran
kita yang bercerita. Dalam sastra modern pun demikian pula. Ada
tehnik yang di sebut wicara yang di laporkan berupa dialog-dialog
tokoh. Ada tehnik wicara yang di narasikan yaitu ketika pencerita
memaparkan peristiwa-peristiwa yang di alami tokoh. Ada pula tehnik
wicara alihan yaitu ketika pencerita mengalihkan wicara tokoh seolah-
olah wicaranya sendiri.
5. Metode Contoh
Yaitu pengembangan gagasan dengan contoh/ hal umum (generalisasi)
Contoh :
Penerapan tehnologi itu harus di iringi pula oleh usaha mempersiapkan
mental para pemakainya. Contohnya penggunaan boks telepon umum.
Karena masyarakat belum siap atau belum memiliki kesadaran yang
baik, boks telepon umum itu sering kali mereka pakai untuk buang air
kecil atau kencing. Mungkin saja kita bisa memahami mereka karena
kebelet pipis tetapi kenapa harus kencing di boks telepon umum ?.
6. Metode Proses
Yaitu poengembangan gagasan dengan mengemukakan
tindakan/perbuatan/peristiwa/rincian tahapan, detail tahapan.
Contoh :
Kecelakaan itu secara kronologis prosesnya sebagai berikut. Pertama,
Lampu setopan itu sudah menyala merah tetapi sopir angkotan kota
yang kami tumpangi itu tetep menerobosnya. Kedua, Kami pun
berusaha meperingatkannya dengan berbagai cara tetapi ia tidak
menghiraukannya. Tiga, tiba-tiba dari arah berlawanan ada sedan mau
belok kiri. Karena sedan itu dalam kecepatan tinggi lajunya, tidak bisa
di hindari tabrakan itupun terjadilah. Andai saja sedan itu tidak melaju
dengan kencang kendaraan itu bisa berhenti seperti kendaraan lainnya,
sekalipun kami harus menyumpah serapahi pengemudi angkot yang
sembrono itu. Terakhir, aku tidak sadar setelah terjadi tabrakan itu,
tahu-tahu aku sudah di rumah sakit brsama penumpang lainnya. Kami
semua luka-luka.
7. a. Metode sebab-Akibat
Yaitu pengembangan gagasan berupa rincian-rincian akibat suatu
sebab.
Contoh :
Anak-anak itu malas bekerja. Dapatkan mereka bertahan dalam
kemalasan ketika mereka lapar ? Karena malas bekerja, mereka
mencuri jemuran orang. Mereka menjual pakaian orang dengan harga
yang sangat murah. Karuan saja pembelinya curiga tapi di belinya
juga, sebagai tindakan pura-pura. Sementara ia menelpon polisi para
pencoleng itu makan di warung dengan enaknya. Ketika mereka
selesai makan, polisi sudah menjemput mereka dengan borgol di
tangan kanan dan pakaian orang di tangan kiri. Mereka tidak bisa
mengelak.
b. Metode Akibat-Sebab
yaitu pengembangan gagasan berupa rincian-rincian sebab suatu
akibat.
Contoh :
Mereka kini mendekam di penjara. Pertama, mereka mabuk-mabukan
di tempat umum. Kedua, mereka membuat keributan di tempat umum.
Ketiga, mereka membunuh orang-orang secara membabi buta.
Terakhir, merka melawan petugas ketika di tangkap. Itulah sebab-
sebab mereka di penjara seumur hidup.
8. a. metode Umum-Khusus
Yaitu pengembangan gagasan dengan cara mulai dari hal-hal umum ke
hal-hal khusus.
Contoh :
Anak-anak suka benar gula-gula. Mereka berusaha dengan berbagai
cara. Kadang-kadang mereka sembunyi-sembunyi dari orang tuanya.
Kadang-kadang pula mereka lupa bahwa mereka sembunyi-sembunyi
padahal sisa gula-gula itu masih menempel pada gigi mereka. Sring
kali mereka juga lupa menyimpan gula-gula itu di saku bajunya.
b. Metode khusus-Umum
Yaitu pengembangan gagasan dengan cara mulai dari hal-hal yang
khusus ke hal-hal yang umum.
Contoh :
Mereka senang sekali bermain sepakbola. Mereka kadang-kadang
bermain seharian, lupa makan, dan tidur siang. Mereka juga senang
membaca cerita. Itulah dunia anak-anak, dunia bermain.
9. Metode Klasifikasi
Yaitu pengembangan gagasan dengan cara mengelompokkan obyek
yang memiliki persamaan.
Contoh :
Berdasarkan kecerdasannya manusia di bagi atas 4 kelompok. Pertama,
Manusia yang jenius, kelompok ini sangat jauh melampau manusia
yang rata-rata. Kedua, Orang-orang pandai. Kelompok ini satu tingkat
di atas kelompok rata-rata. Tiga, Kelompok rata-rata, Yaitu kelompok
yang kepandaiannya biasa-biasa. Kelompok terakhir, Yaitu kelompok
lambat, yaitu kelompok manusia yang kepandaiannya di bawah rata-
rata.
10. Metode Definisi luas
Yaitu pengembangsn gagasan dengan cara memberi keterangan/arti
suatu istilah secara luas.
Contoh :
Karya sastra adalah ekspresi artistik manusia dengan menggunakan
bahasa. Tidak semua karya artistik menggunakan bahasa, juga tidak
semua ekspresi yang menggunakan bahasa adalah sastra. Oleh karena
itu yang di maksud dengan sastra atau karya sastra harus di kaetkan
antara ekspresi artistic di satu pihak dan penggunaan media bahasa di
pihak lainnya. Dengan demikian, kita akan peroleh pemahaman yang
benar.
C. Penulisan Singkatan
Singkatan adalah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat
diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan.Contoh:
• K.H. Ahmad Dahlan (kiai Haji Ahmad Dahlan)
• A. H. Nasution (Abdul Haris Nasution)
• Sdr.(saudara)
• M.Hum.(magister humaniora)
• S.S. (sarjana sastra)
• M.B.A.(master of business administration)
2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan
badan atau organisasi, serta nama dokumentresmi ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.Contoh:
• UI (universitas Indonesia)
• PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa)
• WHO (World Health Organization)
• NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)
3. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama
diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.Contoh:
• PT (Perseroan Terbatas)
• MAN (Madrasah Aliyah Negeri)
• SD (Sekolah Dasar)
• NIM (Nomor Induk Mahasiswa)
4. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda
titik.
Contoh:
• hlm.(halaman)
• dll.(dan lain lain)
• ybs.(yang bersangkutan)
• kpd.(kepada)
• tgl.(tanggal)
• dst.(dan sebagainya)
5. Singkatan yang terdiri atas dua huruf,yang biasa digunakan dalam
surat menyurat diikuti dengan tanda titik.Contoh:
• a.n. (atas nama)
• u.b. (untuk beliau)
• s.d (sampai dengan)
• u.p (untuk perhatian)
6. Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda titik. Contoh:
• cm (centimeter)
• Km (kilometer)
• Cu (kuprum)
• Rp (rupiah)
• mm (milimeter)
• kVA (kilovolt-ampere)
D. Penulisan Akronim
Akronim adalah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan
sebagai sebuah kata.
1. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan
suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Contoh:
• puskesmas (pusat kesehatan masyarakat)
• rudal (peluru kendali)
• pemilu (pemilihan umum)
• iptek (ilmu pendidikan dan tegnologi)
• tilang (bukti pelanggaran)
• rapim (rapat pimpinan)
2. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur
ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh:
• Bulog (Badan Urusan Logistik)
• Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
• Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia)
3.Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur
nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh:
• BIN (Badan Intelejen Negara)
• LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
Penulisan Angka
Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Angka Arab
atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau
nomor.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C
(100),D (500), M (1000),
1. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian
supaya lebih mudah dibaca.Contoh:
• Ayah mendapat hadiah sebesar 300 juta rupiah tahun lalu.
• Korupsi gedung olahraga itu merugikan negara hingga 464,5 miliar
rupiah.
• Ada orang yang mengaku raja ingin membagikan uang 3 miliar
rupiah untuk setiap warga Indonesia.
2. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas,
isi, dan waktu, serta (b) nilai uang. Contoh:
• 10 sentimeter
• 5 kilogram
• 5 liter
• 2 jam 30 menit
• Rp1.000.000
3. Angka digunakan untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah,
apartemen, atau kamar.
Contoh:
• Jalan Cendrawasih // No. 11 atau Jalan Cendrawasih /1/1I
• Hotel Inna Garuda, Kamar 205
• Gedung Prasasti, Lantai /II, Ruang 305
4. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab
suci.
Contoh:
• Bab V, Pasal 1, halaman 125
• Surah Al Baqarah;2
Penulisan Bilangan
Dalam penulisan bilangan kaidah yang digunakan yaitu angka
yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja supaya lebih
mudah dibaca, . Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara
berurutan seperti dalam perincian.
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti
dalam perincian. Contoh:
• Kakak sudah mendaki Gunung Semeru sebanyak enam kali.
• Aku ingin mengoleksi buku hingga lebih dari seratus ribu
eksemplar untuk perpustakaan pribadi.
• Diantara 100 peserta lomba baca puisi tingkat nasional, 25 orang
berasal dari Pulau Jawa, 35 orang berasal dari Sumatra, 20 orang
berasal dari Kalimantan, 10 orang berasal dari NusaTenggara Barat, 5
orang dari Sulawesi, dan 5 orang dari Papua.
2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Contoh:
• Lima orang dipecundangi Messi dengan gocekannya.
• Satu juta orang lebih datang ke stadion untuk memberi dukungan
kepada timnas Indonesia.
3. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata, susunan kalimatnya diubah.Contoh:
Penulisan yang kurang tepat:
• 1.000 penonton menghadiri pertunjukan drama musikal.
• 10 kamar disediakan di penginapan itu.
Penulisan yang tepat:
• Pertunjukan drama musikal dihadiri 1.000 penonton.
• Di penginapan itu tersedia 10 kamar.
4.Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
Contoh:
• Bilangan utuh
lima belas (15)
dua ratus (200)
enam ribu (6000)
• Bilangan pecahan
dua belas tiga-perempat (12 3/4)
dua permil (2 %0)
tiga persepuluh (3/10)
5. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan sebagai berikut.
Contoh:
• abad XI
• Perang Dunia //
• abad ke-21
• Perang Dunia Ke-2
• abad kedua puluh satu
• Perang Dunia Kedua
6. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an ditulis sebagai berikut.
Contoh:
• Dua lembar uang 2.000-an (dua lembar uang dua ribuan)
• Tahun 1960-an (tahun seribu sembilan ratus enam puluhan)
7. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan
dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Contoh:
Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana
denganpidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
8. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti
huruf dilakukan seperti berikut.Contoh:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp836.279 (delapan ratus
tiga puluh enam ribu dua ratus tujuh puluh sembilan).
9. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografiaditulis
dengan huruf.
Contoh:
• Simpanglima
• Salatiga
Catatan:
1. Penulisan lambang mata uang seperti Rp, tidak diakhiri dengan
tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang
mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
2. Penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakandi
antara bilangan utuh dan bilangan pecahan.
3. Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
4. Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab
(dalam terbitan atau perundang-undangan) dan nomor jalan.
5. Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman
sebelum Bab I dalam laporan penelitian dan buku.
III.1 Kesimpulan
Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-
garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan
rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur,
dan teratur
Macam–macam kerangka karangan dapat berdasarkan atas : sifat
rinciannya dan berdasar perumusan teksnya.
Syarat kerangka karangan yang baik adalah sebagai berikut :
1. Pengungkapan maksudnya harus jelas.
2. Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan.
3. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis.
4. Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten.