Anda di halaman 1dari 49

Resume Tugas Kelompok 3

Penerapan EYD sebagai salah satu kriteria kelayakan sebuah naskah. Kasus
pertama yaitu terkadang tidak mampunya Pedoman EYD menjawab beberapa
persoalan dalam masalah tatatulis naskah, baik dalam penggunaan kata baku,
istilah, tanda baca, maupun singkatan/akronim. Kasus kedua yaitu kurangnya
pemahaman penulis naskah, termasuk penerjemah, terhadap EYD itu sendiri
sehingga kesalahan-kesalahan elementer dalam penulisan naskah masih sering
terjadi, seperti penggunaan kata nonbaku dan penggunaan tanda baca yang
keliru.Itu mengakibatkan pertumbuhan ekonomi memiliki potensi lambat.

A. Penggunaan EYD yang benar pada partikel, singkatan, akronim, dan


angka.

1. PENULISAN PARTIKEL

Penulisan partikel -lah, -kah, dan –tah Pedoman EYD menetapkan


ketentuan pertama menyatakan partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: bacalah, tidurlah, apakah,
siapakah, apatah.

a. Penulisan partikel pun

Butir 2 tentang penulisan partikel mengingatkan, partikel pun dituliskan


terpisah dari kata yang mendahuluinya.

b. Penulisan partikel per

Butir 3 tentang penulisan partikel menyebutkan, pertikel per yang berarti


mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului
atau mengikutinya.
2. PENULISAN SINGKATAN

Pedoman EYD menegaskan, singkatan ialah bentuk yang dipendekkan


yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan nama resmi lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak
diikuti dengan tanda titik.

a. Penulisan singkatan umum tiga huruf

Pedoman EYD mengingatkan, singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf
atau lebih diikuti satu tanda titik. Kaidah bahasa jurnalistik dengan tegas
melarang pemakaian singkatan umum seperti ini dalam setiap karya
jurnalistik seperti tajuk renacana, pojok, artikel, kolom, surat pembaca,
berita, teks foto, feature. Bahasa jurnalistik juga dengan tegas melarang
penggunaan singkatan jenis ini dalam judul tajuk, artikel, surat pembaca,
atau judul-judul berita.

b. Penulisan singkatan mata uang

Pedoman EYD menegaskan, lambang kimia, singkatan satuan ukuran ,


takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

3. PENULISAN AKRONIM

Menurut Pedoman EYD, akronim ialah singkatan yang berupa gabungan


huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

Pertama, akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim
yang bukan nama diri berupa gabungan huruf.

a. Akronim nama diri

Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku
kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan
huruf awal huruf kapital.
b. Akronim bukan nama diri

Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa
gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Sebagai catatan, Pedoman EYD mengingatkan, jika dianggap perlu


membentuk akronim, maka harus diperhatikan dua syarat

Pertama, jumlah suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim
pada kata Indonesia. Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan
mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan
pola kata Indonesia yang lazim.

4. PENULISAN ANGKA

Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor.


Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :

1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,

2) satuan waktu,

3) nilai uang, dan

4) kuanitas.

Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,


aparteman, atau kamar pada alamat.

Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan


ayat kitab suci.

5. PENULISAN LAMBANG BILANGAN

Dari delapan jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD,
empat diantaranya perlu dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan
dalam Pedoman EYD, belum tentu dibolehkan pula dalam bahsa jurnalistik.
a. Penulisan lambang bilangan satu-dua kata

Pedoman EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang dapat


dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika
beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam
perincian dan pemaparan.

b. Penulisan lambang bilangan awal kalimat

Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.

c. Penulisan lambang bilangan utuh

Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat
sejalan dengan kaidah bahasa jurnalistik yang senantiasa menuntut
kesederhanaan dan kemudahan.

d. Penulisan lambang bilangan angka-huruf

Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. (ash3).com

B. Penggunaan Tanda Baca

1. Tanda Titik (. )

a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan.

Misalnya :

Ayahku tinggal di Solo.

Biarlah mereka duduk di sana.

Dia menanyakan siapa yang akan datang.


b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.

Misalnya :

A. S. Kramawijaya

Muh. Yamin

c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan

Misalnya :

Bc. Hk. (Bakalaureat Hukum)

Dr. (Doktor)

2. Tanda Koma ( , )

a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian


atau pembilangan.

Misalnya :

Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

Satu, dua, . . . tiga!

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi dan
melainkan.

Misalnya :

Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

3. Tanda Titik Koma (; )

a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagianbagian


kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:

Malam makin larut; kami belum selesai juga.

b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara
di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

Misalnya : Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di


dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri
asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

4. Tanda Titik Dua ( : )

a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila
diikuti rangkaian atau pemerian.

Misalnva: Yang kita perlukan sekarang ialah barang yang berikut:


kursi, meja, dan lemari.

Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonorni Umum dan Ekonomi


Perusahaan.

b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.

Misalnya:

Ketua : Ahmad Wijaya

Sekretaris : S. Handayani

Bendahara : B. Hartawan

c. Tempat sidang : Ruang 104

BACA JUGA :

Hakikat Membaca, Tujuan membaca, Fungsi membaca,Manfaat


membaca dan Metode

5. Contoh Proposal Usaha


Penjelasan penyusunan Proposal Usaha

Pengantar Acara : Bambang S.

Hari : Senin

Jam : 9.30 pagi

6. Tanda Hubung ( - )

a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh


pergantian baris.

Misalnya: ....ada cara ba

-ru juga.

Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan
terdapat satu huruf saja pada ujung baris.

b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di


belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada

Misalnya: ....cara baru meng

-ukur panas.

.....cara baru me-

ngukur kelapa.

... alat pertahan

-an yang baru.

Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada
pangkal baris.

c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

Misalnya: anak-anak, berulang-ulang, dibolak-balikkan, kemerah-


merahan
Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan
tidak dipakai pada teks karangan.

7. Tanda Pisah ( - )

a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi


penjelasan khusus di luar bangun kalimat.

Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai-


diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.

b. Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain


sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Misalnya: Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini


juga pembedahan atom- tidak mengubah konsepsi kita tentang alam
semesta.

8. Tanda Elipsis ( ... )

a. Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.

Misalnya: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian


yang dihilangkan.

Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

9. Tanda Tanya ( ? )

a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya

Misalnya: Kapan ia berangkat? Saudara tahu bukan?

b. Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian


kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.

Misalnya: la dilahirkan pada tahun 1683 (?).


Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

10. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
atau rasa emosi yang kuat.

Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!

Bersihkan kamar ini sekarang juga!

Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak- istrinya!

Merdeka!

11. Tanda Kurung ( )

a) Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Misalnya : DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.

b) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian


integral pokok pembicaraan.

c) Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang


terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.

d) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup
saja.

Misalnya: Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:

(a) alam,

(b) tenaga kerja, dan

(c) modal.
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja,
dan (c) modal.

11. Tanda Kurung Siku ([... ])

a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat
di dalam naskah asal.

Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik.

b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang


sudah bertanda kurung.

Misalnya: (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat BabI] tidak
dibicarakan.)

12. Tanda Petik ("... ")

a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,


naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis
sama tinggi di sebelah atas baris.

Misalnya: "Sudah siap?" tanya Awal.

"Saya belum siap," seru Mira, "tunggu sebentar!"

b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila
dipakai dalam kalimat.

Misalnya: Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari
Suatu Tempat.

13. Tanda Petik Tunggal ( ' ... ' )

a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan


lain.

Misalnya: Tanya Basri, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"


"Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu,
Bapak pulang',

dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

b. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau


ungkapan asing (Lihat pemakaian tanada kurung)

Misalnya: ‘rate of inflation’ ‘laju inflasi’

14. Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa)

Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk
menyatakan pengulangan kata dasar.

Misalnya: kata2 lebih2 sekali2

15. Tanda Garis Miring ( / )

a. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.

Misalnya: No. 7/PK/1973

b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau
nomor alamat.

Misalnya: mahasiswa/mahasiswi

Harganya Rp 15,00/lembar

Jalan Daksinapati IV/3

16. Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ' )

Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.

Misalnya: Ali 'kan kusurati ('kan = akan) Malam 'lah tiba ('lah = telah)
A. Pengertian Paragraf yang efektif

Paragraf adalah unit terkecil sebuah karangan yang terdiri dari


kalimat pokok atau gagasan utama dan kalimat penjelas atau gagasan
penjelas. Paragraf yang baik minimal terdiri dari dua kalimat atau dua
gagasan.

Paragraf adalah seperangkat atau sekelompok kalimat yang tersusun


dari satu kalimat pokok dan beberapa kalimat penjelas. Yang di maksud
Kalimat Pokok adalah suatu kalimat yang berisikan masalah atau
kesimpulan dari paragraf itu sendiri. Kalimat penjelas merupakan suatu
kalimat yang berisikan penjelasan masalah yang terdapat di kalimat pokok.
Atau definisi paragraf adalah bagian yang berasal dari suatu karangan
yang terdiri dari sejumlah kalimat, yang isinya mengungkapkan satuan
informasi / kalimat dengan pikiran utama sebagai pengendaliannya dan
juga pikiran penjelas sebagai pendukungnnya.

Paragraf menurut ahli bahasa bernama Ramlan, merupakan bagian


dari sebuah karangan yang di dalamnya terdapat lebih dari satu kalimat,
yang membahas satu tema tertentu dengan ide pokok sebagai
pengendalinya. Paragraf merupakan suatu kesatuan pikiran yang lebih
tinggi dan lebih luas dari kalimat.

1. Fungsi Paragraf
Fungsi paragraf antara lain :
a. Untuk mengekspresikan gagasan utama yang ingin di sampaikan oleh
penulis
b. Untuk menjelaskan keseluruhan ide pokok dengan mudah, logis, dan
sistematis.
c. Untuk menandai pergantian gagasan baru, jika karangan tersebut
memiliki lebih dari satu gagasan utama.
d. Untuk membantu pembaca memahami gagasan utama sebuah
karangan.
e. Untuk memudahkan pengendalian variable, jika karangan berisi lebih
dari satu variable.
f. Untuk membantu penulis menyusun dan mengembangkan ide yang
akan dituangkan dalam karangannya, yang berhubungan dengan topic
yang akan di bahas.

2. Jenis-jenis Paragraf
Jenis-jenis paragraph ada 4 :

a. Paragraph Deskripsi
Paragraf jenis ini berisi kalimat-kalimat yang mendeskripsikan,
menggambarkan sesuatu.
Misalnya deskripsi kota Bandung pada pagi hari.
Perhatikan contoh berikut :
Bandung masih diselimuti kabut. Orang-orang baru satu dua yang lalu
lalang. Kendaraan hanya kadang-kadang terdengar menderu. Yang
tampak dominan adalah para petugas kebersihan kota. Mereka sibuk
membersihkan sampah. Mereka bekerja dengan riang. Kadang-kadang
mereka bersenanfung di sela-sela pekerjaannya. Perlahan tapi pasti
keramaian kendaraan di jalan betrtambah sedikit demi sedikit.
Bandung sedang menggeliat dari tidurnya.

b. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang berusaha menjelaskan
sesuatu atau memberikan sesuatu. Penjelasan atau pemberian
seringkali bertolak dari satu definisi.
Contoh :
Kota Bandung adalah salah satu Ibu Kota Propinsi dari sekian banyak
propinsi di Indonesia, yaitu Propinsi Jawa Barat. Sebagai Ibu Kota
Propinsi Kota Bandung juga amat di kenal sebagai Kota Asia Afrika,
yaitu kota tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika. Selain itu,
kota Bandung pun memiliki banyak julukan, diantaranya sebagai Paris
Van Java.

c. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang berusaha
meyakinkan bahwa hal yang dikemukakan adalah benar. Cara
meyakinkan kebenaran itu biasanya dengan cara mengajukan sejumlah
fakta.
Perhatikan contoh berikut :
Hampir semua orang yang pernah tinggal di kota Bandung menyatakan
merasa betah tinggal di kota tersebut. Bahkan, umumnya mereka
berusaha tetap tinggal di kota ini. Bisa mengerti mengapa mereka
merasa betah. Kota ini memiliki hawa yang sejuk. Tingkat
kriminalitasnya juga terlalu kecil bila di bandingkan dengan kota
setaranya, Surabaya dan Medan misalnya. Terdapat banyak lembaga
pendidikan tinggi negeri di dalamnya. Juga, kotanya tidak terlalu besar
seperti Jakarta, sehingga dari satu sudut kota ke sudut kota lainnya
tidak terlalu jauh. Itulah beberapa hal yang menyebabkan para
pendatang rela tinggal berdesakan di kota ini.

d. Paragraf Narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang berusaha menceritakan
peristiwa demi peristiwa yang di alami seorang tokoh.
Perhatikan contoh berikut :
Hari itu ia telusuri sudut demi sudut kota Bandung yang amat di
cintainya seolah-olah tidak mau ada satu pun sudut yang terlewatkan.
Setiap sudut yang di singgahinya menyisakan kenangan amat
mendalam baginya. Mula-mula ia telusuri sudut Setiabudi. Di wilayah
ini ia menyimpan amat banyak kenangan. Penelusuran dilanjutkan ke
wilayah balai kota dan sekitarnya. Di sini pun ia amat hanyut dengan
kenangan bersama-sama sahabatnya, juga kekasihnya. Lalu, ia
lanjutkan menyusuri wilayah alun-alun yang sekarang telah berubah
total dari masa dua puluh tahun yang lalu. Lagi-lagi ia terhanyut dalam
kenangan masa lalunya. Setiap tempat, setiap sudut kota itu, yang ada
hanyalah kenangan indah baginya, seluruhnya.

3. Jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya


Kalimat utama adalah berisi gagasan utama yang di letakkan secara
tersurat pada awal atau akhir paragraf. Namun kalimat utama dapat juga
ditemukan pada awal dan akhir paragraf. Kalimat utama bersifat umum
dan akan di kembangkan oleh kalimat-kalimat pendukung lainnya.
Jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya yaitu :

a. Paragraf Deduktif
Yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal paragraf.
Contoh :
Kota Bandung adalah kota yang paling kami cintai. Kota ini lebih
sejuk dari kota lain yang sama besarnya di Indonesia. Kota ini juga
lebih aman di bandingkan kota lainnya. Kota ini lebih kaya ragam
budayanya di banding kota lainnya yang sejenis.

b. Paragraf Induktif
Yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak pada akhir paragraf.
Contoh :
Secara ekonomi, kota ini sangat kondusif untuk berbisnis. Secara
budaya, kota ini amat kaya akan ragam budaya etnis. Penduduknya
relative terbuka terhadap unsur etnis yang berbeda-beda dan yang
memperkayanya. Secara geografis, kota ini terletak di daerah yang
relative tinggi, namun tidak terlalu tinggi yang membuat badan kami
membeku seperti es. Artinya, kota ini relative sejuk. Itulah antara lain
tiga hal yang membuat kami merasa amat kerasan tinggal di kota
Bandung ini.

c. Paragraf Deduktif- Induktif


Yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal dan akhir
paragraf.
Contoh :
Faktor ekonomi, faktor budaya, dan faktor geografislah yang membuat
kami amat kerasan tinggal di kota Paris Van Java ini. Secara ekonomis
kami merasa amat mudah mencari sesuap nasi di kota ini. Asal kreatif
hamper semua hal bisa dijadikan mata pencaharian. Secara budaya
kami juga mudah diterima lingkungan masyarakat Sunda, sekalipun
kami berasal dari tanah Jawa yang terbuka benar kebudayaannya
dengan mereka. Mereka amat terbuka menerima pendatang dari
manapun. Secara geografis, kami tidak terlalu kaget dengan hawa kota
Bandung yang sejuk, malah kami merasa amat nyaman di buatnya.
Itulah tiga faktor yang membuat kami lagi-lagi amat kerasan tinggal di
kota Bandung : faktor ekonomi, faktor budaya, dan faktor geografis.

d. Paragraf Tersebar
Yaitu paragraf yang kalimat utamanya atau gagasan utamanya tersebar
pada keseluruhan paragraf.
Contoh :
Tiba-tiba langit kota Bandung berubah menjadi gelap gulita. Petir
menyambar-nyambar. Angina menderu amat kencang. Listrik mati
mendadak. Hujan dating mengguyur amat tiba-tiba. Orang berlarian
mencari perlindungan. Klakson berbagai kendaraaan berbunyi
serempak. Mobil-motor saling bertubrukan. Para sopir saling memaki
di antara mereka. Pak polisi kebingungan menertibkan keadaan.
4. Syarat Pembentukan Paragraf
Ketika kita menulis sebuah artikel, membutuhkan bahasan dan
bahasa yang indah agar pembaca tertarik. Tentu, selain bahasan dan topic
yang sempurna, kamu juga perlu memahami syarat dan struktur menulis
sebuah paragraf yang baik dan benar agar kalimat-kalimat yang dibentuk
menjadi padu, syarat suatu paragraf yang baik adalah sebagai berikut :

a. Kesatuan
Suatu paragraf harus dibangun dengan sebuah ide atau topic yang
jelas. Ide yang muncul ketika kamu ingin menulis sesuatu akan lebih
mantap jika diuraikan dari kalimat utama kemudian ke kalimat
penjelas sehingga membentuk satu kesatuan.

b. Kepaduan atau Koherensi


Kepaduan artinya kekompakan dalam paragraf. Kalimat satu ke
kalimat berikutnya harus logis dan mendukung kalimat sebelumnya.

c. Kelengkapan
Ketika unsur paragraf dalam tulisan kamu ada yang hilang, maka
tulisan kamu bisa dibilang belum lengkap.

Paragraf yang efektif adalah paragraf yang dapat menyampaikan


pesan yang ingin di sampaikan penulis kepada pembacanya dengan
jelas dan mudah. Fungsi kalimat-kalimat yang ada di paragraf terbagi
menjadi 3 yaitu :

a. Kalimat topik
Yaitu kalimat yang di gunakan untuk memberi tahu pembaca
tentang topik apa yang akan di bicarakan dalam paragraf yang
sedang dibacanya itu.
Kalimat topik terdiri atas 2 unsur :
1. Topic yang akan di bicarakan itu sendiri
2. Kesan, pandangan, atau pendapat penulis tentang topic
tersebut. Unsur ini sering di sebut sebagai ide pengendali
(controlling idea )
Bagi penulis, kalimat topic itu membantu dia untuk :
1. Menyatukan focus paragraf
2. Memberikan peta jalan bagi pengembangan paragraf
3. Mengaitkan paragraf yang bersangkutan dengan ide utama
wacana ( misalnya, makalah ) yang menjadi induk paragraf itu.
4. Mendukung ide utama wacana yang menjadi induk paragraf
itu.

b. Kalimat penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang biasanya ditulis sesudah
kalimat topik. Fungsinya adalah mendukung pernyataan yang telah
diungkapkan penulis dalam kalimat topik.

c. Kalimat penutup
Kalimat penutup adalah kalimat yang paling akhir dalam suatu paragraf.
Fungsi kalimat ini adalah memberi sinyal atau tanda kepada pembaca
bahwa pembahasan dalam paragraf itu selesai. Dengan demikian
pembaca akan bersiap-siap untuk membahas hal lain dalam paragraf
berikutnya.
A. Pengembangan suatu Paragraf agar menjadi paragraf yang efektif
Dalam pengembangan suatu paragraf agar menjadi sebuah paragraf
yang efektif dapat menggunakan beberapa metode diantaranya, yaitu :

1. Metode Klimaks- Antiklimaks


Yaitu pengembangan gagasan mulai dari yang rendah ke yang paling
tinggi.
Contoh :
Si Uho, tukang becak memrlukan cinta. Pak Bakar yang pedagang
juga memerlukan cinta. Pak Lurah juga memerlukan cinta. Pak Amir,
guru sekolah juga memerlukan cinta. Pak Bupati pun memerlukan
cinta. Demikian juga, Bapak Gubernur, ia memerlukan cinta. Bahkan
Bapak Presiden pun memerlukan cinta. Semua memerlukan cinta,
tidak ada kecuali.

2. Metode Pandangan
Yaitu pengembangan gagasan dengan cara memandang sesuatu.
Contoh :
Dari lotengnya, ia memandang ke kejauhan. Nun jauh di bawah
terhampar kota Bandung yang luas. Di tengah-tengah kota itu tampak
alun-alun kota Bandung lengkap dengan Masjid Agungnya. Di sebelah
utara tampsk gedung menara BRI. Di sekitarnya tampak berbagai pusat
perbelanjaan mulai dari pasar Tradisional, hingga ke pusat
perbelanjaan Modern, seperti pasar Swalayan dan sejenisnya. Tampak
benar bedanya dengan keadaan dua puluh lima tahun lalu ketika ia
masih kecil. Ketika itu, ia masih bisa berkeliling alun-alun dan
sekitarnya hanya dengan menunggang delman. Keadaan alun-alun
waktu itu masih amat lengang dan leluasa tidak seperti sekarang yang
hiruk pikuk, padat oleh bangunan bertingkat dan kendaraan bermotor,
bukan kendaraan sejenis delman.
3. Metode Perbandingan dan Pertentangan
Yaitu pengembangan gagasan dengan menunjukkan persamaan dan
perbedaan obyek
Contoh :
Pendidikan yang berlangsung di rumah dengan pendidikan yang
berlangsung di sekolah amat berbeda. Di sekolah kurikulumnya jelas,
sedangkan di rumah bisa dikatakan tidak memiliki kurikulum. Bila di
rumah tidak ada bahan pembelajaran yang eksplisit maka di sekolah
bahan pembelajaran itu harus eksplisit dan di susun secara berencana.
Bila di sekolah ada ujian atau tes, di rumah tidak ada hal semacam itu.
Evaluasi bisa dilakukan dengan cara orang tua menegur anak-anak
ketika mereka melakukan kesalahan.
4. Metode Analogi
Yaitu pengembangan gagasan dengan membandingkan segi kesamaan
dua hal berbeda dengan ilustrasi.
Contoh :
Tehnik penceritaan dalam sastra modern bisa di analogikan atau
disamakan dengan cara kita bercerita kepada siapapun dalam suasana
lisan. Ada kalanya kita memaparkan peristiwa, da nada kalanya kita
mengalihkan pikiran tokoh yang kita ceritakan seolah-olah itu pikiran
kita yang bercerita. Dalam sastra modern pun demikian pula. Ada
tehnik yang di sebut wicara yang di laporkan berupa dialog-dialog
tokoh. Ada tehnik wicara yang di narasikan yaitu ketika pencerita
memaparkan peristiwa-peristiwa yang di alami tokoh. Ada pula tehnik
wicara alihan yaitu ketika pencerita mengalihkan wicara tokoh seolah-
olah wicaranya sendiri.
5. Metode Contoh
Yaitu pengembangan gagasan dengan contoh/ hal umum (generalisasi)
Contoh :
Penerapan tehnologi itu harus di iringi pula oleh usaha mempersiapkan
mental para pemakainya. Contohnya penggunaan boks telepon umum.
Karena masyarakat belum siap atau belum memiliki kesadaran yang
baik, boks telepon umum itu sering kali mereka pakai untuk buang air
kecil atau kencing. Mungkin saja kita bisa memahami mereka karena
kebelet pipis tetapi kenapa harus kencing di boks telepon umum ?.

6. Metode Proses
Yaitu poengembangan gagasan dengan mengemukakan
tindakan/perbuatan/peristiwa/rincian tahapan, detail tahapan.
Contoh :
Kecelakaan itu secara kronologis prosesnya sebagai berikut. Pertama,
Lampu setopan itu sudah menyala merah tetapi sopir angkotan kota
yang kami tumpangi itu tetep menerobosnya. Kedua, Kami pun
berusaha meperingatkannya dengan berbagai cara tetapi ia tidak
menghiraukannya. Tiga, tiba-tiba dari arah berlawanan ada sedan mau
belok kiri. Karena sedan itu dalam kecepatan tinggi lajunya, tidak bisa
di hindari tabrakan itupun terjadilah. Andai saja sedan itu tidak melaju
dengan kencang kendaraan itu bisa berhenti seperti kendaraan lainnya,
sekalipun kami harus menyumpah serapahi pengemudi angkot yang
sembrono itu. Terakhir, aku tidak sadar setelah terjadi tabrakan itu,
tahu-tahu aku sudah di rumah sakit brsama penumpang lainnya. Kami
semua luka-luka.
7. a. Metode sebab-Akibat
Yaitu pengembangan gagasan berupa rincian-rincian akibat suatu
sebab.
Contoh :
Anak-anak itu malas bekerja. Dapatkan mereka bertahan dalam
kemalasan ketika mereka lapar ? Karena malas bekerja, mereka
mencuri jemuran orang. Mereka menjual pakaian orang dengan harga
yang sangat murah. Karuan saja pembelinya curiga tapi di belinya
juga, sebagai tindakan pura-pura. Sementara ia menelpon polisi para
pencoleng itu makan di warung dengan enaknya. Ketika mereka
selesai makan, polisi sudah menjemput mereka dengan borgol di
tangan kanan dan pakaian orang di tangan kiri. Mereka tidak bisa
mengelak.
b. Metode Akibat-Sebab
yaitu pengembangan gagasan berupa rincian-rincian sebab suatu
akibat.
Contoh :
Mereka kini mendekam di penjara. Pertama, mereka mabuk-mabukan
di tempat umum. Kedua, mereka membuat keributan di tempat umum.
Ketiga, mereka membunuh orang-orang secara membabi buta.
Terakhir, merka melawan petugas ketika di tangkap. Itulah sebab-
sebab mereka di penjara seumur hidup.
8. a. metode Umum-Khusus
Yaitu pengembangan gagasan dengan cara mulai dari hal-hal umum ke
hal-hal khusus.

Contoh :
Anak-anak suka benar gula-gula. Mereka berusaha dengan berbagai
cara. Kadang-kadang mereka sembunyi-sembunyi dari orang tuanya.
Kadang-kadang pula mereka lupa bahwa mereka sembunyi-sembunyi
padahal sisa gula-gula itu masih menempel pada gigi mereka. Sring
kali mereka juga lupa menyimpan gula-gula itu di saku bajunya.
b. Metode khusus-Umum
Yaitu pengembangan gagasan dengan cara mulai dari hal-hal yang
khusus ke hal-hal yang umum.
Contoh :
Mereka senang sekali bermain sepakbola. Mereka kadang-kadang
bermain seharian, lupa makan, dan tidur siang. Mereka juga senang
membaca cerita. Itulah dunia anak-anak, dunia bermain.

9. Metode Klasifikasi
Yaitu pengembangan gagasan dengan cara mengelompokkan obyek
yang memiliki persamaan.
Contoh :
Berdasarkan kecerdasannya manusia di bagi atas 4 kelompok. Pertama,
Manusia yang jenius, kelompok ini sangat jauh melampau manusia
yang rata-rata. Kedua, Orang-orang pandai. Kelompok ini satu tingkat
di atas kelompok rata-rata. Tiga, Kelompok rata-rata, Yaitu kelompok
yang kepandaiannya biasa-biasa. Kelompok terakhir, Yaitu kelompok
lambat, yaitu kelompok manusia yang kepandaiannya di bawah rata-
rata.
10. Metode Definisi luas
Yaitu pengembangsn gagasan dengan cara memberi keterangan/arti
suatu istilah secara luas.
Contoh :
Karya sastra adalah ekspresi artistik manusia dengan menggunakan
bahasa. Tidak semua karya artistik menggunakan bahasa, juga tidak
semua ekspresi yang menggunakan bahasa adalah sastra. Oleh karena
itu yang di maksud dengan sastra atau karya sastra harus di kaetkan
antara ekspresi artistic di satu pihak dan penggunaan media bahasa di
pihak lainnya. Dengan demikian, kita akan peroleh pemahaman yang
benar.

A. Penulisan Huruf Kapital


Huruf kapital adalah huruf besar yang dipakai sebagai unsur
pertama kata pada awal kalimat dan kegunaan lainnya.
Di bawah ini beberapa cara penggunaan huruf kapital.
1.Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada awal kalimat.
Contoh:
• Kakak pergi mendaki bersama lima orang temannya.
• Kapan kakak akan pergi mendaki?

2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama petikan


langsung.Contoh:
• Ibu menasihati Adik, ?Berdoalah sebelum tidur, Nak!?
• Rena bertanya, "Makanan apa yang paling kamu sukai?"
• "la telah pergi sejak semalam," kata seorang perempuan tua.
• "Kemarin sore," kata Paman, "kakeknya masuk rumah sakit."
3. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang,
termasuk julukan. Contoh:
Nama orang:
• Pramoedya Ananta Toer adalah penulis buku tetralogi Buru.
• Bilangan Fu merupakan salah satu novel karya Ayu Utami.
• Puisi Chairil Anwar telah melegenda di kalangan penyair muda.
Julukan:
• Rendra, seorang penyair yang dijuluki Burung Merak telah
menuntaskan pentasnya tadi malam.
• Gadis cantik dan pemalu itu, dijuluki Ratu Malu oleh temanteman
sekelasnya.
4.Huruf kapital digunakan dalam huruf pertama unsur nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang.
Contoh:
• Ratu Elizabeth
• Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
• Perdana Menteri Ahmad Muzakki
5. Huruf kapital digunakan dalam huruf pertama nama jabatan untuk
menggantikan nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
• Seminar pendidikan dihadiri oleh Menteri Pendidikan Nasional.
• Vera mengikuti lomba menari yang diadakan oleh Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Seni dan Budaya Yogyakarta.
6.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap nama agama,
kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
• Islam
• Allah
• Kristen
• Hindu
• Tripitaka
• Hanya Dia yang mampu menunjukkan jalan terbaik bagiku.
• Kasih sayang-Nya selalu merengkuhku dalam kedamaian.5
7.Huruf kapital digunakan sebagai nama gelar kehormatan, keturunan,
gelar
akademik, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh
• Kanjeng Ratu Hemas
• Nabi Adam
• Raden Ajeng Kartini
• Insinyur Soekarno
• Haji Agus Salim
8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang digunakan sebagai sapaan.
Contoh:
• Selamat malam, Dokter.
• Semoga selamat, Sultan.
• Selamat datang, Yang Mulia.
• Permisi sebentar, Kiai.
9.Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa.
Contoh:
• suku Dayak
• Bahasa Jawa
• Bangsa Indonesia
10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, dan hari raya.
Contoh:
• bulan Juli6
• Tahun baru Masehi
• Hari Rabu
• Idul Fitri
11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama
peristiwa sejarah.
Contoh :
• Perang Padri
• Konferensi Meja Bundar
• Serangan Umum 1 Maret
• Sumpah Pemuda
12. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama
geografi yang diikuti nama diri. Contoh:
• Pulau Flores
• Sungai Nil
• Gunung Semeru
• Danau Toba
• Selat Bali
• Pegunungan Himalaya
13. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama diri
geografi Contoh:
• Yogyakarta
• Tokyo
• Kalimantan
• Asia Tenggara
14. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama diri yang
tidak menjadi nama jenis. Contoh:
• tari Jaipong 7
• gudeg Jogja
• sastra Melayu
• batik Pekalongan
15. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama (termasuk unsur
bentuk ulang sempurna) yang terdapat pada nama negara, lembaga
resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumentesmi.
Contoh:
• Perserikatan Bangsa-Bangsa
• Undang-Undang Dasar 1945
• Republik Indonesia
• Komisi Pemberantasan Korupsi
16. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata
(termasuk kata ulang sempurna) dalam judul buku, karangan, artikel,
surat kabar, dan makalah.
Contoh:
• Novel Centhini milikku masih dipinjam teman sekelas.
• Cerpenku dimuat di majalah Kartini.
17. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan
gelar, pangkat, atau sapaan. Contoh:
• S.S. : sarjana sastra
• M.Hum. : magister humaniora
• S.Sn. : sarjana seni
• M.A. : magister of art
• Prof. : profesor
• Sdr. : saudara8
18. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan
kekerabatan, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan, seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman.
Contoh:
• Saya setuju jika Saudara tinggal di sini malam ini.
• Kapan Ibu pulang dari Bandung?
• Paman dan Bibi akan datang besok pagi.
19. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata Anda.
Contoh:
• Anda ingin diantar ke mana, Nyonya Elisa?
• Di mana Anda tinggal?
• Bisakah Anda menemani saya?
Catatan:
Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi termasuk
singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
Penggunaan Huruf Kapital yang Tidak Sesuai
1. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang,
serta tidak menggantikan nama orang.
Contoh:
• Ayah saya baru saja diangkat menjadi direktur sebuah perusahaan.
• Dia mengirim surat kepada presiden beberapa waktu lalu.
• Ia telah diangkat menjadi seorang patih ketika usianya masih
sangat muda.9
2.Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama
tempat tertentu, serta tidak menggantikan nama orang.
Contoh:
• Para rektor berkumpul di aula untuk membahas pendidikan bangsa
yang berantakan.
• Setelah terjadi ledakan bom, lokasi kejadian diamankan oleh polisi.
3. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah
yang tidak digunakan sebagai nama diri.
Contoh:
• Bung Karno dan Bung Hatta menjadi proklamator ketika itu.
• Bom dijatuhkan di Nagasaki dan Hirosima ketika perang dunia.
• Konferensi dilakukan di sebuah meja bundar.
4. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Contoh:
• 10 ampere
• 5 volt
• mesin diesel
5. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Contoh:
• keinggris-inggrisan
• pengindonesiaan kata
• kejepang-jepangan
6. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi
yang tidak diikuti oleh nama diri geografi Contoh:
• menjelajah samudra
• menyeberangi selat
• mendaki gunung
• mendarat di pulau
7. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri
geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis atau satuan
ukuran. Contoh:
• ikan mujair
• gula jawa
• 100 km/jam
• jeruk bali
• pisang raja
• kacang bogor
8. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan
nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan,
dan nama dokumen resmi. Contoh:
• Semua sudah diatur dalam undang-undang.
• Kemarin aku melihatnya pergi ke pengadilan.
• Kebijakan pemerintah akan segera dilaksanakan.
Catatan:
Jika mengacu pada nama negara, lembaga ketatanegaraan, badan, dan
dokumentesmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia,
huruf awal kata tetap ditulis dengan huruf kapital.
Contoh:
• Renovasi gedung MPR sudah disetujui oleh Pemerintah. Mulai
tahun ini Dinas Kebudayaan akan menyelenggarakan pentas seni akhir
tahun.
• Kerja sama dua perusahaan telah disepakati oleh Direktur.
9. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau
penyapaan. Contoh:
• Kehadiranmu sudah dinantikan oleh paman dan bibi saya.
• Saya tidak memiliki saudara laki-laki.
• Apakah kamu melihat ibu?
10. Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata
yang bermakna 'anak dari, seperti bin, binti. boru (dalam nama
Indonesia), van, de, der (dalam nama Belanda), von (dalam nama
Jerman), da (dalam nama Portugal) atau huruf pertama kata tugas.
Contoh:
• Aisyah binti Abdul Karim
• Kamil bin Salim
• Charles Adrian van Ophuijsen
B. Penulisan Huruf Miring
1. Pemakaian huruf miring dalam penulisan sering dilakukan karena
adanya kata yang dianggap penting, misalnya:
….. adanya beban kewajiban dalam “ngayahang’……
….. dalam bukunya”‘Kalangwan: Sastra Jawa Kuna Selayang
Pandana”….
Kata ngayahang dan kata Kalawang: Sastra Jawa Kuno Selayang
Pandang
2. Huruf miring dipakai dalam penulisan judul buku, nama majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk daftar pustaka.
Contoh:
• Novel Nagabumi karya Seno Gumira Ajidarma sudah tersedia di
toko buku.
• Cerpenku dimuat di harian Kompas.
• Utami, Ayu. 2012. Cerita Cinta Enrico. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia.
3.Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata. Contoh:
• Buatlah dirimu berguna!
• Aku ingin dicintai, tidak hanya mencintai.
• Hidup hanya sebatas mampir minum.
4.Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan selain
bahasa Indonesia. Contoh:
• Ayah selalu berpesan, aja kuminter mundak keblinger, aja cidra
mundak cilaka.
• Aku ingat ucapan Bob Marley bahwa money can't buy life.
5. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia
penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia (tidak miring).
Contoh:
• Saat ini harga barang dan mata uang sangat fluktuatif.
• Seluruh peserta memilih opsi A karena banyak manfaatnya.
Catatan:
A.Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam
bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
B.Jika naskah ditulis tangan atau mesin tik, bagian yang akan dicetak
miring ditandai dengan garis bawah.
C. Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang
dikutip secara langsung dalam teks bahasa Indonesia ditulis dengan
hur4
C. Penulisan Kata Turunan
Dari segi aturan penulisan, bisa dibilang kalau penulisan pada kata
dasar amatlah sederhana, yaitu hanya menuliskan kata dasar tanpa
perlu diimbuhi imbuhan atau bentuk kata terkait. Di pihak lain,
penulisan kata turunan tergolong rumit dan banyak. Tata cara
penulisan kata turunan antara lain:
(a) Kata turunan harus ditulis serangkai jika kata turunan berupa kata
dasar berimbuhan.
Contoh; Berlibur: imbuhan ber- + kata dasar libur
(b) Kata turunan mesti ditulis dengan kata hubung (-) jika berupa
kombinasi antara imbuhan dengan istilah asing atau singkatan
Contoh: Men-download; imbuhan me(n)- + istilah asing download
Di PHK : imbuhan di- + singkatan PHK
(c) Kata turunan ditulis terpisah jika berupa gabungan kata yang salah
satunya diberi imbuhan awalan atau akhiran
Contoh: Bekerja sama kata berimbuhan bekerja + kata dasar sama
Tanda Tangani kata dasar tanda + kata berimbuhan tangani
(d) Kata turunan ditulis serangkai jika berupa gabungan kata yang
diberi imbuhan awalan-akhiran (konfiks)
Contoh: Mempertanggungjawabkan: imbuhan konfiks memper-kan +
gabungan kata tanggungjawab
(e) Kata turunan ditulis serangkai jika berupa kombinasi antara
bentuk kata terikat dan juga kata dasar.
Contoh: Adidaya: berbentuk kats adi + kata dasar daya
(f) Kata turunan ditulis dengan tanda hubung (-) jika berupa gabungan
antara bentuk kata terikat dengan kata dasar berhuruf awal capital
Contoh: se-Indonesia: bentuk kata dasar terikat se + kata dasar
berhuruf awalan Indonesia
(g) Kata turunan ditulis terpisah jika berupa gabungan antara kata
maha dengan kata dasar yang berimbuhan
Contoh: Maha Pengasih; maha + kata berimbuhan pengasih
(h) Kata turunan ditulis serangkai jika berupa gabungan antara kata
maha dengan kata dasar yang tidak berimbuhan dan suku katanya
berjumlah dua buah.
Contoh: Mahatinggi; maha + kata dasar tinggi
Penulisan Gabungan Kata
1. Unsur gabungan Kata yang lazim disebut kata majemuk,termasuk
istilah khusus, ditulis terpisah.
Contoh:
• adem ayem
• keras kepala
• buah hati
• air mata
2. Gabungan kata yang berpotensi menimbulkan salah pengertian
ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya. Contoh:
• buku pengobatan-lama
• buku pengobatan-lama
• anak-istri pejabat
• anak-istri pejabat
3. Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
Contoh:
• bagaimanapun
• olahraga
• barangkali
• bilamana
• kacamata
• daripada
• Sukacita
• darmabakti
4. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
Contoh:
• pertanggungjawaban
• menyebarluaskan
• menyamaratakan
• melipatgandakan
5. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika
mendapat awalan atau akhiran.
Contoh:
• bertangung jawab
• berlipat ganda
. Sama ratakan
• Sebar luaskan
• Berlipat ganda
B. Penulisan Partikel
1. Partikel -lah, - kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Contoh:
Pelajarilah dunia ini denga1n pikiran yang terbuka!
Apakah kamu rindu ibumu?
Siapakah yang pantas memakai mahkota ini?
Apatah gunanya begadang, bila tak ada tujuan?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh:
• Siapa pun pasti terpana melihat keeksotisan pantai di Gunung
kidul.
• Aku tetap menunggumu sampai kapan pun.
• Jika kamu terganggu dengan bau ini, begitu pun mereka yang
bertugas membersihkan sungai setiap minggu.
3. Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap, atau 'mulai' ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya. Contoh:
• Peserta lomba mengambil nomor satu per satu.
• Harga nasi plus telur saat ini Rp8.000 per porsi.
• la masuk kerja per 10 Februari 2020.
Catatan:
Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
• Walaupun hatiku padamu, kita tak bisa bersatu.
• Sekalipun pekerjaan ini berat, perut anak dan istriku harus tetap.
terisi
• Bagaimanapun, senyum manismu harus tetap terkembang demi
menjaga hatinya.
• Adapun persoalan etos kerja, penilaian Anda terlalu sentimental
dan tidak objektif.

C. Penulisan Singkatan
Singkatan adalah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat
diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan.Contoh:
• K.H. Ahmad Dahlan (kiai Haji Ahmad Dahlan)
• A. H. Nasution (Abdul Haris Nasution)
• Sdr.(saudara)
• M.Hum.(magister humaniora)
• S.S. (sarjana sastra)
• M.B.A.(master of business administration)
2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan
badan atau organisasi, serta nama dokumentresmi ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.Contoh:
• UI (universitas Indonesia)
• PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa)
• WHO (World Health Organization)
• NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)
3. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama
diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.Contoh:
• PT (Perseroan Terbatas)
• MAN (Madrasah Aliyah Negeri)
• SD (Sekolah Dasar)
• NIM (Nomor Induk Mahasiswa)
4. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda
titik.
Contoh:
• hlm.(halaman)
• dll.(dan lain lain)
• ybs.(yang bersangkutan)
• kpd.(kepada)
• tgl.(tanggal)
• dst.(dan sebagainya)
5. Singkatan yang terdiri atas dua huruf,yang biasa digunakan dalam
surat menyurat diikuti dengan tanda titik.Contoh:
• a.n. (atas nama)
• u.b. (untuk beliau)
• s.d (sampai dengan)
• u.p (untuk perhatian)
6. Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda titik. Contoh:
• cm (centimeter)
• Km (kilometer)
• Cu (kuprum)
• Rp (rupiah)
• mm (milimeter)
• kVA (kilovolt-ampere)
D. Penulisan Akronim
Akronim adalah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan
sebagai sebuah kata.
1. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan
suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Contoh:
• puskesmas (pusat kesehatan masyarakat)
• rudal (peluru kendali)
• pemilu (pemilihan umum)
• iptek (ilmu pendidikan dan tegnologi)
• tilang (bukti pelanggaran)
• rapim (rapat pimpinan)
2. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur
ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh:
• Bulog (Badan Urusan Logistik)
• Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
• Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia)
3.Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur
nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh:
• BIN (Badan Intelejen Negara)
• LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
Penulisan Angka
Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Angka Arab
atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau
nomor.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C
(100),D (500), M (1000),
1. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian
supaya lebih mudah dibaca.Contoh:
• Ayah mendapat hadiah sebesar 300 juta rupiah tahun lalu.
• Korupsi gedung olahraga itu merugikan negara hingga 464,5 miliar
rupiah.
• Ada orang yang mengaku raja ingin membagikan uang 3 miliar
rupiah untuk setiap warga Indonesia.
2. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas,
isi, dan waktu, serta (b) nilai uang. Contoh:
• 10 sentimeter
• 5 kilogram
• 5 liter
• 2 jam 30 menit
• Rp1.000.000
3. Angka digunakan untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah,
apartemen, atau kamar.
Contoh:
• Jalan Cendrawasih // No. 11 atau Jalan Cendrawasih /1/1I
• Hotel Inna Garuda, Kamar 205
• Gedung Prasasti, Lantai /II, Ruang 305
4. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab
suci.
Contoh:
• Bab V, Pasal 1, halaman 125
• Surah Al Baqarah;2
Penulisan Bilangan
Dalam penulisan bilangan kaidah yang digunakan yaitu angka
yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja supaya lebih
mudah dibaca, . Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara
berurutan seperti dalam perincian.
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti
dalam perincian. Contoh:
• Kakak sudah mendaki Gunung Semeru sebanyak enam kali.
• Aku ingin mengoleksi buku hingga lebih dari seratus ribu
eksemplar untuk perpustakaan pribadi.
• Diantara 100 peserta lomba baca puisi tingkat nasional, 25 orang
berasal dari Pulau Jawa, 35 orang berasal dari Sumatra, 20 orang
berasal dari Kalimantan, 10 orang berasal dari NusaTenggara Barat, 5
orang dari Sulawesi, dan 5 orang dari Papua.
2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Contoh:
• Lima orang dipecundangi Messi dengan gocekannya.
• Satu juta orang lebih datang ke stadion untuk memberi dukungan
kepada timnas Indonesia.
3. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata, susunan kalimatnya diubah.Contoh:
Penulisan yang kurang tepat:
• 1.000 penonton menghadiri pertunjukan drama musikal.
• 10 kamar disediakan di penginapan itu.
Penulisan yang tepat:
• Pertunjukan drama musikal dihadiri 1.000 penonton.
• Di penginapan itu tersedia 10 kamar.
4.Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
Contoh:
• Bilangan utuh
lima belas (15)
dua ratus (200)
enam ribu (6000)
• Bilangan pecahan
dua belas tiga-perempat (12 3/4)
dua permil (2 %0)
tiga persepuluh (3/10)
5. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan sebagai berikut.
Contoh:
• abad XI
• Perang Dunia //
• abad ke-21
• Perang Dunia Ke-2
• abad kedua puluh satu
• Perang Dunia Kedua
6. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an ditulis sebagai berikut.
Contoh:
• Dua lembar uang 2.000-an (dua lembar uang dua ribuan)
• Tahun 1960-an (tahun seribu sembilan ratus enam puluhan)
7. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan
dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Contoh:
Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana
denganpidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
8. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti
huruf dilakukan seperti berikut.Contoh:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp836.279 (delapan ratus
tiga puluh enam ribu dua ratus tujuh puluh sembilan).
9. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografiaditulis
dengan huruf.
Contoh:
• Simpanglima
• Salatiga
Catatan:
1. Penulisan lambang mata uang seperti Rp, tidak diakhiri dengan
tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang
mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
2. Penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakandi
antara bilangan utuh dan bilangan pecahan.
3. Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
4. Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab
(dalam terbitan atau perundang-undangan) dan nomor jalan.
5. Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman
sebelum Bab I dalam laporan penelitian dan buku.

Resume Tugas Kelompok 7

Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah


karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti,
dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyeluruh, bukan secara terlepas-
lepas.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi kerangka karangan ?
2. Apa manfaat dan fungsi kerangka karangan ?
3. Apa syarat kerangka karangan yang baik ?
4. Apa macam-macam kerangka karangan ?
5. Bagaimana langkah-langkah menyusun kerangka karangan ?

I.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi, manfaat, dan fungsi kerangka karangan
2. Mengetahui syarat kerangka karangan yang baik
3. Mengetahui macam-macam kerangka karangan
4. Mengetahui langkah-langkah penyusunan kerangka karangan

I.4 Manfaat Penulisan


Agar pembaca mengetahui lebih rinci atau lebih detail lagi tentang
kerangka karangan

II.1Definisi Kerangka Karangan


Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-
garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan
rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur,
dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan
agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju.
Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis
pemula, agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam
melanjutkan tulisannya.

II.2 Manfaat Kerangka Karangan


1. Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan
membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas
pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan
hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat,
apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik,
harmonis dalam perimbangannya.
2. Mempermudah pembahasan tulisan.
3. Menghindari isi tulisan keluar dari tujuan awal.
4. Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau
lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali
atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu.
Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak
perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak
menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka
pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu
berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau
bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak
dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari
satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau
memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan
pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian
lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.
5. Memudahkan penulis mencari materi tambahan. Dengan
mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan
penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta
untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data
dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di
bagian mana dalam karangannya itu.
6. Menjamin penulis bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.
7. Memudahkan penulis mencapai klimaks yang berbeda-beda.
Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu.
Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu,
terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya
terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai
klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat
terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama,
maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam
sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat
memikat perhatian pembaca.

II.3.Fungsi Kerangka Karangan


1. Memperlihatkan pokok bahasan, sub bahasan
2. Mencegah pembaheasan keluar dari sasaran yang sudah
dirumuskan dalam topik, judul kalimat, dan tujuan karangan
3. Memudahkan penyusunan karangan sehingga menjadi lebih baik
dan teratur
4. Memudahkan penempatan antara pembagian karangan yang
penting dengan karangan yang kurang penting.
5. Menghindari timbulnya pengulangan pembahasan
6. Membantu pengumpulan sumber-sumber yang diperlukan

II.4 Syarat-syarat Kerangka Karangan yang Baik


1. Pengungkapan maksudnya harus jelas
2. Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu
gagasan.
3. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara
logis.
4. Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten.

II.5 Macam-Macam Kerangka Karangan


1. Berdasarkan perincian.
 Kerangka karangan sederhana/sementara (non-formal)
Merupakan suatu alat bantu, sebuah penuntun bagi suatu
tulisan yang terarah.yang terdiri dari tesis dan pokok-pokok
utama.
 Kerangka karangan formal. Kerangka karangan yang
timbul dari pertimbangan bahwa topik yang akan di garap
bersifat sangat komplek atau suatu topik yang sederhana
tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya.
2. Berdasarkan perumusan teks.
 Kerangka kalimat.Menggunakan kalimat deklaratif yang
lengkap untuk merumuskan setiap topik, sub topik.
Misalnya :
 Pendahuluan
 Latar belakang
 Rumusan masalah
 Tujuan.

 Manfaat menggunakan kerangka kalimat :


 Memaksa penulis untuk merumuskan topik
yang akan diuraikan.
 Perumusan topik-topik akan tetap jelas.
 Kalimat yang dirumuskan dengan baik dan
cermat akan jelas bagi siapapun, seperti bagi
pengarangnya sendiri.
 Kerangka topik
Kerangka topik dimulai dengan perumusan tesis
dalam sebuah kalimat yang lengkap dan menggunakan
kata atau frase. Kerangka lebih baik manfaatnya dari
kerangka topik, tetapi kelebihan kerangka topik adalah
lebih jelas merumuskan hubungan-hubungan
kepentingan antar gagasan.

II.6 Langkah-langkah menyusun karangan satu per satu:


1. Menentukan tema dan judul
Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok
pembicaraan yang mendasari suatu karangan. Judul adalah kepala
karangan. Misalkan tema cakupannya lebih besar dan
menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih
pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan
ditulis.
2. Mengumpulkan bahan
Bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi
tulisan, banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis
mempunyai cara masing - masing sesuai juga dengan tujuan
tulisannya.
3. Menyeleksi bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-
bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. polanya melalui
klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan
teliti dan sistematis.
Berikut ini petunjuk – petunjuknya :
a. Catat hal penting semampunya.
b. Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
c. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan
ilmiah.
4. Membuat kerangka
Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah
menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur.
Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau
uraian per bab. kerangka ini merupakan catatan kecil yang
sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai
tahap yang sempurna.
Berikut fungsi kerangka karangan :
a.Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar
teratur dan sistematis
b.Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap
permasalahan
c.Membantu menyeleksi materi yang penting maupun
yang tidak penting
Tahapan dalam menyusun kerangka karangan
a. Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah
pohon pikiran
(diagram yang menjelaskan gagasan-gagasan yang
timbul).
b.Mengatur urutan gagasan.
c.Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan
subbab.
d.Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap
Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut
dan logis karena bila terdapat ide yang bersilangan, akan
mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak
mengalir)
5. Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada
penguasaan terhadap materi yang hendak ditulis. jika benar-benar
memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat
dengan kreatif, mengalir dan nyata.

II.7 Contoh Kerangka Karangan


Topik : Banjir.
Tujuan : Untuk mengetahui penyebab dan dampak banjir.
Tema : Banjir di Indonesia.

1. Banjir yang terjadi di Indonesia


1.1.Banjir di Pulau Jawa
1.1.1. Banjir di DKI Jakarta
1.1.2. Banjir di Surabay
1.2. Banjir di luar Pulau Jawa
1.2.1. Banjir di Propinsi Nangroe Aceh Darusalam
1.2.2. Banjir di Papua

2. Penyebab Banjir di Indonesia


2.1.Faktor Alam
2.1.1. Cuaca yang Extrim
2.1.2. Banjir Kiriman
2.2. Kelalaian Manusia
2.2.1. Penebangan Hutan
2.2.2. Membuang Sampah Sembarang
2.2.3. Tanah Resapan Air Berkurang
2.2.4. Pendangkalan Sungai

3. Dampak yang timbul akibat Banjir


3.1.Timbulnya Penyakit
3.2.Mematikan Usaha
3.3.Kerugian Administrasi
3.4.Kembali ke Titik Nol

4. Menanggulangi Dampak Banjir


4.1.Penjagaan Area Resapan Air
4.2.Proyek Pengerukan Sungai
4.3.Reboisasi Hutan Gundul

III.1 Kesimpulan
Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-
garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan
rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur,
dan teratur
Macam–macam kerangka karangan dapat berdasarkan atas : sifat
rinciannya dan berdasar perumusan teksnya.
Syarat kerangka karangan yang baik adalah sebagai berikut :
1. Pengungkapan maksudnya harus jelas.
2. Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan.
3. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis.
4. Harus menggunakan pasangan simbol yang konsisten.

Anda mungkin juga menyukai