Anda di halaman 1dari 29

Pertemua VII

Tujuan pembelajaran:
Mahasiswa mampu memahami pemakaian huruf,
pemakaian huruf kapital dan huruf miring,
penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan
penggunaan tanda baca.
Materi pembelajaran:
1. Pemakaian huruf
2. Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
3. Penulisan kata
4. Penulisan unsur serapan
5. Pemakaian tanda baca
Ejaan Bahasa Indonesia
Konsep ejaan:
Kaidah, cara, atau norma menggambarkan
bunyi-bunyi dalam bentuk tulisan.
Kegunaan ejaan:
Lambang-lambang bunyi dibuat seragam agar
dapat dibaca atau dipahami oleh penulis dan
pembaca.
Jenis-jenis ejaan:
Ejaan Van Ophuysen 1901, misalnya <u>, <c>, <j>,
dan <y> yang sekarang dalam ejaan Van
Ophuysen ini adalah <oe>, <tj>, <dj>, dan <j>.
Ejaan Suwandi atau ejaan Republik tahun 1947.
Ejaan Malaysia Indonesia (Melindo) tahun 1957.
Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan
pada tahun 1972. Ejaan ini secara resmi
digunakan pada tahun 1975. Ejaan inilah yang
digunakan sampai sekarang, sekalipun ada sedikit
perubahan dan penambahan.
Bagian-bagian ejaan:
1. Pemakaian huruf: Huruf besar/huruf kecil
dan pemenggalan kata.
2. Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
3. Penulisan kata: kata dasar, kata berimbuhan,
kata ulang, kata majemuk, unsur gabungan
kata, kata depan, partikel, klitika, singkatan/
akronim, dan kata bilangan.
4. Penulisan unsur serapan
5. Penggunaan tanda baca
A. Pemakaian Huruf
1. Pemakaian huruf berkaitan dengan bagaimana huruf
itu dilambangkan, dilukiskan, atau digambarkan, dan
bagaimana huruf itu diucapkan. Huruf dalam bahasa
Indonesia ada yang berupa huruf kapital (A, B, C,...,Q,
...,Z) dan huruf kecil (a, b, c, ...,q,...,z). Lambang di
atas diucapkan /a/, /be/, /ce/, ...,/ki/,..., /zet/.
2. Pemakaian huruf berkaitan dengan pemenggalan kata,
bagaimana memisahkan kata atas suku katanya
khususnya dalam pergantian baris. Contoh pemeng-
galan yang tepat: in-stru-men, cap-lok, ma-kan-an,
ikh-las, ma-sya-ra-kat, makh-luk, intro-speksi (in-tro-
spek-si), ap-ril, meng-u-kur, me-ngu-kur.
B. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
1. Pemakaian huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama:
a. Awal kalimat: Ibu makan nasi.
b. Petikan langsung: Kata Ibu, Di mana rumahmu?
c. Nama Tuhan, kitab suci, kata ganti Tuhan: Yesus, Aktitab, kepada-Mu.
d. Gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang:
Haji Muklis, Pangeran Diponegoro, Sultan Brunai.
e. Nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang. Jenderal Suharto.
f. Unsur-unsur nama orang: Yohannes Sumitro .
g. Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa: bangsa Indonesia, bahasa
Sunda.
h. Nama tahun, bulan, hari, dan peristiwa sejarah: bulan Nopember.
i. Nama geografi: Danau Toba
j. Nama badan, lembaga, dan dokumen resmi: Dewan Perwakilan Rakyat
k. Permulaan kata pada judul, kecuali pada kata tugas: Cintaku di Kampus
Biru.
l. Permulaan kata sapaan: Selamat pagi Bapak, Ibu, dan Adikku semua!
2. Pemakaian Huruf Miring
a. Huruf miring dipakai untuk:
b. Menuliskan kata bahasa asing yang belum disesuaikan
penulisan dan pengucapannya dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
1) Terima kasih dalam bahasa Latin adalah gratus aum.
2) SBY melakuan reshufle kabinet.
c. Menuliskan judul buku, majalah, dan surat kabar. Contoh:
1) Kami membeli cerita Terjadinya Pulau Nias.
2) Dia membaca surat kabar Kompas.
3) Mereka meminjam majalah Play Boy dari saya.
d. Menuliskan aspek yang ditekankan dalam kalimat. Contoh:
1) Pernyataan yang salah berikut ini adalah....
2) Yang kemarin itu bukan hantu tetapi kamu.
C. Penulisan Kata
1. Unsur gabungan kata seperti pasca-, tuna-, supra-, dll.
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contoh,
tunadaksa, pascapanen.
2. Kata ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubunga di
antara perulangan tersebut. Contoh, mengetik-ngetik.
3. Kata majemuk ada yang ditulis serangkai seperti sapu-
tangan, dan ada yang ditulis terpisah seperti tanggung
jawab.
4. Kata depan di, ke, dari, dsb. ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Contoh: di rumah
5. Partikel pun ada yang ditulis serangkai seperti biarpun,
kalaupun, walaupun, kendatipun, sungguhpun, sekalipun,
namun selain itu partikel pun ditulis terpisah. Misalnya,
Jangankan rumah, tanahnya pun sudah dijualnya.
6. Penulisan Singkatan dan Akronim
a. Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari
satu huruf atau lebih.
1) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan dan pangkat
diikuti tanda titik. Contoh: Sdr., Kol., M.Sc., B.S.Mardiatmaja
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan, badan/
organisasi yang terdiri dari huruf-huruf awal ditulis dengan
huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Contoh: DPR,
PGRI, KTP
3) Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih
diikuti satu tanda titik. Contoh: dll., tgl., hlm., sda., tetapi
atas nama, dengan alamat, untuk perhatian ditulis a.n.,
d.a., u.p.
4) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Contoh:
Cu (kuprun), cm (sentimeter), kg (kilogram), Rp (rupiah).
b. Penulisan Akronim
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan
huruf, gabungan suku, atau gabungan dan suku kata
dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf
awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan
huruf kapital. Contoh: ABRI, SIM
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku
kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh: Akabri, Bappenas, Kapolri
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa
gabungan huruf, suku kata, atau gabungan huruf
dan suku kata ditulis seluruhnya dengan huruf
kecil. Contoh: rudal, tilang, rapim
D. Penulisan Unsur Serapan
Bahasa Indonesia dipengaruhi oleh bahasa asing dan
bahasa daerah misalnya bahasa Sansekerta, bahasa
Arab, bahasa Belanda, Bahasa Inggris. Bahasa-bahasa
tersebut mempunyai sistem yang berbeda, baik
sistem penulisan maupun pengucapan. Supaya tidak
sulit dalam menuliskan dan mengucapkan bahasa
asing tersebut, perlu diatur penulisan unsur serapan.
Misalnya: formateur-formatur, trottoir-trotoar,
dialogue-dialog, mobiel-mobil, percentage-
persentase, accu-aki, taxi-taksi, ratio-rasio, methode,
metode, frequency- frekuensi, phase-fase, coupon-
kupon, variety-vareitas, neutron-neutron, hydraulic-
hidraulik, haemoglobin-hemoglobin.
7. Penulisan Bilangan
a. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan
dengan cara berikut. Misalnya, bab II, bab kedua, atau bab
ke-2.
b. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran an
mengikuti cara berikut. Misalnya, tahun 50-an, uang
5000-an.
c. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata ditulis dengan huruf, tetapi lebih dari dua
kata ditulis dengan angka, kecuali ada perincian. Contoh:
Dia menonton drama itu tiga kali.
Ani memelihara ayam 256 ekor.
Dia membeli 10 buah tas, 345 buah pensil, dan 12 buku.
d. Angka tidak boleh ditulis pada awal kalimat. Contoh:
250 ekor ayam dibelinya kemarin. (salah)
E. Penggunaan tanda baca
1. Tanda titik digunakan:
a. Di akhir kalimat berita. Contoh:
Ayahku tinggal di Solo.
b. Di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau baga. Contoh:
Bab III. Rektor UPH
A. Pembantu Rektor I
1. Dekan
c. Untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu. Contoh:
1.35.20 jam (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
d. Untuk memisahkan angka ribuan atau kelipatannya.
Contoh:
Jumlah penduduk di desa kamu adalah 24.000 orang.
2. Tanda koma digunakan:
a. Di antara unsur suatu perincian. Contoh:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
b. Memisahkan kalimat setera yang didahului kata seperti
tetapi atau melainkan. Contoh:
Saya ingin datang, tetapi hujan.
c. Untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat
jika anak mendahului induk kalimatnya. Contoh:
Karena sakit hati, dia tidak datang.
d. Di belakang kata penghubung yang mengawali kalimat.
Contoh:
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
e. Untuk memisahkan kata seru yang ada dalam kalimat.
Contoh:
Hati-hati, ya, nanti jatuh!
f. Untuk memisahkan petikan langsung dari bagi-
an lain kalimat. Contoh:
Kata Ibu, Saya gembira sekali.
g. Di antara (1) nama dan alamat, (2) bagian-
bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, dan (4)
nama tempat dan wilayah. Contoh:
Surat ini dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Ekonomi UPH, Jalan Diponegoro 456, Medan.
h. Di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contoh:
Prof. Dr. dr. Siti Fadjriah, M.Kes.
i. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan
tambahan yang sifatnya membatasi. Contoh:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih sering terjadi
banjir.
j. Tanda koma dipakai di belakang keterangan
dalam kalimat untuk menghindari salah baca.
Contoh:
Untuk keperluan penulisan karya ilmiah,
mahasiswa harus memahami teknis penulisan
karya ilmiah.
3. Tanda titik koma (;) dipakai untuk memisah-
kan bagian kalimat yang setara atau
menggantikan kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara dalam kalimat
majemuk. Contoh:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai.
Ayah mengurus kebun di Pekanbaru; Ibu
sibuk mengurusi Partai Demokrat.
4. Tanda titik dua (:) digunakan:
a. Pada akhir pernyataan lengkap jika diikuti pemerian. Contoh:
Kita memerlukan perabot rumah tangga: lemari, meja, dan kursi.
b. Sesudah kata atau ungkapan yang memerkukan pemerian. Contoh:
1) Ketua : Ahmad Wijaya
2) Sekretaris : Handoko
3) Bendahara : Sulastri
c. Dipakai dalam teks drama sesudah nama pelaku. Contoh:
Ibu : Di mana cincinku?
Ayah : Saya tidak tahu.
d. Dipakai (1) di antar jilid atau nomor dan halaman, (2) di antara bab dan
ayat dalam kitab suci, (3) di antara judul dan anak judul suatu
karangan, dan (4) nama kota dan penerbit daftar pustaka. Contoh:
Matius 5: 20-30.
Pendidikan Seumur Hidup: Suatu Tinjauan Praktis
Sinuhaji, Tono. Cinta Seratus Persen. Medan: Bina Media, 2014.
5. Tanda hubung (-) digunakan untuk:
a. Memisahkan suku kata dalam pergantian baris.
Contoh:
Ibu sudah mengerjakan penulis-
an karangan itu.
b. Dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
Contoh:
anak-anak, menari-nari, pukul-memukul
c. Menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan
bagian tanggal. Contoh:
p-a-n-i-t-i-a 25-9-2014
d. Di antara imbuhan dengan angka, imbuhan dengan
kata dimulai huruf kapital, dan imbuhan yang kata
dasarnya bahasa asing. Contoh:
se-Jawa, anak ke-3, tahun 50-an, PHK-kan, di-
smash
6. Tanda pisah (--) digunakan :
a. Membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar kalimat. Contoh:
Kemerdekaan bangsa itusaya yakin akan
tercapaidiperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
b. Menegaskan adanya keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi jelas. Contoh:
Susunan tulisanpendahuluan, pembahasan, dan
isi harus jelas.
c. Di antara dua bilangan dengan arti sampai dengan.
Contoh:
19451965
56 September 2014
7. Tanda elipsis (...) digunakan:
a. Dalam kalimat yang terputus-putus. Contoh:
Kalau begitu..., ya, marilah kita bergerak!
b. Menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat
atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Contoh:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti
lebih lanjut.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan itu di akhir
kalimat berita, tanda titik harus dibuat empat.
Contoh:
Pernyataan yang salah berikut ini adalah....
8. Tanda tanya digunakan:
a. Di akhir kalimat tanya. Contoh:
Kapan kita berangkat?
b. Untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
kebenarannya. Contoh:
Ia dilahirkan pada tahun 1924 (?).
9. Tanda seru digunakan sesudah ungkapan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesung-
guhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang
kuat. Contoh:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar mandi itu!
Merdeka!
10. Tanda kurung ( ) digunakan:
a. Mengapit keterangan tambahan atau penjelasan.
Contoh:
Polisi menghabisi BPK (Badan Pemeriksa Keuangan).
b. Mengapit bagian yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan. Contoh:
Permasalahan itu (lihat halaman 30) sudah jelas.
c. Mengapit bagian yang boleh dihilangkan. Contoh:
Rumah itu dibakar (oleh) mereka.
d. Mengapit angka atau huruf yang memerinci suatu
urutan keterangan. Contoh:
Persoalan itu menyangkut (a) alam, (b) manusia,
dan (c) sistem hukum.
11. Tanda kurung siku ([])dgunakan:
a. Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat
atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau
kekurangan itu memang terdapat dalam
naskah asli. Contoh.
Sang Mahadewa men[d]engar suara itu.
b. Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas
yang diapit dengan tanda kurung . Contoh:
Persamaan kedua proses itu (perbedaannya
sudah dibicarakan pada Bab II [lihat halaman
3438 ] tidak dibicarakan) perlu dibentang-
kan di sini.
12. Tanda petik () digunakan:
a. Mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Contoh:
Saya belum siap, kata Mira, tunggu sebentar!
Pasal 36 berbunyi, Bahasa negara adalah bahasa
Indonesia.
b. Mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat. Contoh:
Bacalah Bahasa Prokem dalam Kompas!
c. Mengapit istilah yang kurang dikenal atau memiliki
arti khusus. Contoh:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara coba dan
ralat saja.
13. Tanda petik tunggal () digunakan:
a. Mengapit petikan yang tersusun di dalam
petikan lain. Contoh:
Waktu kubuka pintu depan, kudengar
teriak anakku, Ibu, Bapa pulang, dan rasa
letihku lenyap seketika, kata Pak Safei.
b. Mengapit makna, terjemahan, atau penje-
lasan kata atau ungkapan asing. Contoh:
Apa feed back balikan kegiatan kita ini?
14. Pemakaian garis miring (/) digunakan:
a. Dalam nomor surat, nomor pada alamat surat,
dan penandaan pada masa satu tahun yang
terbagi dalam dua takwim atau tahun ajaran.
Contoh:
Nomor 450/A.1/IV/2014
Jalan Surabaya I/48 Medan
Tahun ajaran 2014/2015
b. Sebagai pengganti kata atau, tiap, dan atau-
pun. Contoh:
Melalui darat/laut.
Rp 30.000,00/eksemplar
15. Tanda penyingkat (apostrof) ():
Tanda penyingkat atau apostrof dipakai untuk
menghilangkan bagian kata atau bagian tahun.
Contoh:
Dia kan sudah kusurati.
Malam tlah tiba.
26 Nopember 14
TERIMA KASIH
GRATUS AUM

Anda mungkin juga menyukai