Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. E DENGAN DIAGNOSA MEDIS DHF DIRUANG KEMUNING RSUD Dr.

SOESELO SLAWI KAB


TEGAL DI SUSUN OLEH : 1. TRI MARDYANTI 2. M FAHRURROZI 3. FRISKA OKTAVIANI 4. MUSTIKA HANI WIJAYA
5. NOVI MAISSY 6. TIKA FITRIANINGSIH 7. DENI ARIYANTO Pembimbing : DEDDY UTOMO SKM AKADEMI
KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL Jl. Dewi Sartika No 1 Debong Kulon Kec. Tegal Selatan Kota Tegal
Telp.(0283) 323523, 323524, Fax. (0283) 323523 Tahun Akademik 2013/ 2014 BAB I A. DEFINISI DHF adalah
penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi yang
biasanya memburuk setelah dua hari pertama.( Hendarwanto; 417; 2004 ) DHF adalah infeksi akut yang
disebabkan oleh arbovirus ( arthropodbora virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes
albopictus dan Aedes agypty ). ( Ngastiyah; 341; 1997 ) DHF adalah penyakit demam yang disebabkan oleh virus
disertai demam akut, perdarahan, tedensi syok. ( Suryanah; 191; 1996 ) Demam dengue/ DF dan demam
berdarah dengue / DBD ( dengue haemoragic fever / DHF) adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/ nyeri sendi yang di sertai leukopenia , ruam,
limfadenopati, trombositopenia, dan di tesis [hempragik. Pada DBD terjadi pembesaran plasma di tandai
dengan hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit ) atau penumpikan cairan di rongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue ( dengue shock sindrom ) adalah demam berdarah dengue yang di tandai oleh renjatan /
syok. ( Sudoyo Aru, dkk 2009 ) B. KLASIFIKASI Manifestasi derajat penyakit Infeksi Virus Dengue : DB/DBD
Derajat Derajat Laboratorium DB DBD I II III IV Demam disertai 2 atau Lebih tanda : mialgia, Sakit kepala, nyeri
retro orbital, artralgia. Gejala di atas di tambah uji bendung positif. Gejala di atas di tambah perdarahan
spontan Gejala di atas di tambah kegagalan sirkulasi( kulit dingin lembab disertai gelisah) Syok berat di sertai
dengan tekanan darah dan nadi tidak teratur. - Leukopenia - Trombositopenia,tidak ditemukan bukti
ada kebocoran plasma Trombositopenia (<100.000/uL) Bukti ada kebocoran plasma Serologi dengue positif
Klasifikasi derajat DBD menurut WHO : - Derajat I Demam di sertai gejala tidak khas dan satu satunya
manifestasi perdarahan adalah uji torniquet positif. - Derajat II Derajat I di sertai perdarahan spontan di
kulit dan/ perdarahan lain. - Derajat III Di temukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,
tekanan nadi menurun, ( ≤ 20 mmHg ) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah
- Derajat IV Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat di ukur. ( sumber BAB Infeksi dan
Pediatri Tropis hal, 164 ) C. ETIOLOGI Virus dengue termasuk genus flavi virus, keluarga flavidae. Terdapat 4
serotipe virus yaitu DEN – 1, DEN – 2, DEN – 3, dan DEN – 4. Keempatnya ditemukan di indonesia dengan DEN – 3
serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang
bersangkutan. Sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 seritipe selama hidupnya. Ke empat serotipe virus dengue
dapat ditemukan di berbagai daerah di indonesia. ( Sudoyo Aru dkk, 2009 ) D. TANDA DAN GEJALA 1. Demam
dengue Merupakan penyakit demam akut selama 2 – 7 hari di tandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis
sebagai berikut : - Nyeri kepala - Nyeri retro orbital - Mialgia / artralgia - Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan ( petekie atau uji bendung positif ) - Leukopenia - Pemeriksaan serologi
dengue positif, atau di temuksn DB / DBD yang sudah di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
2. Demam berdarah dengue Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD di tegakkan bila semua hal di
bawah ini di penuhi : a. Demam atau riwayat demam akut antara 2 – 7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa : Ø Uji torniquet positif Ø Petekie, ekimosis, atau pupura
Ø Perdarahan mukosa ( epitaksis, perdarahan gusi ) saluran cerna, tempat bekas suntikan. Ø Hematemesis
atau melena. c. Trombositopenia < 100.000/ uL d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan :
Ø Peningkatan nilai hematokrit ≥ 20 % dari nilai baku sesuai umjur dann jenis kelamin. Ø Penurunan nilai
hematokrit ≥ 20 % setelah pemberian cairan yang adekuat. e. Tanda kebocoran plasma seperti,
hopoproteinemia, asiter dan efusi pleura. 3. Sindrom syok dengue Setelah kriteria DBD di atas di sertai
dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu : a. Penurunan kesadaran, gelisah b. Nadi cepat dan lemah
c. Hipotensi d. Tekanan darah turun ≤ 20 mmHg e. Perfusi perifer menurun f. Kulit demam – lembab (
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA, 2013 ) E. PATOFISIOLOGI Fenemona
patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang
mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstraseluler. Hal pertama yang terjadi setelah virus
masuk kedalam tubuh penderita adalah verimia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal – pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik – bintik merah pada kulit ( petekie ),
hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa ( splenomegali ).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya
hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan ( syok ). Hemokonsentrasi (
peningkatan hematokrit > 20% ) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran ( perembesan )
plasma ( plasma leakage ) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena. Oleh karena itu pada penerita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala
untuk mengetahui berapa persen hemikonsentrasi yang terjadi. Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal
jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan
yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau
hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apanila tidak
seger adiatasi dengan baik. Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda – tanda perdarahan
hampir diseluruh alat tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. Hati umumnya
membesar denga perlemakan dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau parasentral lobulus hati.(
Effendy; 1; 1995 ) F. PATOFISOLOGI Arbovirus( melalui, beredar dalam aliran infeksi
virus dengue Nyamuk aedes aegepty) darah ( viremia) PGE
hipotalamus membentuk & melepaskan mengaktifkan Zat C3a,
C5a komplemen Hipertermi peningkatan
reabsopsi permeabilitas memb Na + dan H2O ran
meningkat Agregasi trombosit kerusakan endotel resiko
syok Pembuluh darah hopovolemik
Trombositopeni merangsang & renjatan
hipovolemi mengaktivasi faktor k dan
hipotensi Pembekuan Keboco
ran
plasma DIC
Resiko perdarahan perdarahan Resiko perfusi jaringan tidak
efektif Asidosis metabolik hipoksia jaringan Resiko
syok(hipovolemik) kekurangan volume ke
ekstravaskuler Cairan Paru-
paru hepar abdomen Efusi
pleura hepatomegali ascites
Mual, muntah Ketidakefektifan pola nafas Penekanan
abdomen Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh ( Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis & NANDA , 2013 ) G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Darah Terjadi trombositopenia dan
hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia,
hiponatremia, serta hipokloremia. SGOT, SGPT, ureum dan pH darah mungkin meningkat, sedangkan reserve
alkali merendah. 2. Air Seni Mungkin ditemukan albuminaria ringan. 3. Sumsum Tulang Pada awal sakit
biasanya hiposeluler kemudian pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi. 4. Serologi o Serum ganda :
pada masa akut dan konvalesen. Kenaiakan antibody antidengue sebanyak minimal 4 kali. Uji peningkatan
komplemen ( PK ), uji neutralisasi ( NT ) dan uji dengue blot. o Serum tunggal : ada atau tidaknya atau titer
tertentu antibody antidengue. Uji dengan blot, Uji Ig M antidengue. 5. Isolasi virus Bahannya adalah darah
pasien, jaringan – jaringan baik dari pasien hidup melalui biopsi , dari pasien yang meninggal melalui otopsi (
Hendarwanto; 422; 2004 ) H. PENATALAKSANAAN 1. Penatalaksanaan DHF tanpa penyakit : Ø Tirah baring
Ø Makanan lunak. Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5 – 2 liter dalam 24 jam (
susu, air dengan gula atau sirop ) atau air tawar ditambah dengan garam saja. Ø Medikamentosa yang bersifat
simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberi kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinia atau
diperon dan jang diberikan asetosal karena bahaya pendarahan. Ø Antibiotik diberikan bila terdapat
kemungkinan terjadi infeksi sekunder. 2. Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan : Ø Pemasangan
infuse dan dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan diatasi. Ø Observasi keadaan umum, nadi,
tekanan darah, suhu dan pernapasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4 – 6 jam pada hari pertama selanjutnya
tiap 24 jam. Ø Pada pasien DSS diberi cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti Na Cl, laktat
ringer yang dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tak tampak pernaikan dapat
diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran atau preparat hemase, sejumlah 15 – 29 ml/kg berat
beban dan dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila pada pemeriksaan didapatkan
penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfuse darah. ( Mansjoer; 432; 2001 ) I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertensi b/d proses infeksi dengue Tujuan : suhu tubuh klien dalam batas normal Kriteria hasil :
- Suhu tubuh dalam batas normal - Nadi dan RR dalam rentang normal - Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak ada pusing Intervensi : - Monitor suhu sesering mungkin - Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tekanan darah, nadi, dan RR - Kompres pasien pada lipat paha dan aksila - Monitor intake
dan output - Selimuti pasien - Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antipiretik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi Kriteria hasil : - Berat badan dalam batas normal - Mampu mengidentifikasi kebutuhan
pasien Intervensi : - Kaji adanya alergi makanan - Monitor turgor kulit - Monitor mual dan muntah
- Monitor intake dan output - Monitor BB - Monitor interaksi anak dan orang tua selama makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang di butuhkan. 3. Resiko
syok hipovolemik b/d perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler Tujuan :
tidak terjadi hipovolemik Kriteria hasil : - Nadi dalam batas normal - Frekuensi nafas dalam batas
normal Intervensi : - Monitor status sirkulasi warna kulit, denyut jantung, HR dan ritme nadi perifer dan
kapileri refil - Monitor suhu dan pernafasan - Monitor intake dan output - Pantau nilai lab : Hb, Ht,
AGD dan elektrolit - Kolaborasi dengan memberikan cairan IV atau oral sesuai indikasi 4. Resiko
perdarahan b/d penurunan faktor – faktor pembekuan darah ( trombositopeni ) Tujuan : tidak terjadi
komplikasi perdarahan Kriteria hasil : - Tidak ada hematuri dan hematemesis - Tidak ada distensi
abdominal - Hb dan Ht dalam batas normal Intervensi : - Monitor tanda – tanda perdarahan - Catat
nilai Hb dan Ht sebelum dan sesudah terjadinya perdarahan. - Pertahankan bedrest selama perdarahan
aktif - Mmonitor status cairan yang meliputi intake dan output - Pertahankan potensi IV line
- Kolaborasi dalam pemberian produk darah ( platelet atau fresh frozen plasma) ( Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA , 2013 ) BAB II ASUHAN KEPERAWATAN Hari / tanggal :
Rabu, 25 Juni 2014 Oleh : - Metode : Wawancara Sumber informasi : Anamnesa
status pasien Tempat praktek : Ruang kemuning RSUD dr.Soeselo Slawi
A. Pengkajian I. IDENTITAS KLIEN Nama : An. E Usia : 11 th Agama : Islam
Pendidikan : SD Alamat : Slawi Nama ayah/ ibu : Tn. R / Ny. M Pekerjaan ayah : wiraswasta
Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga Pendidikan ayah : SMP Penndidikan Ibu : SMP Agama : Islam
Alamat : Slawi II. KELUHAN UTAMA Orang tua klien mengatakan anaknya demam
tinggi III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Sejak kurang lebih 3 hari yang lalu tanggal 21-06-2014
sebelum masuk RS klien mengeluh demam tinggi, menggigil panas naik turun, klien di bawa keluarganya ke
IGD RSUD dr.SOESELO Slawi untuk mendapatkan perawatan, dan dokter menganjurkan untuk rawat inap, di
ruang kemuning. Klien mengatakan badannya masih panas suhu tubuh 39◦ C, ada perdarahan bintik – bintik
merah di tangan dan kaki. Nafsu makan turun, mual. IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Sebelumnya
klien tidak pernah mengalami penyakit seperti yang diderita sekarang dan tidak pernah di rawat di rumah
sakit. Klien tidak mempunyai riwayat alergi, imunisasi rutin yaitu : polio, DPT, BCG, Hepatitis, dan campak. Klien
tidak pernah mengalami kecelakaan, persalinan normal lahir 9 bulan. V. RIWAYAT KELUARGA
Keluarga mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami sakit seperti
ini. VI. RIWAYAT KEHAMILAN Pemeliharaan kehamilan di bidan 1 kali tiap bulan. Riwayat penyakit
selama kehamilan tidak ada dan selama hamil ibu pasien selalu menjaga kandungannya dengan baik. Setelah
persalinan anak lahir sehat dan normal dengan BB 3000 gram. Dan minum ASI sampai umur 2
tahun. VII. RIWAYAT SOSIAL Anak di rumah yang mengasuh kedua orang tuanya, anak baik
berinteraksi dengan lingkungan dan teman sebayanya di rumah dan sekolahnya. VIII. KEADAAN
KESEHATAN SAAT INI 1. Diagnosa medis : Dengue haemoragic Fever ( DHF ) 2. Terapi : Infus D5 ¼ NS
15 tpm Injeksi :- Ceftri 2 x 750 mg - Genta 2 x 40 mg - Dexa 3 x 1/3 amp - Ranitidin 3 x 1/3
amp - Ondansentron 3 x 2 mg - Farmadol 4 x 200 mg 3. Tindakan keperawatan - Memonitor
keadaan umum pasien - Memonitor TTV , suhu, RR, dan nadi. - Menganjurkan keluarga untuk membatasi
aktivitas klien. - Memberikan kompres hangat. - Mengkolaborasikan dengan tim medis dengan
pemberian obat antipiretik. 4. Hasil laboratorium Tanggal : 25 juni 2014 pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Rujukan Hemmatologi Paket darah rutin Leukosit 12,3 10^3/UL 4,5 – 13,5 Eritrosit 4,7 10^6/UL 3,80 – 5,80
Hemoglobin 10,9 g/dl 10,8 – 15, 6 Hematokrit L 32 % 33 – 45 Trombosit L 42 10^3/UL 150 – 400 Diff Count
Eosinofil L 1,10 % 2,00 – 4,00 Basofil 0,20 % 0 – 1 Netrofil L 9,30 % 50 – 70 Limfosit H 70,80 % 25 – 40 Monosit
H 18,60 % 2 - 8 IX. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL GORDON 1. Persepsi kesehatan dan
pola manajemen kesehatan Status kesehatan anak sejak lahir bagus, orang tua pasien rajin melakukan
imunisasi yaitu BCG, polio, campak, DPT, dan hepatitis, yang menyebabkan anak absen berangkat sekolah
adalah jika pasien demam, orang tua tidak merokok di dekat anak, mainan anak aman, produk rumah tangga
aman, orang tua tahu tentang penyakit anaknya. 2. Nutrisi – Pola manajemen Sebelum sakit ortu pasien
mengatakan anaknya makan 3x sehari dengan lauk ikan dan sayur sop. Setiap kali makan habis 1 porsi dan
minum sekitar 6 – 8 gelas perhari. Setelah sakit ortu pasien mengatakan nafsu makan anaknya berkurang
makan 3x sehari dan setiap makan hanya habis 2 – 5 sendok makan saja, dan sesudah makan sering mual dan
minum 2 – 4 gelas perhari. Pasien tidak ada pantangan alergi dalam makanan. 3. Pola eliminasi Sebelum
sakit : BAB 1 – 2 x/ hari konsistensi lembek warna kuning bau menyengat. BAK 4 – 5 x/ hari
warna kuning jernih bau khas Setelah sakit : BAB tidak lancar baru BAB setelah 3 hari warna kuning
kecoklatan. BAK 3 – 4 x/ hari warna kuning bau khas. 4. Pola Istirahat Sebelum sakit : tidur
siang 2 jam, tetapi kadang- kadang tidak tidur siang karena bermain, jam 13.00 – 15.00 wib Tidur
malam 8 – 9 jam/hari jam 21.00- 05.00 wib Setelah sakit : tidur siang 2 jam/ hari dari jam 12.00 – 14.00
wib Tidur malam 8 – 9 jam/ hari dari jam 20.00 – 05.00 wib 5. Pola Aktivitas – Latihan Sebelum
sakit aktivitas klien ke sekolah dan bermain dengan teman sebaya klien di rumah setelah pulang sekolah.
Saat sakit klien tidak beraktivitas, klien hanya beristirahat karena sakit. 6. Pola Kognitif – Persepsi Respon
anak untuk bicara baik, suara keras, anak mampu mengatakan nama waktu, alamat, mampu mengidentifikasi
kebutuhan: lapar, haus, nyeri. 7. Persepsi diri – Pola konsep Diri Status mood anak baik, pemahaman anak
terhadap identitas diri baik. 8. Pola Peran Hubungan Struktur keluarga pasien merupakan anak ke 4 dari 4
bersaudara. Tinggal bersama orang tua. Interaksi antara anggota keluarga dan anak baik. 9. Sexualitas
Perasaan anak sebagai laki - laki 10. Koping – Toleransi Stress Yang menyebabkan anak stress adalah harus
di rawat di RS selalu di suntik, tidak betah, perawat memberi penjelasan agar klien bisa memahami klien
dirawat di RS guna penyembuhan klien. 11. Nilai Pola Keyakinann Orang tua pasien selalu mengajarkan kepada
anaknya untuk menjalankan ibadah dan perilaku yang baik terhadap orang lain. Agama klien
islam. X. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan umum : compos mentis, lemas. 2. Tanda- tanda
vital : S : 39 ◦ C Nadi : 90x/menit RR : 20x/menit 3. TB/BB : 140 cm/ 25 kg 4. Kepala :
Inspeksi : bentuk bulat, rambut hitam, tidak ada lesi di kulit kepala Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak
ada nyeri tekan 5. Mata Inspeksi : pergerakan bola mata simetris kiri dan kanan,
konjungtiva Tidak anemis. Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan. 6. Mulut
Inspeksi : bibir kering, mukosa oral kering, tidak ada stomatitis,gigi tidak karies, tidak ada perdarahan.
Palpasi : tidak ada benjolan tidak ada nyeri tekan. 7. Hidung Inspeksi : terdapat rambut-rambut hidung,
penciuman baik, tidak ada sesak, tidak ada perdarahan. 8. Telinga Inspeksi : simetris kanan kiri, fungsi
pendengaran baik,tidak ada serumen,tidak ada perdarahan. Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri
tekan. 9. Leher Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar vena jugularis dan kelenjar tiroid Palpasi :
tidak ada pembesaran kelenjar limfe 10. Dada Inspeksi : pergerakan dada simetris Palpasi : nyeri tekan
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler,tidak terdengar bunyi tambahan seperti Wheezing atau ronchi.
11. Jantung Auskultasi : pekak pada jantung,bunyi nafas vesikuler,tidak terdengar bunyi tambahan. 12. Paru
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler, tidak terdengar bunyi tambahan seperti wheezing atau ronchi. 13. Abdomen
I : perut datar, tidak ada asites A : Bising usus + normal P : Timpani P : Turgor kulit normal, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembbesaran hepar 14. Genetalia : laki – laki, dalam batas normal 15. Ekstremitas atas :
Simetris kiri kanan. Terpasang infus D5 ¼ NS 15 tpm di tangan kanan. ROM baik kekuatan otot 5. Tidak ada
edema, akral teraba hangat. Ekstremitas bawah : Simetris kiri kanan, kedua tungkai dapat di gerakan, ROM
baik, kekuatan otot 5. 16. Kulit : dalam batas normal. ANALISA DATA NO Hari/tanggal Data Fokus Etiologi
Problem I II Rabu, 25 juni 2014 Rabu, 25 juni 2014 DS : Orang tua pasien mengatakan anaknya demam tinggi
selama 3 hari, panas naik turun. DO : - klien tampak lemas - suhu : 39 ◦ C - nadi : 90x/ menit - RR :
20x/menit DS : Orang tua pasien mengatakan nafsu makan anaknya turun, mual dan muntah DO : - Makanan
yang di sajikan tidak habis ( hanya 2 – 3 sendok) - BB Sekarang 25 kg - Bibir tampak kering Proses
infekksi virus dengue Intake kurang akibat mual muntah, anoreksia Hipertermi Ketidaksembangan Nutrisi
kurang dari Kebutuhan tubuh. PRIORITAS MASALAH 1. Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang akibat mual, muntah,
anoreksia. INTERVENSI KEPERAWATAN NO Diagnosa keperawatan Intervensi Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
I Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan panas anak turun dengan kriteria hasil : 1. Panas turun/ hilang 2. Suhu dan nadi dalam batas
normal 36,5- 37,2 ◦ C dan 50-90x/menit 1. Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam 2. Jelaskan upaya untuk
mengatasi hipertermi dan bantu klien/keluarga dalam melaksanakan kompres hangat pada lipat paha dan
aksila 3. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh. 4. Anjurkan keluarga agar pasien
banyak minum 6 – 8 x/ hari 5. Observasi TTV 6. Monitor penurunan tingkat kesadaran II
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia.
Setelah di lakukan tindakan keoerawatan selama 2x 24 jam di harapkan masalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil :: 1. Anak tidak merasa mual dan muntah
2. Nafsu makan meningkat 3. Porsi makan habis 4. Mukosa bibir lembab 5. BB kembali bertambah
1. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 2. Monitor adanya penurunan BB 3. Monitor lingkungan
selama makan 4. Monitor mual dan muntah 5. Libatkan keluarga dalam kebutuhan nutrisi klien
6. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vit C 7. Berikan makanan kesukaan pasien
8. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi IMPLEMENTASI KEPERAWATAN/ CATATAN
PERKEMBANGAN NO dx Hari/tanggal/ jam Implementasi Keperawatan Evaluasi keperawatan I Rabu, 25 juni 2014
14.00 wib 14.15 wib 15.00 wib 16.00 wib 18.00 wib 18.30 wib 18.35 wib 18.45 wib Operan dinas Mmengobservasi
ku pasien Menyiapkan air hangat Memberikan injeksi : farmadol 4x200 mg ceftri 2x750 mg ondan 3x 2 mg dexa
3x ½ amp mmengobservasi TTV menganjurkan keluarga untuk kompres hangat menganjurkan keluarga untuk
memberikan banyak minum 8 – 9 gelas/ hari menganjurkan keluarga untuk memakaikan selimut S : ibu pasien
mengatakan anaknya masih demam O : - Klien lemas - Suhu : 39 ◦ C - Nadi : 90x/menit - RR :
20x/menit A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi 1. Mengobservasi ku 2. Mengobservasi TTV
3. Menganjrkan keluarga agar pasien banyak minum 4. Menganjurkan keluarga agar anak di kompres saat
panas II Rabu, 25 juni 2014 15.30 wib 15.45 wib 16.30 wib 16.45 wib 19.00 wib 21.00 wib Menganjurkan ortu
pasien untuk memberi makan sedikit tapi sering Menncatat jumlah porsi makan yang di habiskan pasien
Melibatkan keluarga dalam kebutuhan nutrisi pasisen Mengkaji mual dan muntah Menjelaskan kepada ortu
manfaat nutrisi bagi anak terutama pada saat sakit dan harus mengkonsumsi makanan yang bergizi Operan
dinas malam S : ibu pasien mengatakan anaknya masih belum nafsu makan O : - Porsi makan yang di
habiskan 1/3 porsi - BB 25 kg A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi 1. Menganjurkan ortu
agar pasien makan sedikit tapi sering 2. Mencatat jumlah porsi makan yang di habiskkan 3. Menjelaskan
kepada ortu manfaat nutrisi bagi anak terutama saat sakit 4. Menkaji mual muntah IMPLEMENTASI
KEPERAWATANN/ CATATAN PERKEMBANGAN NO DX Hari /tanggal /jam Implementasi keperawatan Evaluasi
keperawatan I Kamis, 26 juni 2014 07.00 wib 07.17 wib 07.30 wib 07.40 wib O8.00 wib 12.00 wib 12.20 wib 12.30
wib 14.00 wib Operan dinas pagi Mengobservasi ku pasien Melakukan verbedden Melakukan mengoplos obat
injeksi dan oral Melakukan injeksi : Farmmadol 4x200 mg Ceftri 2x 750 mg Dexa 3x 1/3 amp Ondan 3x 2 mg
Mengobservasi TTV Menganjurkan ibu untuk kompres hangat jika anak panas Menganjrkan kepada keluarga
untuk mmemakaian selimut pada anak Operan dinas siang S : Ibu pasien mengatakkan anaknya demamnya
sudah mulai turun O : - Lemas - Suhu : 37 ◦ C - N : 90 x/ menit - RR : 20x / mmenit A : masalah
teratasi sebagian P : lanjutkkan inttervensi 1. Mengobservasi ku 2. Melakukan ttv 3. Menganjurkan
keluarga untuk mengompres hangat jika anak panas 4. Menganjurkan ortu untuk memakaikan selimut pada
anak II Kamis, 26 juni 2014 09.00 wib 12.15 wib 12.25 wib 14.00 wib Menganjurkan ortu pasien untuk memberi
makan sedikit tapi sering Mencatat jumlah porsi makan yang di habiskan Melibatkan keluarga dalam
kebutuhan nutrisi pasiien Mengkaji mual dan muntah Operan dinas siang S : ortu pasien mengatakan anaknya
masih tidak nafsu makan O : - Porsi makan yang di habiskkan 1//3 porsi - BB 25 kg A : masalah belum
teratasi P : lanjutkan intervensi 1. Mencatat jumlah porsi makan yang di habiskkan 2. Mengkaji mual
muntah 3. Melibatkan keluarga dalam kebutuhan nutrisi pasien

Invested $100 in Cryptocurrencies in 2017...You would now have $524,215: https://goo.gl/efW8Ef

Anda mungkin juga menyukai