dalam Teks
Dra. Hj. Yusra D., M.Pd.
Ejaan Bahasa Indonesia dalam Teks
1 Pemakaian Tanda
Baca
2 Penulisan Unsur
Serapan
Melanjutkan materi sebelumnya mengenai ejaan bahasa Indonesia
di dalam sebuah teks, kita akan mempelajari bagaimana ejaan
bahasa Indonesia dalam pemakaian tanda baca
dan penulisan unsur serapan.
Pemakaian Tanda Baca
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) edisi keempat berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan da
n Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tanggal 26 November 2016.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan 13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang
gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/
dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. salah pengertian.
Misalnya: Ny. Khadijah, M.A. Misalnya: Dalam pengembangan bahasa, kita dapat
Bambang Irawan, M.Hum. memanfaatkan bahasa daerah.
Siti Aminah, S.H., M.H. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima
kasih.
11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara
rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:100,25 kg, Rp500,50
C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata 3. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
penghubung untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda
kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk. koma.
Misalnya: Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis Misalnya: Saya membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana,
makalah; Adik membaca cerita pendek. dan kaus; pisang, apel, dan jeruk.
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap 4. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata
yang diikuti pemerincian atau penjelasan. yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya: Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang Misalnya: Bapak : “Bawa buku ini, Nak!”
kemerdekaan: hidup atau mati. Reni : “Baik, Pak.”
Bapak : “Jangan lupa, letakkan baik-baik!”
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. 5. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan
Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan
anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang dalam daftar pustaka.
memerlukan pemerian. Misalnya: - Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Misalnya: Ketua : Priyanto - Surah Albaqarah: 2—5
Sekretaris : Rian Herdiana - Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen
Bendahara : Mefliza Nusantara
E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf
terpenggal oleh pergantian baris. kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan);
Misalnya: Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas. e. kata dengan kata ganti Tuhan ( atas rahmat-Mu);
f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang. g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa
Misalnya: mahasiswa-mahasiswa, keinggris-inggrisan
huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku)
3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan,
dan 6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa
tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.
huruf dalam kata yang dieja satu-satu. Misalnya: - di-sowan-i (bahasa Jawa, ‘didatangi’)
Misalnya: 11-11-2013, p-a-n-i-t-i-a - ber-pariban (bahasa Batak, ‘bersaudara sepupu’)
- di-back up, me-recall, pen-tackle-an
4. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan
bagian kata atau ungkapan. 7. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang
Misalnya: ber-evolusi, meng-ukur, menjadi objek bahasan.
dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000) Misalnya: Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta
²³∕₂₅ (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
2. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai 2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film,
sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai dalam
dalam dialog. kalimat.
Misalnya: - “Menurut saya … seperti … bagaimana, Pak?” Misalnya: - Sajak “Aku” terdapat pada halaman 125 buku itu.
- “Jadi, simpulannya …oh, sudah saatnya istirahat.” - Marilah kita menyanyikan lagu “Maju Tak
Gentar”!
- Perhatikan “Pemakaian Tanda Baca” dalam buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya Kedua, unsur asing yang penulisan dan
terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti force pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
majeur, de facto, de jure, dan l’exploitation de l’homme Indonesia.
par l’homme.
Dalam hal ini, penyerapan diusahakan agar ejaannya
Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya
Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
masih mengikuti cara asing.
Usur-unsur serapan yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.
Contoh unsur serapan dari bahasa Arab:
mazhab, kadar, sahabat, hakikat, gaib, ilmu, kaidah, nikmat, afdal, daif, hadir, afdal, arif, fakir, fasih, gaib,
magfirah, magrib, hakim, masalah, sihir, amar, islah, kaidah, ufuk, makmum, mukmin, imla, istinja/tinja, wudu,
iktikad, muslim, nasihat, sahih, jariah, jenazah, ijazah, khusus, makhluk, tarikh, akikah, makam, mutlak, asas,
salam, silsilah, hadis, selasa, waris, asar, musibah, khusus, sah, asyik, arasy, sah, syarat, mutlak, tabib, rukuk,
syubhat, sujud,jadwal takwa, wujud, nubuat, kuat, aurat, maulid, haul, walau, inayah, yakin, yakni, kias, ziarah,
khazanah, zaman, izin, azan, ustaz, za, hafiz, akhirat ayat, hikmah/hikmat ibadah/ibadat sunah/sunat
surah/surat, alami, insani, aliah, amaliah, duniawi, kimiawi, dan simak.
pal, bal, aerodinamika, hemoglobin, trailer, hidraulik, konstruksi, kubik, klasifikasi, kristal, sentral, sen, sirkulasi,
akomodasi, silinder, akomodasi, akulturasi, akumulasi, aklamasi, aksen, aksesori, vaksin, karisma, teknik,
eselon, mesin, cek, idealis, sistem, stereo, geometri, politik, rim, kompor, provos, metode, dan tiket.
Contoh unsur serapan dari bahasa Inggris:
deskripsi, sintesis, fanatik, pasien, varietas, hierarki, kontingen, kongres, linguistik, kartun, pul, koordinasi,
gubernur, kupon, kontur, fase, fisiologi, spektograf, psikis, akuarium, frekuensi, ekuator, retorika, skema, aksi,
rasio, pasien, teokrasi, unit, struktur, institut, akuarium, skuadron, konsekuen, ekuivalen, evakuasi televisi,
vitamin, eksekutif, taksi, eksepsi, eksklusif, psikologi, struktural, formal, normal, informan, monarki, anarki,
sekunder,
sekunde,r publikasi fonetik, teknik, elektronik, mekanik, ekonomis, praktis, logis, mobil, modernisme, komunikatif,
demonstratif, deskriptif, analog, epilog, prolog, teknologi, analogi, fisiologi, trotoar, direktur, inspektur, distributor,
universitas, kuantitas, kualitas, kultur, prematur, dan struktur.
sabda, sastra
Kemampuan mengaplikasikan ejaan bahasa Indonesia (EBI) merupakan syarat utama dalam berbahasa tulis.
Penulisan berbasis ketelitian aplikasi EBI contohnya: proposal, artikel, makalah, skripsi, tesis, disertasi, laporan,
dan karangan yang didokumentasikan. Kesalahan penggunaan ejaan dapat berakibat pada penilaian yang
buruk, kurang profesional, bahkan berakibat penolakan. Oleh karena itu, penguasaan dan penerapan
penggunaan ejaan secara mendalam dan menyeluruh sangat diperlukan.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok
besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Unsur-unsur itu
dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Dalam hal ini, penyerapan diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih
dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.