Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nurlely

NIM : 20170303017

No. Urut : 21

Jurusan : Keperawatan

RANGKUMAN

1. Pemakaian Huruf

Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penulisan huruf menyangkut dua masalah, yaitu:

1) Pemakaian Huruf Besar atau Huruf Kapital

 Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat berupa petikan langsung.
Contoh: Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
 Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti-Nya.
Contoh: Lindungilah kami dari siksa api neraka-Mu.
Tuhan Maha Pengasih kepada hamba-Nya.
 Huruf besar atau kapital sebagai huruf pertama nama gelar (kehormatan, keturunan, keagamaan)
yang diikuti nama orang.
Contoh: Salah satu pahlawan kebanggaan bangsa Indonesia adalah Pangeran Diponegoro.
 Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Contoh: Setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Hari Raya Idul Fitri jatuh pada tanggal 1 Syawal.
 Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintah,
dan ketatanegaraan, serta nama dokumentasi resmi.
Contoh: Undang-Undang Dasar 1945 disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1949.
 Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti sapaan.
Contoh: Kapan Bapak akan kembali dari perjalanan dinasnya?
Besok Bapak akan datang.

2) Penulisan Huruf Miring

 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam karangan.
Contoh: Kitab Sutasoma dikarang oleh Empu Tantular.
 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegasakan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
atau kelompok kata.
Contoh: Huruf a adalah huruf pertama dari abjad.
 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan
bahasa asing.
Contoh: Nama ilmiah bunga mawar adalah Rosa.
2. Penulisan Kata

Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan, kata ulang, dan gabungan kata.

 Kata dasar ditulis sebagai satu satuan kata yang berdiri sendiri.
Contoh: Bangun, beli, buang, buka, makan, masak, minum.
 Kata turunan atau kata berimbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Contoh: Membangun, membeli, membuang, membuka, memakan, memasak, meminum.
 Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh: Anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, jalan-jalan, kata-kata, macam-macam, hewan-hewan.
 Gabungan kata
Contoh: Mancanegara, narasumber, pascasarjana, semipermanen.

3. Penulisan Unsur Serapan

Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan
besar. Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle,
shuttlecock. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih
mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya hingga bentuk Indonesianya masih
dapat dibandingkan dengan bentuk aslinya.

Contoh: Communication = Komunikasi

Guitar = Gitar

Glass = Gelas

Jacket = Jaket

Position = Posisi

4. Pemakaian Tanda Baca

Pemakaian tanda baca dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan meliputi:

1) Tanda Titik (.)

 Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.


Contoh: B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari.
 Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh: Dr. Prambudi menyampaikan makalah mengenai penghematan energi.
 Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum, yang ditulis dengan
huruf kecil.
Contoh: dll. (dan lain-lain), tgl. (tanggal), hlm. (halaman).
 Tanda titik digunakan pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuan, jutaan, dan
seterusnya.
Contoh: Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
2) Tanda Koma (,)

 Tanda koma harus digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh: Saya membeli buku, pulpen, dan pensil.
Saya, Ani, dan Dion berjanji untuk melakukan pekerjaan ini bersama-sama.
 Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata tetapi, melainkan, dan sedangkan.
Contoh: Budi bukan hanya pelukis yang handal, tetapi juga sebagai seniman yang cerdas.
Agung bukan anak yang nakal, melainkan anak yang pandai.
Anto pintar matematika, sedangkan haris pintar bahasa Inggris.
 Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak
kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Biasanya, anak kalimat didahului oleh kata
penghubung bahwa, karena, agar, sehingga, walaupun, apabila, jika, meskipun, dan sebagainya.
Contoh: Apabila pakaian sekolahku terkena noda, Ibu akan marah.
Karena tidak punya biaya, ia tidak sekolah.
Jika Tian lulus SMA, ia akan melanjutkan kuliah.
Meskipun dia miskin, dia sangat dermawan kepada setiap orang.
 Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun
begitu, akan tetapi, meskipun demikian, namun, dalam, hubungan itu, dalam pada itu, oleh sebab
itu, sebaliknya, selanjutnya, pertama, kedua, misalnya, sebenarnya, bahkan, selain itu, kalau
begitu, kemudian, malah, padahal, maka, dan sebagainya.
Contoh: Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
Jadi, kita harus berterima kasih pada dia.
Akan tetapi, dia bukanlah seorang idola.
 Tanda koma harus digunakan di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh: O, begitu?
Ya, dia benar sekali.
Wah, indah sekali lukisan itu.
Aduh, dompetku tertinggal di mobil.
Kasihan, dia tidak lulus tahun ini.
 Tanda koma harus digunakan di antara (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat, (3) tempat
dan tanggal, dan (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh: Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta.
Tangerang, 07 Desember 1998
 Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademik jika gelar akademik tersebut
mengikuti nama orang itu.
Contoh: B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
 Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan oposisi.
Contoh: Guru saya, Pak Achmad, pandai sekali.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara.

3) Tanda Pisah (―)

Contoh: Kemerdekaan itu―hak segala bangsa―harus di pertahankan.

Kesuksesan itu―saya yakin―bisa dicapai dengan kerja keras dan pantang menyerah.
4) Tanda Petik (“...”)

Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung, judul syair, karangan, istilah yang mempunyai

Arti khusus atau kurang dikenal.

Contoh: Kata Mira, “Saya belum siap”.

Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.

5) Garis Miring (/)

Garis miring dipakai untuk menyatakan (1) atau, (2) per yang artinya tiap, (3) tahun akademik/tahun

ajaran, dan (4) nomor surat.

Contoh: Barang itu dikirimkan lewat darat/laut.

Kertas itu harganya Rp250/lembar.

5. Diksi atau Pilihan Kata

1) Pengertian

Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatau. Pilihan
kata merupakan suatu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia
tutur/berkomunikasi sehari-hari. Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat
apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan.

2) Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna sebenarnya atau makna yang memang sesuai dengan pengertian yang
dikandung oleh kata tersebut.

Contoh: Pohon mangga yang ditanamnya sudah mulai berbuah.

Warna daunnya sangat hijau.

Para perampok mengikat kaki dan tangan pemilik rumah.

Olahraga pencak silat sangat terkenal di Indonesia.

Makna konotatif adalah bukan makna sebenarnya. Dengan kata lain, makna kias atau makna
tambahan.

Contoh: Perilakunya menjadi buah bibir masyarakat.

Dia sering makan hati karena perkataan mertuanya.

Tidak disangka, Bambang menjadi kaki tangan bandar narkoba.

Banyak juga manfaatnya bila kita pandai bersilat lidah.


6. Pembentukan Kata

Ada dua cara pembentukan kata, yaitu:

1) Pembentukan kata dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru.

Contoh:

No Angkat Buah Darah Kata


1. Tangan Hati Biru Hati
2. Kaki Bibir Muda Kunci
3. Bicara Baju Daging Pengantar

2) Pembentukan kata dari luar bahasa Indonesia terbentuk makna kata baru melalui unsur serapan.

Contoh: Try Out = Uji Coba

Soap = Sabun

Think = Pikir

Alphabet = Huruf

Law = Hukum

7. Kata Baku dan Tidak Baku

Kata baku merupakan kata yang cara pengucapan atau penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah Ejaan
yang Disempurnakan (EyD) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Sementara itu, kata tidak baku
adalah kata yang cara pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah standar tersebut.

Contoh:

No. Kata Baku Tidak Baku


1. Akhlak Ahlak
2. Baterai Baterei
3. Cendekiawan Cendikiawan
4. Ekstrem Ekstrim
5. Frekuensi Frekwensi
//

Anda mungkin juga menyukai