Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk
tergantung pada sel mana dari kelima sel-sel hipofise yang
mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya mengalami
perbesaran, disebut adenoma mikroskopik bila diameternya
kurang dari 10 mm atau adenoma makroskopik bila
diameternya lebih dari 10 mm, yang terdiri dari atas satu
jenis sel atau beberapa jenis sel.
Prolaktinoma (adenoma laktotropin) adalah tumor kecil,
jinak, yang terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala
yang khas pada kondisi ini sangat jelas pada wanita usia
reproduktif dan dimana terjadi (tidak menstruasi yang
bersifat primer dan sekunder), galaktorea (sekresi ASI
spontan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan),
dan infertilitas.
Adenoma somatotropik terdiri dari atas sel-sel yang
mensekresi hormon pertumbuhan. Gejala klinik
hipersekresi hormon pertumbuhan tergantung pada usia
klien saat terjadi kondisi ini. Pada klien prepubertas
adenoma somatotropik mengakibatkan gigantisme,
sedangkan pada masa pubertas mengakibatkan
terjadinya akromegali, yang ditandai dengan perbesaran
ekstremitas (jari tangan, kaki), lidah, rahang, dan hidung.
Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi
ACTH. Kebanyakan tumor ini mikroadenoma dan secara
klinis dikenal dengan tanda khas sindrom cushing.
A. Pengkajian
1. Riwayat penyakit : manifestasi klinis tumor hipofise
bervariasi tergantung pada hormon mana yang disekresi
berlebihan. Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan
prolaktin, GH, dan ACTH, mulai kapan dirasakan.
2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama
dalam keluarga
3. keluhan utama, mencakup :
a. perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-
organ tubuh seperti jari-jari, tangan, dsb.
b. Perubahan tingkat energi, kelelahan dan letargi
c. Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman
d. Dispareunia dan pada pria disertai dengan impotensi
e. Nyeri kepala, kaji P,Q,R,S,T
f. Gangguan penglihatan seperti menurunya ketajaman
penglihatan, penglihatan ganda, dll
g. Kesulitan dalam hubungan seksual
h. Perubahan siklus menstruasi mencakup keteraturan,
kesulitan hamil
i. Libido seksual menurun
j. Impotensi
4. Pemeriksaan fisik :
a. Amati bentuk wajah, khas pada hipersekresi GH
seperti bibir dan hidung besar, tulang supraorbita
menjolok
b. Kepala, tangan/lengan dan kaki juga bertambah
besar, dagu menjorok ke depan
c. Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang
tidak tumbuh dengan baik
d. Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat
kompresisaraf optikus, akan dijumpai penurunan visus
e. Amati perubahan pada persendian dimana klien
mengeluh nyeri dan sulit bergerak. Pada pemeriksaan
ditemukan mobilitas terbatas.
f. Peningkatan perspirasi pada kulit menyebabkan
kulitbasah karena berkeringat
g. Suara membesar karena hipertropi laring
h. Pada palpasi abdomen, didapat hepatomegali dan
splenomegali
i. Hipertensi
j. Disfagia akibat lidah membesaar
k. Pada perkusi dada dijumpai jantung membesar
5. Pemeriksaan Diagnostik :
a. kadar prolaktin serum, ACTH, GH
b. foto tengkorak
c. CT skan foto
d. Angiografi
e. Tes supresi dengan dexametason
f. Tes toleransi glukosa
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama :
1. Perubahan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
penampilan fisik
2. Disfungsi seksual berhubungan dengan penurunan libido,
infertilitas
Perawatan preoperasi :
1. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan
2. Menjelaskan penggunaan tampon hidung selama 2- 3 hari
pasca operasi Anjurkan klien bernafas melalui mulut selama
pemasangan tampon
3. Menjelaskan penggunaan balut tekan yang ditempatkan dari
bawah hidung, menggosok gigi, batuk, bersin, karena hal ini
dapat menghambat penyembuhan luka.
4. Menjelaskan berbagai prosedur diagnostik yang diperlukan
sebagai persiapan operasi seperti pemeriksaan neurologik,
hormonal, lapang pandang, swab tenggorokan untuk
pemeriksaan kultur dan sensitivitas
Perawatan pasca operasi :
1. amati respon neurologik klien dan catat adakah perubahan
penglihatan, disorientasi, dan perubahan kesadaran serta
penurunan kekuatan motorik ekstremitas
2. Amati komplikasi pasca operasi : diabetes insipidus transien,
bila terjadi hal terbeut lakukan tindakan berikut :
a. catat cairan yang masuk baik peroral maupun parenteral
b. tingkatkan masukan cairan bila ada rasa haus
c. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vasopresin
d. bila diperlukan lakukan pemasangan kateter
e. ukur berat bada setiap hari
3. Anjurkan klien untuk melaporkan bila terjadi pengeluaran
sekret dari hidung ke faring (post nasal drip)
4. Tinggikan posisi kepala 30 – 45 derajat
5. kaji drainase nasal terhadap kualitas dan kuantitas,
terhadap kemungkinan mengandung glukosa
6. hindari batuk, ajarkan klien napas dalam, lakukan higiene
oral secara teratur karena pernapasan mulut dan
penggunaan tampon
7. kaji tanda-tanda infeksi (meningitis) dengan cermat
8. kolaborasi pemberian gonadotropin, kortisol, sebagai
dampak hipofisektomi
II. Hipofungsi Kelenjar Hipofise (Hipopituitarisme)
Hipopituitarisme adalah hiposekresi satu atau lebih hormon
hipofise. Kondisi ini dapat mengenai semua sel hipofise
(panhipituitarisme) atau hanya sel-sel tertentu, terbatas pada
satu subset sel-sel hipofise anterior (mis. Hipogonadisme
sekunder terhadap defisiensi sel-sel gonadotropik), atau sel-
sel hipofise posterior (mis. Diabetes insipidus).
Patofisiologis
Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan
sekunder. Yang termasuk penyebab sekunder antara lain :
a. defek perkembangan kongenital, seperti pada dwarfisme
pituitari atau hipogonadisme.
b. Tumor yang merusak hipofise (mis, adenoma hipofise
nonfungsional atau merusak hipotalamus (mis, glioma
atau kraniofaringioma)
c. Iskemia, seperti nekrosis pada post partum.
Diabetes insipidus :
Tanda dan gejala diabetes insipidus :
- kurangnya ADH sekunder terhadap lesi yang
menghancurkan hipotalamus, atau hipofise posterior
- urine hipotonik dan volume urine yang besar ( 5 sampai 6
liter/ hari)
Diabetes insipidus disebabkan oleh :
- tumor
- infeksi otak atau meningen
- hemoragi intrakranial atau trauma yang mengenai tulang
bagian dasar tengkorak.
1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit masa lalu
- Penyakit atau trauma pada kepala
- Riwayat radiasi kepala
b. Sejak kapan keluhan dirasakan
c. Berat dan tinggi badan saat lahir
d. Keluhan utama :
- Pertumbuhan lambat
- Ukuran otot dan tulang kecil
- Tanda-tanda seks sekunder tidak berkembang : tidak
ada rambut pubis dan axilla, payudara tidak tumbuh,
tidak mendapat haid, dll.
- Infertilitas, Impotensi, Libido menurun
- Pada wanita : nyeri saat senggama
e. Pemeriksaan fisik
- Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur berat dan tinggi
badan
- Amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan
rambut axilla dan pubis, pada klien laki-laki amati
pertumbuhan rambut diwajah
- Palpasi kulit : kulit kering dan kasar
f. Kaji dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien
dalam memenuhi kebutuhann dasarnya
g. Pemeriksaan penunjang
- Foto kranium : melihat pelebaran dan atau erosi di
sella tursika
- Serum darah : LH dan FSH, GH, Prolaktin, kortisol,
aldosteron, testosteron, androgen, test stimulasi yang
mencakup uji toleransi insulin dan TRH
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
struktur dan fungsi tubuh akibat defisiensi gonadotropin
dan hormon pertumbuhan
b. Disfungsi seksual
c. Koping individu tidak efektif
d. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit,
pengobatan dan perawatan di rumah
e. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan
penampilan tubuh
f. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya
kekuatan otot
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
penurunan kadar hormonal
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan :
a. Klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga
diri yang tinggi
b. Klien dapat berpartisipasi aktif dalam program pengobatan
c. Klien dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
d. Klien lepas dari rasa cemas
e. Klien terhindar dari komplikasi
4. Intervensi Keperawatan
a. Defisiensi Gonadotropin
- kolaborasi pemberian obat (hormonal)
laki-laki : androgen (testosteron) + HCG -- 4 – 6 bulan
HCG + Menotropin - 5 – 6 bulan
Wanita : estrogen dan preogesteron