Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Kesehatan


Sub Pokok Bahasan : Hiperbilirubin
Sasaran :
Waktu :
Tanggal :
Tempat : Rumah Sakit
Pembicara : Nurfajrina

A. Tujuan Intruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan masyarakat dapat mengerti dan memahami
tentang Hiperbilirubin

B. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan selama 35 menit, diharapkan masyarakat dapat :
1. Menjelaskan pengertian tentang Hiperbilirubin
2. Menjelaskan etiologi penyakit hiperbilirubin.
3. Menjelaskan tentang manifestasi klinis pada penyakit hiperbilirubin.
4. Menjelaskan komplikasi hiperbilirubin.
5. Menjelaskan tentang penatalaksanaan dengan penyakit hiperbilirubin.

C. Materi
1. Pengertian tentang penyakit Hiperbilirubin
2. Etiologi penyakit Hiperbilirubin
3. Manifestasi klinis penyakit Hiperbilirubin
4. Komplikasi Hiperbilirubin
5. Penatalaksanaan penyakit Hiperbilirubin

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi

E. Media
1. Laeflet

F. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
No Tahapan Waktu
Penyuluh Sasaran
1 Pembukaan 5 menit  Memberi salam  Menjawab
 Memperkenalkan diri salam.
 Menyimak

2 Inti 25 menit Menjelaskan tentang :  Menyimak dan


1. Pengertian memperhatikan
Hiperbilirubin .
2. Etiologi Giperbilirubin
3. Manifestasi klinis
Hiperbilirubin
4. Komplikasi  Mengajukan
Hiperbilirubin pertanyaan.
3 Penutup 5 menit 5. Penatalaksanaan  Menjawab
Hiperbilirubin salam

 Tanya jawab
 Menyimpulkan
 Mengucapkan salam

G. Buku Sumber
 Google.com
H. Evaluasi
Dilakukan secara lisan setelah penyuluhan dilakukan. Evaluasi dilakukan dengan
memberi pertanyaan terbuka.
1) Cara : Lisa n
2) Jenis : Pertanyaan terbuka
3) Waktu : Setelah dilakukan penyuluhan
4) Soal :
a. Jelaskan pengertian Hiperbilirubin
b. Jelaskan etiologi Hiperbilirubin
c. Jelaskan manifestasi klinis Hiperbilirubin
d. Jelaskan komplikasi Hiperbilirubin
e. Jelaskan penatalaksanaan Hiperbilirubin

Tangerang, Juli 2013

Penyuluh
SATUAN ACARA PENYULUHAN
HEPATITIS B

A. Pengertian
Hiperbilirubin adalah meningginya kadar bilirubin dalam darah melebihi nilai
normalnya pada bayi yang baru lahir. Nilai normal : bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl,
bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl. Ikterus neonatorium adalah disklorisasi pada kulit atau
organ lain karena penumpukan bilirubin. Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul
pada hari kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak
melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kern icterus”
dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus patologik adalah ikterus
yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang
disebut hiperbilirubin. Kern icterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan
hyperbilirubin indirek terutama pada korpus striatum, thalamus dan nukleus
subthalamus.

B. Etiologi

Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan
oleh beberapa faktor. Secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi :
1. Produksi yang berlebihan

o Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian


golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
o Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
o Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang
terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
o Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
o Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol
(steroid).
o Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek
meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
o Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan dalam proses “Uptake” dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat
asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase
(Sindrom Criggler-Najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam
hepar yang berperan penting dalam “Uptake” bilirubin ke sel hepar. Gangguan
fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksion yang dapat
langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi , Toksoplasmosis,
Siphilis.
3. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar. Ikatan
bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat,
sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin
indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.

4. Gangguan dalam ekskresi


Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar. Kelainan
diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar
biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum:
a. Faktor Maternal
 Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
 Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
 Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
 ASI
b. Faktor Perinatal
 Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
 Infeksi (bakteri, virus, protozoa)

c. Faktor Neonatus
 Prematuritas
 Faktor genetik
 Polisitemia
 Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
 Rendahnya asupan ASI
 Hipoglikemia
 Hipoalbuminemia

C.Manifestasi Klinis
 Tanda dan gejala awal : berlangsung selama 4 – 7 hari, pasien sakit kepala, anoreksia,
mual, muntah, nyeri perut kanan atas.
 Tanda dan gejala lanjutan : berlangsung selama 3 – 6 minggu. Kuning disklera lalu
diseluruh tubuh, air urine seperti air teh, feces berwarna pucat, hepar membesar dan
nyeri bila ditekan, serta diare.

D.Komplikasi
 Terjadi kern icterus adalah suatu sindroma neurologik yang timbul sebagai akibat
penimbunan bilirubin tak terkonjugasi dalam sel – sel otak. Secara klinis pada
awalnya tidak jelas, dapat berupa mata berputar, letargi, kejang, tak mau menghisap,
malas minum, tonus otot meningkat, leher kaku, dan opistotonus. Bila berlanjut dapat
terjadi spasme otot, opistotonus, kejang, atetosis yang disertai ketegangan otot. Dapat
ditemukan ketulian pada nada tinggi, gangguan bicara dan retardasi mental.
 Bilirubin Encephalopathy (setiap penyakit degenerative pada otak dan merupakan
komplikasi serius ). Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid
dinding sel neuron di ganglia basal, batang otak dan serebelum yang menyebabkan
kematian sel. Pada bayi dengan sepsis, hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan
kerusakan pada sawar darah otak. Dengan adanya ikterus, bilirubin yang terikat ke
albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular. Sejauh ini hubungan antara
peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui.
Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada
bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik (bukan karena
inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu ) yang
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik
yang disebabkannya. Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin
akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy,
epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar
dan perceptual motor disorder.

E. Penatalaksanaan
1. Terapi Sinar/fototerapi
Pengaruh sinar terhadap ikterus telah diperkenalkan oleh Cremer sejak 1958.
Banyak teori yang dikemukakan mengenai pengaruh sinar tersebut. Teori terbaru
mengemukakan bahwa terapi sinar menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin. Energi
sinar mengubah senyawa yang berbentuk 4Z, 15Z-bilirubin menjadi senyawa berbentuk
4Z, 15E-bilirubin yang merupakan bentuk isomernya. Bentuk isomer ini mudah larut
dalam plasma dan lebih mudah diekskresi oleh hepar ke dalam saluran empedu.
Peningkatan bilirubin isomer dalam empedu menyebabkan bertambahnya pengeluaran
cairan empedu ke dalam usus, sehingga peristaltik usus meningkat dan bilirubin akan
lebih cepat meninggalkan usus halus. Di RSU Dr. Soetomo Surabaya terapi sinar
dilakukan pada semua penderita dengan kadar bilirubin indirek >12 mg/dL dan pada
bayi-bayi dengan proses hemolisis yang ditandai dengan adanya ikterus pada hari
pertama kelahiran. Pada penderita yang direncanakan transfusi tukar, terapi sinar
dilakukan pula sebelum dan sesudah transfusi dikerjakan. Peralatan yang digunakan
dalam terapi sinar terdiri dari beberapa buah lampu neon yang diletakkan secara pararel
dan dipasang dalam kotak yang berfentilasi. Agar bayi mendapatkan energi cahaya yang
optimal (380-470 nm) lampu diletakkan pada jarak tertentu dan bagian bawah kotak
lampu dipasang pleksi glass biru yang berfungsi untuk menahan sinar ultraviolet yang
tidak bermanfaat untuk penyinaran. Gantilah lampu setiap 2000 jam atau setelah
penggunaan 3 bulan walau lampu masih menyala. Gunakan kain pada boks bayi atau
inkubator dan pasang tirai mengelilingi area sekeliling alat tersebut berada untuk
memantulkan kembali sinar sebanyak mungkin ke arah bayi. Pada saat penyinaran
diusahakan agar bagian tubuh yang terpapar dapat seluas-luasnya, yaitu dengan
membuka pakaian bayi. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 6-8 jam agar bagian
tubuh yang terkena cahaya dapat menyeluruh. Kedua mata ditutup namun gonad
tidakperlu ditutup lagi, selama penyinaran kadar bilirubin dan hemoglobin bayi di pantau
secara berkala dan terapi dihentikan apabila kadar bilirubin. Penghentian atau
peninjauan kembali penyinaran juga dilakukan apabila ditemukan efek samping terapi
sinar. Beberapa efek samping yang perlu diperhatikan antara lain : enteritis, hipertermia,
dehidrasi, kelainan kulit, gangguan minum, letargi dan iritabilitas. Efek samping ini
biasanya bersifat sementara dan kadang-kadang penyinaran dapat diteruskan sementara
keadaanyang menyertainya diperbaiki.
2. Terapi Obat-obatan
- Fenorbarbital dapat mengekskresikan bilirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatic glukoronil transferase yang dapat
meningkatkan bilirubin konjugasi dan clearance hepatic pada pigmen dalam
empedu, sintesis protein dimana dapat meningkatkan albumin untuk mengikat
bilirubin.
- Antibiotik, apabila terkait dengan adanya infeksi.

3. Transfusi Tukar
Transfusi tukar merupakan tindakan utama yang dapat menurunkan dengan cepat
bilirubin indirek dalam tubuh selain itu juga bermanfaat dalam mengganti eritrosit yang
telah terhemolisis dan membuang pula antibodi yang menimbulkan hemolisis. Walaupun
transfusi tukar ini sangat bermanfaat, tetapi efek samping dan komplikasinya yang
mungkin timbul perlu di perhatikan dan karenanya tindakan hanya dilakukan bila ada
indikasi. Kriteria melakukan transfusi tukar:
 Melihat kadar bilirubin, juga dapat memakai rasio bilirubin terhadap albumin.
 Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar, kadar
hemoglobin < 13 g/dL (hematokrit < 40%) dan tes Coombs positif, segera rujuk
bayi.
 Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk
dilakukan tes Coombs, segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan
hemoglobin < 13 g/dL (hematokrit < 40%).
 Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar:

 Persiapkan transfer.
 Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas transfusi
tukar.
 Kirim contoh darah ibu dan bayi.
 Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning, mengapa perlu
dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi.

Prosedur transfusi tukar :

 Bayi ditidurkan rata di atas meja dengan fiksasi longgar.


 pasang monitor jantung, alarm jantung diatur diluar batas 100-180 kali / menit.
 Masukkan kateter ke dalam vena umbilikalis.
 Melalui kateter, darah bayi diisap sebanyak 20 cc lalu dikeluarkan. Kemudian
darah pengganti sebanyak 20 cc dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Setelah
menunggu 20 detik, lalu darah bayi diambil lagi sebanyak 20 cc dan dikeluarkan.
Kemudian dimasukkan darah pengganti dengan jumlah yang sama, demikian siklus
penggantian tersebut diulangi sampai selesai.
 Kecepatan mengisap dan memasukkan darah ke dalam tubuh diperkirakan 1,8 kg /
cc BB/ menit.
 Jumlah darah yang ditransfusi tukar berkisar 140-180 cc / kg BB tergantung pada
tinggi rendahnya kadar bilirubin sebelum transfusi tukar.

Anda mungkin juga menyukai