Anda di halaman 1dari 20

MODUL BAHASA INDONESIA

Materi: Diksi atau Pilihan Kata

DISUSUN OLEH
KHUSNUL FATONAH, M.PD.

POLITEKNIK STMI JAKARTA


2021
MODUL 4
DIKSI ATAU PILIHAN KATA

PENDAHULUAN
Dalam modul 4 ini, mahasiswa akan memperoleh informasi tentang diksi atau
pilihan kata dalam bahasa Indonesia. Pilihan kata merupakan unsur yang sangat
penting untuk menyampaikan maksud dengan baik. Dengan diksi (pilihan kata) yang
benar, orang lain akan mudah memahami informasi yang disampaikan, baik lisan
maupun tulisan. Mempelajari diksi dapat membantu mahasiswa dalam membuat
kalimat secara tepat melalui kata-kata yang dipilihnya. Pemilihan kata ini juga harus
sesuai dengan situasi dan kondisi yang berlaku.
Beberapa konsep diksi yang dibahas dalam modul ini mencakup hakikat diksi
beserta fungsinya, dan kriteria pemilihan kata beserta cakupan diksi. Pemahaman
tentang diksi juga perlu ditopang oleh kesadaran menguasai kosakata dan motivasi
untuk rajin membuka kamus, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus
Istilah, Kamus Sinonim-Antonim, atau Tesaurus. Kamus dapat memberikan suatu
ketepatan kepada pembaca tentang pemakaian kata-kata sebelum diucapkan atau
dituliskan.
Diharapkan setelah membaca modul ini, mahasiswa dapat memiliki motivasi untuk
memperkaya kosakata agar tidak mengalami kesulitan dalam memilih diksi.
Kemahiran memilih kata hanya dimungkinkan jika seseorang menguasai kosakata yang
cukup luas. Untuk memperdalam pemahaman tentang modul ini, mahasiswa dapat
mengerjakan soal-soal latihan yang berkaitan dengan diksi.

Selamat membaca dan belajar!


1. Hakikat Diksi
Diksi ialah pilihan kata (Arifin dan Tasai, 2010). Dalam konteks ini, pilihan
kata berkaitan dengan kata-kata yang dikuasai oleh penutur dalam bahasa Indonesia.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diksi adalah pilihan kata yang tepat
dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan ide atau gagasan sehingga
diperoleh efek-efek tertentu seperti yang diharapkan. Pilihan kata merupakan satu
unsur yang sangat penting dalam bahasa lisan atau tulis. Diksi dapat membantu
seseorang untuk mengungkapkan apa yang ia inginkan dengan tepat.
Jadi, yang dimaksud dengan diksi atau pilihan kata adalah tindakan memilih
kata yang tepat yang digunakan oleh penulis untuk menyatakan sesuatu. Sebagai
contoh, perhatikan beberapa ungkapan berikut.
1. Tutup pintunya!
2. Tolong tutup pintunya.
3. Dapatkah Anda menutup pintunya sebentar?

Ungkapan-ungkapan tersebut pada dasarnya mengandung informasi yang


sama, tetapi dinyatakan dengan diksi yang berbeda. Perbedaan diksi tersebut dapat
menimbulkan kesan dan efek komunikasi yang berbeda pula. Kehatian-hatian perlu
dilakukan sebelum memilih kata agar tidak mencelakai diri sendiri atau menyakiti hati
orang lain.
Diksi merupakan hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam
suatu tuturan bahasa. Pemilihan ini dilakukan apabila terdapat kata-kata yang artinya
hampir sama atau mirip. Dari berbagai kata itulah dipilih satu kata yang paling tepat
untuk mewakili gagasan yang ingin disampaikan.
Ada berbagai syarat yang harus ditepati agar mencapai diksi yang baik dan
tepat, di antaranya dapat membedakan makna denotasi dan konotasi, dapat
membedakan kata-kata yang hampir besinonim, atau dapat memakai kata penghubung
yang berpasangan secara tepat. Kata yang tepat akan membantu seseorang
mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik secara lisan
maupun tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai dengan situasi kondisi dan tempat
penggunaan kata kata itu
Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep,
pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi
antara lain
1. melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
2. membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
3. menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
4. mencegah perbedaan penafsiran.
5. mencegah salah pemahaman.
6. mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

2. Kriteria Pemilihan Kata


Sebelum memilih kata, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Mustakim (2016) menjelaskan bahwa ketepatan kecermatan, dan keserasian berkaitan
dengan kriteria pemilihan kata.

a. Ketepatan
Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata secara
tepat untuk mengungkapkan gagasan yang diinginkan. Dalam hal ini, terdapat
kesamaan antara apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicara kepada para pembaca
atau pendengarnya. Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan pula dengan
penggunaan kata-kata yang bermakna denotasi dan konotasi, sinonim, eufemisme,
generik dan spesifik, kata bermakna konkret dan abstrak, kata kajian dan populer, serta
kata bermakna homonim, homofon, dan homograf.
(1) Makna Denotasi dan Konotasi
Makna denotasi adalah makna yang mengacu pada gagasan tertentu
(makna dasar) yang tidak mengandung makna tambahan atau nilai rasa tertentu.
Makna denotasi juga disebut makna yang sebenarnya, objektif, apa adanya, atau
makna konseptual.
Makna konotasi adalah makna tambahan yang mengandung nilai rasa
tertentu di samping makna dasarnya. Makna konotasi juga disebut sebagai
makna asosiatif, yakni makna yang ditimbulkan oleh sikap sosial dan sikap
pribadi karena adanya rasa tambahan dari makna konseptual.
Untuk memahami perbedaan antara makna denotasi dan konotasi,
perhatikan contoh berikut.
a. Ia baru saja membeli seekor kambing hitam di pasar.
b. Ia dijadikan kambing hitam dalam permasalahan yang terjadi.

Ungkapan kambing hitam pada kalimat (a) merupakan ungkapan yang


bermakna denotasi, yaitu merujuk pada makna yang sebenarnya, yakni
kambing yang berwarna hitam. Sementara itu, kalimat (b) merupakan ungkapan
yang bermakna konotasi, yakni kambing hitam yang dimaksud adalah pihak
yang dipersalahkan.
Contoh lain dari makna konotasi yang berkenaan dengan nilai rasa
ditemukan pada kata kurus, kerempeng, dan langsing. Meski ketiga kata
tersebut bermakna denotatif sama, tetapi memiliki nilai rasa yang berbeda. Kata
kurus mempunyai nilai rasa yang bersifat netral, kata kerempeng memiliki nilai
rasa yang cenderung negatif, sedangkan kata kata langsing memiliki nilai rasa
lebih positif.

(2) Sinonim
Sinonim adalah kata-kata yang memiliki kesamaan atau kemiripan arti. Kata-
kata-kata yang bersinonim perlu dipahami, dipilih, dan digunakan secara tepat
dalam ragam formal. Dengan kata lain, pada kata-kata yang bersinonim, ada
kemungkinan penggunaan kata-kata tersebut tidaklah sama dalam kalimat.
Perhatikan contoh berikut.
a. Kemarin anjing tetanggaku mati karena sakit.
b. Banyak pahlawan yang gugur ketika berjuang mempertahankan kemerdekaan.
c. Setiap manusia di muka bumi ini pasti meninggal.
d. Korban yang tewas dalam kecelakaan itu mencapai sepuluh orang.

Meski kata mati bersinonim dengan gugur, meninggal, dan tewas, penggunaan
kata-kata tersebut tidak dapat digunakan seenaknya dalam kalimat. Ada nuansa
arti, situasi, dan kondisi yang diperlu diperhatikan sebelum memilih kata tertentu.

(3) Eufemisme
Eufemisme adalah kata atau ungkapan yang dirasa lebih halus untuk
menggantikan kata atau ungkapan yang dirasa vulgar, kasar, dan tidak sopan
dengan maksud tidak menyembunyikan fakta-fakta. Eufemisme diperlukan untuk
menjaga kepentingan komunikasi agar tidak salah paham, mencelakai diri sendiri,
atau menyakiti hati orang lain. Beberapa contoh eufemisme adalah sebagai berikut.
bodoh  kurang pandai
miskin  kurang mampu
minta  mohon

(4) Kata yang Bermakna Generik dan Spesifik


Makna generik adalah makna umum (mencakup beberapa makna lain yang
bersifat spesifik), sedangkan makna spesifik adalah makna khusus. Sebagai contoh
kata mawar, melati, cempaka, dan anggrek adalah makna spesifik dari bunga.
Dalam hal ini, bunga merupakan makna generik.
(5) Kata yang Bermakna Konkret dan Abstrak
Kata yang bermakna konkret adalah kata yang maknanya dapat diindra oleh
pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, kata konkret memiliki referen yang
dapat dilihat, didengar, dirasakan, atau diraba. Contoh dari kata konkret adalah
kucing, apel, langit, atau mobil.
Kata yang bermakna abstrak adalah kata-kata yang sulit dipahami oleh
pembaca atau pendengar karena referennya berupa konsep. Konsep merupakan
gambaran dari objek atau proses yang berada di luar bahasa dan untuk
memahaminya perlu menggunakan akal dan budi. Contohnya adalah kata
peradaban, kemanusiaan, pendidikan, kebijaksanaan, atau pertahanan.

(6) Kata Kajian dan Kata Populer


Kata kajian merupakan kata yang digunakan untuk bidang keilmuan tertentu,
sedangkan kata populer adalah kata yang biasa digunakan masyarakat umum
atau awam.
Contohnya:
Kata Kajian Kata Populer
H2O Air
Signifikan Bermakna
Riskan Berbahaya
Diameter Garis tengah
Definisi Batasan

(7) Kata bermakna Homonim, Homofon, dan Homograf


Homonim secara etimologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu
onoma yang berarti ‘nama’ dan homo yang artinya ‘sama’. Secara harfiah
homonim dapat diartikan sebagai relasi makna yang memiliki hubungan sama
tulisan, sama nama, sama pengucapan, tetapi berbeda artinya. Secara
sederhana, homonim merupakan hubungan dua kata atau lebih yang bentuk dan
pelafalannya sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.
Contoh :
a. Bisa ular itu sangat mematikan.
b. Kamu pasti bisa datang.
Kata bisa memiliki tulisan sama, pelafalan sama, tetapi makna yang berbeda.
Pada kalimat a, bisa memiliki arti ‘racun’, sedangkan kalimat b berarti ‘dapat’.
Homofon merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama atau
pengucapan sama, namun bentuk dan maknanya berbeda. Jika diucapkan kata-
kata tersebut memiliki bunyi yang sama, tetapi jelas bahwa makna dan tulisan
kata tersebut berbeda.
Contohnya:
a. Bang Arif memiliki hobi badminton.
b. Cita-citaku bekerja di bank.
Kata bang pada kalimat a bermakna kata sapaan untuk kakak laki-laki,
sedangkan kata bank pada kalimat b bermakna badan usaha di bidang keuangan
yang menarik dan mengeluarkan uang dalam masyarakat.
Homograf adalah kata-kata yang memiliki bentuk atau tulisan yang sama,
pengucapan atau pelafalan dan makna yang berbeda.
Perhatikan contoh berikut:
Ibu sangat tahu bahwa anak perempuannya tidak menyukai olahan tahu.
Tahu pada awal kalimat memiliki makna mengerti, sedangkan tahu di akhir
kalimat adalah makanan yang terbuat dari kedelai

b. Kecermatan
Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata
yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Kecermatan juga
berkaitan dengan penghematan unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan (mubazir).
Pemubaziran kata dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut.
(1) Penggunaan kata yang bermakna jamak secara ganda.
Contohnya:
Para mahasiswa-mahasiswa sudah mengerjakan tugas dengan baik.

Perbaikan kalimatnya:
a. Para mahasiswa sudah mengerjakan tugas dengan baik.
b. Mahasiswa-mahasiswa sudah mengerjakan tugas dengan baik.

Selain para, kata-kata lain yang sudah menyatakan makna jamak dalam bahasa
Indonesia adalah sejumlah, semua, banyak, sebagain besar, berbagai, segenap,
seluruh. Apabila kata-kata tersebut digunakan untuk menyatakan makna jamak, tidak
perlu lagi diikuti bentuk ulang yang juga menyatakan makna jamak.

(2) Penggunaan kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi secara
ganda (bersinonim)
Contohnya:
Kita harus belajar yang rajin agar supaya menjadi anak yang pintar.

Perbaikan kalimatnya:
a. Kita harus belajar yang rajin agar menjadi anak yang pintar.
b. Kita harus belajar yang rajin supaya menjadi anak yang pintar.

Pada contoh tersebut, kata agar dan supaya merupakan pasangan kata yang
bersinonim. Agar tidak mubazir, pasangan kata tersebut perlu digunakan salah satunya
saja. Beberapa pasangan kata lain yang bersinonim dan dapat menimbulkan
kemubaziran antara lain sangat… sekali, hanya… saja, demi untuk, seperti misalnya,
contohnya seperti, lalu kemudian, kalau seandainya.
Apabila suatu perincian sudah didahului kata contohnya, misalnya, seperti,
umpamanya, dan antara lain tidak perlu lagi diakhiri dengan ungkapan dan lain-lain,
dan sebagainya, atau dan seterusnya. Begitu pun sebaliknya. Jika ungkapan dan lain-
lain, dan sebagainya, atau dan seterusnya yang akan digunakan, tidak perlu ada
penggunaan contohnya, misalnya, seperti, umpamanya, dan antara lain karena akan
mubazir jika digunakan bersamaan.
Perhatikan contoh berikut.
Logam itu memiliki beberapa jenis, misalnya emas, perak, timah, dan sebagainya.

Perbaikan kalimatnya:
a. Logam itu memiliki beberapa jenis, misalnya emas, perak, timah.
b. Jenis-jenis logam itu adalah emas, perak, timah, dan sebagainya.

(3) Penggunaan kata yang bermakna ‘saling’ secara ganda


Makna ‘kesalingan’ yang dimaksud dalam hal ini adalah makna yang menyatakan
tindakan ‘berbalasan’ dari dua orang atau lebih. Bentuk resiprokal (makna
kesalingan) ini dapat diungkapkan dengan gabungan imbuhan ber- .. –an, seperti
pada kata bersalaman, berpandangan, berpapasan, dan bergandengan. Selain itu,
makna ‘kesalingan’ juga dapat diungkapkan dengan menambahkan kata saling
pada kata kerjanya.
Misalnya,
saling berpengaruh, saling pengaruh
saling meminjam, saling pinjam
saling menuduh, saling tuduh
saling memukul, saling pukul

Bentuk ulang juga dapat menyatakan tindakan berbalasan, seperti


pengaruh-memengaruhi
pinjam-meminjam
tuduh-menuduh
pukul-memukul
Jika sudah menggunakan bentuk-bentuk ulang tersebut, tidak diperkenankan
menambahkan kata saling agar kalimatnya tidak mubazir. Penggunaan yang mubazir,
seperti saling pengaruhi-memengaruhi, saling pinjam-meminjam, saling tuduh-
menuduh, saling pukul-memukul.

Contoh penggunaan dalam kalimat:


Karena sudah lama tidak bertemu, mereka saling berpandangan.

Perbaikan kalimatnya:
a. Karena sudah lama tidak bertemu, mereka berpandangan.
b. Karena sudah lama tidak bertemu, mereka saling pandang.
c. Karena sudah lama tidak bertemu, mereka saling memandang.

(4) Penggunaan kata yang tidak sesuai dengan konteksnya


Contohnya:
a. Mereka telah mempresentasikan tentang materi ragam bahasa.
b. Meja ini terbuat daripada kayu
c. Kami merencanakan liburan ke Yogya yang mana hal ini telah disetujui semua
pihak.

Perbaikan kalimatnya:
a. Mereka telah mempresentasikan materi ragam bahasa.
b. Meja ini terbuat dari kayu
c. Kami merencanakan liburan ke Yogya dan hal ini telah disetujui semua pihak.
c. Keserasian
Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan menggunakan kata-
kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks yang dimaksud berkaitan
dengan faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.
Faktor kebahasaan mencakup sebagai berikut.
(1) Penggunaan kata yang sesuai dengan konteks kalimat
Contohnya:
a. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
b. Kakaknya lebih rajin daripada adiknya.

(2) Penggunaan bentuk gramatikal


Contoh yang kurang tepat:
a. Saya merupakan langganan bakso di warung itu.
b. Sampai jumpa lagi pada acara selanjutnya.

Perbaikan kalimatnya:
a. Saya merupakan pelanggan bakso di warung itu.
b. Sampai berjumpa lagi pada acara selanjutnya.

(3) Penggunaan idiom


Idiom adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya tidak dapat dijabarkan dari
makna unsur-unsur pembentuknya.
Contohnya:
Artis itu naik daun karena prestasinya yang semakin baik.

(4) Penggunaan ungkapan idiomatis


Ungkapan idiomatis merupakan dua buah kata atau lebih yang sudah menjadi satu
kesatuan dalam mengungkapkan makna. Dengan kata lain, ungkapan idiomatis ini
harus digunakan secara utuh dan tidak boleh dihilangkan salah satunya.
Contoh ungkapan idiomatis:
sesuai dengan
sehubungan dengan
berkaitan dengan
bergantung pada
tergantung pada
terdiri atas

(5) Penggunaan majas


Majas adalah bahasa kias yang digunakan untuk melukiskan sesuatu dengan
menyamakan atau membandingkan dengan sesuatu yang lain. Beberapa jenis
majas antara lain personifikasi, hiperbola, ironi, simile, alegori, metafora, litotes,
dan metonimia.
Contohnya dalam kalimat:
Mata gadis itu indah seperti bintang timur. (Contoh majas simile)
Teriakannya sampai membelah angkasa. (Contoh majas hiperbola)

(6) Penggunaan kata yang lazim


Kata yang lazim adalah kata yang sudah biasa digunakan dalam komunikasi, baik
lisan maupun tulisan. Kata yang lazim juga berarti kata yang sudah dikenal atau
diketahui umum serta dapat mempermudah pemahaman terhadap informasi
tertentu. Sebagai contoh, kata besar dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan
kata raya, agung, dan akbar. Namun, konteks pemakaian kata-kata tersebut tentu
berbeda. Untuk menyatakan jalan, pasangan kata yang lazim digunakan adalah
raya atau besar sehingga ungkapannya menjadi jalan raya atau jalan besar.
Sementara untuk jaksa, pasangan kata yang lazim digunakan adalah agung
sehingga ungkapannya menjadi jaksa agung. Hal yang sama juga berlaku untuk
contoh lainnya.
Sementara itu, faktor nonkebahasaan mencakup
(1) Situasi pembicaraan
Situasi pembicaraa berkaitan dengan kondisi resmi atau tidak resmi ketika
komunikasi tersebut dilakukan. Dalam konteks inilah dikenal istilah kata baku dan
nonbaku/ tidak baku. Kata baku adalah kata yang digunakan menurut pedoman
atau kaidah bahasa yang sudah ditetapkan. Sementara itu, kata tidak baku adalah
kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan yang berlaku.
Contohnya:
Tidak Baku Baku
Analisa Analisis
Legalisir Legalisasi
Kwitansi Kuitansi
Fotocopy Fotokopi
Aktifitas Aktivitas
Jum’at Jumat

(2) Mitra bicara/ lawan bicara


Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan, a) siapa mitra bicara, b)
bagaimana kedudukan/ status sosial, c) seberapa dekat hubungan pembicara dan
mitra bicara (akrab atau tidak akrab). Ketiga hal tersebut tentu akan memengaruhi
pilihan kata dalam berkomunikasi.

(3) Sarana bicara


Sarana bicara berkaitan dengan sarana apa yang digunakan ketika berkomunikasi.
Sarana bicara mencakup bahasa lisan atau tulis. Bahasa lisan memerlukan intonasi,
gesture, tempo, dan ekspresi ketika berbicara, sedangkan bahasa tulis berkaitan
dengan tata tulis, seperti ejaan, diksi, dan kalimat efektif.
(4) Kelayakan geografis
Kelayakan geografis adalah kesesuaian antara kata-kata yang dipilih untuk
digunakan di suatu daerah tertentu. Pengetahuan terhadap kosakata daerah sangat
membantu seseorang ketika berkomunikasi di tempat yang bukan merupakan asal
daerahnya. Dengan kata lain, pemakai bahasa dapat mempertimbangkan apakah
kata-kata tersebut dapat, layak, atau bahkan tabu untuk digunakan di daerah
tersebut atau tidak.

(5) Kelayakan temporal


Kelayakan temporal berkaitan dengan penggunaan kata-kata tertentu pada suatu
masa atau zaman. Dalam hal ini, pemakai bahasa perlu mempertimbangkan apakah
kata-kata tersebut masih layak dan lazim digunakan pada masa tertentu atau tidak.
Sebagai contoh, pada awal abad ke-20, dikenal kata syahdan, alkisah, atau hikayat.
Namun, kata-kata tersebut kurang relevan jika digunakan pada masa sekarang.

LATIHAN
Suntinglah paragraf berikut agar kalimat-kalimatnya memiliki diksi yang tepat.

Diagnosa skizofrenia banyak ditegakan pada grup dari kalangan sosial ekonomi
rendahan. Sebabnya masih belum jelas, tapi dalam kenyataannya meliputi faktor-
faktor penurunan atau ketidakmampuan guna naik tingkat derajat sosialnya atau
bersebab stres yang tinggi terutama karena kemiskinan. Selain itu, beberapa pola-pola
interaksional keluarga dan faktor genetik juga diduga sebagai salah satu sebab
skizofrenia.

Petunjuk:
a. Jumlah kesalahan diksi sebanyak 10 kata
b. Kesalahan diksi bisa mencakup kebakuan kata, kata serapan, gramatikal (imbuhan
dan jenis kata), kehematan, dan ketidaksesuaian dengan konteks.
RANGKUMAN
Diksi atau pilihan kata adalah tindakan memilih kata yang tepat yang
digunakan oleh penulis untuk menyatakan sesuatu. Kata yang tepat akan membantu
seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik secara
lisan maupun tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai dengan situasi kondisi dan
tempat penggunaan kata kata itu
Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep,
pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Beberapa fungsi diksi
lainnya antara lain, 1) untuk melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal,
2) membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat, 3) menciptakan komunikasi yang
baik dan benar, 4) mencegah perbedaan penafsiran, 5) mencegah salah pemahaman,
dan 6) mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
Mustakim (2016) menjelaskan beberapa kriteria yang berkaitan dengan
pemilihan kata, di antaranya ketepatan kecermatan, dan keserasian. Ketepatan dalam
pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata secara tepat untuk
mengungkapkan gagasan yang diinginkan. Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan
pula dengan penggunaan kata-kata yang bermakna denotasi dan konotasi, sinonim,
eufemisme, generik dan spesifik, kata bermakna konkret dan abstrak, kata kajian dan
populer, serta kata bermakna homonim, homofon, dan homograf.
Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata
yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Kecermatan juga
berkaitan dengan penghematan unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan (mubazir).
Pemubaziran kata dapat terjadi karena penggunaan kata yang bermakna jamak secara
ganda, penggunaan kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi secara ganda
(bersinonim), penggunaan kata yang bermakna ‘saling’ secara ganda, penggunaan kata
yang tidak sesuai dengan konteksnya.
Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan menggunakan
kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks yang dimaksud
berkaitan dengan faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan mencakup
1) penggunaan kata yang sesuai dengan konteks kalimat, 2) penggunaan bentuk
gramatikal, 3) penggunaan idiom, 4) penggunaan ungkapan idiomatis, 5) penggunaan
majas, dan 6) penggunaan kata yang lazim. Sementara itu, faktor nonkebahasaan terdiri
atas 1) situasi pembicaraan, 2) mitra bicara/ lawan bicara, 3) sarana bicara, 4) kelayakan
geografis, dan 5) kelayakan temporal.

TES OBJEKTIF
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan memilih jawaban yang benar!
1. Ragam bahasa yang penggunaannya lebih sederhana sehingga isinya mudah
dipahami oleh masyarakat umum disebut...
A. ragam ilmiah D. ragam tulis
B. ragam populer E. ragam lisan
C. ragam baku

2. Bangsa Indonesia …. nilai budaya luhur peninggalan nenek moyangnya.


Kata yang tepat untuk mengisi kalimat tersebut adalah….
A. ahli waris
B. pewaris
C. mewariskan
D. warisan
E. mewarisi

3. Di antara kalimat-kalimat berikut yang mengandung pemborosan adalah…


A. Seorang anak berusia 17 tahun terbaring dalam keadaan tidak sadarkan diri.
B. Ia ditembak polisi di bagian kaki ketika mencoba melarikan diri.
C. Abdi Mohamed dirawat di rumah sakit di pusat kota Salt Lake City pada Sabtu
(27/2) malam setelah penembakan yang terjadi di dekat penampungan
tunawisma.
D. Obat yang diminumnya memberika efek dan pengaruh yang kurang baik.
E. Anak pejabat yang korupsi itu sudah ditangkap tangan oleh KPK.

4. Kumpulan kata berikut yang semuanya berkonotasi negatif adalah...


A. gelandangan, asisten rumah tangga, dan kurus
B. kurus, bunting, dan tunawisma
C. kerempeng, gerombolan, dan gelandangan
D. jamban, kelompok, dan kerempeng
E. asisten rumah tangga, langsing, dan tunawisma

5. Dalam mengatasi krisis moneter, kita tidak dapat… sektor perbankan


A. mengenyampingkan
B. mengesampingkan
C. mengkesampingkan
D. mengkenyampingkan
E. dikesampingkan

6. Beberapa tahun terakhir ini pemerintah bekerja sama dengan swasta


membangun… untuk rakyat kecil.
A. permukinan
B. pemukiman
C. mukiman
D. bermukim
E. memukimkan
7. Pilihan kata berikut yang benar adalah…
A. Tampaknya, masing-masing nasabah tidak ingin menarik uangnya dari tiap-
tiap bank.
B. Tampaknya, tiap-tiap nasabah tidak ingin menarik uangnya dari tiap-tiap
bank.
C. Tampaknya, tiap-tiap nasabah tidak ingin menarik uangnya dari masing-
masing bank.
D. Tampaknya, masing-masing nasabah tidak ingin menarik uangnya dari
masing-masing bank.
E. Tampaknya, tiap-tiap nasabah tidak ingin menarik uangnya dari bank masing-
masing.

8. Kita seharusnya tidak hanya … teknologi dari luar, tetapi juga dapat
menciptakannya.
A. menterapkan
B. mentrapkan
C. menerapkan
D. mengetrapkan
E. menerapi

9. Semua mahasiswa, baik laki-laki … perempuan wajib mengikuti peraturan yang


berlaku.
A. dan
B. atau
C. ataupun
D. maupun
E. mau pun
10. Penulisan kalimat berikut yang benar adalah…
A. Dia tidak pergi, melainkan belajar di rumah.
B. Dia tidak pergi, tetapi belajar di rumah.
C. Dia tidak pergi, namun belajar di rumah.
D. Dia bukan pergi, tetapi belajar di rumah.
E. Dia bukan pergi, akan tetapi belajar di rumah.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E Zaenal dan S. Amran Tasai. (2010). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Ermanto dan Emidar. (2019). Bahasa Indonesia: Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Depok: Raja Grafindo Persada.
Mustakim. (2016). Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Bentuk dan Pilihan Kata.
Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Suyatno dkk. (2014). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi:Membangun
Karakter Mahasiswa melalui Bahasa. Bogor: IN Media.

Anda mungkin juga menyukai