DISUSUN OLEH
KHUSNUL FATONAH, M.PD.
PENDAHULUAN
Dalam modul 4 ini, mahasiswa akan memperoleh informasi tentang diksi atau
pilihan kata dalam bahasa Indonesia. Pilihan kata merupakan unsur yang sangat
penting untuk menyampaikan maksud dengan baik. Dengan diksi (pilihan kata) yang
benar, orang lain akan mudah memahami informasi yang disampaikan, baik lisan
maupun tulisan. Mempelajari diksi dapat membantu mahasiswa dalam membuat
kalimat secara tepat melalui kata-kata yang dipilihnya. Pemilihan kata ini juga harus
sesuai dengan situasi dan kondisi yang berlaku.
Beberapa konsep diksi yang dibahas dalam modul ini mencakup hakikat diksi
beserta fungsinya, dan kriteria pemilihan kata beserta cakupan diksi. Pemahaman
tentang diksi juga perlu ditopang oleh kesadaran menguasai kosakata dan motivasi
untuk rajin membuka kamus, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus
Istilah, Kamus Sinonim-Antonim, atau Tesaurus. Kamus dapat memberikan suatu
ketepatan kepada pembaca tentang pemakaian kata-kata sebelum diucapkan atau
dituliskan.
Diharapkan setelah membaca modul ini, mahasiswa dapat memiliki motivasi untuk
memperkaya kosakata agar tidak mengalami kesulitan dalam memilih diksi.
Kemahiran memilih kata hanya dimungkinkan jika seseorang menguasai kosakata yang
cukup luas. Untuk memperdalam pemahaman tentang modul ini, mahasiswa dapat
mengerjakan soal-soal latihan yang berkaitan dengan diksi.
a. Ketepatan
Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata secara
tepat untuk mengungkapkan gagasan yang diinginkan. Dalam hal ini, terdapat
kesamaan antara apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicara kepada para pembaca
atau pendengarnya. Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan pula dengan
penggunaan kata-kata yang bermakna denotasi dan konotasi, sinonim, eufemisme,
generik dan spesifik, kata bermakna konkret dan abstrak, kata kajian dan populer, serta
kata bermakna homonim, homofon, dan homograf.
(1) Makna Denotasi dan Konotasi
Makna denotasi adalah makna yang mengacu pada gagasan tertentu
(makna dasar) yang tidak mengandung makna tambahan atau nilai rasa tertentu.
Makna denotasi juga disebut makna yang sebenarnya, objektif, apa adanya, atau
makna konseptual.
Makna konotasi adalah makna tambahan yang mengandung nilai rasa
tertentu di samping makna dasarnya. Makna konotasi juga disebut sebagai
makna asosiatif, yakni makna yang ditimbulkan oleh sikap sosial dan sikap
pribadi karena adanya rasa tambahan dari makna konseptual.
Untuk memahami perbedaan antara makna denotasi dan konotasi,
perhatikan contoh berikut.
a. Ia baru saja membeli seekor kambing hitam di pasar.
b. Ia dijadikan kambing hitam dalam permasalahan yang terjadi.
(2) Sinonim
Sinonim adalah kata-kata yang memiliki kesamaan atau kemiripan arti. Kata-
kata-kata yang bersinonim perlu dipahami, dipilih, dan digunakan secara tepat
dalam ragam formal. Dengan kata lain, pada kata-kata yang bersinonim, ada
kemungkinan penggunaan kata-kata tersebut tidaklah sama dalam kalimat.
Perhatikan contoh berikut.
a. Kemarin anjing tetanggaku mati karena sakit.
b. Banyak pahlawan yang gugur ketika berjuang mempertahankan kemerdekaan.
c. Setiap manusia di muka bumi ini pasti meninggal.
d. Korban yang tewas dalam kecelakaan itu mencapai sepuluh orang.
Meski kata mati bersinonim dengan gugur, meninggal, dan tewas, penggunaan
kata-kata tersebut tidak dapat digunakan seenaknya dalam kalimat. Ada nuansa
arti, situasi, dan kondisi yang diperlu diperhatikan sebelum memilih kata tertentu.
(3) Eufemisme
Eufemisme adalah kata atau ungkapan yang dirasa lebih halus untuk
menggantikan kata atau ungkapan yang dirasa vulgar, kasar, dan tidak sopan
dengan maksud tidak menyembunyikan fakta-fakta. Eufemisme diperlukan untuk
menjaga kepentingan komunikasi agar tidak salah paham, mencelakai diri sendiri,
atau menyakiti hati orang lain. Beberapa contoh eufemisme adalah sebagai berikut.
bodoh kurang pandai
miskin kurang mampu
minta mohon
b. Kecermatan
Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata
yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Kecermatan juga
berkaitan dengan penghematan unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan (mubazir).
Pemubaziran kata dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut.
(1) Penggunaan kata yang bermakna jamak secara ganda.
Contohnya:
Para mahasiswa-mahasiswa sudah mengerjakan tugas dengan baik.
Perbaikan kalimatnya:
a. Para mahasiswa sudah mengerjakan tugas dengan baik.
b. Mahasiswa-mahasiswa sudah mengerjakan tugas dengan baik.
Selain para, kata-kata lain yang sudah menyatakan makna jamak dalam bahasa
Indonesia adalah sejumlah, semua, banyak, sebagain besar, berbagai, segenap,
seluruh. Apabila kata-kata tersebut digunakan untuk menyatakan makna jamak, tidak
perlu lagi diikuti bentuk ulang yang juga menyatakan makna jamak.
(2) Penggunaan kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi secara
ganda (bersinonim)
Contohnya:
Kita harus belajar yang rajin agar supaya menjadi anak yang pintar.
Perbaikan kalimatnya:
a. Kita harus belajar yang rajin agar menjadi anak yang pintar.
b. Kita harus belajar yang rajin supaya menjadi anak yang pintar.
Pada contoh tersebut, kata agar dan supaya merupakan pasangan kata yang
bersinonim. Agar tidak mubazir, pasangan kata tersebut perlu digunakan salah satunya
saja. Beberapa pasangan kata lain yang bersinonim dan dapat menimbulkan
kemubaziran antara lain sangat… sekali, hanya… saja, demi untuk, seperti misalnya,
contohnya seperti, lalu kemudian, kalau seandainya.
Apabila suatu perincian sudah didahului kata contohnya, misalnya, seperti,
umpamanya, dan antara lain tidak perlu lagi diakhiri dengan ungkapan dan lain-lain,
dan sebagainya, atau dan seterusnya. Begitu pun sebaliknya. Jika ungkapan dan lain-
lain, dan sebagainya, atau dan seterusnya yang akan digunakan, tidak perlu ada
penggunaan contohnya, misalnya, seperti, umpamanya, dan antara lain karena akan
mubazir jika digunakan bersamaan.
Perhatikan contoh berikut.
Logam itu memiliki beberapa jenis, misalnya emas, perak, timah, dan sebagainya.
Perbaikan kalimatnya:
a. Logam itu memiliki beberapa jenis, misalnya emas, perak, timah.
b. Jenis-jenis logam itu adalah emas, perak, timah, dan sebagainya.
Perbaikan kalimatnya:
a. Karena sudah lama tidak bertemu, mereka berpandangan.
b. Karena sudah lama tidak bertemu, mereka saling pandang.
c. Karena sudah lama tidak bertemu, mereka saling memandang.
Perbaikan kalimatnya:
a. Mereka telah mempresentasikan materi ragam bahasa.
b. Meja ini terbuat dari kayu
c. Kami merencanakan liburan ke Yogya dan hal ini telah disetujui semua pihak.
c. Keserasian
Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan menggunakan kata-
kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks yang dimaksud berkaitan
dengan faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.
Faktor kebahasaan mencakup sebagai berikut.
(1) Penggunaan kata yang sesuai dengan konteks kalimat
Contohnya:
a. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
b. Kakaknya lebih rajin daripada adiknya.
Perbaikan kalimatnya:
a. Saya merupakan pelanggan bakso di warung itu.
b. Sampai berjumpa lagi pada acara selanjutnya.
LATIHAN
Suntinglah paragraf berikut agar kalimat-kalimatnya memiliki diksi yang tepat.
Diagnosa skizofrenia banyak ditegakan pada grup dari kalangan sosial ekonomi
rendahan. Sebabnya masih belum jelas, tapi dalam kenyataannya meliputi faktor-
faktor penurunan atau ketidakmampuan guna naik tingkat derajat sosialnya atau
bersebab stres yang tinggi terutama karena kemiskinan. Selain itu, beberapa pola-pola
interaksional keluarga dan faktor genetik juga diduga sebagai salah satu sebab
skizofrenia.
Petunjuk:
a. Jumlah kesalahan diksi sebanyak 10 kata
b. Kesalahan diksi bisa mencakup kebakuan kata, kata serapan, gramatikal (imbuhan
dan jenis kata), kehematan, dan ketidaksesuaian dengan konteks.
RANGKUMAN
Diksi atau pilihan kata adalah tindakan memilih kata yang tepat yang
digunakan oleh penulis untuk menyatakan sesuatu. Kata yang tepat akan membantu
seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik secara
lisan maupun tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai dengan situasi kondisi dan
tempat penggunaan kata kata itu
Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep,
pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Beberapa fungsi diksi
lainnya antara lain, 1) untuk melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal,
2) membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat, 3) menciptakan komunikasi yang
baik dan benar, 4) mencegah perbedaan penafsiran, 5) mencegah salah pemahaman,
dan 6) mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
Mustakim (2016) menjelaskan beberapa kriteria yang berkaitan dengan
pemilihan kata, di antaranya ketepatan kecermatan, dan keserasian. Ketepatan dalam
pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata secara tepat untuk
mengungkapkan gagasan yang diinginkan. Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan
pula dengan penggunaan kata-kata yang bermakna denotasi dan konotasi, sinonim,
eufemisme, generik dan spesifik, kata bermakna konkret dan abstrak, kata kajian dan
populer, serta kata bermakna homonim, homofon, dan homograf.
Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata
yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Kecermatan juga
berkaitan dengan penghematan unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan (mubazir).
Pemubaziran kata dapat terjadi karena penggunaan kata yang bermakna jamak secara
ganda, penggunaan kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi secara ganda
(bersinonim), penggunaan kata yang bermakna ‘saling’ secara ganda, penggunaan kata
yang tidak sesuai dengan konteksnya.
Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan menggunakan
kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks yang dimaksud
berkaitan dengan faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan mencakup
1) penggunaan kata yang sesuai dengan konteks kalimat, 2) penggunaan bentuk
gramatikal, 3) penggunaan idiom, 4) penggunaan ungkapan idiomatis, 5) penggunaan
majas, dan 6) penggunaan kata yang lazim. Sementara itu, faktor nonkebahasaan terdiri
atas 1) situasi pembicaraan, 2) mitra bicara/ lawan bicara, 3) sarana bicara, 4) kelayakan
geografis, dan 5) kelayakan temporal.
TES OBJEKTIF
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan memilih jawaban yang benar!
1. Ragam bahasa yang penggunaannya lebih sederhana sehingga isinya mudah
dipahami oleh masyarakat umum disebut...
A. ragam ilmiah D. ragam tulis
B. ragam populer E. ragam lisan
C. ragam baku
8. Kita seharusnya tidak hanya … teknologi dari luar, tetapi juga dapat
menciptakannya.
A. menterapkan
B. mentrapkan
C. menerapkan
D. mengetrapkan
E. menerapi
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E Zaenal dan S. Amran Tasai. (2010). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Ermanto dan Emidar. (2019). Bahasa Indonesia: Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Depok: Raja Grafindo Persada.
Mustakim. (2016). Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Bentuk dan Pilihan Kata.
Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Suyatno dkk. (2014). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi:Membangun
Karakter Mahasiswa melalui Bahasa. Bogor: IN Media.