Anda di halaman 1dari 27

Ejaan yang Disempurnakan

(III. Pemakaian Tanda Baca)

LATIFAH NURAINI
IPMAFA
A. Tanda Titik (.)

1. Dipakai pada akhir kalimat bukan pertanyaan atau seruan. Kecuali


pada kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda titik. Misalnya:
Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
Dia mengatakan, “Kaki saya sakit.”
2. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar.
3. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang
menunjukkan waktu. Misal: pukul 08.00
4. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan
detik untuk menunjukkan jangka waktu. Misal:
1.35.20 (1 jam, 35 menit, 20 detik)
5. Dipakai dalam daftar pustaka di antara nama
penulis, judul, dan tempat terbit.
6. Dipakai memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Catatan:
 titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan
ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan
jumlah
 titik tidak dipakai pada akhir judul
 titik tidak dipakai dibelakang nama dan alamat penerima surat, nama
dan alamat pengirim surat, di belakang tanggal surat
 pemisahan ribuan dan desimal: Rp200.250,75

7. Titik digunakan dalam penulisan singkatan.


B. Tanda Koma (,)

1. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau


pembilangan. Misal: Saya membeli roti, keju, dan selai.
2. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului kata tetapi, melainkan, sedangkan,
dan kecuali. Misal: Saya akan membaca di perpustakaan, tetapi kakak
mengajakku pulang.
3. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kalimat mendahului induk
kalimat. Misal: Agar memiliki wawasan yang luas,
kita harus banyak membaca buku.
4. Dipakai di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal
kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun
begitu. (kata-kata penghubung antarkalimat
tersebut tidak digunakan pada awal paragraf)
5. Dipakai untuk memisahkan kata seru seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu,
Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat dalam kalimat.
6. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. Misalnya: Kata Dinda, “Saya akan pergi nanti sore.”
7. Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung
dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat
jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru. Misal: “Di mana alamat Pusat Grosir
Solo?” tanyaku.
8. Dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian
alamat, tempat dan tanggal, serta nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6,
Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang
9. Dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
10. Dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan
akhir.
11. Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakan dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
12. Dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka
13. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan
yang sifatnya tidak membatasi. Misal: Guru saya,
Pak Ahmad, pandai sekali.
14. Dipakai (untuk menghindari salah baca/salah
pengertian) di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-
bahasa di kawasan nusantara ini.
Bandingkan dengan:
Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini
dalam pengembangan kosa kata.
C. Tanda Titik Koma

1. Dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk


memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat
majemuk setara. Misalnya: Hari ini sudah malam; anak-
anak masih membaca buku-buku yang baru dibeli ayahnya.
2. Dipakai untuk mengakhiri pernyataan perincian
dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok
kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian
terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
3. Digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara
atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu
dipisah oleh tanda baca dan kata hubung. Misal: Ibu
membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang,
apel, dan jeruk.
D. Tanda Titik Dua (:)

1. Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian


atau pemerian. Misal: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja,
dan lemari. Berbeda jika: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
2. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misal:
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi
3. Dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan. Misal:
Nadia : “Hai, mau pergi ke mana?”
Amir : “Perpustakaan.”
4. Dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, bab dan ayat dalam
kitab suci, judul dan anak judul suatu karangan, nama kota dan
penerbit buku acuan dalam karangan. Misal:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
E. Tanda Hubung (-)

1. Menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris


2. Menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau
akhiran dengan bagian yang mendahuluinya pada pergantian baris
3. Untuk menyambung unsur kata ulang
4. Untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata
yang dieja satu-satu.
Misalnya: 8-4-2008, p-a-n-i-t-i-a
5. Boleh dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-
bagian kata atau ungkapan dan penghilangan bagian
frasa atau kelompok kata.
Misal:
ber-evolusi
be-revolusi
dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab
sosial dan kesetiakawanan sosial)
tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok.
6. Dipakai untuk merangkai
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital
b. ke- dengan angka
c. angka dengan -an
d. kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital
e. kata ganti yang berbentuk imbuhan
f. gabungan kata yang merupakan kesatuan
7. Dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing. Misal: di-smash, di-mark-up
F. Tanda Pisah

1. Dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau


kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
utama kalimat. Misal: Kemerdekaan itu–hak segala
bangsa–harus dipertahankan.
2. Dipakai untuk menegaskan adanya keterangan
aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas. Misal: Gerakan Pengutamaan
Bahasa Indonesia–amanat Sumpah Pemuda–harus
ditingkatkan.
3. Dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau
tempat dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai
ke’. Misalnya: Tahun 1928–2008
G. Tanda Tanya (?)

1. Dipakai pada akhir kalimat tanya


2. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Uangnya sebanya 10 juta rupiah (?) hilang.
H. Tanda Seru (!)

Dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa


seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
I. Tanda Elipsis (...)

1. Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya: Jika Saudara


setuju dengan harga itu ..., pembayaran akan segera kami lakukan.
2. Dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah
ada bagian yang dihilangkan.
Catatan:
 Tanda (...) didahului dan diikuti dengan spasi
 Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, dipakai 4 titik.
 Pada akhir kalimat tidak diikuti spasi
J. Tanda Petik (“ ”)

1. Dipakai mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,


naskah, atau bahan tertulis lain.
2. Digunakan untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
3. Dipakai mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Catatan:
 Petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
 Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan
di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan
yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau
bagian kalimat. Misal: Karena warna kulitnya, dia mendapat
julukan “Si Hitam”.
 Tanda petik pembuka dan tanda petik penutuo pada pasangan
tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
 Dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. atau
kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang berbentuk
daftar.
K. Tanda Petik Tunggal (‘ ’)

1. Dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.


Misal: Ternyata dia, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
2. Untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
3. Dipakai mengapit makna kata atau ungkapan bahasa daerah atau
bahasa asing.
L. Tanda Kurung (( ))

1. Dipakai untuk mengapit tambahan keterangan


atau penjelas
2. Dipakai mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian utama kalimat. Misal: Sajak
Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat
yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
3. Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di
dalam teks dapat dihilangkan. Misal: Pejalan kaki
itu berasal dari (Kota) Surabaya.
4. Dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang
merinci urutan keterangan.
M. Tanda Kurung Siku ([ ])

1. Dipakai mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi


atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu
memang terdapat pada naskah asli. Misal: Sang Sapurba men[d]engar
bunyi gemerisik.
2. Dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
N. Tanda Garis Miring (/)

1. Dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan


masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun
ajaran.
2. Dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)

Menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.


misalnya:
Dia ‘kan sudah kusurati.

Anda mungkin juga menyukai