1. Dipakai pada akhir kalimat bukan pertanyaan atau seruan. Kecuali
pada kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda titik. Misalnya: Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A. Dia memerlukan meja, kursi, dsb. Dia mengatakan, “Kaki saya sakit.” 2. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. 3. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukkan waktu. Misal: pukul 08.00 4. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik untuk menunjukkan jangka waktu. Misal: 1.35.20 (1 jam, 35 menit, 20 detik) 5. Dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul, dan tempat terbit. 6. Dipakai memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah. Catatan: titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah titik tidak dipakai pada akhir judul titik tidak dipakai dibelakang nama dan alamat penerima surat, nama dan alamat pengirim surat, di belakang tanggal surat pemisahan ribuan dan desimal: Rp200.250,75
7. Titik digunakan dalam penulisan singkatan.
B. Tanda Koma (,)
1. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan. Misal: Saya membeli roti, keju, dan selai. 2. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului kata tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali. Misal: Saya akan membaca di perpustakaan, tetapi kakak mengajakku pulang. 3. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat mendahului induk kalimat. Misal: Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku. 4. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu. (kata-kata penghubung antarkalimat tersebut tidak digunakan pada awal paragraf) 5. Dipakai untuk memisahkan kata seru seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat dalam kalimat. 6. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya: Kata Dinda, “Saya akan pergi nanti sore.” 7. Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misal: “Di mana alamat Pusat Grosir Solo?” tanyaku. 8. Dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, serta nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta Surabaya, 10 Mei 1960 Tokyo, Jepang 9. Dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. 10. Dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir. 11. Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakan dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. 12. Dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka 13. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Misal: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali. 14. Dipakai (untuk menghindari salah baca/salah pengertian) di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa- bahasa di kawasan nusantara ini. Bandingkan dengan: Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam pengembangan kosa kata. C. Tanda Titik Koma
1. Dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara. Misalnya: Hari ini sudah malam; anak- anak masih membaca buku-buku yang baru dibeli ayahnya. 2. Dipakai untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan. 3. Digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung. Misal: Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk. D. Tanda Titik Dua (:)
1. Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian
atau pemerian. Misal: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Berbeda jika: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. 2. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misal: Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : Siti Aryani Bendahara : Aulia Arimbi 3. Dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misal: Nadia : “Hai, mau pergi ke mana?” Amir : “Perpustakaan.” 4. Dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, bab dan ayat dalam kitab suci, judul dan anak judul suatu karangan, nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misal: Horison, XLIII, No. 8/2008: 8 Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara E. Tanda Hubung (-)
1. Menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris
2. Menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian yang mendahuluinya pada pergantian baris 3. Untuk menyambung unsur kata ulang 4. Untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu. Misalnya: 8-4-2008, p-a-n-i-t-i-a 5. Boleh dipakai untuk memperjelas hubungan bagian- bagian kata atau ungkapan dan penghilangan bagian frasa atau kelompok kata. Misal: ber-evolusi be-revolusi dua-puluh ribuan (20 x 1.000) dua-puluh-ribuan (1 x 20.000) tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab sosial dan kesetiakawanan sosial) tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok. 6. Dipakai untuk merangkai a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital b. ke- dengan angka c. angka dengan -an d. kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital e. kata ganti yang berbentuk imbuhan f. gabungan kata yang merupakan kesatuan 7. Dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misal: di-smash, di-mark-up F. Tanda Pisah
1. Dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau
kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat. Misal: Kemerdekaan itu–hak segala bangsa–harus dipertahankan. 2. Dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misal: Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat Sumpah Pemuda–harus ditingkatkan. 3. Dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’. Misalnya: Tahun 1928–2008 G. Tanda Tanya (?)
1. Dipakai pada akhir kalimat tanya
2. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya: Uangnya sebanya 10 juta rupiah (?) hilang. H. Tanda Seru (!)
Dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat. I. Tanda Elipsis (...)
1. Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya: Jika Saudara
setuju dengan harga itu ..., pembayaran akan segera kami lakukan. 2. Dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Catatan: Tanda (...) didahului dan diikuti dengan spasi Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, dipakai 4 titik. Pada akhir kalimat tidak diikuti spasi J. Tanda Petik (“ ”)
1. Dipakai mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain. 2. Digunakan untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. 3. Dipakai mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Catatan: Petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misal: Karena warna kulitnya, dia mendapat julukan “Si Hitam”. Tanda petik pembuka dan tanda petik penutuo pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris. Dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang berbentuk daftar. K. Tanda Petik Tunggal (‘ ’)
1. Dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
Misal: Ternyata dia, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?” 2. Untuk mengapit makna kata atau ungkapan. 3. Dipakai mengapit makna kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing. L. Tanda Kurung (( ))
1. Dipakai untuk mengapit tambahan keterangan
atau penjelas 2. Dipakai mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. Misal: Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. 3. Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misal: Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya. 4. Dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang merinci urutan keterangan. M. Tanda Kurung Siku ([ ])
1. Dipakai mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat pada naskah asli. Misal: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik. 2. Dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. N. Tanda Garis Miring (/)
1. Dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran. 2. Dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun. O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.