Anda di halaman 1dari 33

Bahasa Indonesia

Edi Suryadi, M.Pd.


PERTEMUAN 3

1. Penggunaan Tanda Baca


2. Penulisan Kata atau Unsur
Serapan Bahasa Asing
Pemakaian Tanda Baca
1. Tanda Titik (.)
1) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya: J.S. Badudu
Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat,
dan sapaan.
Misalnya: Prof. Dr. Ir. H. Akhmat Tarmizi, M.Sc.Ed.
2) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan
yang sudah umum, yang ditulis dengan huruf kecil.
Singkatan yang terdiri atas dua huruf diberi dua titik,
sedangkan singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
hanya diberi satu tanda titik.
Misalnya: s.d. (sampai dengan)
3) Tanda titik digunakan pada angka
yang menyatakan jumlah, untuk
memisahkan ribuan, jutaan, dst.
Misalnya:
Tebal buku itu 1.250 halaman.
4) Tanda titik tidak digunakan pada singkatan yang terdiri
atas huruf-­huruf awal kata atau suku kata dan pada
singkatan yang dieja seperti kata (akronim).
Misalnya:
DPR, SMA, Sekjen Depdagri, tilang
5) Tanda titik tidak dipakai di belakang singkatan lambang
kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang.
Misalnya:
Harga semen sekarang Rp80.000,00 per sak.
6) Tanda titik tidak digunakan di belakang
judul yang merupakan kepala karangan,
kepala ilustrasi tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Masa Orientasi Siswa
7) Tanda titik tidak digunakan di belakang
alamat pengirim dan tanggal surat dan di
belakang nama dan alamat penerima
surat. Misalnya:
Jalan Kemalaraja I RT 18 Nomor 4
Palembang
8) Tanda titik dipakai di belakang angka atau
huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau
daftar.
Misalnya:
I. Departemen Pendidikan Nasional
A. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi
B. Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah
1. Direktorat Pendidikan Anak usia
Dini
2. ……………….
2. Tanda Koma (,)
1) Tanda koma harus digunakan di antara unsur-unsur
dalam suatu perincian atau pembilangan. Jika
perincian itu hanya terdiri dari dua unsur, sebelum kata
dan tidak perlu dibubuhi tanda koma.
Misalnya:
Alat tulis yang digunakan dalam kegiatan itu adalah
pena, kertas, dan tinta.
2) Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan
kalimat setara yang satu dengan kalimat setara yang
lain yang didahului oleh kata tetapi, melainkan, dan
sedangkan, dan kecuali.
Misalnya:
Dia bukan pegawai kantor, melainkan pengusaha
muda.
3) Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut
mendahului induknya. Jika anak kalimat tersebut mengikuti
induknya, tanda koma tidak, digunakan. Biasanya anak
kalimat
didahului oleh kata penghubung seperti: bahwa, karena, agar,
sehingga, walaupun, apabila, jika, meskipun, dan sebagainya.
Misalnya:
Karena ngantuk, ia tertidur di rumah.
4) Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau
ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun
5) Tanda koma harus digunakan di belakang kata
kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang
terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
O, begitu ya jalan ceritanya?
6) Tanda koma digunakan untuk memisahkan
petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Misalnya: (lihat A. La.)
7) Tanda koma digunakan untuk memisahkan (1)
nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat, (3)
tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat dan
8) Tanda koma digunakan untuk menceraikan
bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
Nurgiantoro, Burhan. 2012. Dasar-dasar Teori Managemen. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
9) Tanda koma digunakan. di antara nama orang
dengan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dengan singkatan nama
keluarga atau marga.
Misalnya: Ahmad Tarmizi, M.Sc.
10) Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan
tambahan.
Misalnya:
Dosen, yang baik itu, disenangi mahasiwa.
3. Tanda Titik Koma (;)
1) Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata
penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara
di
dalam kalimat majemuk setara.
Misalnya:
3) Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan
perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok
kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir
tidak
perlu digunakan kata dan.
Misalnya:
Syarat-syarat penerimaan pegawai negeri sipil di
lembaga ini:
(1) Berkewarganegaraan Indonesia;
(2) Berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
4. Tanda Titik Dua (:)
1) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap yang diikuti rangkaian.
Misalnya:
Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah
Palembang mempunyai dua program studi: Program
Studi Ilmu Akuntansi dan Managemen .
2) Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau
pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
Misalnya:
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP, Universitas
Muhammadiyah Palembang mempunyai Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
3) Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama
sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Misalnya:
Ibu : “Bawa kopor ini, Nak!”
Amir : “Baik, Bu.”
5. Tanda Hubung (-)
1) Tanda hubung digunakan untuk memperjelas
hubungan bagian-bagian ungkapan.
2) Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan
(1) se- dengan kata berikutnya yang didahului
dengan huruf kapital, (2) ke- dengan angka, (3)
angka dengan –an, dan (4) singkatan huruf
kapital dengan imbuhan atau kata.
Misalnya:
Lomba Baca Puisi Mahasiswa se-Sumsel
3) Tanda hubung menyambung suku-suku kata
yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara lama diterapkan juga ca-
ra baru ….
6. Tanda Pisah (-)
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat, menjelaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas, dan dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti `sampai dengan' atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke' atau 'sampai'.
zaman Bukan Zaman
7. Tanda Petik (“ “) asas
1) Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung,
“ asas
judul syair, karangan, istilah yang mempunyai arti khusus
atau kurang dikenal.
Misalnya:
la memakai celana "pensil". plaza
2) Tanda petik juga dapat digunakan sebagai pengganti ide
“ palsa
atau sda (sama dengan di atas) atau kelompok kata di
atasnya dalam penyajian yang berbentuk dasar. Misalnya:

jadwal “ jadual
8. Tanda Petik Tunggal (‘ ‘)
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat pada petikan lain serta untuk mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan bahasa daerah atau asing.
Misalnya:
Ani bertanya, “Kau dengar bunyi ‘dug-dug’ tadi Dik?”
9. Tanda Kurung ( ( ) )
1) Tanda Kurung Bulat ( ( ) )
(1) Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan.
Misalnya:
Anak itu tidak memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk).
(2) Tanda kurung dipakai mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian utama kalimat.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
2) Tanda Kurung Petak ( [ ] )
Tanda kurung petak ini dipakai dalam istilah setelah perbaikan kata
(biasanya dalam kutipan).
Misalnya:
“Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif
memasuki jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah
berdasarkan penelitian dasar yang mendukung penggunaan
pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi para
siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembankan
hubungan antarkelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang
lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri”
(Slavin, 2005: 4-5)
Perbaikan:
“Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif
3) Tanda Kurung Desimal ( { } )
Tanda kurung desimal dipakai untuk istilah dalam rumus Matematika, Kimia, dan Fisika.
Misalnya:
Bilangan prima {2, 3, 5, 7, ...}

10. Tanda Garis Miring (/)

1) Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat,


nomor pada alamat, dan penandaan masa satu
tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin atau
tahun ajaran.
Misalnya:
NO. 7/ PK/ 2014
2) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau,
tiap,
dan ataupun.
Misalnya:
(1) dikirim lewat darat/laut
‘dikirimkan lewat darat atau lewat laut’
(2) harganya Rp 1.500,00/ lembar
‘harganya Rp. 1.500,00 tiap lembar

11. Tanda Tanya ( ? )


1) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan dia berangkat?
2) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk
12. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan
peryataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!

13. Tanda Elipsis ( ... )


1) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang
2) Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa
dalam suatu kalimat atau naskah yang ada bagian
yang
dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih
lanjut.

Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah
kalimat, perlu dipakai 4 tanda titik: 3 tanda titik
14. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ‘ )
Tanda penyingkat menunjukkan
penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.
Misalnya:
(1) Dia ‘kan sudah kusurati. (‘kan: bukan)
(2) Malam ‘lah tiba. (‘lah: telah)
Penulisan Kata
1. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri
sendiri, sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan,
sisipan, atau akhiran) dituliskan serangkai dengan kata
dasarnya. Kalau gabungan kata, hanya mendapat awalan
atau akhiran saja, awalan atau akhiran itu dituliskan
serangkai dengan kata yang bersangkutan saja.
Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku


beritahukan Beri tahukan
memberitahu Memberi tahu
bertanggungjawab Bertanggung jawab
Menanda tangani menandatangani
ditempat di tempat
Di banting Di banting
2. Kalau gabungan kata sekaligus
mendapat awalan dan akhiran, bentuk
kata turunannya itu harus dituliskan
serangkai. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Menghancur leburkan menghancurleburkan
Pemberi tahu pemberitahuan
Dianak-tirikan dianaktirikan
Menguji-cobakan mengujicobakan
3. Kata ulang pada tulisan resmi ditulis secara
lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Pemakaian angka dua untuk menyatakan bentuk
perulangan, hendaknya dibatasi pada tulisan cepat
atau pencatatan saja.
4. Gabungan kata,termasuk yang lazim disebut kata
majemuk, bagian-­bagiannya ditulis terpisah. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
ibukota Ibu kota
tatabahasa Tata bahasa
kerjasama Kerja sama
lokakarya Loka karya
sepakbola Sepak bola
5. Gabungan kata yang sudan dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Mana kala manakala

Sekali gus sekaligus

Bila mana bilamana

Dari pada daripada

Barang kali Barangkali


6. Kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai suatu kata yang mengandung arti
penuh, hanya muncul dalam kombinasi, haruslah dituliskan serangkai dengan unsur lainnya.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
A moral amoral
Antar warga antarwarga
Dwi warna dwiwarna
Pasca sarjana pascasarjana
Non formal nonformal
Sub sistem subsistem
7. Penulisan ku, kau, mu, dan nya ditulis serangkai dengan
kata
yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Sepatuku, sepatumu, dan sepatunya boleh kauambil.
8. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali jika berupa gabungan kata yang
sudah padu benar seperti kepada dan daripada. Misalnya:
la telah diungsikan di tempat yang aman.
9. Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya
karena pun sudah hampir seperti kata lepas. Akan tetapi,
kelompok kata berikut ini, yang sudah dianggap padu
10. Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi' atau 'tiap‘
ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendampinginya. Misalnya:
Harga kain itu Rp 10.000,00 per meter.
11. Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan,
rumah, apartemen, atau kamar pada alamat dan
digunakan juga menomori karangan atau bagian
bagian karangan. Misalnya:
Hotel Arya Duta, Kamar 13
14. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika
beberapa lambang dipakai secara berurutan, seperti
dalam perincian atau pemaparan. Misalnya:
Sudah setahun saya memesan dua ratus bibit kayu jati.
15. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan
huruf.
Jika perlu susunan kalimat diubah sehingga yang tidak
dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat
lagi pada awal kalimat. Misalnya:
Empat puluh ribu orang hilang dalam gempa di Tsunami
di Aceh itu.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai