Anda di halaman 1dari 38

TUGAS

BAHASA INDONESIA

OLEH:
NAMA

: DINDA KHARISMA

ABSEN

: 10

KELAS

: VII B

SMP NEGERI 1 BENGKULU SELATAN


JALAN JENDRAL SUDIRMAN
MANNA
BENGKULU SELATAN

1. Merujuk kata
merujuk adalah menunjuk...
ex = Gembira loka adalah salah satu kebun binatang. Di tempat itu kita dapat
melihat berbagai hewan.
di dua kalimat di atas, menunjukkan bahwa kata di tempat itu yg merujuk ke
kata gembira loka ....
2. Melabeli bahasa
Melabeli bahasa sama dengan menjuluki
3. Tanda baca
Tanda baca adalah simbol atau tanda yang digunakan untuk memberi isyarat
kepada pembaca supaya melakukan sesuatu dalam bacaan untuk memperjelas
makna dari kalimat. Ia diletakkan di tempat-tempat tertentu dalam kalimat
berdasarkan tujuan dan kecocokannya
Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh: Irwan S. Gatot
3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh: Dr. (doktor)
4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat
umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu
tanda titik.
Contoh: dll. (dan lain-lain)
5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh: Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi. [Catatan: dengan koma sebelum
"dan"]

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara
kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu,
jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh: Oleh karena itu, kamu harus datang.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan,
yang terdapat pada awal kalimat.
contoh: O, begitu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
Contoh: Kata adik, "Saya sedih sekali".
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
Contoh: Medan, 18 Juni 1984
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT
Wikipedia Indonesia.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia,
1990), hlm. 22.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
contoh: Rinto Jiang, S.E.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan
sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh: 33,5 m

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan
yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap
yang bersungguh-sungguh.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
contoh: "Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen.
Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di
dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan
siaran pilihan pendengar.
Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
Contoh: Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian. Contoh: Ketua : Axel
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Contoh: Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di
antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul
suatu karangan.
Contoh: Tempo, I (1971), 34:7

5. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).


Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
6. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
2. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagianbagian tanggal.
Contoh: p-e-n-g-u-r-u-s
3. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian
ungkapan. Contoh : ber-evolusi dengan be-revolusi
4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an,
(d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan
rangkap.
Contoh: se-Indonesia
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing.
Contoh: di-charter
Tanda Pisah (, )
1. Tanda pisah em () membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh: Wikipedia Indonesiasaya harapkanakan menjadi Wikipedia terbesar.
1. Tanda pisah em () menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh: Rangkaian penemuan inievolusi, teori kenisbian, dan kini juga
pembelahan atomtelah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
2. Tanda pisah en () dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti
sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh: 19191921
2b. Tanda pisah en () tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau
bersama tanda kurang ().
Contoh: dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 4565

Tanda Elipsis (...)


1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk
menuliskan naskah drama.
Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian
yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat
buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai
akhir kalimat.
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Contoh: Kapan ia berangkat?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh: Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa
emosi yang kuat.
Contoh: Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
Tanda Kurung ((...))
1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian
dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.
Contoh: Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada)
membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
Contoh: Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan.

Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c)
tempat, dan (c) promosi.
Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II
[lihat halaman 3538]) perlu dibentangkan di sini.
Tanda Petik ("...")
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh: "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Contoh: Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Contoh: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang
tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus
pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh: Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
Tanda Petik Tunggal ('...')
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh: Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Contoh: feed-back 'balikan'

Tanda Garis Miring (/)


1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh: No. 7/PK/1973
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda
bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh: harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)
Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika
dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi .
Contoh: 10 2 = 5.
3. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.
Tanda Penyingkat (Apostrof)(')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.
Contoh: Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)
4. Membangun konteks
Membangun Konteks berarti membuat bagian suatu uraian atau kalimat yg dapat
mendukung atau menambah kejelasan makna pada sebuah teks.
5. Teks Eksposisi
Teks eksposisi adalah sebuah teks yang dapat menceritakan pendapat pribadi
Anda terhadap suatu permasalahan, seperti sebuah anjuran misalnya.
6. Struktur teks eksposisi
1.Pernyataan pendapat (tesis)
Pada bagian ini, berisikan pendapat atau prediksi sang penulis yang tentunya
berdasarkan sebuah fakta.
Contoh: Media itu mengangkat hasil riset dari McKinsey dan Standart Chartered
yang mengatakan bahwa ekonomi Indonesia akan melampaui Jerman dan Inggris
pada tahun 2030.
2.Argumentasi
Alasan penulis yang berisikan fakta-fakta yang dapat mendukung pendapat atau
prediksi sang penulis.
Contoh: Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 90 juta orang yang berada di
kelompok consuming class.
Nah, terbukti kan bahwa fakta tadi mendukung tesis sang penulis.
3.Penegasan Ulang Pendapat
Ini merupakan bagian akhir dari sebuah teks eksposisi yang berupa penguatan

kembali atas pendapat yang telah ditunjang oleh fakta-fakta dalam bagian
argumentasi. Pada bagian ini pula bisa disematkan hal-hal yang patut diperhatikan
atau dilakukan supaya pendapat atau prediksi sang penulis dapat terbukti.
Contoh:
Besarnya potensi Indonesia dan sempitnya momentum yang sedang kita lalui
saat ini. Apabila potensi itu tidak diwujudkan dalam aksi dan momentum yang
baik dilewatkan begitu saja karena kita begitu asyik denga urusan lain, prediksi
para investor tersebut tidak akan menjadi kenyataan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa struktur teks eksposisi memiliki kesinambungan
secara berurutan.
7. Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
Kalimat tunggal hanya terdiri atas satu klausa. Klausa adalah satuan gramatik
yang terdiri dari predikat (P), baik diikuti oleh S, O, Pel dan Keterangan atau
tidak. Klausa ditandai dengan keberadaan predikat (P) sebagai unsure wajib.
Contoh: Harga buku itu dua puluh ribu rupiah.
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua pola dasar atau lebih.
Contoh: Ibu berbelanja ke pasar, ayah pergi ke kantor, sedang adik pergi ke
sekolah.
1. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat Majemuk Setara adalah kalimat majemuk yang terdidri atas beberapa
kalimat yang setara atau sederajat kedudukannya, yang masing-masing dapat
berdiri sendri. Kalimat Majemuk Setara dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Kalimat majemuk setara sejalan
Kalimat majemuk setara sejalan ialah kaliamat majemuk setara yang terdiri atas
beberapa kalimat tunggal yang bersamaan situasinya
Contoh : Juminten pergi ke pasar, Parno berangkat ke bengkel, sedang Ganes
pergi ke kebun binatang.
2. Kalimat Majemuk Setara Berlawanan
Kalimat majemuk setara berlawanan ialah kalimat majemuk setara yang terdiri
atas beberapa kalimat tunggal yang isinya menyatakan situasi berlawanan.
Contoh : Adiknya pandai, sedang kakaknya bodoh.
3. Kalimat Majemuk Setara yang menyatakan sebab akibat
Kalimat Majemuk Setara yang menyatakan sebab akibat ialah kalimat majemuk

setara yang terdiri atas beberapa kalimat tunggal yang isi bagian yang satu
menyatakan sebab akibat dari bagian yang lain.
Contoh : Roy Marten ditahan, karena ia telah membawa sabu-sabu.
2. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat Majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat
tunggal yang kedudukanya tidak setara/ sederajat, yakni yang satu menjadi bagian
yang lain.
Contoh :
Ia datang kemarin. Kalimat tunggal tersebut ialah kalimat tunggal yang
mempunyai keterangan waktu: kemarin. Jika kata kemarin diganti/ diubah
menjadi kalimat yang dapat berdiri sendiri, yakni diubah/ diganti dengan kalimat:
ketika orang sedang makan, maka berubahlah kalimat tunggal tersebut menjadi
kalimat majemuk bertingkat sebagai berikut: Ia datang, ketika orang sedang
datang.
Perkataan: ia datang (yang tidak pernah mengalami perubahan/ pergantian)
dinamai induk kalimat, sedang perkataan: ketika orang sedang makan (yang
mengubah/ mengganti kata kemarin) dinamai anak kalimat.
3. Kalimat majemuk rapatan
Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena
subjek, predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan
sekali.
Contoh: Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk
rapatan)
4. Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh: Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika
aku datang ke rumahnya.
8. Pembentukan Kata-kata Bahasa Indonesia
Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian
besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang

berbeda. Untuk memahami cara pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya


mengetahui lebih dahulu beberapa konsep dasar dan istilah seperti yang
dijelaskan di bawah ini. Untuk mempersingkat dan memperjelas pembahasannya,
kami menggunakan kata-kata yang tidak bersifat gramatikal atau teknis untuk
menjelaskan kata-kata tersebut sebanyak mungkin. Kami tidak membahas tentang
infiks (sisipan yang jarang digunakan), reduplikasi dan kata-kata majemuk yang
berafiks.
1. Kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum memiliki
imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk
dasar (kompleks), tetapi perbedaan kedua bentuk ini tidak dibahas di sini.
2. Afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila
ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata
baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain
seperti kata dasar. Istilah afiks termasuk prefiks, sufiks dan konfiks.
3. Prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk
membentuk kata baru dengan arti yang berbeda. Contoh : ber-, di-, ke-, me-,
meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-, per-, se-, ter4. Sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat di belakang kata dasar untuk
membentuk kata baru dengan arti yang berbeda. Contoh : -an, -kan, -i, -pun,
-lah, -kah, -nya
5. Konfiks (sirkumfiks / simulfiks) = secara simultan (bersamaan), satu afiks
melekat di depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar
yang bersama-sama mendukung satu fungsi. Contoh : ke - an, ber - an, pe - an,
peng - an, peny - an, pem - an, per - an, se - nya
6. Kata turunan (kata jadian) = kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang
mendapat imbuhan.
7. Keluarga kata dasar = kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari
satu kata dasar dan memiliki afiks yang berbeda.
9. Kelas Kata
Kata Benda (Nomina)
Kata benda (nomina) adalah kata-kata yang merujuk pada pada bentuk suatu
benda, bentuk benda itu sendiri dapat bersifat abstrak ataupun konkret.dalam
bahasa Indonesia kata benda (nomina) terdiri dari beberapa jenis, sedangkan dari
proses pembentukannya kata benda terdiri dari 2 jenis, yaitu :
1

Kata Benda (Nomina) Dasar: Kata benda dasar atau nomina dasar ialah katakata yang yang secara konkret menunjukkan identitas suatu benda, sehingga

kata ini sudah tidak bisa lagi diuraikan ke bentuk lainnya. Contoh : buku,
meja, kursi, radio, dll.
2

Kata Benda (Nomina) Turunan: Nomina turunan atau kata benda turunan ialah
jenis kata benda yang terbentuk karena proses afiksasi sebuah kata dengan
kata atau afiks. Proses pembentukan ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
1

Verba + (-an) contoh: Makanan.

(Pe-) + Verba contoh: Pelukis.

(Pe-) + Adjektiva contoh: Pemarah, Pembohong.

(Per-) + Nomina + (-an) contoh: Perbudakan.

Kata Kerja (Verba)


Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu
perbuatan. Kata kerja dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1

Kata Kerja Transitif: Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu
diikuti oleh unsur subjek, contoh : membeli, membunuh memotong, dll.
Dilihat dari segi bentuknya kata kerja transitif dapat dibagi menjadi 2 bentuk,
yaitu: Kata kerja transitif berimbuhan dan kata kerja transitif tak berimbuhan.

Kata Kerja Intransitif: Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak
memerlukan pelengkap. Seperti kata tidur untuk contoh kalimat berikut: saya
tidur, pada kalimat tersebut kata tidur yang berposisi sebagai predikat (P)
tidak lagi diminta menerangkan untuk memperjelas kalimatnya, karena
kalimat itu sudah jelas.

Di dalam Bahasa Indonesia ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar
yang tanpa afiks tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk
dasar yang berafiks atau turunan. dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi :
1

Verba Dasar Bebas: ialah verba yang beruba morfem dasar bebas, misalnya:
duduk, makan, mandi, minum, dll.

Verba Turunan: ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi,


gabungan proses atau berupa paduan leksem.
Beberapa bentuk verba turunan :
1

Verba berafiks : berbuat, terpikirkan, dll.

Verba bereduplikasi : bangun-bangun, ingat-ingat, dll.

Verba berproses gabungan : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, dll.

Verba majemuk : cuci mata, cuci tangan, dll.

Kata Sifat (Adjektifa)


Kata sifat ialah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau
mengubah kata benda atau kata ganti menjadi lebih spesifik.
Karena kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan kualitas
dari kelompok kelas kata benda atau kata ganti.
Ciri-ciri Kata Sifat
1

Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan ter- yang


mengandung makna paling.

Kata sifat dapat diterangkan atau didahului dengan kata lebih, agak, paling,
sangat & cukup.

Kata sifat juga dapat diperluas dengan proses pembentukan seperti ini : se- +
redupliasi (pengulangan kata) + -nya, contoh : sehebat-hebatnya, setinggitingginya, dll.

Beberapa Proses Pembentukan Kata Sifat


1

Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas,
dll.

Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah,
terbodoh, dll.

Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontangpanting, dll:

Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dll.

Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang
dada, keras kepala,baik hati, dll.

Kata Ganti (Pronomina)


Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang
dibendakan. Kelompok kata ini dapat dibedakan menjadi 6 bentuk, yaitu:

Kata Ganti Orang: ialah jenis kata yang menggantikan nomina. Kata ganti
orang dapat dibedakan lagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:

Kata ganti orang pertama tunggal, misal: aku, saya.

Kata ganti orang pertama jamak, misal: kami, kita.

Kata ganti orang kedua tunggal, misal: kamu.

Kata ganti orang kedua jamak, misal: kamu, kalian, Anda, kau/engkau.

Kata ganti orang ketiga tunggal, misal: dia, ia.

Kata ganti orang ketiga jamak, misal: mereka, beliau.

Kata Ganti Kepemilikan: ialah kata ganti yang dipakai untuk menyatakan
kepemilikan, misal: buku kamu/bukumu, buku aku/bukuku, buku
dia/bukunya,dsb.

Kata Ganti Penunjuk: ialah kata ganti yang dipakai untuk menunjuk suatu
tempat atau benda yang letaknya dekat ataupun jauh, misal: di sini, di
sana, ini, itu, dsb.

Kata Ganti Penghubung: ialah kata ganti yang digunakan untuk


menghubungkan anak kalimat dan induk kalimat kata yang dipakai yaitu:
yang, tempat,waktu.

Kata Ganti Tanya: ialah kata ganti yang dipakai untuk meminta informasi
mengenai sesuatu hal, kata Tanya yang dimaksud ialah apa, siapa,
mana.

Kata Ganti Tak Tentu: ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan
atau menggantikan suatu benda atau orang yang jumlahnya tak menentu
(banyak), misal: masing-masing, sesuatu, para, dsb.

Kata Keterangan (Adverbia)


Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja,
kata sifat, dan kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh
kalimat. Kata keterangan dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1

Kata Keterangan Tempat: ialah jenis kata yang memberikan informasi


mengenai suatu lokasi, misal: di sini, di situ, dll.

Kata Keterangan Waktu: ialah jenis keterangan yng menginformasikan


berlangsungnya sesuatu dalam waktu tertentu, misal: sekarang, nanati, lusa,
dll

Kata Keterangan Alat: ialah jenis kata yang menjelaskan dengan cara apa
sesuatu itu dilakukan ataupun berlangsung, misal: dengan tongkat, dengan
motor, dll.

Kata Keterangan Syarat: ialah kata keterangan yang dapat menerangkan


terjadinya suatu proses dengan adanya syarat-syarat tertentu, misal: jikalau,
seandainya, dll.

Kata Keterangan Sebab: ialah jenis kata yang memberikan keterangan


mengapa sesuatu itu dapat terjadi, misal; sebab, karena, dsb.
Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua
kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Puisi adalah karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia.
(Herman Waluyo). Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan,
dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-

kata kias (imajinatif). (Sumardi).


10. Puisi
Puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat (James Reevas).
Puisi merupakan ungkapan pikiran yang bersifat musikal (Thomas Carlye). Puisi
merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah
dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo). Puisi merupakan bentuk
pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek
keindahan (Herbert Spencer)
Jenis Puisi

Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan seperti
Jumlah kata dalam 1 baris, Jumlah baris dalam 1 bait, Persajakan (rima),
Banyak suku kata tiap baris dan Irama
Jenis puisi lama
Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib
Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap
baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris
berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari

pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.


Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Seloka adalah pantun berkait.
Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a,
berisi nasihat.

Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris,

bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.


Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10
baris.

Puisi Baru
Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat oleh aturan. bentuknya lebih bebas
daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima
Jenis Puisi Baru
Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga)
bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-bb-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik
terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait

berikutnya
Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya
sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang
mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa

umum.
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik
Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua

seuntai).
Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat

seuntai).
Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima

seuntai).
Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam

seuntai).
Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh

seuntai).
Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris

(double kutrain atau puisi delapan seuntai).


Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi
menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait
kedua masing-masing tiga baris

Struktur Puisi
Struktur fisik puisi
Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam

puisinya
Imaji yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan

pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.


Kata konkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang

memungkinkan munculnya imaji.


Gaya bahasa yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/

meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.


Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan

akhir baris puisi.


Tipografi yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi katakata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak
selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Halhal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

Sruktur Batin Puisi


Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah
hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna

tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.


Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang

terdapat dalam puisinya.


Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema
dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk
memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,

dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca


Amanat/tujuan/maksud (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan

penyair kepada pembaca.


11. Kata Transisi
Transisi adalah mata rantai penghubung kalimat dalam suatu paragraf atau
antar paragraf dalam suatu wacana.Transisi dapat diartikan pula sebagai kata
konjungsi yang berguna sebagai kata penghubung antar kalimat.
Jenis jenis Transisi/Konjungsi
Transisi kelanjutan
dan,lagi,lalu,serta,lagi pula,bahkan,kemudian,seterusnya, selanjutnya.

Contoh : Bahkan,Rafi mengetahui jika Feri dan Berlin bermusuhan


Transisi urutan waktu
dahulu, kemarin,kini,sementara itu,setahun yang
lalu,sekarang,sesudah,setelah,sebelum
Contoh : Kini,Unik berjanji untuk menjadi anak yang rajin
Transisi klimaks
Paling,senya,ter
Contoh : Untuk terakhir kalinya ,Balqis dihukum oleh ibunya
Transisi perbandingan
Sama dengan,seperti,ibarat,bak,bagaikan,laksana,semisal,seumpama,selayaknya.
Contoh : Wajahnya bagaikan bulan purnama
Transisi kontras/perlawanan
Tetapi,namun, tetapi,akan tetapi,namun
demikian,biarpun,walaupun,bagaimanapun,sebaliknya
Contoh : Rara tak pernah patah semangat walaupun ia masih menyesalkan masa
lalunya
Transisi jarak
Di sini,di sana,di situ,di samping,di kiri,di kanan,di atas,di belakang,di depan,di
bawah,dekat,jauh,sebelah
Contoh : Ferdi sedang berdiri di samping Andika
Transisi ilustrasi
Umpamanya,misalnya,contohnya,gambarannya
Contoh : Mamalia adalah jenis hewan melata,contohnya kadal,cicak,buaya dan
sebagainya
Transisi sebab-akibat
Karena,sebab,oleh karena itu,akibatnya,sehingga
Contoh : Dania tidak masuk sekolah karena bepergian
Transisi kondisi/pengandaian
Jika,jikalau,andaikata,kalau,seandainya
Contoh : Seandainya Andhirra tidak makan es krim,pasti dia tidak akan sakit gigi
Transisi simpulan
Ringkasnya,kesimpulannya,simpulannya,garis besarnya,rangkumannya
Contoh : Kesimpulannya,Pak Ayus marah karena seluruh siswa kelas 7j
membolos hari ini.

12. Permodelan Eksposisi


Teks eksposisi yaitu karangan yang menyajikan sejumlah informasi,
tujuannya agar pembaca dapat memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya.
Pengertian Teks Eksposisi adalah karangan yang menyajikan sejumlah
pengetahuan atau informasi.
Ciri-ciri dari paragraf eksposisi, antara lain adalah:
- Berusaha menjelaskan tentang sesuatu
- Gaya bersifat informatif
- Fakta dipakai sebagai alat kontribusi
- Fakta juga dipakai sebagai alat konkritasi
- Paragraf eksposisi umumnya menjawab tentang askadimega
Tujuan dari Paragraf eksposisi untuk memaparkan atau menjelaskan sesuatu agar
pengetahuan pembaca bertambah.
Contoh tema: Manfaat jejaring sosial facebook
Struktur Teks eksposisi, antara lain adalah:
- Tesis (Pembukaan)
- Argumentasi (Isi)
- Penegasan ulang (Penegasan ulang)
Jenis-jenis Teks eksposisi,antara lain adalah:
- Eksposisi definisi
- Eksposisi proses
- Eksposisi klasifikasi
- Eksposisi ilustrasi
- Eksposisi perbandingan
- Eksposisi laporan
13. Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal atau perpaduan leksikal adalah hubungan leksikal antara
bagian-bagian wacana untuk mendapatkan keserasian struktur secara kohesif.
Unsur kohesi leksikal terdiri dari: sinonim (persamaan), antonim(lawan kata),
hiponim(hubungan bagian atau isi), repetisi (pengulangan), kolokasi (sanding
kata), dan ekuivalensi. Tujuan digunakannya aspek aspek leksikal itu
diantaranya ialah untuk mendapatkan efek intensitas makna bahasa, kejadian
informasi, dan keindahan bahasa lain.

Kolokasi
adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna yang berdekatan antara
konstituen yang satu dengan konstituen yang lain atau hubungan antarkata yang
berbeda pada lingkungan dan bidang yang sama.
Contoh kalimat aspek kohesi kolokasi adalah sebagai berikut : Kepala
Sekolah Jakarta International School (JIS) Timothy Carr terkait kasus kekerasan
seksual terhadap siswa taman kanak-kanak yang dilakukan 6 orang tersangka
dari petugas kebersihan di JIS.
Pada kalimat di atas kata Kepala Sekolah berkolokasi dengan siswa taman
kanak-kanak dan petugas kebersihan.
Hiponim
Dalam semantik, hiponim adalah suatu kata atau frasa yang maknanya
tercakup dalam kata atau frasa lain yang lebih umum, yang disebut hiperonim
atau hipernim. Suatu hiponim adalah anggota kelompok dari hiperonimnya dan
beberapa hiponim yang memiliki hiperonim yang sama disebut dengan
kohiponim.
Contoh hiperonim, hiponim serta kohiponim antara lain: kucing, serangga,
dan merpati adalah hiponim dari hewan, hewan adalah hiperonim dari kucing,
serangga, dan merpati, serangga dan merpati adalah kohiponim dari kucing
sebagai hewan
Hubungan makna hiponim-hiperonim dibedakan dengan hubungan makna
meronim-holonim yang merupakan hubungan antara bagian dengan kesatuan.
Ekuivalensi (Kesepadanan)
Ekuivalensi merupakan hubungan kesepadanan antara satuan lingual
tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam dalam sebuah paradigma.
Ekuivalensi dalam wacana ini ditunjukkan dengan kata rapelan dan kata
dirapel. Kata rapelan dan dirapel memiliki hubungan kesepadanan karena berasal
dari satuan lingual asal rapel Secara definisi, ekuivalensi adalah makna yang
memiliki kedekatan atau memiliki tingkatan sebanding. Sementara, semantik
adalah ilmu tentang makna kata dan kalimat atau pengetahuan mengenai seluk
beluk dan pergeseran makna. Jadi dapat disimpulkan, ekuivalensi semantik adalah
kajian semantik yang memiliki hubungan kedekatan , sebanding, dan kekerabatan.
Asumsi awal mengenai ekuivalensi konseptual atau sinonimi dapat
diperlihatkan secara langsung melalui sistem penggambaran semantik. Perlu
disusun kaidah khusus untuk menjelaskan ekuivalensi semantik untuk

penggambaran semantik. Kaidah ini mungkin bersifat arbitrer yang diimprovisasi


agar para ahli semantik dapat terlepas dari problem analitis dalam hubungan
semantik kekerabatan. Dalam pembahasan ini disampaikan sejumlah kaidah
implikasi dan kemudian memikirkan apakah kaidah ini memberikan fakta untuk
tingkat semantik dalam.
Kaidah implikasi adalah kaidah yang menentukan bahwa untuk suatu
formula semantik tertentu, ada kemungkinan untuk menggantikan formula
semantik yang lain. Dalam kaidah ini teorinya adalah subtitusi dua arah (bidireksional) dan oleh karena itu dapat diformulasikan dengan A < - > B.
Kaidah implikasi dibagi menjadi dua, yaitu: kaidah implikasi substantif dan
kaidah implikasi formal. Kaidah Implikasi Substantif adalah kaidah implikasi
yang menyebutkan ciri-ciri spesifik, sedangkan Kaidah Implikasi Formal adalah
kaidah implikasi yang tidak mengacu kepada ciri-ciri fisik, tetapi menyatakan
ekuivalensi dari struktur pohon semantic yang digeneralisasikan dengan yang
lain. Kaidah implikasi formal terbagi menjadi kaidah subordinasi dan kaidah
indentifikasi. Adapun kaidah implikasi formal yang lain, yaitu: kaidah koreferensi
dan kaidah
Sinonim
Kohesi sinonim adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal
yang mirip antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain.
Ciri-ciri kata bersinonim seperti berikut.
a. Kedua kata memiliki makna yang sama atau hamper sama.
b. Kedua kata harus dapat saling ditukarkan dalam konteks kalimat yang sama.
Contoh kata sinonim misalnya ; kredit = mencicil, berdusta = berbohong,
haus = dahaga, baju = pakaian, bunga = kembang dan masih banyak lagi contoh
lainnya. Contoh: Jumlah orang jawa perantauan ini selalu cenderung naik.
Sensus yang dilakukan inggris di tahun-tahun mereka berkuasa menunjukan
peningkatan itu.
Kalimat tersebut terlihat bahwa kata naik dalam kalimat pertama memiliki
makna yang sama dengan penigkatan dalam kalimat kedua.
Antonim
kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang bersifat kontras atau
berlawanan antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain.
Ciri-ciri antonim seperti berikut.
1. Kedua kata tidak dapat saling ditukarkan dalam konteks kalimat yang sama.
2. Kedua kata memiliki makna yang berlawanan.

Contoh:

Laki-laki

lebih

rasional,

lebih

aktif,

lebih

agresif.

Wanita

sebaliknya:lebih emosional, lebih pasif, lebih submisif. Pada kalimat tersebut


terdapat tiga pasangan kata yang memiliki makna yang saling bertentangan, yaitu
rasional >< emosional, aktif ><pasif, dan agresif >< submisif.
Repetisi atau Pengulangan
Repetisi

salah

satu

cara

untuk

mempertahankan

konsesif

atar

kalimat.Hubungan ini di bentuk dengan satu lingual. Contoh : Berfilsafat di


dorong untuk mengetahui apa yang sudah kita tahu dan apa yang kita belum tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya kita ketahui dalam
semesta yang seakan tidak terbatas ini.
14. Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah hubungan semantis antar unsur yang dimarkahi
alat gramatikal yaitu alat bahasa yang digunakan dalam kaitannya dengan tata
bahasa.

Kohesi

gramatikal

dapat

berwujud

referensi/pengacuan,

substitusi/pemulihan, elipsis/pelesapan dan konjungsi/penghubungan.


a. Referensi, yaitu hubungan antara kata yang objeknya dari sudut analisis
wacana, objek yang diacu oleh sebuah kata dapat diluar bahasa dan didalam
bahasa.
Pada teks berita diatas contoh referensinya adalah :
a. Timothy Carr terkait kasus kekerasan seksual terhadap siswa taman
kanak-kanak yang dilakukan 6 orang tersangka dari petugas kebersihan di
JIS.
b. Kapolda Metro Jaya Inspektur Jendral Polisi Dwi Priyatno di Jakarta
Selasa (29/4) menjelaskan, Timothy diperiksa masih dalam kapasitas
sebagai saksi.
c. Kepala Sekolah dan wali kelas sudah kita periksa.
d. Erlinda menduga ada kelompok terorgansir di dalam JIS yang
memanfaatkan pengamanan ekstra ketat di JIS sehingga mereka dengan
leluasa melakukan kekerasan seksual terhadap anak didik di JIS.
e. Siapapun yang berbuat, orang asing sekalipun di wilayah hukum
Indonesia tentunya apabila ada bukti kita akan proses penyidikan. Kalau
yang bersangkutan pelaku tindak pidana sudah melarikan diri ke luar
Indonesia, tentu kita minta bantuan Interpol,"
f. Erlinda menduga ada kelompok terorgansir di dalam JIS yang
memanfaatkan pengamanan ekstra ketat di JIS sehingga mereka dengan
leluasa melakukan kekerasan seksual terhadap anak didik di JIS.
b. Substitusi (penyulihan)

Substitusi merupakan salah satu kohesi gramatikal yang berupa


penggantian unsur lingual tertentu (yang telah disebut) dengan unsur lingual
yang lain. Substitusi dalam wacana digunakan untuk menambah variasi
bentuk, dinamisasi narasi, menghilangkan kemonotonan dan memperoleh
unsur pembeda. Dilihat dari segi lingualnya, substitusi dibedakan menjadi
substitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal.
c. Elipsis (Pelesapan)
Elipsis merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa
penghilangan unsur (konstituen) tertentu yang telah disebutkan. Unsur yang
dilesapkan bisa berupa kata, frasa, klausa, maupun kalimat.
d. Konjungsi (Perangkaian)
Konjungsi merupakan salah satu kohesi gramatikal yang dilakukan dengan
cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain. Unsur-unsur
yang dirangkaikan dapat berupa kata, frasa, klausa, kalimat, alinea, topik
pembicaraan dan alih topik atau pemarkah disjungtif.
15. Kata depan
Preposisi atau kata depan adalah kata yang secara sintaksis terdapat di depan
nomina, adjektiva, atau adverbia dan secara semantis menandai berbagai
hubungan makna antara konstituen di depan dan di belakang preposisi tersebut.
Kata-kata yang digunakan di depan kata benda untuk merangkaikan kata benda
itu dengan bagian kalimat lain disebut kata depan. Umpama kata-kata di, dengan
dan oleh pada kalimat berikut:
1. Kakek tinggal di desa.
2. Nenek menulis dengan sepidol.
3. Jembatan ini dibangun oleh pemerintah.
Dilihat dari fungsinya, kata depan menyatakan hal-hal berikut:

Tempat berada, yaitu; di, pada, dalam, atas dan antara.

Arah asal, yaitu; dari.

Arah tujuan, yaitu; ke, kepada, akan, dan terhadap.

Pelaku, yaitu; oleh.

Alat, yaitu; dengan dan berkat.

Perbandingan, yaitu; daripada.

Hal atau masalah, yaitu; tentang dan mengenai.

Akibat, yaitu; hingga dan sampai.

Tujuan, yaitu; untuk, buat, guna, dan bagi.

Kata Depan dalam


Kata depan dalam digunakan dengan aturan sebagai berikut.
1. Untuk menyatakan tempat berada digunakan di depan kata benda sebagai
variasi dari kata depan di dalam. Contoh: 1). Jangan bermain dalam kelas,
2). Buku itu disimpan dalam lemari, 3). Dalam tubuh yang sehat, terdapat
jiwa yang kuat.
2. Untuk menyatakan "berada dalamsuatu situasi atau peristiwa" digunakan
di depan kata benda. Contoh; a). Kita harus hati-hati dalam pergaulan di
kota besar. b). Dalam perjalanan ke Eropa, kami singgah di Kairo. c).
Dalam bentrokan itu beberapa orang menjadi korban.
3. Untuk menyatakan "jangka waktu", digunakan di muka kata yang
menyatakan lama waktu. Contoh; a). Pekerjaan itu akan selesai dalam
beberapa hari. b). Dalam waktu 2 jam perampok itu telah dapat dibekuk.
c). Kredit vespa diangsur dalam waktu 2 tahun.
Kata Depan atas
Kata depan atas dapat digunakan dalam aturan seperti berikut: 1. Untuk
menyatakan "tempat" digunakan di depan kata benda sebagai varian dari kata di
atas. Contoh;

Kami berdiri atas keadilan dan kebenaran.

Beban yang dipikulkan atas pundak rakyat sudah terlalu berat.

Berbagai masalah telah menimpa atas diri kami.

2. Untuk menghubungkan predikat intransitif dengan pelengkapnya. Contoh;

Mereka berhak atas barang-barang itu.

Kami menyesal atas kejadian itu.

Saya ikut berduka cita atas musibah itu.

Catatan: Kata depan atas digunakan juga dalam beberapa ungkapan yang sudah
tetap, seperti:

atas nama

atas kehendak

atas anjuran

atas permintaan, dan

atas desakan.

Kata Depan antara


Kata depan antara digunakan dengan aturan sebagai berikut. 1. Untuk menyatakan
"jarak", digunakan di depan dua buah kata benda yang menyatakan tempat yang
dirangkaikan dengan kata depan dan. Contoh:

Banjir melanda daerah antara Bekasi dan Karawang.

Jarak antara Jakarta dan Bogor hanya 60 km.

Bedanya antara langit dan bumi.

2. Untuk menyatakan "adanya dua pihak", digunakan di muka dua buah kata
benda yang menyatakan orang atau yang diorangkan, yang dirangkaikan dengan
kata depan dengan. Contoh:

Perang antara Iran dan Irak semakin hebat.

Perundingan antara Indonesia dan Malaysia sedang berlangsung.

Perdamaian antara Mesir dan Israel tidak bisa kekal.

3. Untuk menyatakan "suatu tempat, suatu saat, suatu keadaan atau hal",
digunakan di muka dua buah kata benda yang menyatakan tempat atau waktu
(atau di muka dua buah kata lain yang menyatakan keadaan) yang dirangkaikan
dengan kata depan dengan. Contoh:

Tabrakan itu terjadi di jalan raya antara Yogyakarta dan Solo.

Pencarian itu terjadi antara pukul tiga dan pukul empat pagi.

Antara tidur dan jaga saya mendengar suara ketukan pintu.

Kata Depan kepada


Kata depan kepada digunakan dengan aturan sebagai berikut. 1. Untuk
menyatakan "tempat yang dituju", digunakan di muka objek dalam kalimat yang
predikatnya mengandung pengertian "tertuju terhadap sesuatu". Contoh:

Personalia itu telah dilaporkan kepada Gubernur.

Harus melapor dulu kepada bagian keamanan.

Kami akan minta bantuan kepada Lembaga Bantuan Hukum (LBH).

Catatan: Kalau kata depan ke menyatakan "arah tempat yang sebenarnya" maka
kata depan kepada menyatakan "arah tempat yang tidak sebenarnya". Bandingkan
contoh berikut;

Kembali ke desa.

Kembali kepada UUD 1945.

2. Untuk menyatakan "arah yang dituju", dapat digunakan sebagai varian kata
depan akan. Contoh;

Ia takut sekali kepada hantu.

Kami selalu ingat kepada ibunya.

Dia sudah lupa kepada kewajibannya.

Kata Depan akan


Kata depan akan dengan aturan sebagai berikut. 1. Untuk menunjuk objek,
digunakan di dalam kalimat yang predikatnya menunjukkan sikap batin. Contoh:

Saya masih ingat akan peristiwa bersejarah itu.

Dia baru sadar akan keluarganya.

Kami sudah bosan akan lagu-lagu itu.

2. Untuk menguatkan kata yang berada di belakangnya, dapat digunakan sebagai


tumpuan kalimat. Dalam hal ini dapat diganti dengan kata tentang, mengenai, atau
adapun. Contoh:

Akan budi baikmu itu, tentu tak bisa kami lupakan.

Akan hutang-hutangmu itu tidak usahlah terlalu kau pikirkan.

Akan sawah dan ladang di sana, biarlah diurus oleh paman Hasan.

Catatan: Sebagai penunjuk "maksud" atau "tujuan", kata depan akan sebaiknya
tidak digunakan. Kedudukannya lebih baik diganti dengan kata untuk. Contoh:

Daunnya baik akan obat sakit perut.

(sebaiknya diganti dengan: Daunnya baik untuk obat sakit perut)

Latihan diadakan akan mempertinggi kemampuan.

(sebaiknya diganti dengan: Latuhan diadakan untuk mempertinggi kemampuan.

Disediakan uang akan biaya rapat itu.

(sebaiknya diganti dengan: Disediakan uang untuk rapat itu.


Kata Depan terhadap
Kata depan terhadap digunakan dengan aturan sebagai berikut: 1. Untuk
menyatakan "sasaran perbuatan", digunakan di muka kata benda yang
menyatakan orang atau yang diorangkan. Kedudukannya dapat diganti dengan
kata depan kepada. Contoh:

Saya tidak takut terhadap siapa saja.

Terhadap saya dia tidak berani berbuat curang.

Terhadap ibunya dia berani berkata begitu, apalagi kepada kita.

2. Untuk menyatak "perihal", digunakan dimuka kata benda. Kedudukannya


dapan diganti dengan kata depan kepada. Contoh:

Kami tidak ragu-ragu lagi terhadap kejujuranmu.

Kami akan menentukan sikap terhadap perbuatan itu.

Peristiwa itu merupakan batu ujian terhadap keteguhan hatinya.

Kata Depan oleh


Kata depan oleh digunakan dengan aturan sebagai berikut. 1. Untuk menyatakan
"pelaku perbuatan", digunakan di muka objek pelaku dalam kalimat pasif.
Contoh:

Pabrik pupuk itu akan diresmikan oleh Presiden SBY.

Buku pelajaran matematika itu diterbitkan oleh Balai Pustaka.

Jembata ini dibangun oleh pemerintah pusat.

2. Untuk menyatakan "sebab", digunakan dlam kalimat yang predikatnya berupa


kata sifat atau kata yang menyatakan keadaan. Contoh:

Pertahanan mereka hancur oleh serangan Israel.

Bajunya basah oleh keringat.

Tanaman kami rusak oleh hama wereng.

Kata Depan dengan


Berikut ini aturan kata depan dengan. 1. Untuk menyatakan "alat", digunakan di
muka kata benda yang menyatakan alat. Contoh;

Adik menulis dengan spidol.

Hasil ujian seleksi diperiksa dengan komputer.

Penjahat itu menodong saya dengan pistol.

2. Untuk menyatakan "beserta", digunakan di muka kata benda yang menyatakan


orang. Contoh:

Dia datang dengan ibunya.

Kapal itu tenggelam dengan segala isinya.

Adik pergi dengan kawan-kawannya.

3. Untuk menyatakan "cara atau sifat perbuatan", digunakan di muka kata sifat
atau kata keterangan. Contoh:

Kami diperiksa dengan teliti.

Mereka bermain dengan gembira.

Saudara akan kami terima dengan senang hati.

Catatan:
Kata depan dengan digunakan juga dalam beberapa ungkapan tetap yang
menyatakan sumpah atau alat, seperti berikut; Dengan nama Alloh, Dengan
rahmat Tuhan, Dengan karunia Yang Maha Esa, Dengan titah baginda, Dengan
restu presiden
Kata Depan berkat
Kata depan berkat digunakan di depan kata benda atau frase benda untuk
menyatakan "sebab yang memberi pengaruh untuk terjadinya sesuatu". Contoh:

Kemerdekaan ini dapat kita raih berkat pengorbanan para pejuang.

Berkat doa saudara-saudara, kami berhasil membawa kembali gelar juara


ini.

Berkat bantuan Anda, saya terbebas dari kesulitan ini.

Kata Depan tentang


Kata depan tentang digunakan di depan kata benda atau frase benda untuk
menyatakan "perihal" atau "masalah". Contoh:

Mereka berdebat tentang peranan pemuda dalam pembangunan.

Tentang perundingan itu sendiri tidak banyak dibicarakan lagi.

Menlu Mochtar memberi keterangan penjang lebar tentang peristiwa yang


dialami Tim Verifikasi RI di Irian Jaya.

Kata Depan sampai


Kata depan ini digunakan untuk menyatakan "batas tempat atau batas waktu"
digunakan di muka kata benda yang menyatakan tempat atau menyatakan waktu.
Contoh:

Kami berjalan kaki sampai desa Jatisari.

Bacalah sampai halaman 43!

Mereka belajar sampai larut malam.

Kata Depan guna


Kata depan guna untuk menyatakan adanya pertalian perihal" sebagai varian kata
depan untuk, digunakan di muka kata benda berimbuhan gabung ke-an. Contoh:

Guna kebahagiaan anak-anak itu, biarlah kita mengalah.

Guna kesehatan kita bersama, janganlah merokok di ruangan ini.

Guna kepentingan umum kami rela berkorban.

Tetapi disini penggunaannya tidak dianjurkan. Lebih baik gunakan kata depan
gabung untuk.
Kata Depan demi
1. Untuk menyatakan "tekad", digunakan di depan kata benda berimbuhan gabung
ke-an. Contoh:

Kami akan bekerja keras demi kesejahteraan keluarga.

Demi kepentingan pembangunan kami rela berkorban.

Saya berjuang demi kebenaran dan keadilan.

2. Untuk menyatakan "berurutannya yang satu dari yang lain" digunakan di antara
dua buah kata bilangan yang sama. Contoh:

Diangkatnya batu itu satu demi satu.

Seorang demi seorang, secara diam-diam meninggalkan ruang sidang itu.

Kertas itu dibakarnya selembar demi selembar.

3. Untuk menyatakan sumpah, digunakan di depan nama Tuhan, Dewa, dan lainlain yang dianggap berkuasa. Contoh:

Demi Alloh saya tidak pernah mengambil bukumu.

Demi Tuhan saya tidak tahu menahu dengan urusan itu.

Demi yang menguasai alam dengan segenap isinya saya bersumpah akan
tetap tinggal disini.

Kata Depan untuk


Kata depan untuk digunakan dengan aturan sebagai berikut:

Untuk menyatakan "tujuan" atau "sasaran perbuatan", digunakan dimuka


kata benda orang yang diorangkan. Contoh; Beliau membawa oleh-oleh
untuk kami; Pupuk dikirim untuk para petani; Ayah membeli sepatu untuk
ibu.

Untuk menyatakan adanya pertalian perihal digunakan di depan kata


benda atau frase benda. Biasanya ditempatkan pada awal kalimat. Contoh;
Untuk kepentingan umum, kami rela berkorban; Untuk dia, uang saja
tidak ada artinya; Hadiah dua juta rupiah disediakan untuk karangan
terbaik.

Kata Depan bagi


Kata depan ini dapat digunakan untuk menyatakan "adanya pertalian perihal",
sebagai varian kata depan untuk. Contoh;

Bagi kepentingan pembangunan kami rela berkorban.

Bagi saya jadi pergi atau tidak, tidak menjadi soal.

Bagi karangan terbaik disediakan hadiah menarik.

Kata Depan menurut


Kata depan ini dengan fungsi untuk menyatakan "sesuai dengan yang dikatakan",
digunakan di depan kata benda atau frase benda yang menyatakan orang. Contoh:

Menurut undang-undang yang berlaku, saudara telah berbuat salah.

Menurut ketua organisasi itu siapa saja boleh mendaftar jadi anggota.

Menurut ibu, saya sebaiknya menjadi pelukis saja.

16. Kata dasar


Kata dasar adalah kata yang menjadi dasar pembentukkan kata. Ia masih utuh,
belum mengalami perubahan terutama karena mendapat imbuhan, perulangan,
dan persenyawaan. Kata dasar menjadi dasar pembentukkan kata berimbuhan atau
kata jadian, kata ulang, dan kata majemuk.
Contoh: dari kata malas dapat dibentuk:
Kata jadian: bermalas, pemalas, kemalasan.

Kata ulang: malas-malas, bermalas-malas.


Kata majemuk: kursi malas
Ciri-ciri kata dasar:
1. Di dalam kata dasar tidak terdapat imbuhan
2. Tidak terdapat kata dasar lain
3. Tidak dapat perulangan kata
4. Tidak dapat persenyawaan kata
Jenis-jenis kata dasar
1. Kata dasar bersuku satu: teh, jang, wah
2. Kata dasar bersuku dua: mata, tiga
3. Kata dasar bersuku tiga: telinga, kemiri
4. Kata dasar bersuku empat: halilintar
5. Kata dasar bersuku lima: Indonesia
6. Kata dasar serupa bentuk ulang: kura-kura, kupu-kupu
Urutan-urutan kata dasar
1. Suku kata : matama ta
sampansam pan
2. Akar kata : suk masuk rakderak
rasuk gerak
rusuk kerak
17. Kata ulang
Kata ulang adalah kata yang terjadi karena proses reduplikasi atau pengulangan
kata.
Daftar isi

1 Jenis
o 1.1 Kata ulang utuh
o 1.2 Kata Ulang Sebagian
o 1.3 Kata Ulang Berubah Bunyi

2 Makna

3 Rujukan

Jenis

1. Dwipurwa (kata ulang sebagian): Reduplikasi atas suku kata awal. Vokal
dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah
menjadi e pepet. Contoh: tetangga, leluhur, leluasa.
2. Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh): Reduplikasi atas seluruh bentuk
dasar (bisa kata dasar maupun kata berimbuhan). Contoh: rumah-rumah,
kejadian-kejadian.
3. Dwilingga salin suara (berubah bunyi): Reduplikasi atas seluruh bentuk
dasar yang salah satunya mengalami perubahan suara pada suatu fonem
atau lebih. Contoh: gerak-gerik, sayur-mayur.
4. Kata ulang berimbuhan: Reduplikasi dengan mendapat imbuhan, baik
pada lingga pertama maupun pada lingga kedua. Contoh: bermain-main,
tarik-menarik.
5. Kata ulang semu: Kata yang sebenarnya merupakan kata dasar dan bukan
hasil pengulangan atau reduplikasi. Contoh: laba-laba, ubur-ubur, undurundur, kupu-kupu, empek-empek.
Kata ulang utuh
contoh:

Anak-anak

Jalan-jalan

Makan-makan

Kata Ulang Sebagian


Kata ulang sebagian atau kata ulang dwipurwa merupakan perulangan kata yang
dialami oleh sebagian dari kata dasar, dengan kata lain perulangan kata hanya
terjadi pada suku awal kata dasar, seperti:
Lelaki
Tetua
Seseorang
Di dalam kata ulang sebagian juga sering ditemukan kata ulang yang mendapat
akhiran, seperti:
Pepohonan
Rerumputan

Kata Ulang Berubah Bunyi


Kata Ulang Berubah Bunyi adalah kata ulang yang mengalami perubahan bunyi
pada akhir kata perulangan. contoh:

Sayur-mayur

bolak-balik

Makna
1. Jamak (tak tentu). Contoh: Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari.
2. Bermacam-macam. Contoh: pohon-pohonan, buah-buahan.
3. Menyerupai. Contoh: kuda-kuda, anak-anakan, langit-langit, mobilmobilan, rumah-rumahan, kayu-kayuan.
4. Melemahkan (agak). Contoh: kekanak-kanakan, kebarat-baratan, sakitsakitan.
5. Intensitas (kualitas, kuantitas, atau frekuensi). Contoh: kuat-kuat, kudakuda, mondar-mandir.
6. Saling (berbalasan). Contoh: bersalam-salaman, tikam-menikam.
7. Kolektif (pada kata bilangan). Contoh: dua-dua, tiga-tiga, lima-lima.
8. Dalam keadaan. Contoh: mentah-mentah, hidup-hidup.
9. Walaupun (meskipun). Contoh: kecil-kecil.
10. Perihal. Contoh: masak-memasak, jahit menjahit.
11. Tindakan untuk bersenang-senang. Contoh: makan-makan, duduk-duduk,
tidur-tiduran, membaca-baca, berjalan-jalan.
12. Agak. Contoh: kehijau-hijauan, kemerah-merahan.
13. Tindakan yang dilakukan berkali-kali. Contoh: berkali-kali.
14. himpunan. Contoh: berjam-jam.
15. Perbalasan (pekerjaan). Contoh: kunjung-mengunjungi, tuduh-menuduh,
tolong-menolong.
18. Kata ganti
Pronomina atau kata ganti adalah kata yang dipakai untuk mengganti orang atau
benda, seperti aku, engkau, dia. Dalam bahasa Indonesia ada tiga jenis
pronomina, yaitu pronomina persona, pronomina penunjuk, dan pronomina
penanya.

Pronomina persona
Persona Tunggal

Jamak
Netral
Eksklusif Inklusif
Pertama saya, aku, ku-, -ku
kami
kita
Kedua engkau, kamu, Anda, dikau, kalian, kamu sekalian, Ketiga

kau-, muia, dia, beliau, -nya

Anda sekalian
mereka

19. Homofon
Homofon adalah kata yang diucapkan sama dengan kata lain tetapi berbeda dari
segi maksud. Homofon terdiri atas kata homo berarti sama dan foni (phone) yang
berarti bunyi atau suara. homofon mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda
tulisan, dan berbeda makna. [1] Contoh homofon antara lain:

"buku" (bahan bacaan) dan "buku" (bagian di antara dua ruas)

"massa" (dalam perkataan media massa) dan "masa" (waktu)

"bank" (tempat menyimpan uang) dan "bang" (panggilan untuk kakak)

"tank" (kendaraan perang) dan "tang" (alat pekakas)

Perkataan-perkataan ini adalah serupa dari segi sebutan tetapi mempunyai arti
yang berbeda, atau merujuk kepada perkara yang tidak sama. Homofon
merupakan sejenis homonim, meskipun kadang-kala homonim digunakan untuk
merujuk hanya kepada homofon yang mempunyai ejaan yang sama tetapi arti
yang berlainan. Istilah ini juga digunakan untuk unit-unit yang lebih singkat
daripada perkataan, seperti huruf atau beberapa huruf yang disebut sama dengan
huruf lain atau kumpulan huruf yang lain.
Homofon adalah istilah yang berlawanan dengan homograf.

20. Bentuk kata


1. DEFINISI UMUM
Bentuk kata ialah rupa unit tatabahasa samada berbentuk tunggal atau hasil

daripada proses pengimbuhan, pemajmukan dan penggandaan. Manakala,


Penggolongan kata pula ialah proses menjeniskan perkataan berdasarkan
keserupaan bentuk dan/atau fungsi dengan anggota lain dalam golongan
yang sama. Dalam bahasa Melayu, kedua-dua ini dikaji melalui bidang
morfologi.
2. BENTUK KATA
Terdapat empat proses pembentukan kata dalam bahasa melayu
sebagaimana berikut:
A) bentuk kata tunggal
B) bentuk kata terbitan
C) bentuk kata majmuk
D) bentuk kata ganda
2.1 Bentuk Kata Tunggal
Bentuk kata ini tidak menerima sebarang imbuhan serta tidak mengalami
proses penggandaan dan perangkaian. Terdapat sekurang-kurangnya dua
jenis kata tunggal iaitu:
-kata tunggal satu suku kata (KV,VK,KVK,KKVK,KVKK,KKV,KKKVK)
-kata tunggal dua suku kata atau lebih (V+KV,,KV+V+KV,KV+KV+VK+KV)
Dalam artikel yang saya kaji, terdapat beberapa contoh bentuk kata tunggal
yang digunakan. Antaranya:
Kata tunggal satu suku kata:
-dan
-ke
Kata tunggal dua suku kata atau lebih
-jasa
-pendekar
-masyarakat
-budaya
-negatif

2.2 Bentuk Kata Terbitan


Kata terbitan terhasil daripada proses pengimbuhan, iaitu proses
menambahkan atau menggandingkan imbuhan pada kata dasar. Imbuhan
terdiri daripada morfem terikat sementara kata dasar ialah bentuk morfem

bebas. Imbuhan dapat dibahagikan kepada empat jenis iaitu:


- Awalan (Hadir sebelum kata dasar)
- Akhiran (Hadir sesudah kata dasar)
- Apitan (Hadir secara mengapit kata dasar)
- Sisipan (Hadir di celahan kata dasar)
Artikel yang saya pilih banyak menngunakan kata-kata terbitan, sebagaimana
berikut:
Awalan
-berusaha
-seimbang
-sejumlah
-berleluasa
Akhiran
-kerahan
-renungan
-bahkan
Apitan
-bersesuaian
-kedatangan
-kematangan
-membudayakan
-menyemarakkan
-menggalakkan
-memperuntukkan
2.3 Bentuk Kata Majmuk
Proses pemajmukan ialah proses merangkaikan dua kata dasar atau lebih.
Bentuk kata majmuk membawa makna tertentu, dieja terpisah dan bertindak
sebagai satu unit, iaitu bentuknya tidak boleh menerima sebarang penyisipan
unsur lain. Kata majmuk dapat dipisahkan kepada tiga kelompok, iaitu:
- Kata majmuk daripada rangkaian kata bebas
- Kata majmuk yang berbentuk istilah khusus dalam bidang ilmiah
- Kata majmuk yang mendokong maksud kiasan
Antara kata majmuk yang digunakan dalam hasil karya Shukri Bin Janudin
ialah:
Kata majmuk daripada rangkaian kata bebas
-para belia

-pejuang bangsa
-sentimen politik
Kata majmuk yang berbentuk istilah khusus dalam bidang ilmiah
-Silat Cekak
-agama Islam
2.4 Bentuk Kata Ganda
Proses yang menggandakan kata dasar akan menghasilkan bentuk kata
ganda. Dalam bahasa Melayu, terdapat tiga jenis penggandaan, iaitu:
- Penggandaan penuh (menggandakan keseluruhan kata dasar)
- Penggandaan separa (menggandakan sebahagian kata dasar)
- Penggandaan berentak (menggandakan kata dasar mengikut rentak bunyi
tertentu)
Contoh-contoh kata ganda yang terdapat dalam artikel yang saya pilih ialah:
Penggandaan penuh
-rekod-rekod
-negara-negara
-pahlawan-pahlawan
Penggandaan separa
-kedua-dua
Penggandaan berentak
-memburuk-burukkan

Anda mungkin juga menyukai