Anda di halaman 1dari 10

EYD atau singkatan dari Ejaan Yang Disempurnakan adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang

mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf
capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang
disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan
sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail.
Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.

Pemakaian dan penulisan huruf

Pemakaian dan penulisan huruf berdasarkan EYD dibagi menjadi 2, yaitu:

Penggunaan huruf kapital

Penggunaan huruf miring

Penggunaan Huruf Kapital

1. Jabatan tidak diikuti nama orang

Contoh: Menurut bupati, anggaran untuk pendidikan naik 25 % dari tahun sebelumnya.

2. Huruf pertama nama bangsa

Contoh : ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan. Seharusnya :


kesunda-sundaan, keinggris- inggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.

3. Nama geografi sebagai nama jenis

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Contoh, berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara, kacang bogor, salak
bali, pisang ambon, pepaya bangkok, nanas subang, tahu sumedang, peuyeum bandung dan telur
brebes.

4. Setiap unsur bentuk ulang sempurna

Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik Jawa
Barat,Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-Garis Besar Haluan Negara.

5. Penulisan kata depan dan kata sambung

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan
judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Biasanya dipakai pada penulisan judul cerpen, novel. Contoh, Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari
Penantian dalam Gua Neraka, Kado untuk Setan, Taksi yang Menghilang.

Penggunaan Huruf Miring

1. Penulisan nama buku

Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.

2. Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing

Contoh, boat modeling, aeromodeling, motorsport.

3. Penulisan kata ilmiah


Contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.

Penulisan Kata Turunan

1. Gabungan kata dapat awalan akhiran

Contoh, bertepuk tangan, garis bawahi, dilipatgandakan, sebar luaskan.

2. Gabungan kata dalam kombinasi

Contoh, antarkota, antarsiswa, antipornografi, antikekerasan, anti-Amerika, audiovisual,


demoralisasi,dwiwarna, dwibahasa, ekasila, ekstrakulikuler, interkoneksi, intrakampus, multifungsi,
pramuwisma,tunakarya, tunarungu, prasejarah, pascapanen, tridaya, rekondisi.

Penulisan Gabungan Kata

1. Penulisan gabungan kata istilah khusus

Contoh; alat pandang- dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami.

2. Penulisan gabungan kata serangkai

Contoh: acapkali, adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata, belasungkawa, dukacita, kacamata,


kasatmata, manakala, manasuka, matahari, olahraga, padahal, peribahasa, radioaktif, saptamarga,
saripati, sediakala, segitiga, sekalipun, sukacita.

Penggunaan Tanda Baca


1. Tanda Titik (. )

Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.

Dipakai pada akhir singkatan nama orang.

Misalnya: A. S. Kramawijaya

Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan

Misalnya: Bc. Hk. (Bakalaureat Hukum)

2. Tanda Koma ( , )

Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.

Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata tetapi dan melainkan.

Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

3. Tanda Titik Koma ( ; )


Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Misalnya: Malam makin larut; kami belum selesai juga.

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk
sebagai pengganti kata penghubung.

Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama
pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

4. Tanda Titik Dua ( : )

Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.

Misalnya: Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonorni Umum dan Ekonomi Perusahaan.

Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Misalnya: Ketua : Ahmad Wijaya

Sekretaris : S. Handayani

Bendahara : B. Hartawan

5. Tanda Hubung ( – )
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

Misalnya: …ada cara ba-ru juga.

Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung
baris.

Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian
kata di depannya pada

Misalnya: … cara baru meng-ukur panas.

Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

Misalnya: berulang-ulang

Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

6. Tanda Pisah ( -)

Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar bangun
kalimat.

Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Misalnya:Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga pembedahan atom- tidak men-
gubah konsepsi kita tentang alam semesta.

7. Tanda Elipsis ( … )

Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.

Misalnya: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.

Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.

Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.

8. Tanda Tanya ( ? )

Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya

Misalnya: Kapan ia berangkat?

Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau
yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Misalnya: la dilahirkan pada tahun 1683 (?).

9. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Misalnya: Bersihkan kamar ini sekarang juga!

10. Tanda Kurung ( )

Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya: DIP (Daftar Isian Proyek)
kantor itu sudah selesai.

Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun
1962.

Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan. Angka atau huruf itu
dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.

Misalnya:

Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:

(a) alam,

(b) tenaga kerja, dan

(c) modal.

Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

11. Tanda Kurung Siku ([… ])


Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada
kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang
terdapat di dalam naskah asal. Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik.

Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Misalnya:
(Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat BabI] tidak dibicarakan.)

12. Tanda Petik (“… “)

Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.

Misalnya: “Saya belum siap,” seru Mira, “tunggu sebentar!”

Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.

Misalnya: Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.

13. Tanda Petik Tunggal ( ‘ … ‘ )

Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.

Misalnya: Tanya Basri, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”

Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing (Lihat pemakaian
tanda kurung)

Misalnya: rate of inflation ’laju inflasi’


14. Tanda Garis Miring ( / )

Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.

Misalnya: No. 7/PK/1973

Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.

Misalnya: mahasiswa/mahasiswi

15. Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ‘ )

Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.

Misalnya: Ali ‘kan kusurati (‘kan = akan)

Malam ‘lah tiba (‘lah = telah)

Anda mungkin juga menyukai