Anda di halaman 1dari 22

Pertemuan kesepuluh:

PENERAPAN EJAAN BAHASA INDONESIA

Sabtu, 18 Nopember 2023

UNIVERSITAS PARAMADINA JAKARTA


JL. GATOT SUBROTO NO. KAV. 97, MAMPANG PRAPATAN, JAKARTA SELATAN 12790
PENGERTIAN EJAAN

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar
hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa)
(Arifin dan Tasai, 2005: 29)

Ejaan yang disempurnakan merupakan ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972
yang merupakan perbaikan dari ejaan sebelumnya yaitu Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.
KAIDAH EJAAN

A. Kaidah Ejaan merupakan patokan atau aturan sebagai pedoman dalam menerapkan ejaan
bahasa indonesia secara tepat.

B. Ejaan pada dasarnya memiliki 3 aspek, yaitu:


1) Aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan
abjad.
2) Aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis.
3) Aspek sintaksis yang menyangkut penandaan ujaran berupa tanda baca.

C. Ejaan mencakup tentang:


- penulisan huruf - pemakaian huruf – penulisan kata - penulisan unsur serapan - pemakaian
tanda baca
1) Penulisan Huruf

a) Nama-nama huruf: a (a), b (be), c (ce), d (de), e (e), f (ef), g (g), h (ha), i (i), j (je), k (ka), l
(el), m (em), n (en), o (o), p (pe), q (ki), r (er), s (es), t (te), u (u), v (ve), w (we), x (eks), y
(ye), z (zet)

b) Huruf vokal: a, e (e benar/ taling dan e lemah/ pepet), i, o, dan u.

c) Huruf konsonan: semua huruf kecuali vokal.

d) Huruf diptong: huruf yang berasal dari penggabungan dua huruf vocal yaitu au, ai,
dan au.

e) Gabungan huruf konsonan (huruf konsonan rangkap): kh. ng, ny, sy, nk.
2) Pemakaian Huruf
Pemakaian huruf besar dan kecil

 Dipakai sebagai huruf pertama kalimat.

 Dipakai sebagai huruf pertama nama gelar (kehormatan, keturunan, keagamaan), jabatan, dan
pangkat yang diikuti nama orang.
Contoh: Pada masa revolusi peranan Jenderal Sudirman tidak dapat dilupakan.

 Dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.


Contoh: Yaser Arafat, Presiden Plestina, meninggal dunia pada tahun 2004.

 Dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, dan hari raya dan peristiwa sejarah.
Contoh: Rekapitulasi Tuntang di Semarang terjadi pada bulan
September tahun 1811.

 Dipakai sebagai huruf pertama nama khas geografi.


Contoh: Di Teluk Bayur terdapat bangunan masjid Raya.
 Dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraaan,
serta nama dokumen resmi.
Contoh: Semua anggota PBB harus mematuhi isi Piagam Perserikatan Bangsa-
Bangsa.

 Dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, untuk, dan yang terletak pada posisi awal .
Contoh: Salah satu karangan Idrus berjudul Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

 Dipakai dalam singkatan nama gelar dan keserjanaan, keuali gelar dokter.
Contoh: Sejak dua tahun yang lalu, Suherni, S.Pd sudah tidak lagi menjadi guru
kelas.

 Dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti Bapak, Ibu, dan
Adik, saudara yang lainnya sebagai kata ganti sapaan.
Contoh: Surat Bapak sudah saya terima kemarin,
3) Penulisan Kata

 Kata dasar ditulis sebagai kata yang berdiiri sendiri, kata turunan, imbuhan ditulis
serangkai dengan kata dasarnya kecuali kata mendapatkan awalan dan akhiran.

Contoh: dididik, disuruh, bertanggung jawab, mempertanggungjawabkan

 Gabungan kata yang dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.

Contoh: manakala, lokakarya, olahraga, dan lain-lain

 Gabungan kata jika salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri ditulis serangkai.

Contoh: amoral, nonmigas


 Kata dasar ditulis terpisah jika diikuti oleh kata depan.
Contoh: di sana, ke rumah.

 Partikel pun penulisannya dipisah dari kata yang mendahuluinya.


Contoh: sekali pun, satu kali pun kecuali meskipun, biarpun, bagaimanapun,
andaipun, kalaupun, sungguhpun, walaupun, ataupun, adapun,
kendatipun dan sekalipun yang berarti walaupun.

 Penulisan angka bilangan dengan akhiran an ditulis serangkai dengan tanda - .


Contoh: tahun 1990-an.

 Lambang bilangan yang terdapat pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Contoh: lima puluh orang asing didapati sedang berenang di tengah laut.
4) Penulisan Unsur Serapan

 Unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah


bahasa indonesia, sebisa mungkin diubah seperlunya sehingga dalam bahasa
indonesianya masih terlihat bentuk asalnya.
Contoh: system --- sistem, quality ---- kualitas.

 Akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai kata yang utuh bukan
gabungan.
Contoh: implementation ---- implementasi, standardization ----
standarisasi.
5) Pemakaian Tanda Baca

a. Tanda titik ( . )

 Dipakai pada akhir singkatan nama orang.


Contoh: W.S. Rendra memiliki nama asli Wilibrordus Surendra Broto Rendra.

 Dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.


Contoh: Acara donasi ini diwakili oleh Dr. Subandrio.

 Dipakai untuk singkatan huruf dengan ketentuan, jika dua huruf diberi dua buah
tanda titik dan jika tiga huruf atau lebih diberi satu buah tanda titik.
Contoh: s.d., d.a., tsb., yth., dan lainnya.
 Digunakan untuk memisahkan angka yang menyatakan jumlah.
Contoh: Rp 2.000.000

 Digunakan untuk daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan (yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.
Contoh: Nopitasari, Oppi. 2018. Buku Cerdas Panduan Umum EBI. Sidoarjo:
Media Cerdas.

 Tidak digunakan pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, illustrasi, atau
table.
Contoh: Malin Kundang
Tabel 3 Sikap Generasi Muda Terhadap Pendidikan
b. Tanda koma ( , )

 Dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian.


Contoh: buku, majalah, koran, dan jurnal merupakan sumber kepustakaan.

 Diapakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam
kalimat majemuk setara.
Contoh: sepatu itu bukan milik paman saya, melainkan milik ayah saya.

 Dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.


Contoh: karena hujan, dia menggunakan jas hujan.

 Tidak boleh dipakai untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat apabia anak
kalimat mengiringi induk kalimat.
Contoh: semua orang akan merasa berkecukupan hidupnya jika diimbangi rasa
syukur.
 Dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh: Mahardika, Alvin. 2018. Pintar Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Agung Santosa.

 Dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.


Contoh: Sultan Takdir Alisyahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2 (Jakarta:
Pustaka Rakyat, 1950), Hlm. 25.

 Dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contoh: B. Ratulangi, S.E.

 Dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinayatakan dalam angka.
Contoh: Jarak antara Kampus sampai ke Rumah sekitar 20, 5 km. atau Diah memiliki
tabungan sebanyak Rp 7.000.500,25.
c. Titik koma ( ; )

 dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan 2 atau lebih kalimat setara dalam
kalimat majemuk.
Contoh: Ayah pergi ke Kantor; Ibu pergi ke Pasar; Adik pergi ke Sekolah.

 Dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.


Contoh: Syarat penerimaan mahasiswa Paramadina adalah
o Berijazah minimal SMA atau sederajat;
o Berbadan sehat;
o Bersedia mematuhi semua peraturan kampus;
o Lulus ujian tes masuk.

 Digunakan untuk memisahkan bagian-bagian perincian dalam kalimat yang sudah menggunakan
tanda koma ( , ).
Contoh: Agenda 5 tahunan ini meliputi
o Pemilhan ketua, Wakil ketua, Sekretaris, dan Bendahara;
o Penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja;
o Pendataan anggota dan asset organisasi.
d. tanda titik dua ( : )

 Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti perincian atau penjelasan.
Contoh: Kita memerlukan buku penunjang : Kamus, Buku Paket, dan Jurnal.

 Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan perincian.


Contoh: a. Ketua : Ahmad Zaelani
b. Sekretaris : Diana Pungki
c. Bendahara : Tata Bonavita

 Dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh: Ibu : “Kamu sedang apan Nak?”
Anak : “Membuat kerajinan tangan, Bu.”

 Dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman.


Contoh : Suara Merdeka, IX, No. 8/2005: 10

 Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.


Contoh : Surat Al Ikhlas: 1

 di antara judul dan anak judul suatu karangan.


Contoh : Sintaksis: Sebuah Kajian
e. Tanda tanya ( ? )

 Dipakai pada akhir kalimat tanya.


Contoh : Kamu sudah semester berapa sekarang?

 Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang digunaka atau kurang
dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh : Di indonesia terdapat 400 (?) lagu daerah.

f. Tanda seru ( ! )
 Dipakai untuk mengakhiri uangkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Contoh : Alangkah indahnya pemandangan Bedugul, Bali!

g. Tanda elipsis ( … )
 Menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan.
Contoh : Narasi ekspositoris merupakan … rangkaian perbuatan yang disampaikan
secara informative sehingga pembaca mengetahui peristiwa itu secara tepat.
 Penulisan ellipsis didahului dan diikuti dengan spasi.
 Pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik ( jumlah titik empat buah).
h. Tanda garis miring ( / )

 Dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang
terbagi dalam dua tahun takwin. Contoh: Nomor : 7/ PK / II / 2013.

 Dipakai sebagai pengganti kata dan, atau serta setiap.


Contoh : mahasiswa/ mahasiswi artinya (mahasiswa dan mahasiswi). harga buku tulis rp
3.000,00/buah.

 Dipakai untuk mengapit huruf , kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
pengurangan atas kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.
Contoh : Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di Bank.
PENGERTIAN DIKSI

 Diksi merupakan pilihat kata penulis atau pembicara yang tepat dan selaras dalam
penggunaannya dalam kalimat atau gagasan.

 Ciri-ciri diksi :
1) tepat pada pemilihan kata saat mengungkapkan gagasan
2) bisa digunakan membedakan nuansa makna dengan bentuk yang sesuai
terhadap gagasan dan sistuasi maupun nilai rasa kebahasaan
3) memiliki perbendaharaan kata yang dipunya oleh masyarakat serta
memberdayakan kekayaan tersebut menjadi sebuah kata yang jelas.

 Fungsi diksi : meniadakan interprestasi ataupun tafsiran yang berbeda antara


penulis dan pembaca serta memperindah kalimat, sehingga pengarang dapat
membuat cerita lebih runtut.
Makna Denotasi dan Makna Konotasi

1. Makna Denotasi

 Makna Denotasi merupakan makna ekspelisit dan harfiah dari suatu kata atau frasa atau
dengan kata lain makna denotasi merupakan makna sebenarnya dari suatu kata.

Contoh : Kambing Pak Komar yang akan dijadikan kurban di hari Raya Idul Adha adalah
kambing hitam dengan kualitas terbaik. Kata yang tercetak miring memiliki
arti yang sebenarnya yaitu kambing yang berwarna hitam.

 Makna denotasi mencakup makna makna :


o Makna konseptual : makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut
penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang berhubungan
informaso factual dan objektif.
o Makna sebenarnya : makna harfiah
o Makna lugas : makna apa adanya, lugu, polos, bukan makna kias.
2. Makna Konotasi

 Makna konotasi merupakan makna kiasan atau tidak sebenarnya yang terkandung
dalam suatu kata. Makna konotasi juga merupakan makna kultural atau emosional yang
bersifat subjektif dan melekat pada suatu kata atau frasa.

 Konotasi dapat berbentuk positif ataupun negatif.

Contoh : Lubuk hati ------ perasaan (konotasi positif),


- Saya menyesal sekali atas tindakan yang saya lakukan oleh karena
itu saya meminta maaf dari lubuk hati yang terdalam.

kambing hitam ------- orang yang disalahkan (konotasi negatif)


- Mario selalu saja mencari kambing hitam jika dia terjebak dalam
kesulitan.
KATA UMUM DAN KATA KHUSUS

 Kata umum adalah kata-kata yang memiliki makna dan cakupan pemakaian yang
luas. Kata-kata yang termasuk kata umum disebut dengan hipernim.

Contoh : membawa

 Kata khusus ialah kata-kata yang ruang lingkup atau cakupan maknanya sempit.
Kata-kata yang termasuk kata khusus disebut dengan hipenim.

Contoh : mengangkut, menyinjing, menggendong, membopong, dan


memanggul.
SEKIAN & TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai