EJAAN YANG
DISEMPURNAKAN
DAN FUNGSI BAHASA
L/O/G/O
KELOMPOK II
Pendahuluan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan tentang perlambangan bunyi ujaran
dan hubungan antara lambang-lambang itu. Ejaan secara garis besar berkaitan dengan
pemakaian dan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan
Ejaan pertama bahasa indonesia yaitu ejaan Van Ophusyen, sistem ejaan
latin untuk bahasa Melayu di Indonesia. Kemudian ejaan Republik (Suwandi), yang
merupakan penyederhanaan atas ejaan Van Ophusyen. Sistem ejaan Indonesia yang
sebagian besar sama dengan sistem ejaan Malaysia, dan yang sekarang menjadi Ejaan
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat.
dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti Tuhan.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
ampere
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Misalnya :
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku dan
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang
tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya: Pergi ke arah tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis. Misalnya: pisang ambon
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
nama resmi badan atau lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta
nama dokumen resmi. Misalnya: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama
resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan, serta nama
dokumen resmi. Perhatikan penulisan berikut: menuruf undang-undang
yang berlaku
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan atau lembaga. Misalnya:
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan nama buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, dalam,
yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Ia
menyelesaikan masalah “Asas-Asas Hukum Perdata”
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, paman, yang dipakai
dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya: “Silahkan duduk, Dik!” kata
Ari
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang diapakai dalam penyapaan. Misalnya: Kita harus
berbakti kepada ibu dan bapak kita
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan. Misalnya: S.H : Sajana Hukum
a. Huruf miring dalam cetakan dapat dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Misalnya: majalah
Bahasa dan kesusatraan
c. huruf miring cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan kata hubung. Bentuk
ulang termasuk didalamnya kata ulang. Misalnya: hati-hati, undang-undang, sia-
sia
d. Gabungan kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, orang tua, terima kasih
3. Gabungan kata yang ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu
dan tidak lagi dipandang sebagai dua kata. Misalnya: beasiswa, bumiputra
4. Jika salah satu unsur gabungan atau hanya dipakai dalam kombinasi gabungan
kata itu, maka dituliskan serangkai. Misalnya: antardaerah, neokolonialisme,
biofisika
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara
kedua unsur kata itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya: Non-Muslim
penggunaan kata ganti ku dan kau adalah sebagai bentuk singkatan kata
aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
kata
(aku)(...) aku bawa, aku ambil
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata
seperti kapada dan daripada.
h. Partikel
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Satu
kali pun Ari belum pernah datang ke rumahku.
Catatan: Kelompok kata yang dianggap padu berikut ini ditulis serangkai,
misalnya: adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun,
kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Misalnya: Walaupun hari hujan, ia datang juga.
3, Partikel per yang berarti ‘demi’ dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat
yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya: Mereka dipanggil satu per
satu. (‘satu demi satu’)
i. Singkatan dan Akronim
1. Singatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih. Adapun aturan penulisannya adalah sebagai berikut.
a) Setiap menyingkat satu kata, dipakai satu tanda titik. Misalnya: Alamat
disingkat almt.
b) Bila menyingkat dua kata, sipakai dua titik. Misalnya: Loco citato disingkat
loc. cit.
Akan tetapi, singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf awal
kata yang yang disingkat, ditulis tanpa titik. Misalnya:
Akan tetapi, singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf awal
kata yang disingkat, ditulis tanpa titik. Misalnya: PLTN (Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir)
TNT trinitrotoluen
Kg kilogram
2. Akronim ialah singatan yang berupa gabungan huruf awal kata atau
gabungan suku kata dari deret kata yang disingkat.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata yang
disingkat, ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: PON (Pekan
Olahraga Nasional)
b) akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, huruf awalnya ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diakhiri oleh tanda titik. Misalnya: Kasubag
(Kepala Sub Bagian)
akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, huruf awalnya
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diakhiri oleh tanda titik.
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya: Anak kecil itu tertawa.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf pengandaian suatu, judul
bab, dan subbab. Misalnya: III. Departemen Luar Negeri
1. subdit...
2. subdit...
Catatan: Tanda titik tida dipakai di belakang angka pada pengandaian sistem
bilangan. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan
detik yang menunjukkan waktu dan jangka waktu. Misalnya:
4. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
6. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul karangan, kepala ilustrasi, atau tabel.
7. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan penerima surat.
Misalnya: 10 meter
pukul 20.30
Rp 1.000,00
9. Angka dipakai untuk nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
10. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
a) Bilangan utuh
b) Bilangan pecahan
Misalnya: setengah ½
Catatan
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipai empat
titik: tiga titik untuk menandai penghilangan teks dan satu titik untuk
menandai akhir kalimat.
g. Tanda Tanya (?)
1. Tanda garis miring dipakai untuk di dalam nomor surat dan nomor pada
alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwin.
Misalnya:No: 7/PK/1973
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau dan tiap.
Misalnya: Mahasiswa/mahasiswi
Harganya Rp. 150,00/lembar