Anda di halaman 1dari 38

BAHASA INDONESIA

EJAAN YANG
DISEMPURNAKAN
DAN FUNGSI BAHASA

L/O/G/O
KELOMPOK II
Pendahuluan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan tentang perlambangan bunyi ujaran

dan hubungan antara lambang-lambang itu. Ejaan secara garis besar berkaitan dengan

pemakaian dan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan

pemakaian tanda baca. Sedangkan mengeja, melafalkan(menyebutkan) huruf-huruf

satu demi satu.

Ejaan pertama bahasa indonesia yaitu ejaan Van Ophusyen, sistem ejaan

latin untuk bahasa Melayu di Indonesia. Kemudian ejaan Republik (Suwandi), yang

merupakan penyederhanaan atas ejaan Van Ophusyen. Sistem ejaan Indonesia yang

sebagian besar sama dengan sistem ejaan Malaysia, dan yang sekarang menjadi Ejaan

Resmi Indonesia, perbedaannya dengan ejaan Suwandi adalah huruf j menjadi y, dj

menjadi j, nj menjadi ny, ch menjadi kh, tj menjadi c dan sj menjadi sy.


Ejaan Van Ophuijsen Ejaan Republik Ejaan yang
( 1901-1947 ) (Ejaan Soewandi) Disempurnakan
( 1947-1972 ) (EYD)
( mulai Agustus
1972)
choesoes chusus Khusus

Djoem’at Djum’at jumat

Ja’ni jakni Yakni

Pajoeng pajung payung

Tjoejoe tjutju Cucu

soenji Sunji sunyi


Huruf kapital atau Huruf Besar

a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada

awal kalimat.

Misalnya: Itu rumahku....

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya: “Mengapa temanmu belum dijenguk?” tanya Ayah.

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan

dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti Tuhan.

Misalnya: Ya Allah bimbinglah hamba-Mu


d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,

keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya: Rasulullah, Kiai Haji Abdullah Gymnastiar

e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan

pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti

nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya: Jenderal Sudirman

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan

pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya: Kemarin Brigadir Jendral Ahmad dilantik menjadi mayorjenderal


f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Misalnya: Dewi Sartika

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang

digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya : 10 volt, 5

ampere

g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,

dan bahasa.

Misalnya :

Penulisan yang salah: Memakai Bahasa Inggris sebagai....

Penulisan yang benar: Memakai bahasa Inggris sebagai...

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku dan

bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya:

Mengindonesiakan kata asing


h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya: bulan Agustus
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang
tidak dipakai sebagai nama. Misalnya: Zaman dulu kita memakai sistim
perang gerilya (perang secara sembunyi-sembunyi).
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
Misalnya:
Salah Benar
Asia Tenggara Asia Tenggara

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang
tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya: Pergi ke arah tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis. Misalnya: pisang ambon
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
nama resmi badan atau lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta
nama dokumen resmi. Misalnya: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama
resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan, serta nama
dokumen resmi. Perhatikan penulisan berikut: menuruf undang-undang
yang berlaku
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan atau lembaga. Misalnya:
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan nama buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, dalam,
yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Ia
menyelesaikan masalah “Asas-Asas Hukum Perdata”
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, paman, yang dipakai
dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya: “Silahkan duduk, Dik!” kata
Ari

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang diapakai dalam penyapaan. Misalnya: Kita harus
berbakti kepada ibu dan bapak kita

n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan. Misalnya: S.H : Sajana Hukum

o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.


Misalnya:Surat Anda telah kami terima.
Huruf Miring

a. Huruf miring dalam cetakan dapat dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Misalnya: majalah
Bahasa dan kesusatraan

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau


mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya: Huruf
pertama kata abad ialah a.

c. huruf miring cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana

Akan tetapi pehatikan penulisan berikut:

Negara itu telah mengalami empat kudeta


a. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya:
Buku itu sangat tebal
b. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis sebagai dengan kata dasarnya.
Misalnya: bergetar ,mempermainkan
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya: bertepuk tangan
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya:
menggarisbawahi
c. Bentuk Ulang Dan Kata Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan kata hubung. Bentuk
ulang termasuk didalamnya kata ulang. Misalnya: hati-hati, undang-undang, sia-
sia

d. Gabungan kata

1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, orang tua, terima kasih

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah


pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur
yang berkaitan. Misalnya: Ibu-bapak(orang tua)

3. Gabungan kata yang ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu
dan tidak lagi dipandang sebagai dua kata. Misalnya: beasiswa, bumiputra

4. Jika salah satu unsur gabungan atau hanya dipakai dalam kombinasi gabungan
kata itu, maka dituliskan serangkai. Misalnya: antardaerah, neokolonialisme,
biofisika
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara
kedua unsur kata itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya: Non-Muslim

e. Penggunaan Kata Ganti ku, kau

penggunaan kata ganti ku dan kau adalah sebagai bentuk singkatan kata
aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

kata
(aku)(...) aku bawa, aku ambil

(ku..)(...) kubawa, kuambil

(engkau)(...) engkau bawa, engkau ambil

(kau)(...) kau bawa, kau ambil

Misalnya: Kalau mau, boleh engkau pinjam alat itu.


f. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata
seperti kapada dan daripada.

Misalnya: Saya sudah makan di rumah teman.

g. Kata Sandang si dan sang

kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya: Si pintar, Sang gajah

h. Partikel

1. Partikel-ah dan-kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.


Misalnya: Siapakah orang yang akan peduli dengan semua ini.

2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Satu
kali pun Ari belum pernah datang ke rumahku.
Catatan: Kelompok kata yang dianggap padu berikut ini ditulis serangkai,
misalnya: adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun,
kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Misalnya: Walaupun hari hujan, ia datang juga.

3, Partikel per yang berarti ‘demi’ dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat
yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya: Mereka dipanggil satu per
satu. (‘satu demi satu’)
i. Singkatan dan Akronim

1. Singatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih. Adapun aturan penulisannya adalah sebagai berikut.

a) Setiap menyingkat satu kata, dipakai satu tanda titik. Misalnya: Alamat
disingkat almt.

b) Bila menyingkat dua kata, sipakai dua titik. Misalnya: Loco citato disingkat
loc. cit.

Akan tetapi, singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf awal
kata yang yang disingkat, ditulis tanpa titik. Misalnya:

Perseroan Terbatas disingkat PT

Indonesia disingkat Ina


c) Bila menyingkat tiga kata atau lebih, pada akhir singkatannya dipakai satu
tanda titik. Misalnya: yang terhormat disingkat yth.

Akan tetapi, singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf awal
kata yang disingkat, ditulis tanpa titik. Misalnya: PLTN (Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir)

Penulisan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan,


dan mata uang tidak diikuti titik. Misalnya:

TNT trinitrotoluen

Kg kilogram

2. Akronim ialah singatan yang berupa gabungan huruf awal kata atau
gabungan suku kata dari deret kata yang disingkat.

a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata yang
disingkat, ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: PON (Pekan
Olahraga Nasional)
b) akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, huruf awalnya ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diakhiri oleh tanda titik. Misalnya: Kasubag
(Kepala Sub Bagian)
akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, huruf awalnya
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diakhiri oleh tanda titik.

j. Angka dan Lambang Bilangan


Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan nomor.
Misalnya:
Angka Arab : 0,1,2,3,4,5,...
Angka Romawi : I,II,III,IV,V,VI,...
a. Tanda titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya: Anak kecil itu tertawa.

2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf pengandaian suatu, judul
bab, dan subbab. Misalnya: III. Departemen Luar Negeri

A. Direktorat Jenderal PMD

B. Direktorat Jenderal Agraria

1. subdit...

2. subdit...

Catatan: Tanda titik tida dipakai di belakang angka pada pengandaian sistem
bilangan. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan
detik yang menunjukkan waktu dan jangka waktu. Misalnya:

pukul 1.10.20 (pukul 1 lewat 10 menit 20 detik)


3. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan kelipatannya menunjukkan jumlah.

Misalnya: Nomor gironya 558877

4. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

Misalnya: Wijaya Putu.Lho.PN Balai Pustaka. 1982.

5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.

Misalnya: Mahasiswa yang lulus seleksi mencapai 12.170 orang.

6. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul karangan, kepala ilustrasi, atau tabel.

Misalnya: Kajian puisi (tanpa titik)

7. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan penerima surat.

Misalnya: Pekanbaru, 1 Januari 2005 (tanpa titik)


8. Angka digunakan untuk menyatakan (i)ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(ii)satuan waktu, (iii)nilai uang, daur(iv)kuantitas.

Misalnya: 10 meter

pukul 20.30

Rp 1.000,00

9. Angka dipakai untuk nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.

Misalnya: Perumahan Karya Baru, Blok F2, No. 20

10. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

Misalnya: Bab X, Pasal 15, halaman 300

11. Penulisan lambang bagian dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

a) Bilangan utuh

Misalnya: dua puluh lima 25

b) Bilangan pecahan

Misalnya: setengah ½

satu dua persepuluh 1 2/10


b. Tanda Koma (,)

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pembilangan.


Misalnya: Reny membeli permen, roti, dan air mineral
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara berikutnya yang
ditandai oleh kata tetapi atau melainkan.
Misalnya :Saya ingin pulang, tetapi hari hujan.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
Misalnya: Jika hujan tidak reda, saya tidak akan pulang. Karena sakit, kakek
tidak datang.

Anak Kalimat Induk Kalimat


Jika hujan tidak reda Saya tidak akan pulang

Karena sakit Kakek tidak datang


Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat.
Misalnya: Anak Kalimat Induk Kalimat
Saya tidak akan pulang Kalau hujan tidak reda

Kakek tidak datang Karena sakit

4. Tanda koma harus dipakai di belakang kata atau ungkapan antar


kalimat yang terdapat pada awak kalimat, seperti oleh karena itu, jadi,
lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya: Meskipun begitu, kita harus tetap berhati-hati
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, Ya, wah, aduh,
kasihan
Misalnya: O, begitu?
Wah, bagus ya!
Aduh, sakitnya bukan main.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
Misalnya:Kata ayah,”Saya senang sekali”.
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
alamat, (iii) tempat, dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan
Misalnya: Surat ini dikirim kepada Dekan Fakultas Kedokteran. Universitas
Riau, Jalan H.R. Subrantas, KM 12,5. Sdr. Zulkifli Amsyah. Jalan Cempaka
Wangi VII/II Panam Pekanbaru 28293 Pekanbaru, 11 Januari 2008
8. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian catatan kaki.
Misalnya: Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia. (Jakarta)
c. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kaliamat yang sejenis
dan setara.
Misalnya: Hari makin siang; Budi belum juga bangun dari tidurnya.
2. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata-kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya: Ayah membaca buku; ibu sibuk mengetik makalah; adik menghafal
nama-nama materi; saya sendiri asyik menonton siaran langsung pertandingan
sepak bola.
3. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan unsur-unsur dalam kalimat kompleks
yang tidak cukup dipisahkan dengan tanda koma demi memperjelas arti kalimat
secara keseluruhan
Misalnya: Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi tanggung
jawab orang tua, guru, polisi, atau dinas sosial; sebab bagian besar penduduk
negeri ini terdiri atas anak-anak, remaja, dan pemuda di bawah umur 21.
4. Tanda titik koma dipakai dalam perincian berbentuk frasa yang dipaparkan
secara vertikal.
Misalnya:Syarat untuk menjadi karyawan adalah
1.) Berijazah minimal SLTA;
2.) Berdomisili di DKI Jakarta;
3.) Berbadan sehat;
4.) Bebas narkoba;
5.) Memiliki kendaraan pribadi;
6.) Bisa berbahasa Indonesia dengan baik;
7.) Mampu bekerjasama dengan tim;
d. Tanda Titik Dua
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir sesuatu pernyataan lengkap yang diikuti
perincian.
Misalnya: Kami memerlukan alat tulis: pensil, penggaris, penghapus, dan kertas
Tanda titik dua tidak dipakai jka rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkapa yang mengakhiri pernyataan
Misalnya: Kami memerlukan pensil, penggaris, penghapus, dan kertas.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya: Ketua :Nawangwulan
Sekretaris :N. Handayani
Bendahara :Annisa
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Misalnya: Dewi Sinta : Seperti Dasamuka?Bukan. Akan tetapi, seperti Rama,
karena tuanlah yang dinanti-nanti jiwaku
4. Tanda titik dua dipakai (i) diantara jilid atau nomor dan halaman, (ii) diantara bab
dan ayat dalam kitab suci, (iii) diantara judul dan anak judul suatu karangan, serta
(iv) diantara nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya: Harahap, Ds.F.K.N. Sejarah Catur. Bandung: Angkasa, 1986.
e. Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung digunakan untuk menyambung suku-suku kata dasar yang


terpisah oleh penggantian garis.
Misalnya: Di samping program lama ada juga program yang baru
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau
pangkal baris.
Misalnya:Mata kuliah baru yang ditawarkan tahun ini adalah estetika dan. . .
Bukan: Mata kuliah baru yang ditawarkan tahun i-
ni adalah estetika dan. . .
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya
atau akhiran dengan bagian kata depannya pada penggantian baris.
Misalnya: Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya: Berlari-lari
4. Tanda hubung dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu
apapun bagian-bagian tunggal bulan, dan tahun.
Misalnya: r-e-f-o-r-m-a-s-I
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se-dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke-dengan angka, (iii) angka dengan –
an singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama
jabatan rangkap.
Misalnya: Se-Asia, tahun 60-an.
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing .
Misalnya:d i-tackle
f. Tanda Elips (. . .)

1. Tanda elips dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.


Misalnya:Jika begitu kejadiannya. . .ya, apa boleh buat.
2. Tanda elips menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
Misalnya:Sebab-sebab kolusi di. . .akan ditelitilebih lanjut.

Catatan
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipai empat
titik: tiga titik untuk menandai penghilangan teks dan satu titik untuk
menandai akhir kalimat.
g. Tanda Tanya (?)

1. Tanda ditanya dipakai pada akhir kaliamat tanya.


Misalnya:Kapan ia berangkat?
2. Tanda tanya dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:Uang sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang

h. Tanda Seru (!)


Tanda dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah.
Misalnya:Alangkah seramnya peristiwa itu!
i. Tanda Kurung ((. . .))

1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau


penjelasan.
Misalnya:Bagian perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftrar
Isian Kegiatan) kantor itu.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang
terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya
di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:Ciri-ciri sastra rakyat yaitu (a) bersifat tradisional, (b)
penyebaran secara lisan, dan (c) penciptanya tidak jelas
j. Tanda kurung siku ([. . .])
1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu
memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya: Sang sapurba men[d]engar bunyi gemersik
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas
yang sudah tertanda kurung.
Misalnya:Kedua benda ini sama (persamaannya bisa dilihat dalam Bab III
[halaman 30-33] buku kedua.

k. Tanda petik (“. . .”)


1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya: Pasal 1 UUD 19445 berbunyi, “Negara Indonesia adalah Negara
hukum”
2. Tanda petik dipakai mengapit judul syair, karangan atau bab buku yang diacu
dalam kalimat.
Misalnya: Karangan Rosi Albusmar yang berjudul “Cinta tenggelam di selat
Malaka” diterbitkan dalam bahana mahasiswa.
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah atau kata yang mempunyai arti khusus
atau kurang dikenal.
Misalnya: Ia bercelana panjang yang dikalangan remaja dikenal dengan nama
”cutrbrai”
4. Tanda petik dipakai untuk mengapitkan kata atau ungkapan yang dipakai dengan
arti khusus.
Misalnya: Kata Tono,”saya juga minta satu.”
5. Tanda petik dipakai untuk menandai ungkapan atau bagian kalimat yang tidak
mengandung arti yang sebenarnya.
Misalnya: Bang Komar sering disebut “pahlawan,” ia sendiri tidak tahu sebabnya
l. Tanda petik tunggal (‘. . .’)

1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang tersusun di


dalam petikan lain
Misalnya:Tanya Basri,”kau dengar bunyi’kring-kring tadi?”
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau
penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya:Feed-back ‘balikan’

m. Tanda garis miring (/)

1. Tanda garis miring dipakai untuk di dalam nomor surat dan nomor pada
alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwin.
Misalnya:No: 7/PK/1973
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau dan tiap.
Misalnya: Mahasiswa/mahasiswi
Harganya Rp. 150,00/lembar

Kata Baku Kata Tidak Baku


Autentik Otentik
Atlet Atlit
a.n. a/n
Aerobik erobik

Anda mungkin juga menyukai