Anda di halaman 1dari 14

PENULISAN EJAAN DAN TANDA BACA

I. Konsepsi Ejaan
EJAAN adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungan dan pemisahan kata,
penempatan tanda baca dalam tataran satuan bahasa. Pengertian senada dengan KBBI
(2005:205), Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi dalam bentuk
huruf serta penggunaan tanda baca dalam tataran wacana. Berdasarkan konsepsi ejaan
tersebut, cakupan bahasan ejaan membicarakan
1. pemakaian huruf vocal dan konsonan,
2. penggunaan huruf capital dankursif,
3. penulisan kosakata dan bnetukan kata,
4. penulisan unsure serapan afiksasi dan kosakata asing, dan
5. penempatan dan pemakaian tanda baca.
Ke-5 aspek ejaan tersebut ditata dalam kaidah ejaan yang disebut Ejaan yang Disempurnakan
sejak1972.

II. Kaidah Penempatan Ejaan dalam Penulisan


Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan penulisan ejaan dan tanda baca diatur
dalam kaidahnya masing-masing. Penulisan ejaan yang diatur tersebut di antaranya:
1. Pemakaian huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak
menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak
26 buah.
a) Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia  terdiri atas huruf berikut.Nama
setiap huruf disertakan disebelahnya.
b) Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, i, u, e,
dan o. Contoh pemakaian huruf vokal dalam kata.
c) Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia adalah huruf yang
selain huruf vokal yang terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t,
v, w, x, y, dan z.

2. Persukuan, yaitu pemisahan suku kata,


Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Huruf vokal itu dapat
didahului atau diikuti oleh huruf konsonan. Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya
kita dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir setiap baris tulisan.
Pengguna bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata berdasarkan kepentingan lain,
misalnya mencari kelurusan baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk
memudahkan pengetikan. Penulisan harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata
yang diatur dalam Ejaan yang Disempurnakan seperti berikut ini.
a) Apabila di tengah kata terdapat dua vokal berurutan, pemisahan dilakukan di antara
vokal tersebut.
Contoh: Main ma-in, taat ta-at
b) Apabila di tengan kata terdapat dua konsonan berurutan, pemisahan dilakukan di
antara kedua konsonan tersebut.
Contoh : ambil am-bil, undang un-dang
c) Apabila di tengan kata terdapat konsonan di antara dua vokal pemisahannya
dilakukan sebelum konsonan.
Contoh: bapak ba-pak, sulit su-lit
d) Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan, pemisahannya dilakukan di
antara konsonan pertama dan konsonan kedua.
Contoh: bangkrut bang-krut, instumen in-stru-men
e) Imbuhan termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk partikel yang biasanya
ditulis serangkai dengan kata dasarnya, penyukuannya dipisahkan sebagai satu
kesatuan.
Contoh: minuman mi-num-an, bantulah ban-tu-lah
f) Pada akhir baris dan awal baris tidak diperkenankan ada huruf yang berdiri sendiri,
baik vokal maupun konsonan.
g) Tanda pemisah (tanda hubung) tidak diperkenankan diletakkan di bawah huruf dan
juga tidak boleh berjauhan dengan huruf, tetapi diletakkan di samping kanan huruf.

3. Penulisan huruf besar,


Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal,yaitu :
a) Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. 
Misalnya :
 Dia menulis surat di kamar
 Tugas bahasa Indonesia sudah dikerjakan.
b) Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung. 
Misalnya :
 Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”.
 “Kemarin engkau terlambat”, kata ketua tingkat.
c) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.
Misalnya :
 Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang
 Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah.
d) Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan
yang diikuti nama orang. 
Misalnya :
 Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin
 Kita adalah pengikut Nabi Muhammad saw.
e) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat.
Misalnya :
 Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan mobil
 Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah dilantik.
f) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang. 
Misalnya :
 Ibrahim Naki
 Nofayanti
g) Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,  dan nama bahasa.
Misalnya :
 bangsa Indonesia
 suku Sunda
 bahasa Inggris
h) Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan   peristiwa
sejarah. 
Misalnya :
 tahun Hijriyah hari Jumat
 bulan Desember hari Lebaran
 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
i) Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri. 
Misalnya :
 Laut Jawa Jazirah Arab
 Asia Tenggara Tanjung Harapan
j) Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah,
ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung. 
Misalnya :
 Republik Indonesia
 Majelis Permusyawaratan Rakyat
k) Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.
Misalnya :
 Surat Saudara sudah saya terima. 
 Mereka pergi ke rumah Pak Lurah.
l) Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda. 
Misalnya :
 Surat Anda telah saya balas
 Sudahkah Anda sholat?
m) Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan. 
Misalnya : 
 Dr. Ibrahim Naki
 Abdul Manaf Husain, S.H
n) Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
 Perserikatan Bangsa-Bangsa
 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
o) Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar,
dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung. 
Misalnya :
 Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.\
 Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”

4. Penulisan huruf miring,


Huruf miring digunakan untuk :
a) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
 Buku Negara kertagama karangan Prapanca.
 Majalah Suara Hidayatullah sedang dibaca.
 Surat kabar Pedoman Rakyat akan dibeli.
b) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata.
Misalnya :
 Huruf pertama kata abad adalah a.
 Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
 Buatlah kalimat dengan kata lapang dada.

5. Penulisan kata dasar, kata ulang, kata berimbuhan,


Ada bebrapa hal yang pelru diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu : 
a) Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai
suatu kesatuan.
Misalnya : Dia teman baik saya.
b) Kata Turunan (Kata berimbuhan) Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata
turunan, yaitu : Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya :
 Membaca
 Menulis
Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Misalnya :
 Bertepuk tangan
 Sebar luaskan.
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan
akhiran, kata itu ditulis serangkai.
Misalnya :
 Menandatangani
 Keanekaragaman
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata
itu ditulis serangkai.
Misalnya :
 Antarkota 
 Mahaadil
c) Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-).  
Jenis jenis kata ulang yaitu :
 Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal.  
Misalnya = Laki : Lelaki
 Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.
Misalnya = Laki : Laki-laki
 Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.
Misalnya = Sayur : Sayur-mayur
 Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan.
Misalnya =Main : Bermain-main

6. Penulisan angka dan lambang bilangan,


Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
(1.000)
Angka digunakan untuk menyatakan:
a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi
Misalnya:
 0,5 sentimeter
 5 kilogram
 4 meter persegi
 10 liter
b) satuan waktu
misalnya :
 1 jam 20 menit
 pukul 15.00
 tahun 1928
 17 Agustus 1945
c) nilai uang
misalnya :
 Rp5.000,00
 US$3.50*
 $5.10*
 ¥100
 2.000 rupiah
* tanda titik di sini merupakan tanda desimal.
d) Kuantitas
Misalnya :
 50 dolar Amerika
 10 paun Inggris
 100 yen
 10 persen
 27 orang
e) Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau
kamar pada alamat.
Misalnya:
 Jalan Tanah Abang I No. 15
 Hotel Indonesia, Kamar 169
f) Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya
 Bab X, Pasal 5, halaman 252
 Surah Yasin : 9
Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
a) Bilangan utuh
Misalnya:
 dua belas 12
 dua puluh dua = 22
 dua ratus dua puluh dua = 222
b) Bilangan pecahan
Misalnya:
 Setengah = 1/2
 tiga perempat = 3/4
 seperenam belas = 1/16
 tiga dua pertiga = 32/3
 seperseratus = 1/100
 satu persen = 1% .

7. Penempatan tanda baca atau pungtuasi, di antaranya


a) Tanda titik (.), i) Tanda Tanya (?),
b) Tanda koma (,), j) Tanda seru (!),
c) Tanda titik koma (;) k) Tanda kurung siku ([…]),
d) Tanda titik dua (:), l) Tanda petik ganda (“…”),
e) Tanda hubung (-), m) Tanda petik tunggal (‘…’),
f) Tanda pisah (--), n) Tanda garis miring (/), dan
g) Tanda titik-titik/ellipsis (….), o) Tanda apostrof (‘….)
h) Tanda kurung biasa ((….)),
Tanda baca di atas diaplikasikan dalam teks sesuai dengan kaidah yang berlaku secara resmi.
Kaidah ejaan itu akan dilampirkan dari buku Pedoman EYD. Ketiga ejaan yang berlaku
dalam bahasa Indonesia itu diresmikan di Jakarta melalui pemerintahan kolonial Belanda dan
pemerintahan Republik Indonesia.

III.Macam-macam Ejaan
a) Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa
menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van
Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901).
Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti
oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan
Belanda, antara lain:
 Huruf (u) ditulis (oe).
 Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’, ta’
 Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas
akhiran itu diberi tanda trema (”)
 Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
 Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)
 Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
 Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
 Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)
 Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf
tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan Bahasa
Belanda sampai saat ini. Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu
menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.

b) Ejaan Republik/Ejaan Suwandi


Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr.
Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan
Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia. 
Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi:
 Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
 Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
 Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k) misalnya
kata’ menjadi katak.
 Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya
ejaan, seekor, dsb.
 Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.
Contohnya :
a) Berlari-larian,
b) Berlari2-an.
 Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara.
Contohnya :
a) Tata laksana,
b) Tata-laksana,
c) Tatalaksana
 Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet) dalam
Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah, misalnya: (putra) bukan
(putera), (praktek) bukan (peraktek).
c) Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan melayu dan
Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan,
Sumatera Utara.Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari
karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.

d) Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD


Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian
Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,
Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan
pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran
Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975
memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi.
Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

IV. Penggunaan Tanda Baca


Untuk memahami sebuah kalimat dengan sempurna kita perlu memperhatikan tanda baca
yang digunakan di dalamnya. Ada beberapa tanda baca yang dipakai dalam Bahasa Indonesia
yaitu :
1. Tanda baca titik (.)
Ada beberapa kaidah dalam penggunaan tanda baca titik (.) yaitu
a) Tanda baca titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan yang bukan
berupa kalimat tanya atau kalimat seruan.
Contoh :
 Saya beragama islam
 Hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia.
b) Tanda baca titik (.) digunakan dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar atau daftar.
Contoh :
 4.1 Pembahasan
 Lampiran 2. Calon jamaah haji
c) Tanda baca titik (.) digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukan jangka waktu..
Contoh :
 pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
d) Tanda baca titik (.) digunakan diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Contoh : 
 Lesatariningrum, Dwi. 1989. Teknik Menjahit. Malang: Intan.

2. Tanda baca koma (,)


Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut:
a) Tanda baca koma (,) digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian.
Contoh: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
b) Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan kalimat setara, apabila kalimat
setara berikutnya diawali kata tetapi atau melainkan.
Contoh:
 Semua pergi, tetapi dia tidak.
 Dia bukan kakakku, melainkan adikku.
c) Tanda baca koma (,) digunakan apabila anak kalimat mendahului induk kalimat.
Contoh: Jika hari ini tidak hujan, saya akan dating.
d) Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika anak kalimatnya
itu mendahului induk kalimatnya
Contoh: Saya akan memaafkan, jika ia bertobat.
e) Tanda baca koma (,) digunakan di belakang ungkapan penghubung antar kalimat
yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dia malas belajar. Oleh karena itu, dia tidak naik kelas
Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut:
f) Tanda baca koma (,) digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian.
Contoh: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
g) Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan kalimat setara, apabila kalimat
setara berikutnya diawali kata tetapi atau melainkan.
Contoh:
 Semua pergi, tetapi dia tidak.
 Dia bukan kakakku, melainkan adikku.
h) Tanda baca koma (,) digunakan apabila anak kalimat mendahului induk kalimat.
Contoh: Jika hari ini tidak hujan, saya akan dating.
i) Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika anak kalimatnya
itu mendahului induk kalimatnya
Contoh: Saya akan memaafkan, jika ia bertobat.
j) Tanda baca koma (,) digunakan di belakang ungkapan penghubung antar kalimat
yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dia malas belajar. Oleh karena itu, dia tidak naik kelas.

3. Tanda baca titik koma (;)


Kaidah penggunaannya sebagai berikut :
a) Digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara.
Contoh: Matahari hamper terbenam; sinarnya yang kemerah-merahan; memantul di
atas permukaan laut; indah sekali pemandangan ketika itu.
b) Digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk
sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Sore itu kami sekeluarga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ayah
sedang membaca Koran; ibu menjahit baju; saya asyik membersihkan taman di depan
rumah.

4. Tanda baca titik dua (:)


Kaidah penggunaannya sebagai berikut:
a) Digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan perincian.
Contoh:
Ketua : Ahmad Wijaya,
Sekretaris : Imam Tantowi
Bendahara : Siti Khotijah
b) Digunakan di anatara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat di dalam
kitab suci, di antara judul dan sub judul, serta nama kata dan penerbit buku acuan.
Contoh: 
Tempo, I (1971). 34:7
Surat Yasin :19
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.

5. Tanda hubung (-)


Kaidah penggunaannya sebagai berikut :
a) Digunakan untuk merangkaikan se-dengan kata berikutnya yang di dimulai dengan
huruf capital, ke- dengan angka, angka dengan- an, singkatan berhuruf kapital dengan
imbuhan atau kata, dan nama jabatan rangkap.
Contoh: 
 Se-Indonesia
 hadiah ke-2
 tahun 50-an
 Menteri-Sekretaris-Negara
 sinar-X
 Men-PHK-kan
b) Digunakan untuk merangkai bahasa Indonesia dengan bahasa asing
Contoh: di-smash, di-drill, mem-beckup, di-carge

6. Tanda Pisah (–)


Tanda pisah (–) digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti “sampai ke“
atau “sampai dengan”. Penulisan tanda baca pisah (–)dinyatakan dengan dua buah tanda
hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
Contoh: 
 1920–1945
 Tanggal 15—10 April 19970
 (Samsudin), 1999:25—34
 \Samsudin (1999:25—34)

7. Tanda elipsis (…)


Tanda ini digunakan untuk menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang hilang.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan akhlak dikalangan mahasiswa…atau diteliti lebih
lanjut.

8. Tanda kurung ((…))


Tanda ini digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
a) Digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contoh: Dalam buku KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Bab II pasal 10.
b) Digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.
Contoh: Aku (sebuah puisi karangan Chairul Anwar) adalah puisi angkatan 45.

9. Tanda tanya (?)


Tanda tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang membutuhkan
jawaban.
Contoh: Siapa yang membawa tas saya?
10. Tanda seru (!)
Tanda ini digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.\
Contoh: 
 Alangkah seramnya peristiwa itu!
 Ambilkan buku itu!
 Duduklah!
 Dasar mata keranjang!\

11. Tanda kurung siku ( [] )


Tanda ini digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan dalam Bab II [lihat
halaman 67-89])

12. Tanda petik ganda (“…..”)


Tanda petik ganda digunakan untuk mengakhiri petikan langsung .
Contoh: 
 Kata Toto,”Saya juga berpuasa.”
 “Hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia”(Imran,1998)

13. Tanda petik tunggal (‘…’)


Tanda ini digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, dan penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Contoh: 
 Mastery Learning ‘belajar tuntas’
 Reformasi ‘perubahan’
 Keplicuk ‘dalam Bahasa Indonesia disebut terkilir’
 Islami ‘bernuansa islam’

14. Tanda garis miring (/)


Tanda garis miring digunakan dalam menulis nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang tebagi dalam dua tahun takwim.
Contoh: 
 14/YPU-i/12/99
 Jalan Kramat III/10 Jakart
 Tahun Anggaran 1985/19986
15. Tanda apostrof (‘)
Tanda ini berfunsi untuk penyingkat suatu kata yang digunakan untuk menunjukan
penghilangan bagian suatu kata atau bagian angka tahun.
Contoh: 
 malam ‘lah tiba (‘lah = telah)
 1 Januari ’88 (’88 = 1988)

Berdasarkan uraian di atas tentang penggunaan tanda baca yang berlaku di dalam EYD dalam
Bahasa Indonesia secara garis besar prinsip-prinsip umum pemakain tanda baca dapat diuraikan
sebagai berikut
1. Tanda tanya (?), tanda titik (.), tanda titk koma (;), tanda titik dua (:), dan tanda seru (!),
ditulis rapat (tanpa spasi) dengan huruf akhir dengan kata yang mendahuluinya dan diberi
spasi dengan kata yang sesudahnya.
2. Tanda petik ganda (“), tanda petik tunggal (‘), dan tanda kurung (()) masing-masing diketik
rapat dengan kata, frase, atau kalimat yand diapit.
3. Tanda hubung (-), tanda pisah (–), dan garis miring (/) masing-masing diketik rapat dengan
huruf yang mendahului dan yang mengikutinya.
4. Tanda hitungan, seperti: sama dengan (=), tambah (+), kurang (-), kali (x), bagi (:), lebih
kecil (<), lebih besar (>) ditulis dengan jarak satu spasi dengan huruf yang mendahului dan
mengikutinya.

Anda mungkin juga menyukai