Anda di halaman 1dari 18

Nama : Faridatul Munawaroh

NIM : 04020422029
Prodi : Manajemen Dakwah
Kelas : D1
RANGKUMAN BAHASA INDONESIA

Pertemuan ke 1
PENGGUNAAN HURUF

A. Huruf
Huruf abjad dalam Bahasa Indonesia ada 26, yaitu
A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z.
B. Huruf Vokal
Huruf vocal dalam Bahasa Indonesia ada 5, yaitu
a,i,u,e,o.
C. Huruf Konsonan
Huruf konsonan dalam Bahasa Indonesia ada 21, yaitu
b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y,z.
Huruf q dan x digunakan untuk nama diri dan bidang tertentu.
D. Gabungan Huruf Vokal
1. Monoftong
Dalam Bahasa Indonesia dilambangkan dengan gabungan huruf vocal eu.
2. Diftong
Dalam Bahasa Indonesia dilambangkan dengan gabungan huruf vocal ai, au, ei dan
oi.
E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny dan sy melambangkan 1 bunyi konsonan.
F. Huruf Kapital
1. Digunakan sebagai huruf di awal kalimat.
Contoh : Apa maksudnya?
2. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Contoh : Amir Hamzah
3. Tidak digunakan sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama
jenis.
Contoh : 15 watt
4. Digunakan pada nama orang seperti nama teori, hukum dan rumus.
Contoh : teori Darwin
5. Tidak digunakan untuk menuliskan huruf pertama dari kata yang bermakna ‘anak
dari’, seperti bin dan binti kecuali dituliskan sebagai awal nama.
Contoh : Abdul Rahman bin Zaini
6. Digunakan di awal kalimat dalam petikan langsung.
Contoh : “Mereka berhasil meraih medali emas,” katanya.
7. Digunakan sebagai huruf pertama yang berkaitan dengan nama agama, kitab suci
dan Tuhan.
Contoh : Islam, Al-Qur’an
8. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehirmatan, yang di ikuti nama
orang dan gelar akademik.
Contoh : Doktor Mohammad Hatta
9. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar keturunan, serta nama jabatan
yang digunakan sebagai sapaan.
Contoh : Selamat datang, Yang Mulia
10. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat dan diikuti
nama orang.
Contoh : Wakil Presiden Adam Malik
11. Digunakan sebagai huruf pertama pada nama bangsa, suku, bahasa, dan aksara.
Contoh : bangsa Indonesia
12. Tidak digunakan pada nama bangsa, suku, dan Bahasa yang berupa bentuk dasar
kata turunan.
Contoh : kesunda-sundaan
13. Digunakan pada huruf pertama nama tahun, bulan, dan hari.
Contoh : tahun Hijriah
14. Digunakan pada huruf pertama nama peristiwa sejarah.
Contoh : Konferensi Asia Afrika
15. Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama ditulis
menggunakan huruf noncapital.
Contoh : Kami memperingati proklamasi kemerdekaan setiap tahun.
16. Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi.
Contoh : Asia Tenggara
17. Hruf pertama dalam unsur geografi yang tidak diikuti nama diri ditulis dengan
huruf nonkapital.
18. Huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai nama jenis ditulis
dengan huruf noncapital.
Contoh : jeruk bali
19. Digunakan nama geografi yang menyatakan asal daerah.
Contoh : film Indonesia
20. Digunakan sebagai huruf pertama semua kata seperti pada nama negara, lembaga,
dan organisasi.
Contoh : Bosnia dan Herzegovina
21. Digunakan sebagai huruf pertama setiap kata didalam judul buku, artikel dan
makalah, kecuali kata tugas yang tidak terletak di posisi awal.
Contoh : Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan
22. Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar dan pangkat.
Contoh : S.E (Sarjana Ekonomi)
23. Digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti
bapak, ibu, kakak.
Contoh : “Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan.

Catatan :
a. Kata Anda huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital
b. Kata yang digunakan dalam pengacuan huruf awalnya ditulis dengan huruf
kapital
c. Istilah kekerabatan diikuti oleh kata ysng menunjukan kepemilikan dan ditulis
dengan huruf nonkapital.
G. Huruf Miring
1. Digunakan untuk menuliskan judul buku dan judul lainya, serta nama media massa
yang dikutip dalam tulisan termasuk dalam daftar Pustaka.
Misalnya : Film Habibie dan Ainun diangkat dari kisah nyata.
2. Digunakan untuk mengkhususkan huruf, kata dalam kalimat.
Misalnya : Huruf terakhir kata abad adalah d.
3. Digunakan untuk menuliskan kata dalam Bahasa asing
Misalnya : Weltanschauung bermakna ‘pandangan dunia’.

Catatan :
a. Nama diri, seperti nama orang, lembaga dan organisasi dalam Bahasa asing
tidak ditulis miring
b. Dalam naskah tulisan tangan bagian yang dicetak miring ditandai dengan garis
bawah satu.

H. Huruf Tebal
1. Digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang ditulis miring.
Misalnya : Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’.

Catatan : Dalam naskah tulisan tangan bagian yang dicetak tebal ditandai dengan
garis bawah dua.

2. Digunakan untuk menegaskan bagian karangan seperti bab.


Pertemuan ke 2
PENULISAN KATA

A. Kata Dasar
Ditulis satu kesatuan
B. Kata Turunan
Kata berimbuhan
1. Kata berimbuhan ditulis serangkai
2. Bentuk terikat ditulis dengan kata yang mengikutinya (dipisah dengan tanda
hubung (-) jika diikuti kata dengan awalan huruf besar)
3. Kata maha ditulis pisah dengan dasar atau kata turunan
C. Bentuk Ulang
1. Ditulis menggunakan tanda hubung (-)
Contoh : anak-anak, bolak-balik, gerak-gerik.
2. Bentuk ulang dari kata majemuk diulang pada kata pertamanya.
Contoh : baju-baju bagus, murid-murid pintar.
D. Gabungan Kata
1. Kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.
Contoh : duta besar, rumah sakit jiwa.
2. Jika menimbulkan ambigu, kata majemuk dihubungkan dengan tanda hubung (-)
untuk menunjukkan kesatuan kata.
Contoh : buku-sejarah baru ≠ buku sejarah-baru, anak-istri pejabat ≠ anak istri-
pejabat, ibu-bapak kami ≠ ibu bapak-kami.
3. jika mendapatkan awalan atau akhiran, gabungan kata tetap dipisah.
Contoh : bertanggung jawab, garis bawahi
4. Jika mendapat awalan dan akhiran, tulisannya digabung.
Contoh : menandatangani
5. Ditulis gabung jika sudah padu.
Contoh : olahraga, belasungkawa, beasiswa.
E. Pemenggalan Kata
Pemenggalan terjadi pada suku bunyi yang berbeda
diftong (ai, au, ei, oi) dan monoftong eu tidak dipenggal
1. bapak, ibu, saudara, dengan, insinyur
2. ultra, infra, rakyat, merdeka.
3. April, caplok,
4. Infra, bentrok, instrumen
5. Bangkrut, banyak, kongres
6. Menutup, memakai, menyapu
7. Telunjuk, sinambung
8. Biografi, fotografi, introspeksi
9. nama dipenggal di awal unsur nama;
10. singakat kata termasuk singkatan nama gelar tidak dipenggal seperti pada kata
BKKBN, STNK, KTP.
F. Kata Depan
• Di, ke, dari (dipisah dengan kata yang mengikuti)
Apa pun kata depannya dipisah dengan kata benda kuncinya
G. Partikel
• -lah, -kah, -tah (serangkai dengan kata yang mengikuti)
• -pun (dipisah dengan kata yang mengikuti)
Partikel –pun ditulis menyatu jika kata bentukannya merupakan konjungsi
(bagaimanapun, meskipun, kalaupun, adapun, kendatipun, jikaun, andaipun,
maupun).
• partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, ‘mulai’ ditulis dari kata yang mengikutinya
H. Singkatan
1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan atau pangkat (pemberian titik pada
setiap unsur singkatan).
Contoh : Moh. Khoirul Anam, M.Li.; H.O.S Tjokroaminoto
2. Singkatan nama yang berupa inisial ditulis tanpa titik.
3. Singkatan dari huruf awal ditulis kapital tanpa titik.
Contoh : PT, MAN, SD, KTP, UD, NIP, BRI, NIM
4. Singkatan yang terdiri dari atas huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
Contoh : ybs., dkk., yth.
5. Singkatan dua huruf dipisahkan dengan tanda titik.
Contoh : u.b., u.p., d.a., s.d.
6. Singkatan dalam alamat dapat ditulis dengan dua huruf atau lebih dan diahiri
dengan titik.
Contoh : Jl., Gd., Kav., Km., km., Lt.., No.
I.
I. Singkatan lanjutan
1. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti titik.
Contoh : g, kg, Rp, cm, km
2. Akronim dari nama lembaga dengan huruf depan kapital.
Contoh : Bulog, Jateng, Suramadu, Ampera, Kalteng
3. Akronim bukan nama ditulis tidak dengan huruf besar di awal.
Contoh : iptek, pemilu, kamling, tilang, puskesmas
J. Angka dan Bilangan
1. Angka arab atau romawi dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.
2. Angka yang terdiri dari satu kata ditulis huruf kecuali dalam pemerincian, dan lebih
dari dua kata ditulis angka.
Contoh : lima, tujuh, 72, 11, 3 miliar
3. Bilangan dengan maksimal dua kata pada awal kalimat ditulis huruf.
Contoh : lima puluh persen warga terkena dampak badai Catarina. Dampak dari
badai Catarina mempengaruhi 250 warga.
4. Angka dipakai bersama dengan ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta
nilai uang.
Contoh ; 0,7 sentimeter, 4 kilogram.
5. angka besar ditulis gabungan angka dan huruf, misal 90 juta.
6. Menomori alamat, jalan, rumah, apartemen atau kamar, karangan atau kitab suci.
7. Penulisan huruf bilangan.
Contoh : dua belas, seperenam belas
K. Angka dan Bilangan (2)
1. Contoh: abad XX/ abad ke-20, abad kedua puluh; Perang Dunia II, Perang Dunia Ke-
2, Perang Dunia Kedua.
2. penulisan angka dan akhiran -an: 1000-an.
3. Penulisan angka dan huruf sekaligus dalam peraturan perundangan-undangan.
4. Dalam nama geografi, angka ditullis huruf.
Contoh : simpanglima, Kepaladua
L. Kata ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya
Kata ganti di atas ditulis serangkai
1. –ku dan ku-
Contoh : kugadaikan cintaku
2. Kau-, -mu
Contoh : kauselalu jaga hatimu, saat jauh dariku
M. Kata sandang si dan sang
1. Ditulis terpisah dengan yang kata yang mengikutinya = si pembeli, si penjual, sang
ibu.
2. S pada si dan sang ditulis kapital jika disandingkan dengan unsur nama Tuhan
Pertemuan ke 3
PEMAKAIAN TANDA BACA

A. Titik (.)

 Di akhir pernyataan; akhir pernytaan yang diikuti perincian;

 Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu daftar, perincian,
tabel, atau bagan;

 tidak digunakan di belakang angka terakhir ppada deret nomor dalam perincian
(heading paragraf)

 Tanda titik tidak digunakan pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung
dalam perincian;

 Tanda titik tidak digunakan di belakang angka terakhir, baik satu digit maupun
lebih, dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.

 Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.

 Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukan jumlah.
B. Titik (lanjutan)

 Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah

 Tanda titik tidak digunakan pada akhir judul dan subjudul

 Tanda titik tidak digunakan di belakang alamat penerima surat serta tanggal surat
C. Koma (,)

 Unsur-unsur pemerincian atau pembilangan

 Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung dalam kalimat.

Contoh : tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk;


(https://balaibahasajateng.kemdikbud.go.id/2014/02/penulisan-kata-
penghubung/)

 Pemisah anak kalimat yang mendahului induk kalimat;

 Di belakang kata hubung antarkalimat.*


https://balaibahasajateng.kemdikbud.go.id/2014/02/penulisan-kata-penghubung/

 Sebelum/sesudah kata seru. (O, begitu; hati-hati, ya, jalannya licin! )

 Memisahkan petikan langsung (hanya kalimat pernyataan) dari bagian lain dalam
kalimat. (“Kita harus berbagi dalam hidup ini,” kata nenek saya,“karena manusia
adalah makhluk sosial.”; “Di mana Saudara tinggal?” tanya Pak Lurah.)
 Di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal,
serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
D. Koma (,) lanjutan

 Dipakai sesudah salam pembuka, penutup pada surat, dan nama jabatan penanda
tangan.

 Nama dan singkatan gelar. (Moh Khoirul Anam, M.Li.)

 Sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan
angka. (12,5 m; Rp500,50)

 Pada aposisi (keterangan tambahan). (Semua siswa, baik laki-laki maupun


perempuan, harus mengikuti latihan paduan suara)

 Pemisah kata/frase keterangan yang hadir di awal kalimat. (Dalam pengembangan


bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah ≠ Dalam pengembangan bahasa
kita dapat memanfaatkan bahasa daerah)
E. Titik koma (;)
1. Pengganti kata penghubung pada kalimat setara di dalam kalimat majemuk .
Contoh : Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah;Adik membaca cerita
pendek;
2. Pada akhir perincian yang berupa frasa verbal;
3. Memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan
tanda koma.
Contoh : Ibu membeli wortel, buncis , dan kacang; mangga, pisang, dan saus sambal;
cabe, bawang putih, dan bawang merah;
4. Untuk memisahkan sumber-simber kutipan.
F. Titik dua (:)

 Pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan.
Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

 Tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan. Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

 Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Contoh :
Ketua : Muhammad Abdur Rozaq
Sekretaris : Irodatul Karomah
Bendahara : Faridatul Munawaroh

 Naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh :
Ica : “Bisakah kamu membantuku.’
Salma : “Tentu saja bisa.”
Ica : “Terima kasih.”
G. Titik dua (:) Lanjutan

 Di antara (a) , jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c)
judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam daftar
Pustaka.
Contoh:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Albaqarah: 2—5
Matius 2: 1—3
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.
H. Tanda hubung (-)

 Bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris;

 Menyambung unsur kata ulang. Anak-anak, berulang-ulang.

 Menyambung tanggal, bulan, dan tahun dalam angka atau menyambung huruf
dalam kata yang dieja. 10-11-2020; b-a-h-a-s-a.

 Memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan. (dua-puluh tiga perdua-puluh-


lima ≠ dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima; ber-evolusi ≠ be-revolusi; meng-ukur ≠
me-ngukur)

 Untuk merangkai

 Se- yang diikuti dengan kata dengan huruf kapital;


 Ke- dengan angka;
 Angka dengan –an;
 Kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital. Hari-H, sinar-X
 Kata ganti –ku, -mu dan –nya yang didahului singkatan. SIM-mu
I. Tanda hubung (-) lanjutan

 Merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.
Di-sowan-i; di-save

 Untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan. (Kata pasca- berasal
dari bahasa Sanskerta; Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah
menjadi pembetonan.)
 Anda hubung digunakan untuk menandai dua unsur yang merupakan satu
kesatuan.
Contoh : Suami-istri
J. Tanda pisah (--)
1. Untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar
bangun kalimat.
Contoh : Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha
keras
2. Tanda pisah dapat digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang
merupakan bagian utama kalimat dan dapat saling menggantikan dengan bagian
yang dijelaskan.
Contoh ; Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—
telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti
‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Contoh : Tahun 2010—2013
K. Tanda tanya (?)

 Di akhir kalimat tanya

 Dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa
daerah
L. Tanda seru (!)
 Mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menyatakan kesungguhan, ketidakpercayaan atau emosi yang kuat.
Contoh : Merdeka!, Alamak! Lama kali kau berdandan
M. Tanda elipsis (…)

 Untuk menunjukkan ada bagian dari kalimat atau kutipan yang dihilangkan; ditulis
dengan didahului dan diakhiri dengan spasi; jika di akhir kalimat, tanda titik
menjadi empat.
Contoh : Penyebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.

 Untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.

Contoh : “Jadi simpulnya … oh, sudah saatnya istirahat.”

 Menandai jeda dalam tuturan yang dituliskan. Misal: Maju ... jalan!

Catatan :
 Ditulis dengan didahului dan diakhiri dengan spasi;
 Jika di akhir kalimat, tanda titik menjadi empat jika berupa kalimat pernyataan,
atau tanda elipsis dengan tanda baca lainnya, tergantung jenis kalimatnya.
N. Tanda petik (“…”)
1. Mengapit petikan langsung dari pembicaraan, naskah atau tertulis lain
2. Mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Contoh : Marilah kita menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar”!; Saya sedang membaca
“Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia” dalam buku Bahasa Indonesia
Menuju Masyarakat Madani.
3. Untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus. “Tetikus” komputer ini sudah tidak berfungsi
O. Tanda petik tunggal (‘…’)
1. Untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain. “Kudengar teriak
anakku, ‘Ibu, Bapak pulang!’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2. Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan.
Contoh :
tergugat ‘yang digugat’
rioken ‘tas khas Papua
tuah sakato ‘sepakat demi manfaat bersama
P. Tanda kurung ((…))
1. Untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain. “Kudengar teriak
anakku, ‘Ibu, Bapak pulang!’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2. Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan.
Q. Tanda kurung siku ([…])
1. Untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan
atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.
Contoh : Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik
2. Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung.
Contoh : Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II
[lihat halaman 35─38]) perlu dibentangkan di sini.
R. Tanda miring (/)

 Dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun
yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh :
Nomor : 4/PK/III/2015
Jalan Kauman IV/12
Tahun ajaran 2014/2015

 Sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.


Contoh :
mahasiswa/mahasiswi ‘mahasiswa dan mahasiswi’
harganya Rp 1.200,00/lebar ‘harganya Rp 1.200,00 setiap lembar’

 Untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan
atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.
Contoh : Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.
S. Tanda penyingkat atau apostrof (‘)
Untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks
tertentu
Contoh :
Kamu ‘kan kuberi uang. (‘kan = akan)
T. Penulisan unsur serapan

 a (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi a (bukan o).

 ain ( ‫ع‬Arab) pada awal suku kata menjadi a, i, u dan menjadi k jika di akhir suku
kata

 C di depan a, o,u  k

 C di depan ie, i, oe, dan y  s

 CC depan o, u dan konsonan k

 CC di depan e dan i  ks

 Dst. (baca referensi nomor 2 tentang PUEBI)


Pertemuan ke 4
KALIMAT
Kalimat adalah satuan gramatikal terbesar yang mengandung predikat dan
mengungkapkan sebuah pikiran, dan menyampaikan informasi penuh.
FRASA

 Frasa adalah satuan sintaktis yang terdiri dua kata yang tidak mengandung unsur
predikatif.
 Frasa menempati satu fungsi di dalam kalimat (S,P,O,K)
 F Nomina = S dan O
 F Verba = Predikat
 F Adverbial = Keterangan
Contoh : O  Frasa nominal  Toni sudah makan nasi panas
Jenis Frasa

 Frasa Nominal
 Frasa Verbal
 Frasa Adjektival
 Frasa Adverbial
 Frasa Numeralia
 Frasa Preposisional
Klausa

 Klausa adalah konstruksi sintaktis yang terjadi atas subjek dan predikat dengan tanpa
objek, pelengkap atau keterangan.
Contoh : seorang pemimpin sedang memberi arahan kepada bawahannya tentang
manajemen konseling kelompok saat saya lewat di depan kantor program studi
Bimbingan dan Konseling Islam.
UNSUR KALIMAT

 Subjek
Subjek adalah fungsi sintaktis terpenting kedua setelah predikat. Pada umumnya subjek
berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.
 Predikat
Predikat merupakan unsur pokok yang disertai subjek di sebelah kiri dan, jika ada,
unsur objek, pelengkap, atau keterangan-wajib di sebelah kanan.
 Objek
 Objek biasanya berupa nomina, frasa nominal, pronomina, atau klausa.
Contoh : Aku tidak mengerti itu.
 Letaknya di belakang verba (transitif).
Contoh : Pemerintah perlu memelihara kebudayaan daerah.
 Pelengkap
 Berwujud nomina, frasa nominal.
 Ditentukan oleh jenis verba, apakah verba transitif atau taktransitif.
POLA KALIMAT
Kalimat dasar
Kalimat dasar adalah kalimat yang (1) terdiri atas satu klausa,(2) unsur-unsurnya
lengkap, (3) susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan (4) tidak
mengandung pertanyaan, perintah, seruan, atau pengingkaran. Dengan kata lain, kalimat dasar
di sini identik dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang unsur-unsurnya bersifat wajib
dan urutannya paling lazim, yaitu subjek + predikat + (objek) + (pelengkap) + (keterangan) —>
S P(O)(Pel)(Ket).

Jenis Kalimat
1. Berdasarkan jumlah klausanya
 Simpleks/tunggal
 Kompleks/majemuk bertingkat
 Mejemuk setara
 Majemuk kompleks
2. Berdasarkan Predikatnya
 Predikat verbal
 Predikat adjektival
 Nominal dan pronominal
 Numeralia
 Preposisional
3. Berdasarkan kategori sintaktiknya
 Deklaratif/pernyataan.
 Imperetif/perintah
 Interogatif/tanya
 Eksklamatif/eksklamasi
4. Berdasarkan kelengkapan unsur
 Kalimat lengkap (mayor)  unsurnya lengkap
 Kalimat taklengkap (minor)  unsurnya tidak lengkap
5. Berdasarkan kemasan informasinya
 Inversi
 Pengedepanan
 Dislokasi kiri
 Dislokasi kanan
 Ekstraposisi
 Pembelahan
Kalimat efektif
Syarat
a. Kesatuan
b. Kepaduan
c. Keparalelan
d. Ketepatan
e. Kehematan
f. Kelogisan
Pertemuan ke 5
PARAGRAF
Paragraf dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis. Bahasa
Lisan adalah Bahasa yang diucapkan berupa pidato atau percakapan. Sedangkan Bahasa Tulis
adalah Bahasa yang ditulis atau dicetak berupa karangan.
Paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang terdiri atas sejumlah kalimat yang
mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalian.
Syarat Pembentukan Paragraf
1. Kesatuan
Sebuah paragraf hanya mengandung satu ide pokok atau tema. Ide pokok ini dengan
tegas dinyatakan melalui kalimat topik. Kehadiran kalimat penjelas, sebagai
pengembangan tema, harus senantiasa mendukung kalimat topik.
2. Koherensi
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf adalah koherensi atau
kepaduan. Koherensi atau kepaduan dititikberatkan pada hubungan antara kalimat
dengan kalimat.
3. Pengembangan
Ide pokok sebuah paragraf akan jelas apabila dirinci dengan ide-ide penjelas. Jika tidak
demikian, maka paragraf itu hanya dibangun oleh satu buah kalimat. Hal ini tentu tidak
sesuai dengan pengertian paragraf di depan.
Letak kalimat topik
a. Kalimat topik di awal paragraf
Paragraf ini diawali dengan menggunakan ide pokok sehingga kalimat pertama
merupakan kalimat topik.
b. Kalimat topik ditempatkan di akhir paragraf
Sebuah paragraf yang menempatkan kalimat topik pada bagian akhir, biasanya dimulai
dengan mengemukakan ciri-ciri khusus terlebih dahulu.
c. Kalimat topik ditempatkan di awal dan di akhir paragraf
Kalimat topik dapat pula diletakkan pada awal dan akhir paragraf. Hal ini berdasarkan
anggapan bahwa seandainya ide pokok sudah diketahui pembaca, maka ada
kecenderungan untuk mengikuti semua rangkaian kalimat berikutnya.
d. Kalimat topik tersirat dalam keseluruhan paragraf
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat topik. Hal ini berarti pikiran utama tersebar pada
seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasanya digunakan
dalam karangan yang berbentuk narasi (yang berbentuk cerita) atau deskripsi (yang
berbentuk lukisan).
Pertemuan ke 6,7,8
PLAGIARISME DAN PARAFRASE
A. Definisi
Plagiarisme sering disebut juga dengan plagiasi, plagiat atau penjiplakan,
plagiasi sendiri adalah kegiatan mengambil, menjiplak karya atau karangan orang lain
tanpa menyebutkan sumbernya.
B. Jenis
1. Berdasarkan aspek yang dicuri
a. Plagiarisme ide
Plagiarisme ini terjadi pada replikasi ide-ide dari karya orang lain.
Misalnya karya sastra, lagu, musik dan tari.
b. Plagiarisme isi (data penelitian0
Plagiarisme ini berupa pengubahan data penelitian sehungga hasilnya
sesuai denga apa yang direncanakan.
c. Plagiarisme kata, kalimat, paragraph
Plagiarisme ini adalah Sebagian kata, kalimat, paragraph yang seluruh
makalahnya dijiplak tanpa menyebut sumbernya.
d. Plagiarisme total
Plagiarisme ini dilakukan dengan menjiplak keseluruhan karya orang
lain sebagai karya sendiri.
2. Berdasarkan sengaja ataau tidaknya plagiarisme
a. Plagiarisme yang disengaja yaitu menjiplak dengan sengaja karya orang
lain tanpa menyebutkan pengarang aslinya.
b. Plagiarisme yang tidak disengaja, bisa berupa ketidakjelasan sumber.
Seharusnya ringkasan dinyatakan dengan jelas nama penulisnya.
3. Berdasarkan proporsi atau persentasi kata, kalimat, paragraph yang
dibajak
a. Plagiarisme ringan : <30%
b. Plagiarisme sedang : 30-70%
c. Plagiarisme berat : >70%
4. Berdasarkan pola plagiarism
a. Plagiarisme kata demi kata, plagiarism ini sama dengan plagiarism total.
b. Plagiarisme mosaic yaitu dilakukan dengan menyambung karya orang
lain dengan penulis lain.
C. Tindakan yang Termasuk Plagiarisme
1. Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri;
2. Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri;
3. Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri;
4. Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri;
D. Tindakan yang tidak termasuk plagiarisme
1. Menggunakan informasi berupa fakta umum
2. Menulis Kembali dengan memparafrase dan menyertakan sumber yang jelas
3. Mengutip secukupnya tulisan orang lain dan menuliskan sumbernya
E. Cara menghindari plagiarisme
1. Menggunakan informasi yang berupa fakta umum.
2. Menuliskan sumber referensi.
3. Memberi Batasan yang jelas.
4. Menyatakan dengan tegas dari sumber mana kutipan tersebut diambil.
5. Sebaiknya tulis sendiri karya tulis ilmiah kita.
6. Biasakan menulis pemikiran sediri setiap hari, agar tidak mudah
memplagiasi karya orang lain.
7. Jadikan media blog di internet sebagai media belajar menulis karya ilmiah.
F. Teknik paraphrase
1. Langkah-langkah parafrase
a. Membaca dan memahami teks sumber/original (original source).
b. Melakukan penyeleksian. Pilihlah kata yang paling esensial dan berguna
(sesuai dengan topik yang ditulis)
c. Pahami makna tersurat dan tersirat
d. Pikirkan ”diksi” atau “kata pilihan” sendiri untuk mengganti dan
menjelaskan kata-kata yang masih asing.
e. Gunakanlah thesaurus untuk mencari sinonim dan kata pengganti yang akan
menyederhanakan kata-kata komplek pada teks sumber/original.
f. Tetap tuliskan sumber teks original yang diparafrasekan.
ULASAN KARYA TULIS (RESENSI)
A. Definisi
Resensi berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari kata revidere yang artinya melihat
Kembali atau menilai. Resensi juga memiliki arti yang sama dalam Bahasa Belanda
ysng dikenal dengan recensie, sedangkan dalam Bahasa Inggris dikenal dengan
nama review. Tiga istilah ini mengacu pada hal yang sama, yaitu mengulas buku.
B. Tujuan
 Memberikan informasi yang komprehensif tentang apa yang tampak dan
terungkap dari sebuah buku;
 Mengajak pembaca untuk memikirkan dan mendiskusikan lebih jauh fenomena
atau problema yang muncul dalam sebuah buku;
 Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas
mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
C. Manfaat
 Bahan pertimbangan
 Nilai ekonomis
 Sarana promosi buku
 Pengembangan Kreativitas
D. Unsur-unsur
1. Judul resensi
2. Identitas karya tulis
3. Pendahuluan resensi
4. Isi pernyataan
a. Isi artikel
b. Komentar artikel
c. Kritik artikel
5. Penutup

Anda mungkin juga menyukai