Anda di halaman 1dari 14

BAB VII

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

A. Pendahuluan
Pada tahun 1947 Soewandi, Menteri Pengajaran, Pendidikan
dan Kebudayaan pada masa itu, menetapkan dalam surat
keputusannya tanggal 19 Maret 1947, No. 264/Bhg. A bahwa
perubahan ejaan bahasa Indonesia dengan maksud membuat ejaan
yang berlaku menjadi lebih sederhana. Ejaan baru itu oleh masyarakat
diberi julukan Ejaan Republik. Beberapa usul yang diajukan oleh
panitia menteri itu belum dapat diterima karena masih harus dirinjau
lebih jauh lagi. Namun, sebagai langkah utama dalam usaha
penyederhanaan dan penyelarasan ejaan dengan perkembagan
bahasa, keputusan Soewandi pada masa pergolakan revolusi itu
mendapat sambutan baik.
Kongres Bahasa Indonesia Kedua, yang diprakarsai Menteri
Moehammad Yamin, diselenggarakan di Medan pada tahun 1954.
Masalah ejaan timbul lagi sebagai salah satu mata pertemuan itu.
Tindak lanjut perjanjian persahabatan antara Republik Indonesia dan
Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1959, antara lain berupa
usaha mempersamakan ejaan bahasa kedua Negara ini. Maka pada
akhir tahun 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu
(Slametmuljana-Syed Nasir bir ismail, Ketua) menghasilkan konsep
ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo
(Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama tahuntahun
berikutnya megurungkan peresmiannya.
Ejaan ialah suatu pedoman yang mengatur bagaimana menulis
kata-kata, huruf serta penggunaan tanda baca pada suatu bahasa.
Tiap-tiap bahasa mempunyai ejaan sendiri-sendiri. Bahasa Indonesia
dalam perjalanan sejarahnya hingga saat ini telah mengalami tiga
zaman dalam menggunakan ejaan. Secara berturut-turut ialah: ejaan
Van Ophuysen (berlaku sampai tahun 1947), ejaan Republika atau
ejaan Soewandi (diresmikan pemakaiannya pada tanggal 19 Maret
1947) dan ejaan yang disempurnakan (diresmikan pemakaiannya
pada tanggal 17 Agustus 1972).
B. Penulisan Kata
1. Penulisan Kata Dasar dan Kata Berimbuhan
Kata dasar              kata berimbuhan
racun                        beracun
ragam beragam
rebut berebut
2.Penulisan Kata Gabung Pada pelajaran yang lalu telah
dibicarakan masalah penulisan kata kompleks.
Kata majemuk sebenarnya termasuk juga kata kompleks karena
terdiri atas dua morfem atau lebih. Bedanya, kalau kata kompleks
yang bukan kata majemuk, salah satu unsurnya berupa morfem
terikat, kata majemuk unsur-unsurnya berupa kata dasar. Pedoman
penulisan kata gabung/kata majemuk sebagai berikut :
1) gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus bagian-bagiannya umumnya ditulis terpisah. Misalnya :
model linear , rumah sakit , dan tata Bahasa
2) gabungan kata termasuk istilah khusus yang mungkin
menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk
menegaskan pertalian antara unsur yang bersangkutan. Misalnya :
alat pandang dengar dan anak istri
3) Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis
serangkai. Misalnya :
akhirulkalam , kepada , dan daripada
4) Majemuk/kata gabung yang mendapat imbuhan, penulisannya
sebagai berikut:
Misalnya. yang mendapat awalan
beranak istri
memberi
5) yang mendapat awalan dan akhiran, mendapat konfiks.
Misalnya :
memberitahukan
mempertanggungjawabkan
pemberitahuan
3. Penulisan kata ulang
1. bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung.
Misalnya : buku-buku , anak-anak , dan ramah-tamah
2. bentuk kata ulang yang mengandung imbuhan, penulisannya
seperti contoh
di bawah ini:
dengan awalan:
Berjalan-jalan
3. dengan awalan dan akhiran ,dengan konfiks, misalnya :
Dibesar – besarkan
Mempermain – mainkan
4. Penulisan Kata Ganti ku , kau , mud an-nya
Kata ganti ku dank au di tulis serangkai dengan kata yang
mengikutiya ; ku, mu, -nya di tulis serangkai dengan kata
sebelumnya.
Misalnya :
Apa yang kumiliki boleh kuambil
Bukuku , bukunya , dan bukumu tersimpan di perpustakaan
5. Penulisan Kata Depan ke , di , dari
Kata depan di , ke , dari di tulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya kecuali dalam gabungan kata yang sudah lazim di
anggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya : Kain itu terletak di dalam lemari dan Bermalam sajalah
disini
6. Penulisan Partikel
Partikel lah , tah , kah di tulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya .
Misalnya :
Apakah yang tersirat di dalam hatimu ?
Apatah gunanya bersedih hati
Partikel pun tertulis terpisah dari kata yang mendahuluinya .
Misalnya :
Hendak pulang pun tak ada kendaraan
Jika ayah pergi, adik pun ikut pergi
7. Penulisan Singkatan dan Akronim
a. Singkatan
Singkatan ialah bentuk yang dipendekan yang terdiri atas satu
huruf atau lebih.
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat
diikuti dengan tanda titik.
Misalnya: A.S. Sarisata , M.B.A. Master of Business , dan S.E.
Sarjana Ekonomi
2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri
atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak
diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
4. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan,
dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya: Cu kuprum , cm sentimeter dan kgkilogram
3. Akronim
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari
deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya : ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan
huruf awal kapital.
Misalnya: Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia
3. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf,
suka kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya: pemilu pemilihan umum dan rapim rapat pimpinan
9. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau
nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau
angka Romawi.
Misalnya: Angka Arab :0, 1,2, 3,4,5,6,7,8
2. Angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat,
luas, dan isi, satuan waktu, nilai uang, dan kuintal.
Misalnya: 0.5 meter , 1 jam 20 menit, 5 kilogram , dan pukul
15.30
3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya : Jalan Tanah Abang I No. 15
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat
kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, Halaman 242 Surat: Yasin
5. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai
berikut.
C. Pemakaian Tanda Baca
1. Tanda Titik
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan
atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
2. Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu
bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya: 1.1 Isi Karangan dan 1.2 Ilustrsai
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu
Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan jangka panjang. Misalnya: 1.35.20 (1 jam, 35
menit, 20 detik) 0.20.30 (20 menit, 30 detik)
5. Tanda titik dipakai diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit
dalam daftar pustaka .
Misalnya: Siregar, Merari. Azab dan Sensara. 1920.
Weltevreden:Balai Pustaka.
6. a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya,
Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
6.b Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya: Ia lahir di kapontori 1983.
7. Tanda titik tidak dipakai pad akhir judul yang merupakan
karangan atau kepala Ilustrsai, tabel, dan sebagainya.
Misalnya: Acara kunjungan Adam Malik.
8. Tanda titik tidak dipakai dibelakang alamat rumah dan tanggal
surat atau nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82 Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jakarta Jalan Kepala Dua
2. Tanda Koma
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian
atau bilangan
Misalnya: Saya membeli kertas, pena dan tinta.
2. Tanda koma di pakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu
dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti
tetapi atau melainkan
Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
3. a. Tanda koma di pakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat Jika anak kalimat Itu mendahului Induk kalimatnya
Misalnya: Kalau hari hujan, daya tidak akan datang.
3.b Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kojimat
dari Induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk
kalimatnya.
Misalnya: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
4. Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung
antar kalimat yang terdapat pada awal kaiimat. Termasuk di
dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan
tetapi.
Misalnya: Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah,
aduh, kasihan, dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya: O, begitu? Dan Wah, bukan main!
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan peukan langsung dari
bagian lain dalam kalimat.
Misalnya: Kata ibu, “saya gembira sekali”.
7. Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian
alamat, tempat dan tanggal, dan nama tempat dan wilayah atau
Negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisahbana, Sutan Takdir. 1982. Tatabahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT Pustaka Rakyat.
9. Tanda koma dipakai antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya: W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang
Mengarang (Yogyakarta: Indonesia, 1987) hlm. 2.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.
Misalnya: B. Ratulangi, S.E.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara
rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya: 12,3 m Rp 12,50
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang
sifatnya tidak membatasi.
Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pintar sekali.
3. Tanda Titik Koma
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-
bagian sejenis dan setara
Misalnya: Malam semakin larut: pekerjaan belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata
penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
kalimat majemuk.
Misalnya: Ayah mengurus tanamanya di kebun itu: ibu sibuk
bekerja di dapur, adik menghafal nama-nama pahlawan nasional.
4. Tanda Titik Dua
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika
diikuti rangkaian atau pemerian
Misalnya: Kita memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja,
dan lemari.
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan
Misalnya: Kita memerlukan meja, kursi, dan lemari.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
4. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya: Ibu : (meletakan beberapa kovor) “bawa kovor ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu.”
5. Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman,
antara bab dengan ayat dalam kitab suci, di antara judul dan anak
judul dalam karangan, serta nama kota dan penerbit buku acuan
dalam karangan. Misalnya: Tempo, I (1872), 34:7 Surah Yasin: 9
5. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung dipakai "ntuk menyambung suku-suku kata dasar
yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Dai samping cara-cara lama itu juga cara yang baru.
2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian
kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya
pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas.
3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur-unsur kata
ulang Misalnya:
Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.
6. Tanda Ellipsis
1. Tanda Ellipsis dipakai dalam kalimat yang perputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu... ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda Ellipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan... akan diteliti lebih lagjut
7. Tanda Tanya
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya: Kapan ia berangkat?
2. Tanda tanya dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan
bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat
dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan tahun 1983 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta hilang. (?)
8. Tanda Seru
1. Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah yang menunjukkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau pun rasa emosi yang kuat.
Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!
9. Tanda Kurung
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Bagian perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian
Kegiatan) kantor itu.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal
di Bali)
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di
dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain.
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan
keterangan.
Misalnya: Factor produksi menyangkut masalah (a) alarn (b)
tenaga kerja dan (c) modal.
10.Tanda Petik
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya: “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
3. Misalnya: Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari
suatu tempat.
4. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.
Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat”
saja.
11.Tanda Petik Tunggai
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam
petikan lain. Misalnya: Tanya Basri,”Kau dengar bunyi 'kring-
kring'tadi?”
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan,
atau ungkapan asing.
Misalnya: Feed-bac'balikan'
12.Tanda Garis Miring
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada
alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua
tahun takwin. Misalnya: No. 7/PK/1973
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau tiap.
Misalnya: Dikirimkan lewat dikirimkan lewat darat atau
Darat/laut lewat laut
13.Tanda Apostrof (penyingkat)
1. Tanda penyingkat menunjukkan kehilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
Misalnya: Ali'kan kusurati. (kan - akan)
C. Pemakain Huruf
1. Pemakaian Huruf Kapital
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata
pada awal kalimat. Misalnya: Dia mengantuk.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya: Adiknya bertanya “kapan kita pulang?”
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci termasuk untuk
kata ganti Tuhan.
Misalnya: Allah, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab,
Guran, Weda.
14.Pemakaian Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya: majalah Bahasa dan Sastra, buku Negara Kertagama
karangan Prapanca, surat kabar Suara Karya.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata.
Misalnya: Huruf pertama abjad adalah a. Dia bukan menipu tetapi
ditipu.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama
ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaanya.
Misalnya: Nama ilmiah buah manggis adalah Carcinia mangostana,
politik defied et empire pernah diterapkan di negeri ini.
15.Penulisan Daftar Pustaka
Alwi, Hasan. 1992. Tata. Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Depdikbud.
Ambari, Abdullah. 1979. Penuntun belajar bahasa Indonesia.
Bandung: Djatnika
Dinar, Sri Suryana. 2001. Wacana Bahasa Indonesia. Kendari:
Unhalu.
Muliono, Anton M.1985. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Jakarta: Djambatan.
Oka. I.G.N. dan Suparno. Linguistik Umum. Jakarta: Depdikbud.
TUGAS MERANGKUM
BAB VII
”EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)”

OLEH

WANDA WIRASTI
A1O121055
BAHASA INDONESIA
PKN.A

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022

Anda mungkin juga menyukai