Anda di halaman 1dari 30

Aspek Ejaan

Bahasa Indonesia
Kelompok 2
Kelompok 2
1. Putu Krishnadewi Indah Gita Cahyani (1907531086)
2. Adine Monica Worek (1907531087)
3. Luh Putu Suwitri Sastradewi (1907531095)
4. I Gusti Agung Ayu Pradnya Paramitha (1907531107)
5. Emerentiana Ayu Nikola Aga Renggu Roy (1907531118)
Topik Pembahasan
1.
Pengertiaan
Ejaan
2. Penulisan 4.
Huruf,Unsur
Serapan dan Penulisan
Tanda Baca Artikel
3.Penulisan
Kata Depan
dan Awalan
5. (di,ke)
7.
Penulisan
Pemakaian
Singkatan
Tanda
dan
Baca
Akronim 6.
Penulisan
Angka dan
Lambang
Bilangan
01
Pengertian Ejaan
Pengertian Ejaan
Ejaan bahasa Indonesia adalah keseluruhan peraturan
yang melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar
hubungan lambang - lambang bahasa Indonesia dalam bentuk
tulisan.
Dengan demikian, ejaan bahasa Indonesia meliputi
pemakaian huruf (huruf kapital dan huruf miring), penulisan
kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
Kelima hal itu diuraikan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (2015) yang diterbitkan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
02
Penulisan Huruf,
Unsur Serapan, dan
Tanda Baca
1. Pemakaian Huruf Kapital
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai:
1. Huruf pertama kata pada awal kalimat;
2. Petikan langsung, ungkapan yang berhubungan dengan Tuhan, kitab suci;
3. Nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang;
4. Nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat; unsur-unsur nama orang;
5. Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa;
6. Nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah;
7. Nama geografi; semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, nama
dokumen resmi (termasuk unsur bentuk ulang sempurna);
8. Nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan; unsur singkatan nama gelar, pangkat,
dan sapaan;
9. Serta kata penunjuk hubungan kekerabatan
Contoh Penggunaan Huruf Kapital:
1. Upacara bendera yang diselenggarakan pada hari ini dibuka langsung
oleh Direktur Bank Republik Indonesia.
2. Prosesi wisuda bulan ini akan dihadiri langsung oleh Rektor
Universitas Udayana.
2. Pemakaian Huruf Miring
Penggunaan Huruf Miring.
- Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam
tulisan, termasuk daftar pustaka.
Contohnya:
Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.; Berita itu muncul dalam surat kabar
Cakrawala.
- Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata
dalam kalimat.
contohnya: Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan!
- Huruf miring digunakan untuk menuliskan nama ilmiah, kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa
asing.
Contohnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana
03
Penulisan Kata Depan
dan Awalan (di, ke)
Berbeda dengan penulisan di- sebagai kata depan yang ditulis terpisah
dengan kata benda yang menunjukkan keberadaannya; penulisan di- sebagai
awalan (prefiks) harus dirangkaikan dengan kata kerja yang mengikutinya,
misalnya: dikontrakkan, diawasi, dibawa. Untuk lebih meyakinkan, di- sebagai
awalan (prefiks) dapat dipasangkan dengan bentukan yang mengandung awalan
me-, misalnya: dikontrakkan, mengontrakkan, diawasi, mengawasi, dibawa, dan
membawa.
Tidak jauh berbeda dengan kata depan di-, kata depan ke- juga ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, misalnya: ke dalam, ke sana, dan ke
rumah. Untuk lebih meyakinkan bahwa bentuk ke- adalah kata depan, bentukan
ke- dapat dipasangkan dengan kata depan di- atau kata depan dari, misalnya: ke
dalam, di dalam.
04
Penulisan Partikel
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (2015), disebutkan bahwa terdapat
partikel -lah, -tah, -kah, dan -pun yang ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: tulislah, mungkinkah, apatah, dan walaupun.
Ejaan bahasa Indonesia memilah pemakaian partikel pun menjadi dua, yakni:
(1) partikel –pun yang dianggap padu dengan kata yang mendahuluinya, seperti adapun,
biarpun, ataupun, andaipun, bagaimanapun, kalaupun, maupun, meskipun, sungguhpun,
walaupun, dan sekalipun;
(2) bentuk pun yang berfungsi sebagai kata penuh yang bersinonim dengan kata juga, misalnya:
sekali pun, kami pun, sepeda pun, dan harga mahal pun.
Senada dengan partikel –pun atau pun, bentukan per juga harus dibedakan antara partikel
per dan awalan per-. Partikel per pada frasa: satu per satu, per 1 Oktober, dan per helai berbeda
dengan awalan per- pada: pertama, pertegas, perkebunan, dan memperindah. Partikel per yang
berarti ‘demi,’ ‘setiap,’ dan ‘mulai’ harus ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
sedangkan per- yang merupakan satu kesatuan harus ditulis serangkai.
05
Penulisan Singkatan
dan Akronim
Kaidah penulisan singkatan meliputi:
1. Singkatan nama orang, nama gelar, jabatan atau pangkat yang diikuti
dengan tanda titik, misalnya: Moh. Yamin, Dr. A. A. Putu Putra
2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik, misalnya:
DPR, SMUN, PT, KTP
3. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti oleh satu
titik, misalnya: dll., dst., hlm., sda., tetapi apabila terdiri atas dua huruf
maka ditulis dengan dua titik, misalnya, a.n., s.d., u.b
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.

Kaidah penulisan akronim meliputi:


1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata yang
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital, misalnya: ABRI, IKIP, PASI;
2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf kapital pada huruf
awalnya, misalnya: Unud, Akabri, Bappenas, Kowani;
3. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya, ditulis
dengan huruf kecil, misalnya: pemilu, rapim, tilang
06
Penulisan Angka dan
Lambang Bilangan
Penulisan angka yang digunakan untuk menyatakan Bahasa Indonesia
ukuran panjang, luas, isi, satuan waktu, nilai uang, dan kuantitas, misalnya:
1 cm, 5 kg, 15 l, pukul 17.30, 2.000 rupiah, Rp5.000,00, dan 25 orang.

Penulisan angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat


dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca, misalnya: 300 juta, 500 juta

Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut,


misalnya: Bab I, Bab kesatu, Bab ke-1, abad 21, abad kedua puluh satu,
Abad ke-21.

Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran – an, misalnya:


tahun 2000-an, uang 5000-an, tetapi sering ditulis 2000 an dan 5000 an
Penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa bilangan dipakai secara
berurutan, misalnya: satu kali dan dua puluh kali.

Penulisan bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat, misalnya:
1. Empat ratus orang diterima dalam seleksi penerimaan siswa baru tingkat
SMUN itu.
2. Bapak kepala sekolah mengundang 450 orang siswa untuk seleksi siswa
berprestasi.
07
Pemakaian Tanda Baca
1. Tanda Titik

1. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar.
2. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu, misalnya: 1.30.10 jam (1 jam, 30 menit, 10 detik)
3. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan, dan tempat terbit dalam
daftar pustaka
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya,
misalnya: Mahasiswa yang mendaftar SNMPTN berjumlah 5.300 orang
2. Tanda Koma
1. Diantara unsur-unsur dalam suatu rincian atau pembilangan, misalnya: Ibu
membeli sayur, daging, dan tahu.
2. Untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara, misalnya:
Sistem pendidikan nasional membuat pembelajar dalam bidang teori, tetapi
kurang dalam bidang praktik.
3. Di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada
awal kalimat, termasuk di dalamnya: Oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
bahkan, akan tetapi.
4. Untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi, misalnya:
Dewa Made Beratha, Gubernur Bali melakukan sidak ke beberapa daerah
kabupaten.
3. Tanda Titik Koma
Pengunaan tanda titik koma [;], misalnya: (1) Ibu sedang mencuci pakaian; nenek
sedang menginang sirih, dan tanda titik koma. (2) Bapak menyiram tanaman; Ibu sibuk
bekerja di dapur

4. Tanda Titik Dua


Penggunaan t anda titik dua [:], misalnya:
1) Ibu membeli perabotan rumah tangga: mesin cuci, kulkas, dan kompor gas.
2) Ketua : Drs. A. A. Bagus Suryakarma
3) Ibu : (meletakkan beberapa kopor) ”bawa kopor ini, Ca”
Ucca : ”Baik, Bu” (mengangkat kopor dan masuk)
5. Tanda Hubung
Aturan-aturan pemakaian tanda hubung (-) yang dimaksud dijelaskan di bawah ini
yaitu
1) Dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh penggantian baris,
misalnya: Di samping cara lama, diterapkan juga ca-
ra baru ...
2) Dipakai untuk menyambung unsur kata ulang. Misalnya: berulang-ulang,
kemerah-merahan
3) Dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan
angka, misalnya: 11-11-2020
4) Dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan, misalnya:
meng-ukur, me-ngukur
5. Tanda Hubung

5) Tanda hubung dipakai untuk merangkai, misalnya:


a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (contoh: se-
Bali)
b. ke- dengan angka (contoh: peringkat ke-3)
c. angka dengan -an (contoh: tahun 1960-an)
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (contoh:
di-SK-kan, sinar-X, ber-KTP)
e. kata dengan kata ganti Tuhan (contoh: rahmat-Nya, ciptaan-Mu, kasih-
Nya)
f. huruf dan angka (contoh: D-3, S-1, S-3)
g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital
(contoh: SIM-nya, KTP-mu, STNK-ku)
5. Tanda Hubung

6) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan


unsur bahasa daerah atau bahasa asing, misalnya:
di-linggih-kan ( bahasa Bali `distanakan atau ditempatkan`)
me-recall ( bahasa Inggris ’memanggil kembali’)
di-sowan-i (bahasa Jawa `didatangi`)
7) Tanda hubung dipakai untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek
bahasan, misalnya:
kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta
akhiran -isasi pada kata betonisasi.
6. Tanda Pisah
Pengunaan tanda pisah [–], misalnya:
1) Kemerdekaan bangsa ini – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan oleh bangsa itu
sendiri.
2) Tanda titik dipakai – untuk menghindari salah baca – belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.

7. Tanda Petik Ganda


Penggunaan tanda petik ganda [“….”], misalnya:
1) ”Saya belum siap,” kata Ucca, ”tunggu sebentar.”
2) Disertasi saya berjudul ”Segmentasi Dialektal Bahasa Sumba di Pulau
Sumba: Suatu Kajian Dialektologi” belum diterbitkan.
8. Tanda Petik Tunggal
Penggunaan tanda petik tunggal [‘….’], misalnya:
1) ”Ibu, `Bapak pulang,` dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Ucca.
2) Ngaben `upacara pembakaran mayat` di Bali.

9 . Tanda Garis
Terdapat 2 aturan penggunaan tanda garis (/) yaitu:
1) Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun
ajaran, misalnya: Nomor: 10/PS/VII/2016, Tahun ajaran 2020/2021
2) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata: dan, atau, dan setiap,
misalnya: dikirimkan lewat darat/laut, buku dan/atau majalah, harganya
Rp10.000,00/lembar
Sesi
Diskusi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai