Anda di halaman 1dari 16

HAKIKAT MANUSIA HINDU

Oleh :
Kelompok 3
Nama Anggota Kelompok :

Putu Nadya Shari (1907531039)

I Putu Evan Aditya Dharma Merta (1907531061)

Made Shinta Widayanti (1907531080)

Ni Komang Shinta Rani Putri (1907531125)

Ida Ayu Putu Renita Sri Naravika (1907531163)

Komang Ayu Wulandari (1907531165)

Ni Made Ria Paramita Wiraningsih (1907531175)

Program/Jurusan : S1 Reguler Akuntansi


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nyalah penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Paper yang
berjudul “ Masyarakat Kerta Jagaditha” ini kami susun sebagai penugasan kelompok dalam mata
kuliah Pendidikan Agama Hindu dengan menggunakan pengetahuan yang kami peroleh dari
beberapa buku.

Akan tetapi, kami menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Maka dari itu, kami berharap pembaca
dapat memaklumi serta memberi kritik dan saran yang membangun demi terwujudnya paper yang
lebih baik di masa yang akan datang.

Denpasar, 10 Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan ...................................................................................................................................4
1.4 Manfaat..................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5
2.1 Pengertian Manusia Kerta Jagaditha.......................................................................................5
2.2 Cara mencapai Manusia Kerta Jagaditha...............................................................................5
2.3 Peranan Umat Hindu dalam Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang sejahtera.................7
2.4 Tanggung Jawab Manusia Umat Hindu dalam mewujudkan HAM dan Demokrasi...........10
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................12
3.1 Simpulan....................................................................................................................................12
3.2 Saran............................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberadaan manusia pada hakekatnya, terwujud sebagai manusia bersifat sosial dan
manusia yang berbudaya. Menurut kodrat alam, manusia di mana – mana dan pada zaman
apapun juga selalu hidup bersama. Berbagai kondisi obyektif dan perjalanan
historis mengakibatkan manusia berusaha mengembangkan sistem sosial dan sistem budayanya
secara khas. Manusia sebagai individu mempunyai kehidupan jiwa yang menyendiri, namun
manusia sebagai makhluk social tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Coba kita perhatikan
tayangan TV dan media cetak seperti surat khabar. Kedua media tersebut amat banyak kita
menyaksikan tayangan peristiwa-peristiwa berbagai tindak kriminalitas dan amoral, seperti
pembunuhan, memeras teman di sekolah digunakan membeli obat-obat psikotropika,
pornografi, pornoaksi, perselingkuhan, pemerkosaan, pencurian, perampokan dll. Semua
tayangan tersebut ibarat pisau bermata dua, di satu sisi, pesan-pesan tayangan tersebut
untuk diwaspadai, jangan sampai menjadi korban dan jangan dilakukan pihak lain maupun
diri sendiri. Di sisi yang lain dapat juga mendorong seseorang untuk menirukan atau
melakukan perbuatan yang ditayangan tersebut.
Menghadapi fenomena sosial demikian, disamping realitas hidup di dalam masyarakat
lokal, regional dan global, maka peranan pendidikan budi pekerti sangat menentukan. Bila
penanaman dan penumbuh kembangan budhi pekerti dapat dilakukan dengan baik dan benar
oleh orang tua dan keluarga di rumah, para guru di sekolah, dan tokoh-tokoh agama serta
tokoh-tokoh masyarakat, maka seorang anak ketika mencapai fase kedewasaan, akan menjadi
manusia yang berbudhi pekerti yang luhur, sangat dibanggakan oleh orang tua di rumah, para
guru di sekolah dan lingkungan masyarakatnya, namun bila sebaliknya, anak-anak yang
tumbuh menjadi orang yang tidak memiliki kepribadian yang mantap, mudah terkena pengaruh
lingkungan yang buruk. Dalam kehidupan global dengan sarana komunikasi yang sangat
canggih, segala sesuatu yang terjadi di luar rumah dan bahkan di luar negeri dapat dilihat
melalui tanyangan TV, demikian pula media elektronik seperti film/VCD termasuk internet dan
sejenisnya yang memuat ceritra tentang kriminalitas dan amoral sangat sulit dibendung dan
tidak sulit untuk mendapatkannya.

3
Maka demikian makalah ini mencoba untuk menampilkan peranan pendidikan budhi
pekerti sesuai ajaran Hindu. Kita banyak berharap semoga semua orang tua dan anak menjadi
dua kelompok yang bersinergi untuk mencapai tujuan hidup sesuai dengan ajaran agama
Hindu. Salah satu contoh tujuan ajaran Hindu adalah untuk mewujudkan masyarakat yang
Kertajagadhita, yakni masyarakat yang sejahtera, tentram dan damai, karena di dalamnya
anggota masyarakatnya sebagian besar dan hampir seluruhnya berbudhi pekerti luhur. Nilai-
nilai budhi pekerti sangat luas maknanya yang intinya untuk kembali ke “sangkan paraning
dumadi yang disebut dengan moksa, bersatunya atman dengan paratmatman.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah pengertian dari masyarakat kerta jagadhita ?
1.2.2 Bagaimana caranya mencapai masyarakat kerta jagadhita ?
1.2.3 Apa peranan umat Hindu dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera ?
1.2.4 Apa tanggung jawab umat Hindu dalam mewujudkan HAM dan Demokrasi ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian masyarakat kerta jagadhita
1.3.2 Untuk mengetahui cara yang diamalkan dalam mencapai masyarakat kerta jagadhita
1.3.3 Untuk mengetahui apa – apa saja dan seberapa besarkah peranan umat Hindu dalam
mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera
1.3.4 Untuk mengetahui apa tanggung jawab umat Hindu dalam mewujudkan HAM dan
Demokrasi

1.4 Manfaat
Dengan paper ini, pembaca diharapkan mampu mengetahui serta memahami konsep
Masyarakat Kerta Jagaditha serta Pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari paper ini
dapat membantu pembaca sebagai manusia Hindu dalam mencapai tujuan hidup, baik tujuan
hidup dalam duniawi (jagadhita) maupun dalam kebebasan abadi (moksa).

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masyarakat Kerta Jagadhita


Dalam pengertian ini. Masyarakat kerta jagaditha adalah masyarakat yang sejahtera. Pada
hakekatnya hampir semua masyarakat ingin mewujudkan Jagadhita (sejahtera), Kerta (aman)
dan Trepti (tertib). Jagadhita dimaksudkan disini meliputi wahya yaitu kesejahteraan lahiriah dan
adyatmika yaitu kesejahteraan batiniah. Sarana untuk mewujudkan jagadhita itu adalah melalui
bekerja tekun dan giat membenahi diri dan membangun diri meliputi pembangun dibidang fisik,
pembangunan dibidang rohani, mental dan perilaku. Pembangunan dibidang fisik akan
mewujudkan kesejahteraan ekonomi dan peralatan hidup, pembangunan dibidang rohani akan
mewujudkan kesucian dan ketenangan pikiran, pembangunan dibidang mental akan
mewujudkan ketentraman dan kenyamanan perasaan, dan pembangunan dibidang perilaku akan
mewujudkan ketertiban dan kedisiplinan, baik individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat
khususnya di desa adat. Maka dari itu adalah mutlak perlu diciptakan suatu: trepti ring tata
parhyangan (tata tertib dalam tata prahyangan), trepti ring tata pawongan (tata tertib dalam
perilaku manusianya) dan trepti ring palemahan ( tertib dalam pemakain tanah desa dan sesuai
dengan aturan yang berlaku) di desa adat yang bersangkutan, sehingga terwujud suatu kondisi
masyarakat desa adat yang kerta, raharja dan jagadhita.

2.2 Cara untuk Mencapai Masyarakat Kerta Jagadhita


Dalam kehidupan, menjadi manusia yang baik merupakan hal yang sangat penting.
Dengan agamasebagai dasar, manusia dapat membedakan baik dan burukmaupun benar dan salah.
Salah satu caranya adalah melalui konsep Tri Hita Karana. Tri Hita Karana terdiri dari kata Tri
yang artinya tiga, Hita yang artinya kesejahteraan, dan Karana yang artinya yang menyebabkan.
Dengan demikian, Tri Hita Karana diartikan sebagaitiga penyebab kesejahteraan yang memiliki
tiga bagian sebagai berikut.
 Parhyangan, yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan. Tuhan memberikan alam
semesta beserta isinya kepada kita. Oleh sebab itu, kita sebagai manusia patut

5
mensyukurinya dengan bersembahyang dan bersembah kepada Tuhan sehingga
mendapatkan ketenangan, kedamaian lahir batin, dan kesejahteraan.
 Pawongan, yaitu hubungan manusia dengan manusia, dimana manusia tidak bisa hidup
sendiri dan saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh karena itu, sebagai manusia
harus saling menghormati, menghargai dan menjunjung tinggi kerukunan antar manusia.
Dengan begitu, terciptalah hubungan harmonis yang kelakakan menciptakan suatu
kesejahteraan.
 Palemahan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan, dimana manusia yang
memiliki akal pikiran seharusnya memperhatikan lingkungan dimana mereka berada.
Dengan melestarikan dan menjaga lingkungan tersebut, suatu kenyaman akan terwujud
dan kelak akan menimbulkan kesejahteraan.
Ketiga unsur diatas saling berkaitandan tidak dapat dipisahkan. Meskipun ketiga bagian itu
memiliki makna yang berbedaketiganya perlu diterapkan sebagai suatu kesatuan agar efektif. Jika
salah satu bagian dari Tri Hita Karana tidak diamalkan, kesejahteraan di dunia tidak akan
terwujud. Konsep Tri Hita Karana secara sepintas terlihat sebagai konsep yang sederhana. Namun,
bila dilaksanakan secara serius dan efektif dapat membuat dunia menjadi lebih  baik dari pada saat
ini. Oleh karena itu, pentingnya kita mengamalkan ajaran Tri Hita Karana dalam kehidupan
beragama guna menciptakan kehidupan sejahtera lahir dan batin. Selain itu, Agama Hindu juga
mengajarkan bahwa dalam kesejahteraan menyangkut kehidupan material dan spiritual
berdasarkan Dharma Artha dan Kama yang disebut Tri Warga (untuk  mewujudkan kesejahteraan
harus dilaksanakan pembangunan masyarakat).
Pencapaian masyarakat kerta jagadhita dapat juga dipengaruhi oleh pemimpin yang baik.
Pemimpin merupakan orang yang berfungsi memimpin, menuntun, atau membimbing.
Kesempatan menjadi pemimpin merupakan kesempatan emas untuk beryadnya. Pencapaian
kehidupan yang kerta jagadhita tidak bisa dilakukan seorang diri. Oleh karena itu, perlu dibangun
kerja sama antara pemimpin dan masyarakat yang bertujuan sama untuk mewujudkan masyarakat
kerta jagadhita.
Para pemimpin mengemban tugas utama berupa melaksanakan aspirasi rakyat dan
membawa bangsa yang dipimpin ke arah yang lebih baik. Untuk mencapai tujuan tesebut, mereka
harus lebih mengutamakan kepentingan umum daripada diri sendiri yang dalam agama disebut
anresangsia. Para pemimpin sehendaknya mampu meredam sikap arogansi yang di dalam agama

6
dikenal dengan istilah asmita. Sikap arogansi tersebut dapat menghambat manusia melakukan
aiswarya yaitu meningkatkan diri menuju perilaku yang makin mulia dan suci. Apabila sikap
arogansi ini dapat diredam, maka segala sesuatunya akan terkoordinasi dengan baik.
Seorang pemimpin dalam menjalankanroda pemerintahan menjadikan spirit agama sebagai
tuntunannya. Dalam konteks Bali, spirit taksu dan jengah harus dijadikan pijakan. Taksu dapat
diperoleh dari upaya terus-menerus mengisi diri, mendalami dan melaksanakan ajaran agama.
Sedangkan, jengah adalah sikap sportif untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Sehingga, dengan adanyapemimpin yang baik, masyarakat kerta jagadhita akan tercapai.
Dalam ajaran agama Hindu, kepemimpinan memiliki padanan arti yang dikenal dengan
istilah Niti Sastra. Niti Sastra berasal dari kata Niti dan Sastra. Niti dalam bahasa sansekerta
berarti pertimbangan dan kebijaksanaan duniawi, pemimpin, politik dan sosial etik. Sedangkan,
Sastra berarti pengetahuan atau kitab  pelajaran, perintah, ajaran, nasihat, aturan dan teori. Jadi,
Niti Sastra berarti ilmu  pengetahuan atau kitab pelajaran kebijaksanaan duniawi, kepemimpinan,
politik  dan sosial etik. Setiap orang adalah seorang  pemimpin, namun tidak semua orang bisa
menjadi pemimpin yang memiliki visi dan misi untukmewujudkan Jagadhita dan Moksa.
Tujuan dari ajaran Agama Hindu terdapat dalam ucap sastra “Moksartham jagadhitaya ca
iti dharmah” yang artinya “Tujuan Dharma adalah untuk  mendapatkan Moksa dan Jagadhita”.
Tujuan tersebut terdapat pula dalam “Atmanam moksartham  jagadhitaya ca” yang artinya“Tujuan
Atman (roh) adalah untuk mencapai Jagadhita dan Moksa”. Pencapaian Jagadhita dan Moksa
bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan juga sesuatu yang tidak bisa diwujudkan. Manusia yang
kuat secara fisik dan rohani serta membekali diri dengan sastra-sastra, ajaran-ajaran kebenaran,
dan dharma pasti dapat mencapai apa yang diyakini.

2.3 Peranan Umat Hindu Dalam Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Sejahtera
Masyarakat adalah sekelompok orang yang selalu bergaul, berkomunikasi dan berinteraksi
satu dengan yang lain, dengan berbagai unsur yang ada di dalamnya, dengan identitas bersama.
Masyarakat Hindu ditandai oleh kekhasan dengan ciri-ciri kehinduannya.
Untuk mewujudkan kesejahteraan harus ada pembangunan, yaitu suatu proses yang menunjukkan
adanya suatu kegiatan guna mencapai kondisi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya.

7
Ada keselarasan antara tujuan pembangunan dengan tujuan agama Hindu, yaitu untuk
mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Peran serta umat Hindu dalam pembangunan masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan
meliputi peran serta dalam pemikiran, peran serta dalam penggalangan dana, peran serta dalam
penyediaan tenaga dan peran serta dalam penggalian berbagai sumber kekayaan.
Pengertian tentang masyarakat sebgai sebuah komunitas dalam pandangan hindu adalah
berangkat dari konsepsi kula (keluarga), gotra atau mahagotra (himpunan keluarga besar atau
yang lebih besar )yang berkembang melingkupi suatu wilayah desa sehingga terbentuknya suatu
tatanan hidup bersama, baik yang disebut kula dresta, desa dresta atau loka drestra, dan sastra
drestra. Setiap kula atau gotra pada dasarnya merupakan unit kecil dari system tatanan dharma-
dharma dalam sebuah kesatuan kosmos yang bertujuan mewujudkan kreta (pakertan), yakni
kesejahteraan warganya. Dari kerta (kreta ini dikembangkan menjadi keraman atau
desa pekraman seperti dikenal pada masyarakat di bali. Konsepsi kerta (kreta) yang di pahamkan
dalam konteks keraman ini secara ideal (dan
utopis) merujuk kepada ketentraman dan keberlimpahan sebagai mana halnya di khayangan atau
sorga; ketentraman dan keberlimpahan itu adalah sepatutnya dihadirkan di bumi bagi segenap
umat manusia. Hal ini di sebutkan dalam Atharva Veda, sebagai berikut :

“Jnana bibhrati bahudha vivacasam,


nanadharmanam pritivi yathaukasan.
Shasram dhara dravinasya me duham,
Dhruveva dheur anapasphuranti”
(Atharva Veda XII.1.45)
“Bumi yang memikul beban, bagaikan sebuah keluarga, sebuah orang berbicara dengan bahasa
berbeda-beda dan yang memeluk kepercayaan (agama) yang berbeda- beda pula, semoga ia
melimpahkan kekayaan kepada kita, tumbuhkan penghargaan diantara Anda seperti sapi betina
(kepada anak-anaknya)”

“ Samani prapa saha vo-annabhagah,


Samane yoktre saha vo-yunajmi.
Samyanco-agnim saparnyata.

8
Ana nabhim iva-abitah.”
(Atharva veda III.30.6)

“Engkau mengambil makanan dan air mu ditempat yang sama. Aku menyatakan Anda semua
dengan suatu ikatan saling pengertian. Sembahlah Tuhan Yang Maha Esa dengan kebulatan hati
( musyawarah ) dan tujulah kehidupan yang bersatu seperti sebuah as roda yang di kelilingi oleh
jari-jarinya”.

“Jyayavantas Cittino ma vi yausta,


Sam radhayantah sadhuras caran-tah.
Anyo anyasmai algu vadanta eta.
Sadhrician vahsammanasaskraomi”
(Atharva Veda III.30.5)
“Wahai uamat manusia, dengan berjalan kearah depan anda seharusnya tidak saling
bertentangan, karena anda adalah para pengikut tujuan yang sama, yang hormat kepada orang tua,
yang memiliki pemikiran-pemikiran yang mulia dan ikut serta di dalam pikiran yang sama. Aku
mempersatukan anda dan memberkahimu dengan pemikiran-pemikiran yang mulia”.

“Ajyesthaso akanisthasa ete,sam


Bhrataro vav rdhuh saubhagaya”
(Rg Veda V.60.5)

“Pada Dewa Marut bertingkah laku seperti sesama saudara dan mereka membeci orang yang
membedakan tinggi dan rendah, majulah diaku menuju kemakmuran”.

“Sagdhis ca me saptitas ca me”


(Yayur Veda XVIII 9 )
“Hendaknya terdapat tempat makan umum, untuk makan dan minum”.

“Indram vardhanto apturah


krnavanto visvam aryanam

9
Apaghnanto Aravnah”
(Rg Veda IX.63.5)

“Semoga semua dari Anda menjadi giat dan bijak. Buatlah seluruh masyarakat menjadi mulia
dan hancurkanlah orang-orang kikir”.
Dari kutipan di atas dapat di pahami bahwa setiap manusia Hindu yang merupakan bagian
dari anggota keluarga, mahagotra, dan desa pakaraman secara teologis telah dibekali sebuah
kesadaran social-ekonomi cultural untuk berperan mengkondisikan dan membangun sebuah
masyarakat yang kerta-raharja (civil society) atau masyarakat madani/ sejahtera. Upaya ini tidak
sekedar tergantug kepada pimpinan Negara, akan tetapi bertumpu kepada setiap individu.
Hal ini selaras dengan konsep Hindu yang memandang bahwa setiap manusia Hindu adalah
seorang pemimpin; pertam-tama adalah memimpin mengendalikan indra-indranya ke hal yang
positif, sehingga ia jiga akan dapat memimpin keluarga dan masyarakat demi terciptanya
kesejahteraan bersama. Mewujudkan kesejahteraan pada prinsipnya sebuah dharma-
agama sekaligus dharma-Negara dan dharma-kemasyarakatan.

2.4 Tanggung Jawab Umat Hindu dalam Mewujudkan HAM dan Demokrasi
Tanggung jawab dalam mewujudkan HAM dan Demokrasi bagi sebuah kehidupan
masyarakat dalam pandangan Veda, pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dharma-karma. Dalam
pemahaman tentang dharma-karma baik dalam konteks dharma-agama, dharma-negara, dan
dharma kemasyarakatan, maka makna HAM akan dipahami sebagai salah satu kesatuan dengan
KAM (Kewajiban Asasi Manusia). Selanjutnya, dengan memahami makna HAM dan KAM
sebagai salah satu kesatuan juga berarti memahami konsepsi HAR (Hak Asasi Ruh) dan KAR
(Kewajiban Asasi Ruh) yang terlahirkan sebagai manusia. Seperti telah disinggung dalam
pembicaraan di atas, pandangan filsafat manusia Hindu lebih berat tendensinya kepada paham
spiritualisme bahwa jiwa-atma lebih tinggi dari badan materi.
Dalam kaitan ini, Mahatma Gandhi mengatakan: "Sumber dari seluruh hak yang sejati
ialah kewajiban. Asal saja kita semua melaksanakan kewajiban sendiri (Swadharma), tidak terlalu
susah mengejarhak”. Pandangan Mahatma Gandhi ini pada dasarnya bersumber dari
Bhagawadgita, sebagai berikut:
"Tasmadasaktahsatatam,

10
karyam karma samacara,
asaktohy acara karma,
paramapnotipurusah."
"Oleh karenaitu, laksanakanlah segala kerja kewajibanmu tanpa terikat pada hasil (sebagai hak),
sebab kerja yang bebas dari keterikatan bila melakukannya, maka orang itu akan mencapai
(tujuan) yang tertinggi".
Dalam bahasa yang lain, Svami Vivankananda mengatakan: "Tiap-tiap kewajiban adalah
suci, dan mengabdikan diri kepada sesuatu kewajiban adalah suatu bentuk pemujaan terhadap
Tuhan yang tertinggi" Dengan demikian sudah sangat jelas bagi masyarakat Hindu, bahwa
mewujudkan HAM tidak dapat dilakukan tanpa KAM. Dengan kata lain bahwa pemahaman dan
pelaksanaan KAM secara otomatis telah mengandung HAM sekalipun tidak tampak dalam bentuk
benda materi yang nyata.Selajutnya pustaka suci Bhagawadgita II 40-41-45, menjelaskan sebagai
berikut:
“Di jalan ini tak ada usaha yang sia-sia, dan tak ada rintangan yang tak teratasi bahkan walaupun
sedikit dari dharma ini sudah cukup untuk membebaskan dari kekuatan yang mengerikan”.
Tak ada langkah yang sia-sia karena dan setiap usaha yang dilakukan dengan
penuhperjuangan akan meninggalkan nilai yang akan diperhitungkan sebagai jasa. "Dalam hal ini,
wahai Kurunandana (Arjuna), yang pikirannya sudah bulat, pemahamannyamenyatu; sedangkan
yang pikirannya masih ragu-ragu, pemahamannya bercabang dan tak ada habis-habisnya".
Disini dengan jelas diharapkan untuk dapat mengkonsetrasikan pikiran dalam mencapai
keberhasilan, karena kegiatan apa pun yang dikerjakan tanpa konsentrasi, tak akan memberikan
keberhasilan. Pada dasarnya, pikiran manusia senantiasa mengembara kemana-mana terutama
mengikatkan dirinya pada objek-objek kenikmatan material, sehingga untuk dapat melakukan
semacam ini diperlukan usaha keras yang disertai semangat yang tak kunjung padam.
"Kegiatan dari tri guna (tiga sifat alam) adalah masalah pokok dari kitab Weda, tetapi
engkau hendaknya membebaskan dirimu daripadanya, wahai Arjuna; bebaskan pula dirimu dari
dualitas (pasangan yang saling bertentangan) dan mantapkan pikiranmu pada kemurnian, jangan
memperdulikan tentang masalah duniawi dan berkonsetrasi pada sang Diri". Pelaksanaan upacara
ritualitas diperlukan untuk memelihara kehidupan duniawi sebagai hasil dari tri guna untuk
mendapatkan hasil kesempurnaan yang lebih tinggi, kita harus mengarahkan perhatian kita pada
realitas yang tertinggi.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Masyarakat kerta jagaditha adalah masyarakat yang sejahtera. Pada hakekatnya hampir
semua masyarakat ingin mewujudkan Jagadhita (sejahtera), Kerta (aman) dan Trepti (tertib).
Cara yang dapat ditempuh untuk mencapai masyarakat jagadhita adalah dengan mengamalkan
ajaran Tri Hita Karana yang meliputi parhyangan, pawongan, dan palemahan. Ketiga unsur itu
tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan. Ketiganya diterapkan sebagai suatu kesatuan
untuk mencapai efektifitas. Peran serta umat Hindu dalam membangun masyarakat untuk
mewujudkan kesejahteraan meliputi peran serta dalam pemikiran, penggalangan dana, peyediaan
tenaga, dan penggalian berbagai sumber kekayaan.
Tanggung jawab umat Hindu dalam mewujudkan HAM dan demokrasi dilaksanakan
dengan memenuhi kewajiban untuk mengamalkan UUD 1945. Sarana untuk mewujudkan
jagadhita itu adalah melalui bekerja tekun dan giat membenahi diri dan membangun diri meliputi
pemmbangunan dibidang fisik, rohani, dan perilaku.

3.2 Saran
Setelah kita mengetahui peran umat Hindu dalam mencapai masyarakat kerta jagadhita,
maka kita hendaknya mulai berfikir dan melakukan tanggung jawab kita sebagai umat Hindu
dalam mewujudkan HAM dan demokrasi dalam bangsa dan negara.

12
DAFTAR PUSTAKA

Suryani, IGA Putu, I Wayan Surpa, I Made Karda, I Wayan Latra, Gede Harsana. 2018.
Pendidikan Agama Hindu di Perguruan Tinggi. Denpasar: Udayana University Press.
https://www.scribd.com/document/455632185/Masyarakat-Kerta-Jagadhita-docx
https://dokumen.tips/documents/masyarakat-kerta-jagaditha.html
https://feelinbali.blogspot.com/2012/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1

Untuk mengetahui apa – apa saja dan seberapa besarkah peranan umat Hindu dalam
Untuk mengetahui apa tanggung jawab umat Hindu dalam mewujudkan HAM dan
. Untuk mengetahui apa tanggung jawab umat Hindu dalam mewujudkan HAM dan

Untuk mengetahui pengertian


masyarakat kerta jagadhita
2. Untuk mengetahui cara yang
diamalkan dalam mencapai
masyarakat kerta jagadhita
2 Untuk mengetahui pengertian
masyarakat kerta jagadhita

13
3 2. Untuk mengetahui cara
yang diamalkan dalam
mencapai masyarakat kerta
jagadhita
4 Untuk mengetahui pengertian
masyarakat kerta jagadhita
5 2. Untuk mengetahui cara
yang diamalkan dalam
mencapai masyarakat kerta
jagadhita
6 Untuk mengetahui pengertian
masyarakat kerta jagadhita
7 2. Untuk mengetahui cara
yang diamalkan dalam

14
mencapai masyarakat kerta
jagadhit

15

Anda mungkin juga menyukai