Anda di halaman 1dari 56

Ejaan Yang Disempurnakan(EYD)

KELOMPOK 1
Oleh :
Mohammad Dema Satria (135070100111077)
Haris Sahirul A. (145070100111033)
A.A Ketut Tri Wahyuni (145070107111044)
Ima Sri Wahyuni (145070100111055)
Iffa Maulida Wiedy A. (145070101111030)
Maharani Dwi Utari (145070101111041)
Audi Yudhasmara (145070107111045)
Maryam Permatasari (145070107111056)
Intan Pertiwi (145070107111067)
Chintya Ayu Putri N. (145070107111078)
Ejaan
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi
oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa
tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada
ketepatan dan kejelasan makna.
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan
bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972.
Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya.
Fungsi Utama EYD

Fungsi utama penggunaan EYD


adalah sebagai alat pemersatu, dan
menjadi tolak ukur bagi benar-
tidaknya pemakaian bahasa
seseorang atau sekelompok orang.
Perkembangan Ejaan Bahasa
Indonesia
Berdasarkan perkembangan ejaan, EYD sudah
mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu :
1. Ejaan Van Ophuijsen
2. Ejaan Republik
3. Ejaan Melindo
4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan van Ophuijsen

-Berlaku sejak 1901 - Maret 1947


-Hasil karya Ch. A. van Ophuijsen
-Dimuat dalam Kitab Logat Melayu
-Ejaan ini dinamakan Ejaan Balai Pustaka.
Ejaan Republik/Ejaan Soewandi

- Merupakan hasil penyederhanaan ejaan van


ophuijsen
-Berlaku pada tanggal 19 Maret 1947
-Ejaan ini merupakan perwujudan Kongres
Bahasa Indonesia I di Surakarta pada tahun
1938.
Ejaan Melindo
- Tahun 1954 di Medan diselenggarakan
Kongres Bahasa Indonesia II
-Akhirnya, tahun 1959 berhasil merumuskan
ejaan Melayu dan Indonesia yang disebut
Ejaan Melindo
-Karena adanya konfrontasi antara Indonesia
dan Malaysia, maka ejaan tersebut tidak
digunakan kembali
Ejaan yang disempurnakan

Tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah


pemakaian ejaan baru untuk bahasa
Indonesia dengan KEPRES No. 57 tahun
1972 yaitu ejaan yang terkenal dengan
nama EYD.
Perbedaan Masing-Masing Ejaan

Ejaan van Ejaan Republik Ejaan yang


ophuijsen disempurnakan
Menggunakan Sudah tidak Penambahan 7
oe menggunakan huruf yaitu
oe z,f,v,x,q,c,y
Perubahan Pemakaian Huruf
Dalam Tiga Ejaan Bahasa
Indonesia
Ejaan Ophuijsen Ejaan Republik Ejaan yang
1901-1947 (Ejaan Soewandi) disempurnakan (EYD)
1947-1972 Mulai 16 Agustus 1972

Choesoes Chusus Khusus


Tjoetji Tjutji Cuci
Djoemat Djumat Jumat
Boenji Bunji Bunyi
Jani Jakni Yakni
Selain ada penambahan 7 huruf dari ejaan Soewandi ke
EYD, ada beberapa perbedaan lain yaitu pada penulisan
asing dan singkatan.

No. Ejaan Soewandi EYD

1. Legalisir Legalisasi

2. Formil Koordinasi

3. a/n a.n.
s/d s.d.
RUANG LINGKUP EJAAN YANG
DISEMPURNAKAN (EYD)

Pemakaian Penulisan Penulisan


Huruf Huruf Kata

Penulisan Pemakaian
Unsur Tanda Baca
A. Pemakaian
Huruf
1. Huruf Abjad
2. Huruf Vokal
3. Huruf Konsonan
4. Huruf Diftong
5. Huruf Diagraf
A.1 Huruf Abjad
Huruf Lafal Huruf Lafal Huruf Lafal
Aa [a] Jj [je] Ss [es]
Bb [be] Kk [k] Tt [te]
Cc [ce] Ll [el] Uu [u]
Dd [de] Mm [em] Vv [fe]
Ee [e] Nn [en] Ww [we]
Ff [ef] Oo [o] Xx [eks]
Gg [ge] Pp [pe] Yy [ye[
Hh [ha] Qq [ki] Zz [zet]
Ii [i] Rr [er]
A.2 Huruf Diftong
Huruf diftong adalah gabungan dua vokal
berurutan yang menciptakan bunyi luncuran
(bunyi yang berubah kualitasnya) yang
berbeda dengan lafal aslinya
A.3 Huruf Diagraf

- Huruf duagraf adalah gabungan 2 huruf konsonan, yaitu:


kh seperti dalam kata khusus, akhir
ng seperti dalam kata ngilu, bangun
ny seperti dalam kata nyata, anyam
sy seperti dalam kata syair, asyik

- Setiap pasangan menghasilkan 1 fonem/1 bunyi yang


dapat membedakan arti. Karena itu, kh,ng,ny,sy masing-
masing dihitung sebagai 1 konsonan
B. Penulisan Huruf

1. Penulisan Huruf Besar (Kapital)


2. Penulisan Huruf Miring
B.1 Penulisan Huruf Kapital
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung (Contoh : Ibu
bertanya)

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama Tuhan, nama agama, dan kitab
suci; termasuk kata ganti untuk Tuhan (Contoh : Allah)

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda (Contoh : Sudahkah
Anda tahu?)

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang di ikuti dengan nama orang (Contoh : Haji Agus Salim ; bedakan : ia
pergi naik haji)

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama, jabatan, pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat (Contoh : Gubernur Imam Utomo ; bedakan : Siapa
gubernur yang baru dilantik itu?)
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang (Contoh : Chandra Hamzah)

8. Huruf kapital dipaka sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa (Contoh : bangsa
Indonesia)

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuaan (Contoh : Kapan
Bapak berangkat? tanya Harto)

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah
(Contoh : bulan September)

11. Huruf kapital dipakai sebagai nama geografi (Contoh : Laut Jawa)

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi (Contoh : Republik Indonesia)

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan
judul karangan kecuali kata seperti di,ke,dari, dan, yang dan untuk yang tidak terletak pada posisi
awal (Contoh : Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Boma)
B.2 Huruf Miring
1. Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan
nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan (Contoh : majalah Bahasa dan Kesusatraan)

2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan


kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya (Contoh : Garcinia mangostana)

3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan


atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata (Contoh : Buatlah kalimat dengan kata
berlepas tangan)
C. Penulisan
Kata
1. Kata Dasar
2. Kata Turunan (Kata berimbuhan)
3. Kata Ulang
4. Gabungan Kata
5. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
6. Kata Depan / preposisi (di, ke, dari, dalam,
Kepada, pada)
7. Kata Sandang (si dan sang)
8. Partikel
9. Singkatan dan Akronim
10. Angka dan Lambang Bilangan
C.1 Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu


kesatuan

Misalnya :
Kantor pos sangai ramai
(Kalimat ini dibangun dengan gabungan kata
dasar)
C.2 Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya :
Bergerigi ketetapan sentuhan
Gemetar mempertanyakan terhapus

2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahului.
Misalnya :
Diberi tahu, beritahukan
Bertanda tangan, tanda tangani
Berlipat ganda, lipat gandakan

3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya :
Memberitahukan
Ditandatangani
Melipatgandakan
C.3 Kata Ulang

- Bentuk ulang dan kata ulang ditulis secara


lengkap dengan menggunakan kata tanda
hubung.

- Misalnya :
Anak-anak, berjalan-jalan, biri-biri, buku-buku,
dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara, kupu-
kupu, laba-laba, lauk-pauk.
C.4 Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah (Contoh : duta besar, kerja sama, kereta api cepat, meja tulis,
orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata kuliah)

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan
(Contoh : alat pandang-dengar (audio-visual aid), anak, istri, saya (keluarga), ibu-bapak
(orang tua))

3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu
sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata (Contoh : acapkali, apabila, bagaimana,
barangkali, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputera, daripada,
darmabakti, halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif,
saputangan)

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangakai (Contoh : Adibusana, anatakota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa,
inkonvensional, konposer, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana,
nonkolesterol, neokolonialisme paripurna, prasangka, purnawirawan, tunawisma)

5. Jika bentuk terikat oleh kata yang huruf awalnya kapital, diantara kedua unsur kata itu
dituliskan tanda hubung (-) (Contoh : non-Asia, neo-Nazi)
C.5 Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya

1. Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk sigkat dari kata aku dan engkau,
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
aku.. = aku bawa, aku ambil
ku.. = kubawa, kuambil
engkau.. = engkau bawa, engkau ambil
kau.. = kaubawa, kauambil

2. Kata ganti ku dan mu sebagai bentuk singkat dari aku dan kamu,
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
..kamu = sepeda kamu
mu = sepedamu
..aku = rumah aku
ku = rumahku

3. Kata ganti nya selalu ditulis dengan kata yang mendahului.


nya = bukunya
C.6 Kata Depan di,ke, dan dari

-Kata depan di,ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali didalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata
seperti kepada dan daripada.

Misalnya :
Tinggalah bersama saya di sini.
Di mana orang tuamu?
Saya sudah makan di restoran.
Ibuku sedang ke luar kota.
Ia pantas tampil ke depan
Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar.
Bram berasal dari keluarga terpelajar.

Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.


Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti.
Kami percaya kepada Anda
C.7 Kata sandang si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata


yang mengikutinya.
C.8 Partikel
1. Partikel -lah dan -kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
Siapakah tokoh yang menentukan radium?

2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.


Misalnya :
Bukan hanya saya, melainkan dia pun turut serta.
Catatan : Kelompok yang padu berikut ini ditulis serangkai : adapun, andaipun, bagaimanapun,
biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Misalnya :
Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui .
Bagaimanapunjuga akan dicobanya mengajukan permohonan itu.
Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi.
Walaupun hari hujan, ia datang juga.

3. Partikel per yang berarti demi dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau
mengikutinya.
Misalnya :
Mereka masuk kelas satu per satu. (satu demi satu)
Harga kain itu Rp 8.000,00 per meter (tiap meter)
C.9 Singkatan dan Akronim
(I) Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Adapun aturan penulisannya adalah
sebagai berikut.
a. Setiap menyingkat satu kata, dipakai satu tanda titik
nomor disingkat no.
halaman disingkat hlm.
b. Bila menyingkat dua kata, dipakai dua titik
loco citato disingkat loc. cit.
atas nama disingkat a.n.
Akan tetapi, singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf awal kata yang disingkat, ditulis tanpa titik
Perseroan Terbatas disingkat PT
Amerika Serikat disingkat AS
c. Bila menyingkat tiga kata atau lebih, pada akhir singkatannya dipakai satu tanda titik
dan kawan-kawan disingkat dkk.
dan lain-lain disingkat dll.
Akan tetapi singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf awal kata yang disingkat, ditulis tanpa titik.
BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
DKI (Daerah Khusus Ibukota)
d. Penulisan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak di ikuti titik.
Au aurum
TNT trinitrotoleun
cm centimeter
C.9 Singkatan dan Akronim
(II) Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal kata atau gabungan suku
kata dari deret kata yang disingkat. Akronim dibaca diperlakukan sebagai kata. Ada tiga
ketentuan dalam penulisan akronim.

a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata yang disingkat,
seluruhnya ditulis dengan huruf kapital.
FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)
ISPA (Infeksi Salurana Pernafasan Atas)

b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital dan tidak diakhiri oleh tanda
titik.
Bappenas(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)

c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan
huruf kecil (lower case).
radar radio detecting and ranging
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
C.10 Angka dan Lambang
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka
Arab atau Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1000)

2. Angka digunakan untuk menggunakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu, (iii)
nilai uang, dan (iv) kuantitas.
19 meter 4 ons 9 hektar 65 liter
Pukul 15.30 10 detik 30 meenit 5 jam
Rp 10.000,00 USS 3.50 500 Yen Y500

3. Angka dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Jalan Sentosa III No. 152
Rumah Susun Perumnas Klender, Blok F2, No. 10

4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Bab X, Pasal 5, halaman 354
Surat Annisa: 9
C.10 Angka dan Lambang
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
- Bilangan utuh
Dua belas 12
- Bilangan pecahan
Setengah

6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
lihat Bab II, Pasal 5 dalam bab ke-2 buku itu

7. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah
sehingga susunan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada
awal kalimat.
Lima puluh orang tewas akibat bencana alam itu.
Bukan : 50 orang tewas akibat bencana itu.
D. Penulisan Unsur
Serapan
Maksud unsur serapan disini yaitu sering
kalinya mangambil dan menyerap unsur asing
tanpa memperhatikan aturan, situasi, dan
kondisi yang ada.

Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan


dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua
bagian, yaitu :
1.Secara adaptasi
2.Secara asimilasi
D.1 Proses
Adaptasi
Proses adaptasi bila sebuah kata secara utuh
diserap tanpa adanya perubahan dan
pelafalan.

Contoh : coffee break, money politics, money


changer, super power, reshuffle
D.2 Proses
Asimilasi
Proses asimilasi ialah bila sebuah kata asing diserap ke
bahasa Indonesia dengan perubahan sesuai pengucapan
dan bentuk penulisan.

Contoh :
-contingent kontingen dilafalkan kontingen
-effective efektif dilafalkan efektif
-Carierkarier dilafalkan karier
- percentagepersentase dilafalkan persentase
E. Pemakaian tanda
baca
Pemakaian tanda baca meliputi :
1. Tanda Titik (.)
2. Tanda koma (,)
3. Tanda Tanya ( ? )
4. Tanda Seru ( ! )
5. Tanda Titik Koma ( ; )
6. Tanda Titik Dua ( : )
7. Tanda Elipsis ()
8. Tanda Garis Miring ( / )
9. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( )
10. Tanda Petik Tunggal ( )
11. Tanda Petik ( )
E.1 Tanda Titik
(.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh: Irwan S. Gatot
3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan.
Contoh: Dr. (doktor)
4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah
sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh: dll. (dan lain-lain)
5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
E.2 Tanda Koma
(,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang
berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat
tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
4. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak
kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat
pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu,
akan tetapi.
Contoh: Oleh karena itu, kamu harus datang.
6. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat
pada awal kalimat.
contoh: O, begitu.
7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh: Kata adik, "Saya sedih sekali".
8. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan
tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:Medan, 18 Juni 1984
E.3 Tanda Tanya
(?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Contoh:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.

2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk


menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
E.4 Tanda Seru
(!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan


yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat.

Contoh:
Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
Bersihkan meja itu sekarang juga!
Sampai hati ia membuang anaknya!
Merdeka!
E.5 Tanda Titik Koma
(;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.

2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan


kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk
sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu
sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-
nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik
mendengarkan siaran pilihan pendengar.
E.6 Tanda Titik
Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
Contoh:
Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Contoh:
Ketua : Axel
Wakil Ketua : Putri
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex : "Siap, Boss!"
E.6 Tanda Titik Dua
(:)
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di
antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9

5. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).


Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.

6. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
E.7 Tanda Elipsis
(....)
1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus,
misalnya untuk menuliskan naskah drama.
Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau


naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan
langsung.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu
dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai
penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan
hati-hati ....
E.8 Tanda Garis Miring
(/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat
dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
Jalan Kramat III/10

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai
tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:
harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)
7/8 atau 78

3. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda


aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi .
Contoh: 10 2 = 5.
Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis
pembagi dapat dipakai.

4. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.
E.9 Tanda
Penyingkat/apostrof ()
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan
bagian kata atau bagian angka tahun.

Contoh:
Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
1 Januari '88 ('88 = 1988)
Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks
prosa biasa.
E.10 Tanda Petik Tunggal
(.....)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang
tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:
Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring'
tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak
anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku
lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

2. Tanda petik tunggal mengapit makna,


terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Contoh: feed-back 'balikan'
E.11 Tanda Petik
(.....)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Contoh:
Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Contoh:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang
tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti
khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
E.12 Tanda Kurung Siku
([....])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau
kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada
kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau
kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam


kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya
dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 3538])
perlu dibentangkan di sini.
E.13 Tanda Kurung
((....))
1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas
dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Contoh:
Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem
satelit domestik di Indonesia.
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c)
promosi.

Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti tanda
kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
Contoh:
Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 18851919) (dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv)
merupakan seorang pemimpin Ukraina.
Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 18851919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv, merupakan
seorang pemimpin Ukraina.
E.14 Tanda Pisah (,
)
1a. Tanda pisah em () membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan
penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh: Wikipedia Indonesiasaya harapkanakan menjadi Wikipedia terbesar.
1b. Tanda pisah em () menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan inievolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan
atomtelah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
2a. Tanda pisah en () dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai
dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh:
19191921
MedanJakarta
1013 Desember 1999
2b. Tanda pisah en () tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau
bersama tanda kurang ().
Contoh:
dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 4565
antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 14921499
4 sampai 6 C, bukan 46 C
E.15 Tanda Hubung
(-)
1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan
notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
2. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Contoh:
p-e-n-g-u-r-u-s
3. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:
ber-evolusi dengan be-revolusi
4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan
rangkap.
Contoh:
se-Indonesia
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Contoh:
di-charter
SIMPULAN
EYD (Ejaan yang Disempurnakan)
adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia
yang mengatur penggunaan bahasa
Indonesia dalam tulisan, mulai dari
pemakaian dan penulisan huruf kapital dan
huruf miring, serta penulisan unsur
serapan. EYD disini diartikan sebagai tata
bahasa yang disempurnakan.
SEKIAN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai