Anda di halaman 1dari 9

Makalah Ejaan dan Diksi Bahasa Indonesia

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Dosen Pengampu


Dini Adriani, S.Pd., M.Li.

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Alya Kusuma Dani / 205020401111041


2. Amanda Sella Intan Sari / 205020401111037
3. Aqilah Dhau’ Farahnizar / 205020401111038
4. Boy Frahansah Berutu / 205020400111046
5. Fauzul Azim Muhajir / 205020400111048
6. Imelda Indri Nurhalizah / 205020401111043
7. Muhammad Fahrizal Zuhri / 205020407111011
8. Muhammad Iqbal Andra Satria / 205020407111016

FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020

1
EJAAN BAHASA INDONESIA

A. PENGERTIAN EJAAN
Kata “ejaan” berasal dari kosakata bahasa Arab hija’ menjadi eja yang mendapat
akhiran –an. Huruf yang dieja disebut huruf hijaiyah. Mengeja adalah membaca huruf demi
huruf. Ejaan adalah sistem tulis-menulis yang dibakukan (distandarisasikan). Ejaan
merupakan keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana
hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu
bahasa).
Ejaan adalah suatu keseluruhan system penulisan bunyi-bunyi bahasa yang meliputi:
a. Perlambangan fonem dengan huruf (tata bunyi)
b. Ketentuan penulisan satuan-satuan bentuk kata misalnya kata dasar, kata ulang, kata
majemuk dan lain sebagainya.
c. Ketetapan cara menulis kalimat dan bagian-bagian dengan menggunakan tanda baca.
Adapun ejaan yang pernah berlaku di Indonesia adalah :
1. Ejaan Van Ophuysen
2. Ejaan Republik / Ejaan Suwandi
3. Ejaan Melindo
4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

B. TUJUAN EJAAN
Fungsi ejaan yang utama adalah untuk menunjang pembakuan tata bahasa Indonesia
baik kaitannya dengan kosa kata maupun dengan peristilahan. Ejaan sangat penting dan perlu
untuk diprioritaskan.

C. JENIS EJAAN
● Ejaan Van Ophuysen

Ejaan Van Ophuysen disebut juga ejaan balai pustaka. Masyarakat pengguna
bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai dengan 1947. ejaan ini merupakan karya
Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901).

Ciri khusus ejaan Van Ophysen adalah :


1. huruf /u/ ditulis /oe/
2. koma hamzah /k/ ditulis dengan tanda /’/ pada akhir kata, misalnya bapa’, ta’

2
3. jika pada suatu kata berakhiran huruf /a/ mendapat akhiran /i/ maka diatas akhiran itu
diberi tanda trema /”/
4. huruf /e/ yang pelafalannya keras diberi tanda /’/ di atasnya. Contoh pada kata /emek/
ditulis /ema’/
5. kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (dibaca: janda-janda)
6. Kata majemuk ditulis dengan tiga cara :
a. dirangkai menjadi satu, misalnya hoeloebalang, apabila, dsb
b. dengan menggunakan tanda penghubung misalnya rumah-sakit, anak-negeri
c. dipisahkan, misalnya anak negeri, rumah sakit

● Ejaan Repulik/Ejaan Suwandi

Ejaan Republik dimuat dalam surat utusan Menteri P dan K Mr. Soewandi No.
264/Bhs. A tanggal 19 Maret 1947 oleh sebab itu ejaan ini disebut Ejaan Suwandi. Sistem
ejaan Suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia. Pada dasarnya ejaan
ini sama dengan Van Ophuysen, hanya saja ada beberapa penyederhanaan dan perubahan.
Ciri khusus ejaan Republik / Suwandi adalah sebagai berikut :
a. Huruf /oe/ dalam ejaan Van Ophuysen berubah menanda /u/
b. Tanda trema pada huruf a dan I dihilangkan.
c. Koma ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan /k/
misalnya kata’ menjadi katak.
d. Huruf /e/ keras dan /e/ lemah ditulis tidak menggunakan tanda, misalnya ejaan,
seekor, dsb.
e. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara. Contohnya :
1. Tata laksana
2. Tata-laksana
3. Tatalaksana
f. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan /e/ lemah (pepet)
dalam bahasa indonesia ditulis tidak menggunakan /e/ lemah. Misalnya : /putra/
bukan /putera/, /praktek/ bukan /peraktek/

● Ejaan Melindo

Ejaan Melindo (melayu-indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan


melayu dan Indonesia. Perumusan ini berangkat dari kongres bahasa Indonesia II tahun
1954 di Medan, Sumatera Utara. Kemudian pada tahun 1959 dirumuskan Ejaan Malindo

3
tersebut. Sayangnya, Ejaan Malindo belum sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari
karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia.

● Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD )

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan penyempurnaan dari ejaan-ejaan


sebelumnya. EYD diresmikan pada saat pidato kenegaraan memperingati HUT
Kemerdekaan RI XXVII, 17 Agustus 1972. kemudian dikukuhkan dalam Surat Keputusan
Presiden No. 57 tahun 1972. EYD ini hasil kerja panitia ejaan Bahasa Indonesia yang
dibentuk pada tahun 1966.
a. Gabungan kata yang sudah dianggap senyawa (satu kata) ditulis serangkai.
Contohnya : Akhirulkalam, Assamualaikum, hulubalang, matahari, dsb.
b. Kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang dimiliki.
Contohnya : kumiliki, dipukul, barangmu, pacarku, pacarnya, dsb.
c. Kata depan di dan ke ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Contohnya :

Bentuk Benar Bentuk Salah

Di surabaya Disurabaya

Ke singapura Kesingapura

Ke sana Kesana

Di kebun Dikebun

Ke sini Kesini

Di sini disini

d. Partikel pun terpisah dari kata yang mendahuluinya, kecuali pun yang sudah menjadi
kelompok kata.
Contohnya :
1. Kapan pun Aku tetap menantinya
2. Siapa pun orangnya, boleh meminjam buku ini.
3. Walaupun seribu tahun Aku tetap menunggu. (walaupun adalah
kelompok kata)
4. Meskipun demikian aku tak akan marah. (meskipun merupakan kelompok kata)

4
e. Penulisan si dan sang dipisahkan dari kata yang mengikutinya.
Contohnya :
1. Si penjual bakso bukan sipenjual bakso
2. Si pengirim bukan sipengirim

f. Partikel per berarti tiap-tiap dipisahkan dari kata yang mengikutinya.


Contohnya :
1. Per orang bukan perorang
2. Per lembar bukan perlembar
3. Per kilogram bukan perkilogram

D. KESALAHAN EJAAN

Bentuk Salah Bentuk Benar

penelitian Penelitian

tingka laku Tingkah laku

Menggerakan Menggerakkan

Altermatif Alternatif

Letak kesalahan pada penulisan kata di samping ialah tidak menggunakan huruf
kapital setelah adanya tanda titik, padahal yang sebenarnya harus menggunakan huruf kapital
sesudahnya. Serta kesalahan penulis kata dan penempatan tanda titik yakni kapan seharusnya
kita menggunakan tanda titik.

DIKSI BAHASA INDONESIA

A. PENGERTIAN DIKSI
Diksi atau pilihan kata adalah hasil dari upaya memilih kata yang tepat untuk dipakai
dalam suatu tuturan bahasa. Diksi bukan sekedar memilih yang tepat tetapi untuk

5
menentukan kata mana yang cocok digunakan dalam kalimat yang maknanya tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang diakui masyarakat.
Contohnya : kata mati, yang bermakna meninggal,wafat,kembali ke haribaan tuhan

B. FUNGSI DIKSI
- Untuk mencegah kesalahpahaman.
- Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
- Untuk Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.- Supaya suasana yang
tepat bisa tercipta.
- Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga
menyenangkan pendengar atau pembaca.

C. SYARAT KETEPATAN DIKSI


1. Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat.
2. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, misalnya: adalah,
ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakaiannya berbeda-beda.
3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaanya, misalnya: inferensi
(kesimpulan) dan interferensi (saling mempengaruhi).
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri.
5. Menggunakan imbuhan asing. (jika diperlukan)
6. Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar.
7. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat.
8. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat.

D. KLASIFIKASI KATA BERDASARKAN DIKSI

● Denotatif dan Konotatif


Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna
wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu
pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif
disebut makna konseptual. Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu
kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan.Makna kata makan seperti ini adalah makna
denotatif.
Konotatif adalah makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial pribadi
dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Makna

6
konotatif tidak tetap. Misalnya kamar kecil mengacu pada kamar yang
kecil(denotatif), tetapi kamar kecil berarti jamban (konotatif).

● Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna
yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Contohnya wafat = meninggal.

● Antonim
Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim
disebut juga dengan lawan kata. Contohnya naik >< turun.

● Homonim
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang
sama, dan ejaannya sama.
Contoh:
- Bu Andi bisa membuat program perangkat lunak komputer dengan berbagai
bahasa pemrograman (bisa = mampu).
- Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun).

● Homofon
Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang
sama, dan ejaannya berbeda.
Contoh:
- Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu)
- Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa (massa =
masyarakat umum)

● Homograf
Homograf adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang
beda, dan ejaannya sama.
Contoh:
- Bapak dia seorang pejabat teras pemerintahan yang menjadi tersangka korupsi
(teras= pejabat tinggi).
- Kami tidur di teras karena kunci rumah dibawa oleh Andi (teras = bagian
rumah).

● Polisemi
Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian.

7
Contoh: - Kepala desa
- Kepala surat

● Hiponim
Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim.
Contoh : Lumba-lumba, tenggiri, hiu, nila, mujair, sepat, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

http://hendro-cyberr.blogspot.com/2013/04/tugas-makalah-diksi-dan-ejaan-bahasa.html

https://www.academia.edu/27424441/Makalah_Bahasa_Indonesia

https://bahasa.foresteract.com/kaidah-ejaan/#:~:text=Fungsi%20ejaan%20yang%20utama
%20adalah,Sebagai%20landasan%20pembakuan%20tata%20bahasa

8
9

Anda mungkin juga menyukai