Anda di halaman 1dari 25

TUGAS BAHASA INDONESIA

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN

(EJAAN YANG DISEMPURNAKAN, DIKSI KEILMUAN, KALIMAT KEILMUAN, P


ARAGRAF KEILMUAN)

Disusun oleh:

Ahmad Khoirul N. (0911310003)

Khoirunnisa (0911310016)

Adib Mustain (0911310032)

M. Jalaludin Fida (0911310048)

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat d


ituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami informasi di segala aspek ke
hidupan sosial secara baik dan benar sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, ba
hasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat. Baik sebaga
i alat komunikasi secara langsung maupun dapat digunakan sebagai alat komunikasi sec
ara tulisan.

Dalam Bahasa Indonesia Keilmuan penulisan menggunakan bahasa baku sangat p


enting. Menggunakan kata baku dimaksudkan untuk menghindari pengaruh dialek bahas
a daerah atau logat asing karena yang menggunakan hasil karya Bahasa Indonesia Keil
muan misalkan karya ilmiah bukan hanya dari golongan penulis tersebut tetapi siapa saj
a yang membutuhkannya. Pemilihan kata dalam Bahasa Indonesia Keilmuan juga harus
tepat, hal ini dimaksudkan agar kalimat yang tersusun dapat dengan mudah dipahami ol
eh pembaca. Selain itu penyusunan kata maupun kalimat yang runtut dan sistematis juga
harus dicermati agar tidak menimbulkan kebingungan dan juga salah tafsir dari pembac
a. Hal ini sangat penting untuk dipahami. Dalam Bahasa Indonesia Keilmuan, terdapat d
ua karakteristik. Yang pertama yaitu karakteristik umum dan yang kedua adalah karakte
ristik khusus.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini:

1. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam Ejaan Yang Disempurnakan.

2. Mahasiswa dapat membedakan kalimat-kalimat yang sudah disempurnakan maup


un yang belum disempurnakan.

3. Mahasiswa dapat mengetahui arti penting dalam kita mempelajari Ejaan yang dise
mpurnakan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui tentang bagaimana tata bahasa keilmuan.

5. Dapat m enget ahui m acam -m acam kal i m at dan para gra f k ei l m uan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ejaan Yang Disempurnakan

Ejaan merupakan keseluruhan peraturan penggambaran lambang-lambang bunyi u


jar suatu bahasa dan hubungan lambang satu dengan lambang lain baik dalam penggabu
ngan ataupun dalam pemisahannya. Keseluruhan peraturan ini hanya berlaku dalam bah
asa tertentu karena ejaan hanya bersifat konvensi yang merupakan kesepakatan pemakai
an bahasa tertentu. Karena bersifat kovensional, maka system ejaan bahasa satu dengan
bahasa lainnya akan berbeda walaupun kedua bahasa itu menggunakan lambang, uruf da
n alfabetik yang sama.

Bahasa Indonesia saat ini telah memiliki kaidah penulisan atau ejaan yang telah di
bakukan, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang biasa dikenal dengan
EYD. Kaidah ejaan tersebut terulang dalam buku Pedoman umum Ejaan Bahasa Indone
sia yang Disempurnakan. Dalam buku tersebut ejaan bahasa Indonesia pembahasannya
dikelompokkan menjadi 3, yaitu: (1) penulisan huruf, (2) penulisan kata, dan (3) pemak
aian tanda baca. Setiap kelompok kaidah tersebut masih terbagi atas sejumlah kaidah ya
ng lebih kecil.

Dalam bahasa Indonesia keilmuan, EYD digunakan adalah ejaan standar yang tun
duk pada kaidah tata bahasa Indonesia yang berlaku. Bentukan ejaan standar dapat mem
ilih tiga bentuk, yakni bentukan dengan cara afiksasi, redublikasi atau pengulangan, dan
pemajemukan atau penggabungan kata.

A. Penulisan huruf

Pemakaian huruf capital dan huruf miring

a. Huruf capital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat danhuruf pertama petikan langsung.

Contoh:

Ibu bertanya,Kapan kamu pulang?


Kita harus bekerja keras
b. Huruf capital digunakan dalam ungkapan yang berhubungan dengan keagam
aan, kitab suci, nama tuhan, dan nama gantinya.

Contoh:

Allah SWT
Yang Mahakuasa
Rahmat Nya
Islam
Kristen
c. Digunakan dalam huruf pertama nama bangsa, suku dan bahasa; tahun, bula
n, hari raya dan peristiwa sejarah.

Contoh:

bangsa Indonesia
tahun Masehi
hari Minggu
hari Kebangkitan Nasional
d. Huruf pertama nama dalam khas geografi.

Contoh:

Danau Toba
Jalan Joyosuko
Limboto Barat
e. Huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintah, ketatanegaraan, dan
dokumen resmi.

Contoh:

Majelis Permusyawaratan Rakyat


Departemen Pemerintah dan Pariwisata
f. Singkatan nama delar dan sapaan; huruf pertama kata petunjuk hubungan ke
kerabatan yang dipakai sebagai kata ganti.

Contoh:

Ir. Maryati
Kapan Saudara dating?
Silakan masuk, Nak!
Pemakaian huruf miring

Huruf miring (jika menggunakan mesin ketik diganti dengan garis bawah) diguna
kan dalam hal-hal berikut:

a. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karang
an.

Contoh:

Majalah Tempo
Harian Kompas
b. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.

Contoh:

Bab ini tidak membicarakan


Huruf pertama kata abad ialah a.
c. Menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaik
an ejaannya.

Contoh:

Penataran merupakan kata lain dari upgrading


Kupu-kupu termasuk serangga dalam ordo Lepidoptera.
B. Penulisan kata

Penulisan kata disesuaikan dengan proses morfologinya. Proses morfologis


merupakan peristiwa penggabungan morfem satu dengan lain menjadi kata. Dari s
egi strukturnya, kata dapat digolongkan atas dua macam, yaitu kata yang bermorfe
rm tunggal (monomorfemis) dan kata yang bermorfem lebih dari satu (polimorfe
mis).

Contoh:

monomorfermis : pergi, makan


polimorfemis: bekerja, murid-murid, saputangan
a. Kata dasar

kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu akan pulang besok pagi

b. Kata turunan/jadian
Imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata da
sarnya. Contoh: bersambung, menyanyi, dan kawanan.

Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mend
ahului atau mengikutinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Contoh: bersuka ria, membabi buta

c. Kata ulang

Bentuk kata ulang ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Cont
oh: sehat-sehat, terus-menerus.

d. Kata ganti

Kata ganti ku, kau, mu dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahu
lui atau yang mengikutinya.

e. Kata depan

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kec
uali didalam kata yang sudah dianggap sebagai satu kesatuan, seperti kepala
dan daripada.

f. Kata sandang

Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh: si pemili
k kebun cengkeh itu sedang sakit.

C. Pemakaian tanda baca

Tanda baca-tanda baca berikut ini dipisah satu spasi dari huruf yang mengik
utinya. Tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tand
a Tanya (?), dan tanda seru (!). tanda baca-tanda baca berikut ini dipisah satu spasi
dari huruf atau tanda lain yang mendahuluinya.

a. Titik (.)

Tanda titik dipakai dalam hal-hal berikut:

Mengakhiri kalimat yang buan pertanyaan atau seruan dan pada akhir
singkatan nama orang. Contoh: kami sekeluarga tinggal di Malang, A.
A. Fikri

Pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan. Contoh: M.B.
A. (Master of Bussiness Administration), M.Sc. (Master of Science)
Pada singkatan kata yang sangat umum. Pada singkatan kata yang terd
iri atas tiga huruf atau lebih lebih digunakan satu tanda titik. Contoh: a
.n. (atas nama), Yth. (yang terhormat)

Memisahkan angka jam, menut, detik yang menunjukan waktu atau ya


ng menunjukan jangka waktu. Contoh: pukul 10.20.30 (pukul 10 lewat
20 menit 30 detik)

b. Koma (,)

Tanda koma dipakai untuk hal-hal berikut:

Memisahkan unsure-unsur dalam suatu perincian. Contoh: Ibu membu


tuhkan gunting, pisau dan lem.

Memisahkan kalimat setara yang didahului kata tetapi, melainkan, dan


lain sebagainya. Contoh: dia bukan pemilik toko itu, tetapi pemilik to
ko ini.

Memisahkan anak kalimat dan induk kalimat, jika anak kalimat menda
hului induk kalimat. Contoh: karena sakit, dia tidak bisa rose .

Dibelakang kata seru. Contoh: Wah, kamu hebat!; oh, begitu.

Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dala kalimat, dan untuk
meyatakan angka decimal. Contoh: jangan sentuh barang itu, kata F
rida dan 20,57

Antara nama dan alamat, bagian, bagian dari alamt, tempat dan tangga
l, serta nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. C
ontoh: barang ini dikirimkan kepada Dekan Fakultas Pertanian Univer
sitas Brawijaya Malang, Jalan Veteran 7, Malang.

Antara nama orang dengan gelar akademik yang mengikutinya, untuk


membedakan dari singkatan marga atau nama keluarga. Contoh: Enda
ng Purnomowulan, S.Pd.

Untuk mengapit keterangan hambatan dan keterangan aposisi. Contoh:


Tetangga saya, Pak Hamid, baik sekali.

c. Titik koma (;)

Tanda titik koma dipakai untuk hal-hal berikut:


Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Contoh:
malam makin larut; pengunjung juga belum sepi.

Memisahkan kalimat setara didalam kalimat majemuk sebagai pengga


nti kata majemuk. Contoh: ayah memperbaiki kendaraan; ibu memper
siapkan perbekalan; dan adik membersihkan halaman.

d. Titik dua (:)

Tanda titik dua dipakai dalam hal-hal berikut:

Pada akhir suatu pernyatan yang lengkap, bila diikuti perian. Contoh:
yang perlu dilakukan saat ini adalah barang-barang perlengkapan sepe
rti: meja, bangku, papan tulis, dan alat tulis.

Pada kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Contoh:

Ketua : Imam Syafii

Sekretaris : Yuniarti S.

Bendahara : Sri Yuanita

Diantara jilid atau nomor buku/majalah dan halaman, antara bab dan a
yat dalam kitab suci, atau antara judul dan dan anak judul suatu karan
gan.

e. Tanda hubung (-)

Tanda hubung dipakai dalam hal-hal berikut:

Menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris. Con


toh: banyak hal-hal yang me-narik. kurangnya kesadar-an.

Menyambung rose -unsur kata ulang. Contoh: sambung-menyambung,


kehitam-hitaman, bermain-main.

Menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu. Contoh: p-e-m-b-e-


l-a-j-a-r-a-n dan 18-12-1993

Merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang diawali dengan huruf


capital, ke- dengan angka, angka dengan an singkatan uruf capital de
ngan imbuhan. Contoh: Se-Jawa Timur dan tahun 90-an

Merangkaikan unsure bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Contoh:


pen-charter-an, di-tackle
Memperjelas bagian-bagian ungkapan. Contoh: Istri-perwira yang ram
ah dengan istri perwira-yang ramah.

f. Tanda pisah ()

Tanda pisah (jika menggunakan mesin ketik, gunakan dua tanda hubung ()
dipakai untuk hal-hal berikut.

Membatasi kata atau kelompok kata yang member penjelasan khusus


diluar bangun kalimat dan menegaskan adanya aposisi atau keterangan
dalam kalimat. Contoh: kemerdekaan bangsa itusaya yakin akan ter
capaidiperjuangkan oleh bangsa itu sendiri dan rangkaian penemua
n ituevolusi, teori keinbisan, dan kini pembelahan atomtelah men
gubah konsepsi kita tentang alam semesta.

Di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan. Con
toh: 19451987

g. Tanda elipsi ()

Tanda elipsi dipakai untuk hal-hal berikut:

Menggambarkan kalimat yang terputus-putus. Contoh: kalau demikian


ya, marilah kita berangkat sekarang.

Menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangka


n. Contoh: sebab-sebab terjadinya akan diteliti lebih lanjut.

h. Tanda Tanya (?)

Tanda-tanya dipakai dalam hal-hal berikut:

Mengakhiri kalimat Tanya. Contoh: kalian dari mana?

Menyatakan adanya keraguan (?). contoh: peristiwa itu terjadi pada ta


hun 1968(?)

i. Tanda seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan berupa seruan atau pe
rintah, menggambarkan kesungguhan, ketidak pastian, atau rasa emosi yang
kuat. Contoh: singkirkan barang itu sekarang juga! Dan alangkah kejinya pe
rbuatan itu!

j. Tanda kurung (())


Tanda kurung dipakai dalam hal-hal berikut:

Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Contoh: DIP (daftar i


sian proyek)

Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan merupakan bagian i


ntegral pokok pembicaraan. Contoh: sajak Tranggono yang berjudul
Ubud (nama suatu tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 19
62

Mengapit angka atau huruf yang merinci satu seri keterangan. Contoh:
factor-faktor produksi menyangkut masalah (1) modal, (2) tenaga kerj
a, dan (3) manajemen.

k. Tanda kurung siku ([])

Tanda kurung siku digunakan untuk hal-hal berikut:

Mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambah
an pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain, dalam nas
kah aslinya. Contoh: mereka men[d]engar bunyi ledakan.

Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kur


ung. Contoh: (perbedaan antara dua rose situ [lihat bab III] tidak diung
kapkan secara jelas)

l. Tanda petik ()

Tanda petik digunakan dalam hal-hal berikut:

Mengapit petikan langsung dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertu


lis lainnya. Contoh: sudah siap? Tanya Amin

Mengapit judul syair, karangan dan bab buku apabila dipakai dalam k
alimat. Contoh: sajak Bola Lampu cukup menarik untuk dibaca.

m. Tanda petik tunggal ()

Tanda petik tunggal dipakai untu hal-hal berikut.

Mengapit petikan yang tersusun didalam petikan lain. Contoh: kau de


ngar bunyi kring-kring itu?, Tanya Asri.

Mengapit terjemahan,penjelasan kata atau ungkapan asing. Contoh: m


astery learning belajar tuntas
n. Tanda garis miring (/)

Tanda garis miring dipakai dalam hal-hal berikut:

Dalam penomoran kode surat. Contoh: No.6/Q/1990

Sebagai pengganti kata dan, atau per atau nomor alamat. Contoh: pem
uda/pemudi dan harganya Rp 1000/biji

o. Tanda penyingkat/apostrof ()

Tanda apostrof digunakan untuk menunjukan adanya penghilangan bagian k


ata. Contoh: Ali lah tiba. (lah berarti telah).

2.2 Diksi Keilmuan

Diksi itu sendiri artinya adalah pilihan kata. Dalam Bahasa Indonesia Keilmuan a
da dua pertimbangan untuk pemilihan kata, yaitu kesesuaian dan ketetapan. Kesesuaian
berkaitan dengan kelazimannya sedangkan ketetapan berkaitan dengan acuan makna.

Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam ben
ak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja diubah saat digunakan dalam kalimat yang
berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui sa
at digunakan dalam kalimat.

Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, y
akni: masalah makna dan relasi makna.

1. Makna sebuah kata / sebuah kalimat mrpkan makna yang tidak selalu berdiri sendi
ri. Adapun makna menurut Chaer (1994) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :

a. Makna Leksikal dan makna Gramatikal

Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, sesuai


dengan hasil observasi alat indera/makna yang sungguh-sungguh nyata dala
m kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang y
ang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).

Makna Gramatikal adalah untuk menyatakan makna-makna atau nuan


sa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indon
esia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna sebu
ah buku menjadi buku-buku yang bermakna banyak buku.

b. Makna Referensial dan Nonreferensial


Makna referensial dan nonreferensial perbedaannya adalah berdasarka
n ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai refe
ren, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu.

Kata bermakna referensial, apabila mempunyai referen, sedangkan kat


a bermakna nonreferensial apabila tidak memiliki referen. Contoh: Kata mej
a dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonrefere
nsial)

c. Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarny
a yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif kea
daan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal.

Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna de


notatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yan
g menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas berm
akna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, t
etapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif posi
tif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.

d. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif

Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem ter
lepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki makna
konseptual sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai.

Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem/kata berke


naan dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bah
asa. Contoh: Kata melati berasosiasi dg suatu yg suci/kesucian. Kata merah
berasosiasi berani/paham komunis.

e. Makna Kata dan Makna Istilah

Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena be


rbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu
baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: Ka
ta tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan men
ahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi at
au air hujan.
Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan ke
pastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang ke
giatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat u
mum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditah
an sehubungan suatu perkara.

f. Makna Idiomatikal dan Peribahasa

Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berup


a baik kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari m
akna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan
tersebut. Contoh: Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan
memiliki makna hal yg disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, ru
mah yang terbuat dari kayu.

Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan,


maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, la
ksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa.

g. Makna Kias dan Lugas

Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada art
i sebenarnya.

Contoh: Putri malam, bermakna bulan.

Raja siang, bermakna matahari.

2. Relasi adalah hubungan makna yang menyangkut hal kesamaan makna (sinonim),
kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), keterca
kupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna (redunda
nsi) dan sebagainya. Adapun relasi makna terbagi atas beberapa kelompok yaitu :

a. Kesamaan Makna (Sinonim)

Sinonim adalah sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalima
t) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contoh:
Kata buruk dan jelek, mati dan wafat, bunga dan kembang

b. Kebalikan Makna (Antonim)

Antonim adalah ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang mak
nanya dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus b
erantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.
c. Kegandaan Makna (Polisemi dan Ambiguitas)

Polisemi adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang
memiliki makna lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tub
uh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari s
uatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala mej
a,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepal
a, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.

Ambiguitas atau ketaksaan adalah sebagai kata yang bermakna ganda /


mendua arti. Konsep ini tdk salah, tetapi kurang tepat sebab tdk dpt dibedak
an dengan polisemi. Contoh:

- Buku sejarah itu baru terbit

- Buku itu berisi sejarah zaman baru.

d. Ketercakupan Makna (Hiponimi)

Hiponimi adalah sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) y


ang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Con
toh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol t
ermasuk makna ikan.

e. Kelebihan Makna (Redundansi)

Redundansi dapat diartikan sebagai berlebih-lebihan dalam pemakaia


n unsur segmental pada suatu bentuk ujaran. Contoh : Bola di tendang si U
din, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan Bola ditendang oleh si Udi
n. Pemakaian kata oleh pada kalimat kedua dianggap sebagai suatu yang red
undansi, yang berlebih- lebihan, dan sebenarnya tidak perlu bahasanya, serta
mampu menggerakkan & mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jarrin
g-jaring kalimat yang jelas & efektif (Riski, 2010).

A. Pilihan Kata

Pilihan kata atau diksi adalah pemilihan kata-kata yang sesuai dengan apa y
ang hendak kita ungkapkan. Saat kita berbicara, kadang kita tidak sadar dengan ka
ta-kata yang kita gunakan. Maka dari itu, tidak jarang orang yang kita ajak berbica
ra salah menangkap maksud pembicaraan kita. Beberapa point-point penting tenta
ng diksi, yaitu :
Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dip
akai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan
kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan, dan gaya man
a yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa
-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untu
k menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa seju
mlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang
dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluru
han kata yang dimiliki suatu bahasa.

B. Kata-Kata Ilmiah

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tentu saja sudah sangat sering mendengar
kata ilmiah. Kata ilmiah seringkali dihubungkan dengan bidang pendidikan atau h
al-hal yang berbau ilmu pengetahuan.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ilmiah memiliki arti bersi
fat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan.
Namun, pengertian dari kata ilmiah itu sendiri tidak lantas menjelaskan keilmiaha
n dari sebuah karya atau kegiatan yang bersifat ilmiah. Untuk mengukur keilmiah
an suatu karya atau kegiatan perlu ada tolok ukur (Gorys, 2002).

2.3 Kalimat Keilmuan

Penulisan kalimat sangat penting untuk memperhatikan keefektifan kalimat terseb


ut. Keefektifan kalimat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi penulis dan pembaca. Dari sis
i penulis, kalimat dapat dikatakan efektif jika mampu membawa gagasan yang ingin dis
ampaikan penulis secara tepat dan akuran. Dan dari sisi pembaca, kalimat dikatakan efe
ktif jika tafsiran pesan yang dibaca sama dengan apa yang dimaksutkan dengan penulis.
Kalimat dikatakan efektif jika memiliki ciri gramatikal, logis, lengkap, sejajar, hemat, d
an ada penekanan.

1) Gramatikal
Kalimat memiliki ciri gramatikal jika kalimat tersebut disusun mengikuti kai
dah bahasa Indonesia yang berlaku. Untuk memperjelas pengertian tersebut, perha
tikan kalimat-kalimat berikut:
a. Pendapatmu tentang tafsiran karya sastra itu bersifat subjektif, tidak bisa
diterima olehku.
b. Mahasiwa Ekonomi akan ungkapkan perasaan mereka lewat unjuk karya
ilmiah.
c. Para petani tentu mengharapkan hasil panennya akan cepat terjual dan laba
banyak.
d. Di Negara-negara maju hampir setiap keluarga memiliki mobil pribadi di
mana hal ini sangat mungkin terjadi juga di Indonesia.
Empat kalimat di atas tidak gramatikal. Contoh kalimat (a) tidak gramatikal
karena strukturnya tidak benar, kalimat (b) tidak gramtikal karena bentukan kata tr
ansitifnya tidak benar, kalimat (c) tidak gramatikal karena karena penggunaan kat
a gantinya tidak tepat, dan kalimat (d) tidak gramatikal karena karena penggunaan
kata tanya di mana yang difungsikan secara kata sambung tidak benar.
2) Logis
Kalimat dikatakan logis jika jalan pikiran, atau gagasan keilmuan yang diny
atakan dalam kalimat dapat diterima kebenarannya oleh akal sehat pembaca. Perh
atikan contoh kalimat berikut:
a. Masalah perencanaan karangan ini mau saya jelaskan pada pertemuan
yang akan datang.
b. Di pabrik rokok Gudang Garam banyak membutuhkan tenaga kerja wanita,
terutama yang belum menikah.
Kedua kalimat di atas tidak logis. Kalimat (a) tidak logis karena pilihan kata
nya yang salah. Kata mau tidak tepat untuk konteks tersebut. Perencanaan karanga
n tidak mungkin mempunyai kemauan yang mempunyai kemauan adalah orangny
a. Contoh kalimat (b) tidak logis karena di pabrik rokok Gudang Garam tidak mun
gkin membutuhkan tenaga kerja wanita, yang membutuhkan itu adalah pabrik rok
ok Gudang Garam. Penempatan kata depan (di) sebelum subjek mengakibatkan ka
limat itu tidak logis.
3) Lengkap
Kalimat karya tulis ilmiah perbeda dengan kalimat percakapan sehari-hari d
alam hal kelengkapannya. Dalam kalimat keilmuan diperlukan penggunaan unsur-
unsur wajib, yakni penggunaan subjek, predikat, objek, dan keterangan secara jela
s dan fungsional. Perhatikan contoh kalimat berikut ini:
a. Agar tercipta lingkungan yang bersih membutuhkan tenaga, biaya, dan
partisipasi masyarakat yang mengelolanya.
b. Ketidakberhasilan para penguasaha kecil itu karena ketidaktahuan mereka
dalam mengelola usaha.
c. Para guru SD sebenarnya sudah berusaha menerapkan, tetapi KTSP itu
memang rumit.
d. Bank-bang di Indonesia sudah mulai berani meminjami pengusaha kecil.
Keempat kalimat di atas tidak lengkap. Contoh kalimat (a) tidak bersubjek;
kalimat (b) tidak berpredikat; kalimat (c) dan (d) tidak berobjek.
4) Sejajar
Kesejajaran kalimat artinya kesamaan atau keserasian unsur kebahasaaan, m
isalnya bentukan kata, atau pola struktur yang digunakan dalam suatu kalimat. Ga
gasan atau informasi keilmuan yang sama hendaknya dinyatakan dalam bentukan
kata atau pola struktur kalimat yang sama, sepadan atau sejajar. Perhatikan contoh
kalimat berikut ini:
a. Sangat disayangkan bahwa sampai saat ini pimpinan lembaga peneliitian
belum merekomendasi usulan penelitian ini.
b. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar keadaan menjadi sehat, di
antaranya adalah (i) berolahraga, (ii) istirahat secukupnya, dan (iii) minum
yang banyak.
Kedua kalimat di atas tidak sejajar. Contoh kalimat (a) tidak sejajar karena p
ola struktur klausan pertama terbentuk pasif dan pola struktur klausa kedua berben
tuk aktif. Contoh kalimat (b) tidak sejajar karena rincian (i) berbentuk kata kerja (i
i) berbentuk kata benda, dan (iii) berbentuk kata sambung.
5) Hemat
Kalimat dikatakan hemat jika seluruh unsur yang digunakan dalam kalimat
misalnya, kata, istilah, dan frasa benar-benar mendukung gagasan keilmuan penuli
snya. Oleh sebab itu penggunaan kata, istilah, dan frasa secara mubazir, boros, ata
u berlebih-lebihan sebaiknya dihindari. Perhatikan contoh berikut ini:
a. Pembelajaran tentang sain saat ini perlu penanganan khusus karena banyak
para siswa yang mengeluhkan kesulitan materi pembelajaran tersebut.
b. Maksud daripada dicantumkannya subtopik latihan pada setiap modul
adalah untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi.
Kedua kalimat di atas tidak hemat karena menggunakan kata tentang dan
daripada yang tidak mendukung gagasan penulisnya. Kedua kata dalam dua kali
mat tersebut seharusnya dihilangkan.
6) Penekanan
Gagasan atau informasi yang dipentingkan oleh penulis perlu diberi penekan
an atau emphasis. Hal ini dilakukan oleh penulis aga informasi yang dinyatakan m
emperoleh perhatian dari pembaca. Peenkanan unsur kalimat dilakukan dengan ca
ra (i) meletakkan unsur yang ditekankan di awal pernyataan, atau (ii) membubuhi
partikel pementing, yakni lah, kah, dan pun. Perhatikan contoh berikut ini:
a. Wanita karyawan sepatutnya mendapatkan perhatikan khusus dari
perusahaan tempat mereka bekerja.
b. Dalam kekacauan yang terjadi di UGM itu, sebaiknya masyarakat
mengangagap bahwa mahasiswalah yang dianggap bersalah.
Dalam contoh kalimat a, yang ditekankan dalam kalimat tersebut adalah ka
ryawan wanita. Karena itu, unsur tersebut diletakkan di awal kalimat. Demikian j
uga frasa karyawan wanita, kata karyawan menempati inti frasa. Kata tersebut ber
kedudukan sebagai kata yang diterangkan dan ditempatkan di awal frasa, sehingga
susunannya bukanlah wanita karyawan, tetapi karyawan wanita. Adapun contoh k
alimat b, kata yang ditekanan adalah mahasiswa, sehingga kata tersebut dibubuhi l
ah, agar pembaca atau pendengar memperhatikan kata tersebut secara khusus.

2.4 Paragraf Keilmuan

Paragraf merupakan rangkaian kalimat yang saling berhubungan dan membentuk


satu kesatuan pokok pembahasan. Paragraf umumnya terdiri dari beberapa kalimat. kali
mat-kalimat tersebut saling berkaitan satu sama lain dan mengusung satu pokok pikiran
tertentu. Paragraf juga terdiri dari unit pikiran atau perasaan yang biasanya tersusun atas
beberapa unit kalimat yang dan bertindak sebagai bagian dari unit yang lebih besar.

Berikut ini adalah jenis-jenis paragraf:

A. Berdasarkan tempat dan fungsinya

Berdasarkan tempat dan fungsinya, paragraf dibedakan menjadi:

1. Paragraf pengantar
2. Paragraf pengembang
3. Paragraf penutup

B. Berdasarkan bentuk unit tulisan

Dalam bentuk unit tulisan, paragraf dibedakan menjadi:

1. Paragraf narasi

Menurut Keraf (2000), ciri karangan narasi yaitu: Menonjolkan unsur p


erbuatan atau tindakan. Dirangkai dalam urutan waktu. Berusaha menjawab p
ertanyaan, apa yang terjadi? Ada konflik.
Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jik
a tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronologis, ciri-cir
i narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi (2003) sebagai berikut
:

Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.


Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang
benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau
gabungan keduanya
Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak
menarik.
Memiliki nilai estetika.
Menekankan susunan secara kronologis

Jenis-jenis Karangan Narasi

a. Narasi Ekspositorik (Narasi Teknis)

Merupakan narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi


secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengeta
huan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis
menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku
yang ditonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari ke
cil sampai saat ini sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan naras
i ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pad
a penulisan narasi ekspositorik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggu
naan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan u
nsur sugestif atau bersifat objektif.

Contoh:

Siang itu, Sabtu pekan lalu, Ramin bermain bagus. Mula-mula ia men
yodorkan sebuah kontramelodi yang hebat, lalu bergantian dengan kla
rinet, meniupkan garis melodi utamanya. Ramin dan tujuh kawannya
berbaris seperti serdadu masuk ke tangsi, mengiringi Ahmad, mempel
ai pria yang akan menyunting Mulyati, gadis yang rumahnya di Perum
ahan Kampung Meruyung. Mereka membawakan lagu Mars Jalan y
ang dirasa tepat untuk mengantar Ahma, sang pengantin. (Sumber :
Tempo, 20 Februari 2005 dari alamat website www.scribd.com)
b. Narasi Sugestif
Merupakan narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksu
d tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pemba
ca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat.

Contoh:

Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Dengan cepat ia mengayun


kan pedang itu ke tubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai t
ubuh Tunjungsekar. Tapi aneh, sebelum mengenai tubuh Tunjungseka
r, pedang itu jatuh ke tanah. Patih Pranggulang memungut pedang itu
dan membacokkan lagi ke tubuh Tunjungsekar. Tiga kali Patih Prangg
ulang melakukan hal itu. Akan tetapi semuanya gagal. (Sumber : Tera
mpil Menulis Paragraf 2004: 66 dari alamat website www.scribd.com)
2. Paragraf deskripsi

Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pe


mbaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti: menggambarkan atau mel
ukiskan sesuatu. Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan m
elibatkan kesan indera. Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri
atau mengalami sendiri.

Pola pengembangan paragraf deskripsi:

Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ru


angan, benda atau tempat.
Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti
tafsiran atau kesan perasaan penulis.
Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan
apa adanya atau sebenarnya.

Contoh Paragraf:

Siang itu aku sedang duduk santai di sofa empuk di dalam apotik milikku ya
ng baru saja dibuka. Apotik ini adalah impianku sejak aku kuliah di Farmasi
dulu. Sekarang aku memandang puas pada usahaku selama ini. Aku bisa m
endirikan apotik di kota kelahiranku. Apotik ini cukup luas, beberapa rak be
sar tempat obat-obatan berjejer rapi dengan kemasan-kemasan obat warna-w
arni yang dikelompokkan menurut farmakologinya dan disusun alfabetis. Pa
ndangan saya tertuju pada rak buku di pojok ruangan yang berisi buku-buku
tebal. Ku ambil satu buku yang disampulnya tertulis Informasi Spesialis Ob
at atau yang biasa disebut kalangan farmasi dengan buku ISO. Setelah ku pa
ndangi aku tersenyum dan mengembalikannya ke tempat semula. buku ini a
dalah buku pertama yang kubeli saat aku kuliah dulu. Aku memandang lagi
secara keseluruhan apotik ini, sebuah televisi 14 inci dan sebuah computer d
i meja kasir. Hembusan angin dari AC cukup membuat udara terasa sejuk di
bulan Mei yang panas ini.
3. Paragraf eksposisi

Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan,


menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesu
atu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca menerima atau mengikut
inya.

Ciri-ciri paragraf eksposisi:

a) Memaparkan definisi (pengertian).


b) Memaparkan langkah-langkah, metode, atau cara melaksanakan suatu ke
giatan.

Contoh:

Paragraph 1 (a)

Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukka


n oksigen murni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah.
Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, b
aik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita maupun sebagai pence
gah penyakit.
Paragraph 2 (b)

Pernahkan Anda menghadapi situasi tertentu dengan perasaan takut? Bagai


mana cara mengatasinya? Di bawah ini ada lima jurus untuk mengatasi ras
a takut tersebut. Pertama, persipakan diri Anda sebaik-baiknya bila mengh
adapi situasi atau suasana tertentu; kedua, pelajari sebaik-baiknya bila men
ghadapi situasi tersebut; ketiga, pupuk dan binalah rasa percaya diri; keem
pat, setelah timbul rasa percaya diri, pertebal keyakinan Anda; kelima, unt
uk menambah rasa percaya diri, kita harus menambah kecakapan atau keah
lian melaluin latihan atau belajar sungguh-sungguh (www.telukbone.org).
4. Paragraf argumentasi

Karangan argumentasi adalah jenis paragraf yang mengungkapkan ide,


gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar te
rjadi). Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau penda
pat tersebut adalah benar dan terbukti.

Ciri-ciri karangan argumentasi adalah:

Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin.


Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain.
Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
Penutup berisi kesimpulan.

Contoh:

Mempertahankan kesuburan tanah merupakan syarat mutlak bagi tiap-tiap u


saha pertanian. Selama tanaman dalam proses menghasilkan, kesuburan tana
h ini akan berkurang. Padahal kesuburan tanah wajib diperbaiki kembali den
gan pemupukan dan penggunaan tanah itu sebaik-baiknya. Teladan terbaik t
entang cara menggunakan tanah dan menjaga kesuburannya dapat kita perol
eh pada hutan yang belum digarap petani (www.publicopinion.com).
5. Paragraf persuasi

Merupakan suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca


agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuanny
a dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan da
ta dan fakta yang ada dalam kehidupan nyata yang di alami manusia.

Contoh:

Sistem pendidikan di Indonesia yang dikembangkan sekarang ini masih belu


m memenuhi harapan. Hal ini dapat terlihat dari keterampilan membaca sis
wa kelas IV SD di Indonesia yang berada pada peringkat terendah di Asia Ti
mur setelah Philipina, Thailand, Singapura, dan Hongkong. Selain itu, berda
sarkan penelitian, rata-rata nilai tes siswa SD kelas VI untuk mata pelajaran
Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA dari tahun ke tahun semakin menur
un. Anak-anak di Indonesia hanya dapat menguasai 30% materi bacaan. Ken
yataan ini disajikan bukan untuk mencari kesalahan penentu kebijakan, pela
ksana pendidikan, dan keadaan yang sedang melanda bangsa, tapi semata-m
ata agar kita menyadari sistem pendidikan kita mengalami krisis. Oleh karen
a itu, semua pihak perlu menyelamatkan generasi mendatang. Hal tersebut d
apat dilakukan dengan memperbaiki sistem pendidikan nasional. (Sumber :
Kompas,14 Mei 2009 dengan perubahan seperlunya)
C. Berdasarkan sudut pandang dan cara penalaran:

Berdasarkan isi, tempat, dan fungsinya, pargraf dibedakan menjadi:

1. Paragraf induktif
2. Paragraf deduktif
3. Paragraf deduktif - induktif
4. Paragraf ineratif
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ejaan merupakan keseluruhan peraturan penggambaran lambang-lambang bunyi u


jar suatu bahasa dan hubungan lambang satu dengan lambang lain baik dalam penggabu
ngan ataupun dalam pemisahannya.

Diksi adalah pemilihan kata dan atau gaya ekspresi seseorang, artinya setiap orang
memiliki pemilihan kata, cara dan gaya dalam menyapaikan kata yang mereka ucapkan,
tentu saja hal ini dapat mempengaruhi tata bahasa orang tersebut.

Penulisan kalimat memperhatikan keefektifan kalimat yang dilihat dari dua sisi, y
aitu dari sisi penulis dan pembaca. Dari sisi penulis, kalimat dapat dikatakan efektif jika
mampu membawa gagasan yang ingin disampaikan penulis secara tepat dan akuran. Da
n dari sisi pembaca, kalimat dikatakan efektif jika tafsiran pesan yang dibaca sama deng
an apa yang dimaksutkan dengan penulis.

Paragraf adalah rangkaian kalimat yang saling berhubungan dan membentuk satu
kesatuan pokok pembahasan. Paragraf terdiri dari ide-ide pemikiran atau perasaan yang
tersusun atas beberapa unit kalimat yang dan bertindak sebagai bagian dari unit yang leb
ih besar.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous,a. 2012. http://anisnuryasmine.blogspot.com/2009/05/contoh-paragraf-deskripsi-


eksposisi.html.

Anonymous,b. 2012. http://saharione.blogspot.com/2011/10/diksi-dan-kalimat-efektif.html.

Keraf, Gorys. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Erlangga: Jakarta

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009. 2009. Ped
oman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

Riski. 2010. Diksi. http://riski21208074.wordpress.com/2010/03/13/diksi/.

Anda mungkin juga menyukai