BAB I
PENDAHULUAN
1
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
2
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Mulai
Persiapan Peralatan
Pembuatan beton
Pengujian Slump
Selesai
3
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
4
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
- Kain lap
- Cetok
- Sekop
- Mistar
- Mesin uji kuat tekan beton
- Ompreng
5
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Agregat Halus
1. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir
agregat halus harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
2. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-
bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar Lumpur
melampaui 5%, maka agregat harus dicuci.
3. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan, harus memenuhi
syarat-syarat berikut:
- Sisa diatas ayakan 4 mm, minimum 2 % berat-maximum 15% berat
- Sisa diatas ayakan 1 mm, minimum 10% berat
- Sisa diatas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% hingga 95 %
berat.
Agregat Kasar
1. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai,
apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari berat
agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal artinya
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik
matahari dan hujan.
2. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan
terhadap berat kering) Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-
bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar Lumpur
melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton
seperti zat-zat yang reaktif Alkali yaitu unsur golongan IA antara lain Hi,
Li, Na, Ka, Rb, Cd, Fr.
4. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji
dari Rudeloff dengan beban penguji 20t, dimana harus dipenuhi syarat-
syarat berikut:
7
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
8
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
2.2 Air
Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi
pelumas antara butir-butir agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan.
Untuk memperoleh beton dengan kekuatan yang maksimal maka penggunaan
air harus diperhatikan. Jika nilai kadar airnya besar dapat mempengaruhi
kualitas beton. Selain itu, nilai kadar air juga dipengaruhi oleh absorpsi
material yang digunakan. Adapun persyaratan air yang digunakan untuk
campuran beton antara lain :
a. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gr/liter
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik, dsb) lebih dari 5 gr/liter
c. Tidak mengandung khlorida lebih dari 0,5 gr/liter
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/liter
Penggunaan air pada campuran beton yang dilakukan di laboratorium
telah dianggap layak karena menggunakan air PDAM. Sehingga tidak
dilakukan pengujian.
9
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
2.3 Semen
Semen adalah hidrolik binder (perekat hidrolis) yaitu senyawa yang
terkandung di dalam semen tersebut dapat bereaksi dengan air dan
membentuk zat baru yang bersifat sebagai perekat terhadap batuan. Semen
yang digunakan untuk bahan beton adalah semen Portland atau semen
Portland pozzolan. Penggunaan jenis semen disesuaikan dengan kondisi di
lapangan.
Semen Portland
Sesuai dengan klasifikasi yang ditentukan oleh ASTM kita mengenal adanya
lima type semen Portland, yaitu :
1. Semen Portland Type I
Semen Portland standard digunakan untuk semua bangunan beton
yang tidak akan mengalami perubahan cuaca yang drastis atau dibangun
dalam lingkungan yang sangat korosif.
2. Semen Portland Type II
Untuk bangunan yang menggunakan pembetonan secara masal
seperti dam, yang panas hydrasinya tertahan dalam bangunan untuk
jangka waktu lama. Pada saat terjadi pendinginan, timbul tegangan-
tegangan akibat perubahan panas yang akan menyebabkan retak-retak
pada bangaunan. Untuk mencegahnya, dibuatlah jenis semen yang
mengeluarkan panas hydrasi lebih rendah serta dengan kecepatan
penyebaran panas yang rendah pula. Disamping itu, semen type II ini
lebih tahan terhadap serangan sulfat daripada type I. Semen type II disebut
juga “modified Portland cement” dan penggunaannya sama seperti untuk
type I.
3. Semen Portland Type III
Semen Portland type III adalah jenis semen yang cepat mengeras,
yang cocok untuk pengecoran beton pada suhu rendah. Butiran-butiran
semennya digiling lebih halus daripada semen type I, yang bertujuan
untuk mempercepat proses hydrasi diikuti dengan percepatan pengerasan
10
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
11
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Beton
ideal tahan
lama
Kekuatan Ekonomi
12
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
BAB III
PEMERIKSAAN BAHAN
13
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
3.1.4 Hasil
Tabel 3.1 Pemeriksaan kadar air
pasir
No. Uraian Hasil Percobaan
W1 W2
3. Prosentase = 100% 12.94 %
W2
Uraian :
Dari data hasil perhitungan di atas diperoleh, kadar air pasir adalah 12.94 %
dan kadar air kerikil adalah 2.697%. Kadar air kerikil lebih kecil
dibandingkan dengan kadar air pasir.
14
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
𝐇𝟏 −𝐇𝟐
3. 𝐏𝐫𝐨𝐬𝐞𝐧𝐭𝐚𝐬𝐞 = x 100% 4.032 %
𝐇𝟏
Catatan :
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kandungan lumpur sebesar 4.032 %
sedangkan syarat pasir untuk campuran beton yaitu memiliki kandungan
lumpur maksimum sebesar 5 %. Jadi, pasir tersebut memenuhi syarat sebagai
rancangan campuran beton.
15
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
16
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Catatan :
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kandungan lumpur sebesar 1.53 %
sedangkan syarat untuk campuran beton , kerikil memiliki kandungan lumpur
maksimum 1 %. Jadi, kerikil tersebut tidak memenuhi syarat, dan harus melalui
proses pencucian untuk mengurangi kadar lumpurnya.
17
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
3.4.4 Hasil
Tabel 3.5 Pemeriksaan Berat Jenis dan penyerapan air agregat halus
No Uraian Data hasil Percobaan
A Berat contoh pasir SSD 500 gr
B Berat contoh pasir kering oven 471 gr
C Berat labu (piknometer) + air 708 gr
D Berat labu (piknometer) + pasir SSD + air 1002 gr
B
E Berat jenis Bulk = (C+500−D) 2,286
500
F Berat Jenis SSD = (C+500−D) 2,427
B
G Berat Jenis Semu = (C+B−D) 2.661
500−B
H Absorpsi = X 100 % 6.157 %
B
Uraian :
Berat jenis pasir SSD (Saturated Surface Dry) yang diperoleh adalah 2,427
gr/cm3 dengan penyerapan air sebesar 6.157 %.
3.5 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
18
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Tabel 3.6 Pemeriksaan Berat Jenis dan penyerapan air agregat kasar
No. Uraian Keterangan
1. Berat benda uji kering oven (BK) 5000 gr
2. Berat benda uji SSD (BJ) 5075 gr
3. Berat benda uji dalam air (BA) 2925 gr
BK
4. Berat jenis Bulk = 2.326 gr/cm3
BJ BA
BJ
5. Berat jenis SSD = 2.360 gr/cm3
BJ BA
BK
6. Berat jenis Semu = 2.410 gr/cm3
BK BA
BJ BK
7. Absorpsi = x 100% 1.5 %
BK
8. Berat jenis SSD 2.360 gr/cm3
19
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Uraian :
Berat jenis kerikil SSD (Saturated Surface Dry) yang diperoleh adalah 2,360
gr/cm3 dengan penyerapan air dalam kerikil sebesar 0.074 %. Berat jenis
Agregat ini mendekati berat jenis agregat ringan yang memiliki batasan
kurang dari 2,5 gr/cm3.
20
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Rumus perhitungan :
(W 1 A )
Cara Rodding =
(B A )
2. Cara Sovelling.
Pengisian pasir ke dalam container dengan menggunakan sekop/cetok
dengan ketinggian jatuh tidak lebih dari 5 cm diatas container yang
diratakan. Hal serupa juga dilakukan pada semen dan kerikil. Pasir,
kerikil, dan semen yang sudah diratakan ditimbang beratnya (W2).
21
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Rumus perhitungan :
(W 2 A )
Cara Sovelling =
(B A )
3.4 Hasil
Tabel 3.7 Pemeriksaan berat isi agregat halus, agregat kasar dan semen
22
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Uraian :
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terlihat bahwa pengujian berat
satuan dengan cara RODDING memberikan hasil yang lebih besar
dibandingkan dengan cara SOVELLING. Hal ini disebabkan karena pada cara
RODDING, pori-pori agregat terisi penuh akibat proses pemadatan dengan
tongkat penumbuk. Banyaknya butiran-butiran yang mengisi pori-pori
tersebut akan dipengaruhi oleh gradasi butiran, bentuk permukaan dan bentuk
butiran. Adapun berat isi rata-rata pasir yang diperoleh adalah 1.136 gr/ml,
berat isi rata-rata kerikil 1.196 gr/ml, dan berat isi rata-rata semen 1.357
gr/ml.
23
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
24
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Uraian:
Dari hasil pemeriksaan gradasi , pasir/agregat halus tersebut masuk ke dalam
zone 3 karena sebagian besar nilai gradasi yang diperoleh masuk ke dalam
batasan zone 3, dengan modulus kehalusan pasir 2.025 %.
100
90
80
70
60
50 atas
40 Analisa
30
20 Bawah
10
0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
Nomor Ayakan
25
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
26
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
langkah ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak ada butir kerikil
yang hilang.
Modulus kehalusan kerikil = jumlah % tertinggal kumulatif dari butir-
butir agregat yang tertinggal di atas suatu set
ayakan dan kemudian dibagi seratus
3.8.4 Hasil
Uraian :
Dari hasil pemeriksaan gradasi agregat kasar / kerikil diperoleh hasil bahwa
kerikil yang akan digunakan dalam praktikum teknologi beton ini memiliki
diameter maksimum 25,40 mm, dengan modulus kehalusan kerikil 7.973%.
Kerikil ini masuk ke dalam kerikil dengan ukuran butir nominal 38.1-4.76
mm.
27
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
90
80
70
60
50 Atas
40 Tengah
30
20 Bawah
10
0
4.76 9.52 19 38.1
Nomor Ayakan
28
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
BAB IV
PERENCANAAN CAMPURAN BETON
29
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
30
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
31
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Keterangan:
P1 = batas bawah zone
P2 = batas atas zone
P = Persen agregat
16. Berat Jenis Agregat Gabungan
Berat jenis agregat gabungan ialah berat jenis gabungan antara agregat
halus dan agregat kasar
= x % . A + y %. B
= 30 %. 2,427 + 70 % . 2.360
= 2.38 %
Keterangan :
x = % agregat halus
y = % agregat kasar
A= berat jenis agregat halus
B= berat jenis agregat kasar
17. Berat Jenis Beton
Didapat berdasarkan berat jenis agregat gabungan = 2,38 dan kadar air
bebas = 175 kg dengan menggunakan grafik 13. Tentukan BJ agregat
gabungan (2,38), kemudian tarik garis sejajar dengan garis grafik,
tentukan posisi kadar air bebas (175) dan tarik garis vertical ke atas
hingga memotong garis BJ agregat gabungan. Tarik garis horizontal
hingga didapatkan berat jenis beton 2230 kg/m3
18. Kadar Agregat Gabungan
Kadar agregat gabungan = berat jenis beton – kadar semen – kadar air
bebas
= 2230 – 322 – 175
= 1733 kg/m 3 .
19. Kadar Agregat Halus
Kadar agregat halus = persen agregat halus kadar agregat gabungan
= 30 % 1733
= 520 kg/m 3 .
32
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
33
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Kondisi SSD
Campuran Berat Air ( kg ) Semen ( kg ) Pasir ( kg ) Kerikil ( kg )
Per m 3 beton 175 322 520 1213
Perbandingan berat
CATATAN:
Mengubah dari berat ke volume
Volume semen = berat semen = 322 = 283,45 ltr ≈ 284 ltr
Berat isi semen 1,136
34
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Kondisi di lapangan
Kadarair (%) 12.94%
Pasir → kelebihan air 6.783 %
Penyerapan(%) 6.157%
Kondisi lapangan
Air = 175 – (6.783 % x 520 – 1.197% . 1213) = 126 kg
Pasir = 520 + (6.783 % . 520) = 555 kg
Kerikil = 1213 + (1.197 % . 1213) = 1227 kg
Semen = 322 kg
= 2230 kg
Kondisi Lapangan
Campuran Berat Air ( kg ) Semen ( kg ) Pasir ( kg ) Kerikil ( kg )
Per m 3 beton 126 322 555 1227
Perbandingan berat
Catatan :
Konversi dari satuan berat ke volume :
Semen = berat semen = 322 = 283,45 ltr ≈ 284 ltr
berat isi semen 1,136
Pasir = berat pasir = 555 = 464,05 ltr ≈ 464 ltr.
berat isi pasir 1,196
Kerikil = berat kerikil = 1227 = 904,2 ltr ≈ 904 ltr.
berat isi kerikil 1,357
35
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
BAB V
PENCETAKAN BETON
36
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Cara Pengadukan
a. Masukkan agregat (pasir dan kerikil) ke dalam mesin aduk dan masukkan
pula semen diatas agregat tersebut.
b. Sambil mesin aduk diputar, masukkan air sebanyak sekitar 0,80 kali yang
direncanakan.
c. (1) Bila nilai slump yang ditetapkan dan nilai faktor air semen (f.a.s) boleh
dirubah, maka selanjutnya masukkan air sedikit demi sedikit sampai
adukan mencapai kekentalan yang diinginkan.
(2) Bila nilai slump dan nilai faktor air semen keduanya ditetapkan (tidak
boleh dirubah), maka selanjutrnya seluruh sisa air (yaitu 0,20 kali
yang direncanakan) dimasukkan kedalam mesin aduk. Apabila
ternyata nilai slump kurang dari yang ditetapkan maka dilanjutkan
dengan membuat pasta tambahan dengan langkah berikut :
(a) Campurkan semen dan air (dengan nilai faktor air semen yang
sudah ditetapkan) diluar mesin pengaduk secukupnya sampai rata.
(b) Kemudian masukkan campuran tersebut kedalam mesin pengaduk
sedikit demi sedikit sampai kelecakan mencapai nilai slump yang
diinginkan.
d. Waktu pengadukan sebaiknya tidak kurang dari tiga menit.
e. Adukan beton segar kemudian dikeluarkan dari mesin pengaduk dan
ditampung dalam bejana yang cukup besar. Bejana tersebut harus
sedemikian sehingga tidak menimbulkan pemisahan kerikil bila adukan
nantinya dituangkan kedalam cetakan.
f. Bila hasil adukan ini akan digunakan untuk pengujian beton, maka
pengujian harus segera dilakukan setelah selesai pengadukan.
37
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Cara Pencetakan
1) Cetakan Kubus
Cetakan silinder berukuran (150x150x150) mm, terbuat dari besi
baja. Silinder tersebut terdiri atas dan bagian dasar yang dapat
dilekatkan maupun dilepas dengan sekerup. Perhatian harus diberikan
dengan sungguh-sungguh agar pada waktu pencetakan tidak terjadi
pengeluaran air dari tempat sambungan tersebut. Sebelum dipakai,
bagian dalam cetakan diberi minyak atau Vaseline atau oli agar beton
yang dicetak tidak melekat pada cetakan (memudahkan pada saat
melepas cetakan).
- Pemadatan dengan tangan
a. Pengisian adukan beton dilakukan dalam tiga lapis yang tiap
lapisnya kira-kira bervolume sama.
b. Pengisian dengan cetok dilakukan kebagian tepi kubus agar
diperoleh beton yang simetris menurut sumbunya (keruntuhan
timbunan beton dari tepi ke tengah).
c. Tiap lapis ditumbuk-tumbuk dengan batang baja yang
berdiameter 16 mm dan panjang 60 cm sebanyak 25 kali. Penumbukan
dilakukan merata kesemua permukaan lapisan dengan kedalaman
sampai sedikit masuk kelapis sebelumya. Khusus untuk lapisan
pertama, penumbukan jangan sampai mengenai dasar cetakan.
d. Setelah lapis ketiga selesai ditumbuk, penuhi bagian atas
cetakan dengan adukan beton kemudian ratakan dengan tongkat perata
hingga permukaan atas adukan beton rata dengan bagian atas cetakan.
e. Pindahkan cetakan yang sudah terisi beton keruangan yang
lembab.
2) Cetakan Balok
Cetakan balok dengan ukuran (150 x 150 x 600) mm, terbuat dari besi
baja. Balok terdiri dari tiga bagian persegi panjang dengan bagian-bagian
yang dapat dilepas ataupun dilekatkan dengan baut. Sebelum dipakai,
bagian dalam cetakan diberi minyak atau Vaseline atau oli agar beton yang
38
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
39
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
40
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Kerucut
Terpancung
30 cm
20 cm
41
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
permukaan lapisan dan tidak boleh sampai masuk kedalam lapisan beton
sebelumnya.
4. Setelah pemadatan terakhir, permukaan bagian atas diratakan dengan
tongkat pemadat sehingga rata dengan sisi atas cetakan.
5. Setelah itu didiamkan selama 1 menit.
6. Kemudian kerucut diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas agar
bagian bawah cetakan tidak menyentuh campuran beton.
7. Pengukuran nilai slump dilakukan dengan meletakkan kerucut disamping
beton segar dan meletakkan penggaris/batang baja di atasnya mendatar
sampai di atas beton segar.
8. Benda uji beton segar yang terlalu cair akan tampak bentuk kerucutnya
hilang sama sekali, meluncur dan dengan demikian nilai slump tidak dapat
diukur (hasil pengukuran tidak benar), sehingga benda uji harus diulang.
Beton yang mempunyai perbandingan campuran yang baik adalah apabila
setelah pengangkatan menunjukkan penurunan bagian atas secara
perlahan-lahan dan bentuk kerucutnya tidak hilang.
9. Percobaan dilakukan hanya 1 kali pada pengadukan tahap pertama karena
komposisi campuran beton pada masing-masing tahap tidak terjadi
penambahan air.
Beton yang memiliki perbandingan campuran yang baik mempunyai
kelecakan yang baik akan penampakan penurunan bagian atas secara
perlahan-lahan dan bentuk kerucutnya tidak hilang, seperti tampak pada
gambar dibawah ini.
Alat Bantu
Kerucut
Terpancung
Penggaris Nilai Slump
Beton Segar
Diperoleh hasil :
- Campuran dengan slump 7 cm = 70 mm
Hal ini sesuai dengan data perencanaan, yaitu nilai slump 60- 180 mm.
43
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
44
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
BAB VI
- Kaliper
- Penolok ukur
- Timbangan
Cara pengujian :
1. Setelah benda uji berumur 28 hari, maka benda uji ditimbang beratnya
dan dites kuat tekannya. Benda uji diletakkan pada tempat yang telah
tersedia pada mesin tekan.
2. Didapat berat dan daya tahan untuk masing-masing benda uji yang telah
dicantumkan pada tabel berikut :
45
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
σ=P/A
a) Kubus 1
b) Kubus 2
Gaya yang diberikan P = 600 kN
Kuat tekan beton (f’c2) = P/A = 600/0.0225 = 26.67 Mpa
c) Kubus 3
Gaya yang diberikan P = 730 kN
Kuat tekan beton (f’c3) = P/A = 730/0.0225 = 32.44 Mpa
d) Kubus 4
Gaya yang diberikan P = 780 kN
Kuat tekan beton (f’c4) = P/A = 780/0.0225 = 34.67 Mpa
e) Kubus 5
Gaya yang diberikan P = 720 kN
Kuat tekan beton (f’c5) = P/A = 720/0.0225 = 32 Mpa
f) Kubus 6
Gaya yang diberikan P = 630 kN
46
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
= 0,003375 m3
Berat Jenis
Bj = Berat / Volume
Berat Jenis Balok
ɤ = berat / volume
a) Kubus 1
Berat 7,630
Berat Jenis (₁) = = = 2034.67 𝑘𝑔/𝑚3
Volume 0,00375
b) Kubus 2
Berat 7,350
Berat Jenis (2) = = 0,00375 = 1960 𝑘𝑔/𝑚3
Volume
47
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
c) Kubus 3
Berat 7,465
Berat Jenis (3) = = 0,00375 = 1990.67 𝑘𝑔/𝑚3
Volume
d) Kubus 4
Berat 7,760
Berat Jenis (4) = = 0,00375 = 2069.33 𝑘𝑔/𝑚3
Volume
e) Kubus 5
Berat 7,730
Berat Jenis (5) = = 0,00375 = 2061.33 𝑘𝑔/𝑚3
Volume
f) Kubus 6
Berat 7,525
Berat Jenis (6) = = 0,00375 = 2006.67 𝑘𝑔/𝑚3
Volume
g) Kubus 7
Berat 7,655
Berat Jenis (7) = = 0,00375 = 2041.33 𝑘𝑔/𝑚3
Volume
h) Kubus 8
Berat 7,403
Berat Jenis (8) = = 0,00375 = 1974.13 𝑘𝑔/𝑚3
Volume
i) Kubus 9
Berat 7,715
Berat Jenis (9) = = 0,00375 = 2057.33 𝑘𝑔/𝑚3
Volume
j) Kubus 10
Berat 7.590
Berat Jenis (10) = = 0,00375 = 2024 𝑘𝑔/𝑚3
Volume
48
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Tabel 6.2 Hasil perhitungan kuat tekan dan berat jenis beton
Beton uji Kuat Tekan Beton (Mpa) Berat Jenis Beton(Kg/m3)
1 32.00 2034.67
2 26.67 1960.00
3 32.44 1990.67
4 34.67 2069.33
5 32.00 2061.33
6 28.00 2006.67
7 27.56 2041.33
8 30.44 1974.13
9 28.89 2057.33
10 25.78 2024.00
∑ 298.44 20219.5
RATA-RATA 29.84 2021.95
Uraian :
f’c r = f ' ci
n
Ket. :
49
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
P Berat
No Umur Beban A f’c= f ’c r (f’c – fc r)2
A (kg)
( hari ) P (kN) (m2) (Mpa) (Mpa)
( Mpa )
I 28 0,0225
720 32 7.63 29.84 4.65
II 28 0,0225
600 26.67 7.35 29.84 10.10
III 28 0,0225
730 32.44 7.465 29.84 6.76
IV 28 0,0225
780 34.67 7.76 29.84 23.25
V 28 0,0225
720 32 7.73 29.84 4.65
VI 28 0,0225
630 28 7.525 29.84 3.40
VII 28 0,0225
620 27.56 7.655 29.84 5.24
VIII 28 0,0225
685 30.44 7.403 29.84 0.36
IX 28 0,0225
650 28.89 7.715 29.84 0.91
X 28 0,0225
580 25.78 7.59 29.84 16.54
N
75.86
( fc fcr)
i
2
√ ( fc fcr) 2
i 75.86
Sd = =√ 9 = 2,90 Mpa
𝑛−1
Nilai Standar deviasi yang didapatkan dari hasil perhitungan : 2,90 Mpa
50
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
k = 1,64
Sd = Standar deviasi
fc = fcr’ – k.Sd
= 29,84 – 4,756
= 25,084 Mpa
6.3.3 Pembahasan
Dari hasil perhitungan diperoleh :
Kuat tekan untuk 10 kubus 25,084 Mpa dengan standar deviasi 2,90 Mpa. Hasil
perancangan ini mendekati kuat tekan beton yang direncanakan yaitu 25 Mpa
dengan selisih 0,084 Mpa. Nilai kuat tekan memenuhi kuat tekan yang
direncanakan, maka campuran ini layak digunakan.
51
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
52
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Dari data – data di atas, maka dapat dihitung nilai berat jenis beton (γ) dan
nilai tegangan lentur maksimum balok sebagai berikut:
53
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
315 N
balok 23333,33 3
0,0135 m
32 KN
16 KN 16 KN
P = 32 kN
32000kg. m
= 32000 N = s2
10 m
s2
Reaksi perletakan:
MB = 0
54
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Av = 0,72 1,6ton
0,45
Mx = Av x ( X – 0,075 )
= 1,6 x (X – 0,075 )
X→0,075; M=0
X→0,225; M =0,24 tm
55
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Mx = Av x ( X – 0,075 ) – P1 x ( X – 0,225 )
= 1,6 x ( X – 0,075 ) – 1,6 x ( X – 0,225 )
X → 0,225; M = 0,24 tm
X → 0,375; M = 0,24 tm
C A D E B F
56
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
= 2400000
562500
57
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
BAB VII
7.1 Tujuan
Untuk mengetahui batas gaya tarik yang dapat diterima oleh besi
7.5 Pembahasan
Pada pengujian ini didapatkan hasil seperti diatas. Dari pengujian ini dapat
diketahui beban yang menyebabkan baja leleh adalah sebesar 31647,3 N. Gaya ini
menjadi acuan untuk besi akan digunakan untuk apa dan akan menerima beban
berapa, agar beban yang diterima tidak melebihi batas dari hasil yang diperoleh
tersebut. Jika besi sudah sampai pada batas gaya tapi masih menerima beban maka
besi tidak elastis lagi, besi akan terus dapat menerima gaya dan bertambah panjang
sampai pada batas maksimum. Batas gaya tarik maksimum yang dapat diterima
oleh besi adalah 44928,5 N, setelah mendapat gaya tarik pada batas maksimum,
jika diberikan tambahan gaya lagi maka besi akan langsung putus. Jadi, setiap besi
58
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
memiliki batas-batas gaya yang dapat diterima oleh besi tersebut, yaitu batas
elastisitas hingga batas maksimum.
59
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
BAB VIII
PENUTUP
8.1. RINGKASAN
Dari hasil pengujian agregat halus dan agregat kasar didapat:
1. Kadar air yang terkandung
Pasir = 12,94%
Kerikil = 2,697%
2. Kadar lumpur yang terkandung
Pasir = 4,032%
Kerikil = 1,53%
3. Berat jenis SSD dan penyerapan
Agregat halus (pasir) = 2,427 gr/cm3 dengan penyerapan sebesar
6,157%.
Agregat kasar (kerikil) = 2,360 gr/cm3 dengan penyerapan sebesar
1,5%
4. Berat Isi
Dengan cara Sovelling
Semen = 1,0730 gr/L
Pasir = 1,1375 gr/L
Kerikil = 1,3259 gr/L.
Dengan cara Rodding
Semen = 1,1986 gr/L
Pasir = 1,2546 gr/L
Kerikil = 1,3887 gr/L.
Jadi berat isi rata-rata sample adalah :
Semen = 1,1360 gr/L
Pasir = 1,1960 gr/L
Kerikil = 1,3570 gr/L.
5. Dari grafik dapat disimpulkan bahwa pasir mendekati dalam grading zone 3.
6. Hasil analisis ayakan untuk kerikil diperoleh kerikil termasuk dalam zone 1
dengan ukuran agregat maksimum 25,40 mm .
60
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
Semen : pasir :
1 : 1.161 : 3,77
kerikil
8. Dari hasil percobaan sesuai dengan kebutuhan bahan didapat nilai slumpnya
adalah 7 cm.
9. Kuat tekan rata-rata beton uji kubus yang didapat adalah 29,84 MPa, pada
umur 28 hari dan kuat tekan karakteristiknya adalah 25,084 MPa .
10. Dari pengujian didapat berat jenis beton uji kubus rata-rata adalah 2021,25
kg / m3
11. Dari hasil perhitungannya besarnya kuat lentur balok adalah 4,267 MPa
12. Kuat tekan lentur beton yaitu 17,01 % dari kuat teken beton
13. Dari uji kuat tarik besi didapat batas gaya yang dapat diterima yaitu 33 N
pada pertambahan panjang 10 mm, Gaya tarik maksimum = 45 N pada
perpanjangan 60 mm, Perpanjangan hingga putus = 69.5 mm
8.2. KESIMPULAN
Dari pratikum yang dilakukan dapat kami simpulkan bahwa :
1. Hanya degan mengetahui teori saja belum cukup, harus diimbangi dengan
praktek. Dengan praktek ini teori-teori yang didapat dari tatap muka dapat
diterapkan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur
2. Dalam pembuatan beton selalu harus ada perencanaan terlebih dahulu baik
itu menentukan kekuatan yang ingin dicapai dan kriteria bahan yang akan
digunakan, dan pada pencampuran harus sesuai dengan prosedur sehingga
didapat hasil yang sesuai dengan yang direncanakan.
3. Perancangan campuran beton dapat digunakan sebagai pedoman untuk
pencampuran beton agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan rencana
61
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
8.3. SARAN
62
Laporan Praktikum Teknologi Bahan
DAFTAR PUSTAKA
63