Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

BAHASA INDONESIA

DOSEN PENGAMPU :
Drs. Agus Setyonegoro, M.Pd.

DISUSUN OLEH :
Dion Febyan
NIM : J1A120064
Fakultas : Pertanian
Prodi : Teknologi Hasil Pertanian

UNIVERSITAS JAMBI
MATERI II

A. Kedudukan Bahasa Indonesia


1. Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang memiliki fungsi dan arti
tersendiri bagi rakyat Indonesia. Peranan bahasa Indonesia sangat fital sebagai
alat pemersatu NKRI, di segala bidang. Jadi sudah sepantasnya bahasa
Indonesia terus dijaga, dan itu merupakan tanggungjawab bersama terutama
kaum muda dan pelajar. Nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk
mencintai bangsa dan negara sendiri. Jadi, nasionalisme adalah kesadaran
masyarakat suatu negara secara iklas dan rela berkorban untuk bangsa dan
negaranya sendiri. Jiwa nasionalisme sudah semestinya tertanam di semua
lapisan masyarakat, terutama kaum muda dan pelajar agar negara
kesatuantetap utuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan penjelasan di atas tergambar jelas bahwa bahasa Indonesia yang
menjadi tiang penegak persatuan secara langsung akan menumbuhkan bibit
nasionalisme pada semua kalangan.
2. Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara
Maksud dari Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, bahwa bahasa
Indonesia dipakai di dalam kegiatan-kegiatan resmi kenegaraan seperti
upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun
dalam bentuk tulisan. Salah satu kegiatan tersebut adalah penulisan dokumen
dan putusan-putusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan
badan-badan kenegaraan lainya, serta pidatopidato kenegaraan.

B. Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar Serta Baku dan Tidak Baku
 Berbahasa Indonesia yang baik berarti bahwa kita harus
menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan konteks berbahasa yang
selaras dengan nilai sosial masyarakat. Peraturan ini berkaitan
penggunaan ragam bahasa secara tulis dan lisan untuk kebutuhan
berkomunikasi. Ragam bahasa dari sisi penggunaan bahasa ada dua,
yaitu ragam formal dan ragam nonformal. Ada dua hal yang kita
perhatikan dalam kalimat ini. Pertama, berbahasa sesuai dengan
konteksnya dan, kedua, berbahasa selaras dengan nilai sosial
masyarakat. Hal itu yang menjadi alasan mengapa Kurikulum 2013
menggunakan pendekatan berbasis teks dalam pengajaran berbahasa,
baik bahasa Indonesia maupun bahasa lainnya. Bahasa diperkenalkan
kepada siswa dalam konteksnya dan tidak sebagai satuan-satuan kata
yang berdiri sendiri. Dengan demikian, siswa dihadapkan dengan
konsep-konsep bahasa sejak awal. Misalnya, perbedaan penggunaan
kata cuma dan hanya. Adapun, bahasa Indonesia yang baik berkaitan
dengan nilai sosial masyarakat. Artinya, pada saat menggunakan
bahasa, wajib diperhatikan kepada siapakah kita berkomunikasi.
Berkomunikasi dengan teman tentu akan berbeda dengan
berkomunikasi dengan orang tua. Kata aku digunakan kepada teman-
teman dan kata saya digunakan kepada orang yang lebih tua atau yang
dihormati. Dalam hal ini, kesantunan berbahasa mulai diajarkan.
 Berbahasa Indonesia yang benar berarti bahwa harus digunakan
bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah atau aturan bahasa
Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia meliputi kaidah tata bahasa,
kaidah ejaan, dan kaidah pembentukan istilah. Kaidah tata bahasa dan
kaidah pembentukan istilah berkaitan dengan bahasa Indonesia lisan
dan tulis. Penggunaan bahasa yang tidak memperhatikan kaidah tata
bahasa akan membingungkan. Misalnya, kesalahan tata bahasa dalam
kalimat “Karena sering kebanjiran, gubernur melarang pembangunan
gedung di sana”. Apakah “gubernur” yang sering kebanjiran atau
“suatu daerah”? Kesalahan seperti itu sering terjadi dalam kalimat
majemuk. Kaidah ketatabahasaannya adalah “Dalam kalimat majemuk
bertingkat, subjek dalam anak kalimat dapat dihilangkan jika induk
kalimat dan anak kalimat mengandung subjek yang sama”. Dalam
kalimat contoh, subjek pada induk kalimat tidak sama dengan subjek
pada anak kalimat. Akibatnya, subjek pada anak kalimat wajib hadir.
Kaidah pembentukan istilah berkaitan penggunaan kata serapan.
Seringkali, ditemukan ucapan “Selamat pagi. Selamat menjalankan
aktifitas hari ini”.
 Pengertian Kata Baku Kata baku adalah kata yang digunakan sesuai
aturan atau kaidah berbahasa Indonesia yang sudah ditentukan
sebelumnya. Pengertian kata baku juga merupakan kata yang
penggunaannya sudah sesuai ejaan dan aturan pedoman bahasa
Indoneisa yang baik dan benar, yang bersumber pada Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI).
 Pengertian Kata Tidak Baku Kata tidak baku merupakan kebalikan
dari kata baku, yang penggunaanya tidak sesuai aturan dan kaidan
berbahasa Indonesia yang sudah ditentukan sebelumnya. Ketidak
bakuan sebuah bahasa tidak hanya ditentukan dengan penulisan yang
tidak sesuai pedoman, namun juga bisa terjadi karena salah penulisan,
pengucapan yang salah, dan susunan kalimat yang tidak sesuai.
Biasanya kata baku ini di gunakan dalam bahasa sehari hari.
 Contoh Kata Baku dan Tidak Baku
1. Abjad (kata baku) - Abjat (kata tidak baku)
2. Akhirat - Akherat
3. Aksesori - Asesoris
4. Aktif - Aktip
5. Akuarium - Aquarium
6. Aluminium - Almunium
7. Ambulans - Ambulan
8. Analisis - Analisa
9. Antena - Antene
10. Antre – Antri
MATERI III

A. Ejaan Bahasa Indonesia dalam Teks


Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang
bahasa Indonesia dalam bentuk tulisan. Dengan demikian ejaan bahasa Indonesia
meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata,
penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.

B. Pokok-Pokok Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia


Di atas telah disinggung bahwa pokok-pokok ejaan bahasa Indonesia meliputi (a)
pemakaian huruf, (b) pemakaian huruf kapital dan huruf miring, (c) penulisan kata,
(d) penulisan unsur serapan, dan (e) pemakaian tanda baca. Kelima hal itu dibahas
secara ringkas berikut ini.
1. Pemakaian Huruf
Salah satu bagian pemakaian huruf yang perlu dicermati kembali dalam
penulisan karya tulis ilmiah adalah persoalan pemenggalan kata. Penulis karya
tulis ilmiah sering mengalami kesulitan memenggal kata pada pergantian
baris. Misalnya penulisan kata berikut.

saudara: sau-da-ra mutakhir: mu-ta-khir


menaati: me-na-at-i instrumental: in-stru-men-tal
introspeksi: in-tro-spek-si bangkrut: bang-krut

Penulisan gabungan vokal yang disebut diftong: ai, au, dan oi dalam kata
pantai, harimau, dan asoi tidak dipisah antargabungan vokal itu, tetapi
gabungan vokal itu merupakan satu kesatuan (diftong) sehingga pemenggalan
kata-kata itu menjadi pan-tai, ha-ri-mau, dan a-soi.
Walaupun demikian, bukan berarti persoalan pemenggalan kata dapat
diabaikan begitu saja. Persoalan pemenggalan kata masih tetap relevan karena
persoalan pemenggalan kata merupakan bagian dari tata tulis dalam bahasa
Indonesia.
Secara umum pemenggalan kata dasar dilakukan dengan mencermati
kaidah-kaidah berikut.
 jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalan itu
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu, misalnya: ma-af, bu-at, ma-
in, pa-ut, po-in
 jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf
konsonan, diantara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan
sebelum huruf konsonan itu, misalnya: ma-kan, ke-me-na-kan, mu-ta-
khir, ca-ri, ke-ci-pir, me-du-la.
 Jika di tengah kata ada huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu, misalnya: tan-pan, sam-
bung, ge-ring-sing.
 Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih,
pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan
huruf konsonan yang kedua, misalnya: in-stru-men-tal, des-krip-si,
bang-krut.
Pemakaian huruf kapital dan huruf miring dalam penulisan karya ilmiah sering
menyimpang dari kaidah-kaidah ejaan. Pengapitalan dan pemiringan huruf
sering dilakukan karena huruf awal dari kata-kata dan kata yang dicetak
miring dianggap penting.

2. Penulisan Kata
Penulisan kata yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan karya tulis
ilmiah adalah penulisan bentuk ulang, gabungan kata, kata depan, kata si dan
sang, Partikel, singkatan dan akronim, serta angka dan bilangan. Ketujuh
persoalan itu dibahas secara ringkas berikut ini.
 Bentuk Ulang
Umumnya, bentuk ulang dalam bahasa Indonesia berfungsi untuk
menyatakan keanekaragaman, keserupaan, dan menyatakan jamak,
misalnya: daundaunan, bunga-bungaan, rumah-rumahan,anak-anak,
dan buku-buku. Di samping itu, ada bentuk ulang kupu-kupu, paru-
paru,biri-biri bentuk dasarnya bukan kupu, paru, dan biri karena
bentukan itu tidak memiliki makna, agak berbeda dengan mata-mata,
kuda-kuda, hati-hati yang memiliki kaitan dengan bentuk dasar mata,
kuda, dan hati.
 Gabungan Kata
Penulisan gabungan kata dapat dipilah menjadi empat, yakni gabungan
kata yang lazim disebut kata majemuk; gabungan kata yang dianggap
sebagai satu kesatuan; gabungan kata yang salah satu unsurnya dipakai
dalam kombinasi; gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran
sekaligus; dan gabungan kata yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis
terpisah atas unsurunsurnya, misalnya: kambing hitam, meja hijau,
papan tulis, dan orang tua.
 Kata Depan
Penulisan kata depan yang sering dipersoalkan dalam penulisan karya
tulis ilmiah adalah penulisan kata depan di yang dipertukarkan
penulisannya dengan disebagai prefiks, misalnya: di sebelah sering
ditulis disebelah, sedangkan dikontrakkan sering ditulis di kontrakkan;
penulisan kata depan ke dengan bentuk dasar yang mengandung ke,
misalnya: ke luar dengan keluar, dan penulisan kata depan dari yang
perlu dan tidak, misalnya: datang dari sana dan tujuan dari penelitian
ini.
Selain itu, untuk mengetahui bahwa bentuk di sebagai kata depan,
bentukan itu dapat dipasangkan dengan kata depan ke atau kata depan
dari, misalnya:
di samping ke samping dari samping
di sini ke sini dari sini
di pasar ke pasar dari pasar
di pura ke pura dari pura

 Partikel
Dalam Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1994)
disebutkan bahwa terdapat partikel -lah, -tah, -kah, dan -pun yang
ditulis serangkai engan kata yang mendahuluinya, misalnya: tulislah,
mungkinkah, apatah, dan walaupun.
 Singkatan Dan Akronim
Kaidah penulisan singkatan meliputi singkatan nama orang, nama
gelar, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik, misalnya: A. A.
P. Putra, Moh. Yamin,Dr. A. A. Putu Putra, M.Hum, Kol. Soeharto,
Sdr. I Made Buda, Bpk. I Wayan Subawa; Singkatan nama resmi
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan
huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik, misalnya: DPR,
SMUN, PT, KTP; singkatan umum yang terdir atas tiga huruf atau
lebih diikuti oleh satu titik, misalnya: dll., dst., hlm., sda., tetapi
apabila terdiri atas dua huruf ditulis dengan dua titik, misalnya, a.n.,
s.d., u.b.
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata yang diperlakukan sebagai kata. Kaidah penulisan akronim
meliputi: akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari
deret kata yang ditulis seluruhnya dengan huruf kapital, misalnya:
ABRI, IKIP, PASI; akronim nama diri yang berupa gabungan suku
kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan
huruf awal huruf kapital, misalnya: Unud, Akabri, Bappenas, Kowani;
akronim yang bukan nama diri yangberupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya
dengan huruf kecil, misalnya: pemilu, rapim, tilang.
 Pemakaian Tanda Baca
Pemakaian tanda baca meliputi lima belas bagian, tetapi tidak semua
bagian itu dibahas dalam makalah ini. Hanya beberapa kaidah atau
aturan yang terkait dengan penulisan karya tulis ilmiah dibicarakan, di
antaranya: pemakaian tanda titik; tanda koma; tanda titik koma, tanda
titik dua; tanda pisah [--]; tanda kurung (...); tanda petik ganda ”...”;
dan tanda petik tunggal `...`.
 Tanda Titik (.)
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar, misalnya: 2. Pokok-Pokok Ejaan Bahasa
Indonesia; 2.1 Pemakaian Huruf; 2.2. Pemakaian Huruf Kapital dan
Huruf Miring; 2.3 Penulisan Kata; 2.4 Pemakaian Unsur Serapan; dan
2.5 Pemakaian Tanda Baca.
 Tanda Koma (,)
Tanda koma dipakai di antaraa unsur-unsur dalam suatu rincian atau
pembilangan, misalnya: Ibu membeli sayur, daging, dan tahu; Tanda
titik dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yangdidahului oleh kata tetapi, melainkan,
sedangkan, misalnya: Sistem pendidikan asional membuat pembelajar
dalam bidang teori, tetapi kurang dalam bidang praktik; Tanda koma
dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, termasuk di dalamnya: oleh karena itu,;
jadi,; dengan demikian,; bahkan,; akan tetapi,;Tanda koma dipakai
untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi,
misalnya: Dewa Made Beratha, Gubernur Bali melakukan sidak ke
beberapa daerah kabupaten; Tanda titik dipakai untuk menghindari
salah baca--di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat,
misalnya: Atas perhatian Bapak/ibu/Sdr., saya ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai