Anda di halaman 1dari 22

Makalah Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar

BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan
bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi
kehidupan bermasyarakat.
Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat
hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami
maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa
yang diakatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi
berjalan lancar.
Maka daripada itu bangsa Indonesia pada tahun 1945 menetapkan bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, dan sampai
sekarang pemakaian bahasa Indonesia makin meluas dan menyangkut berbagai bidang
kehidupan.
Kita sebagai generasi muda, marilah kita pelihara bahasa Indonesia ini, memgingat akan
arti pentingya bahasa untuk mengarungi kehidupan masa globalisasi, yang menuntuk akan
kecerdasan berbahasa, berbicara, keterampilan menggunakan bahasa dan memegang teguh
bahasa Indonesia, demi memajukan bangsa ini, supaya bangasa kita tidak dipandang sebelah
mata oleh bangsa lain. Maka dari itu disini penulis akan mencoba menguraikan tentang
'Berbahasa Yang Baik Dan Benar

BAB II
PEMBAHASAN
BAGIAN I
1. Tata bunyi (fonologi)
Fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang meliputi :
- Fonetik
Pengertian Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran
yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi
tersebut dengan alat ucap manusia
- Fonemik
Adapun Fonemik itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran dalam Iungsinya
sebagai pembeda arti.
Kalau dalam Ionetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh
alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam Ionemik kita
mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-bunyi yang dapat
mempunyi Iungsi untuk membedakan arti.
2. Tata bahasa (kalimat)
Masalah deIinisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena sudah terlalu
banyak deIinisi kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang lebih penting untuk
diperhatikan ialah apakah kalimat-kalimat yang klita hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai
kalimat yang benar (gramatikal). Selain itu, apakah kita dapat mengenali kalimat-kalimat
gramatikal yang dihasilkan orang lain. Dengan kata lain, kita dituntut untuk memiliki
wawasan bahasa Indonesia dengan baik agar kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang
gramatikal dalam komunikasi baik lisan maupun tulis, dan kita dapat mengenali kalimat-
kalimat yang dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau tidak.
Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu terdapat predikat
dan subjek. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruI kapital dan diakhiri dengan tanda
titik, tanda seru, atau tanda tanya. Pernyataan tersebut adalah pengertian kalimat dilihat dari
segi kalengkapan gramatikal kalimat ataupun makna untuk kalimat yang dapat mandiri,
kalimat yang tidak terikat pada unsure lain dalam pemakaian bahasa. Dalam kenyataan
pemakaian bahasa sehari-hari terutama ragam lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari
atas unsur subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.
. Kosa kata
Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut untuk
memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa membedakan antara
ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis maupun lisan.
Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau
sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin,
dan santai. Perbedaan-perbedaan itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata
bahasa. Sering pula raga mini disebut gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai
kemampuan memakai bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan menggunakan
bermacam ragam bahasa itu bukan merupakan warisan melainkan diperoleh melalui proses
belajar, baik melalui pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam/gaya
menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang luas pergaulannya.
Jika terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan) atau penulis
dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan ragam bahasa resmi atau apa yang dikenal
bahasa baku. Makin Iormal jarak penutur dan kawan bicara, akan makin resmi dan berarti
makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat
keIormalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
4. Ejaan
Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda yang digunakan
untuk membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan. Segala macam tanda
tersebut untuk menggambarkan perhentian antara , perhentian akhir, tekanan, tanda Tanya
dan lain-lain. Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca.
jaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan
bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi
juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana memotong-motong suku kata, bagaimana
menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan kata.
Pemotongan itu harus berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan huruI-huruI itu
pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menuliskan seluruh kata di
sana. Kecuali itu, penggunaan huruI kapital juga merupakan unsur penting yang harus
diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan yang tepat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan bagaimana
menggambarkan lambing-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-
lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut ejaan.
. Makna
Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang
sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat digunakan kata-kata
yang bermakna konotatiI (kata kiasan tidak tepat digunakan dalam ragam bahasa ilmu). Jadi,
pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah
bahasa.
Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahsa yang
sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik apa yang
dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau orang yang
akan membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu
bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai
masyarakat kita.
BAGIAN II
1. Bahasa Teratur dan Berpikir Teratur
Seseorang akan dianggap berpikir teratur jika dalam kesehariannya ia biasa berbahasa
teratur. Hal itu tercermin dari kemampuannya menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Beberapa pertanyaan berikut ini dapat membantu kita menilai tertib tidaknya bahasa
yang kita gunakan, misalnya, dalam tulisan kita.
Apakah setiap kata yang kita gunakan sudah benar-benar kita pahami maknanya?
Apakah kata yang mubazir, yang tidak perlu, tidak kita gunakan?
Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam paragraI tidak
menimbulkan taIsiran ganda (ambiguitas)? Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan
antarkalimat dalam paragraI mengungkapkan hubungan antargagasan yang konsisten, yang
tidak saling bertentangan? Apakah kata sudah kita tulis dengan tepat dan tanda baca kita
gunakan dengan tepat pula? Jika kita jawab pertanyaan itu dengan ya, kita telah
menggunakan bahasa secara tertib.
Berikut ini contoh paragraI yang telah menggunakan bahasa secara lebih tertib.
Pandangan penduduk asli terhadap pendatang selalu bergantung kepada apa yang menjadi
tujuan kedatangan pendatang dan bagaimana kemampuan serta perilaku pendatang itu. Bila
pendatang itu datang dengan tujuan baik, orang yang pintar, dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan penduduk asli, dan berkelakuan baik, maka masyarakat penduduk asli akan
menghormati dan mau bekerja dengannya.
2. Keracunan Berbahasa
Kesukaran itu antara lain disebabkan oleh pemakaian susunan kalimat yang tidak
teratur dan penyampaian pikiran atau gagasan yang tidak teratur pula. Perhatikan kutipan
berikut.
Di sekolah putra dan putri bangsa dididik. Mereka agar memiliki pengetahuan dan
keterampilan. Mereka agar berbudi luhur. Mereka agar sehat jasmani dan rohaninya.
Kutipan itu menggunakan sebuah kalimat yang dipenggal menjadi empat bagian
kalimat. Bagian pertama merupakan sebuah kalimat. Bagian kedua, ketiga, dan keempat
masing-masing merupakan suku kalimat, bukan merupakan sebuah kalimat.
. Kesejajaran Dalam Kalimat
Ketertiban bahasa yang digunakan seseorang, misalnya dalam suatu karangan terlihat
dalam kepaduan susunan kalimat yang digunakannya. Unsur-unsur kalimat yang
digunakannya saling berhubungan secara padu dan dapat mengungkapkan pikiran atau
gagasan yang padu pula. Kepaduan susunan kalimat dapat tercipta apabila kalimat disusun
antara lain berdasarkan asas kesejajaran bentuk bahasa.
Kesejajaran dalam kalimat berkaitan dengan kesejajaran beberapa bentuk bahasa
yang biasanya dihubungkan dengan kata penghubung seperti dan, atau, bahwa, karena, dan
yang dalam sebuah kalimat.
4. Kesalahan ejaan
jaan turut menentukan kebakuan dan ketidakbakuan kalimat. Karena ejaannya
benar, sebuah kalimat dapat menjadi baku dank arena ejaannya salah, sebuah kalimat dapat
menjadi tidak baku. Kesalahan ejaan biasanya terjadi pada: penggunaan tanda koma yang
salah, dan kesalahan penulisan sapaan.
. Kesalahan Struktur Kalimat
Bentuk-bentuk yang strukturnya sudah benar merupakan kalimat baku, sedangkan
bentuk-bentuk yang strukturnya masih salah merupakan kalimat tidak baku.
BAGIAN III
Ragam Bahasa
Berdasarkan media yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa dapat
dibedakan atas ragam bahasa lisan yaitu bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap
(organ oI speec) dengan Ionem sebagai unsur dasar, dan ragam bahasa tulis yaitu bahasa yang
dihasilkan dengan memanIaatkan tulisan dengan huruI sebagai unsur dasarnya. Berdasarkan
pokok persoalan yang dibicarakan, ragam bahasa dapat dibedakan atas bidang-bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, misalnya, ragam bahasa ilmu, ragam bahasa hukum, ragam bahasa
niaga, dan ragam bahasa sastra.
Dilihat dari segi penuturnya, ragam bahasa dapat dibedakan sebagai berikut:
A. Ragam Daerah/ Dialek
Sebagaimana kita ketahui, bahasa Indonesia tersebar luas keseluruh Nusantara. Luasnya
wilayah pemakaian bahasa Indonesia itu menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa
Indonesia yang dipakai di suatu daerah berbeda dari bahasa Indonesia yang dipakai di daerah
lain. Misalnya, bahasa Indonesia yang dipakai oleh orang yang tinggal di Denpasar berbeda dari
bahasa Indonesia yang dipakai di Jakarta.
B. Ragam Bahasa 1erpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa Indonesia juga mewarnai pemakaian bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan tampak
jelas perbedaannya dengan bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak
berpendidikan, terutama dalam pelaIalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya, pidio,
pilem, komplek, pajar, dan pitamin.
C. Ragam Bahasa Resmi dan Ragam Bahasa tak Resmi
Ragam bahasa dipengaruhi pula oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan)
atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin,
dan santai. Demikian juga sebaliknya, kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur
atau penulis mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang
bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya atau pimpinannya, atau bahasa perintah
atasan kepada bawahan.
Kesalahan Diksi
Kesalahan diksi ini meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kesalahan
pemakaian kata. Berikut dikemukakan beberapa diksi yang belum dibicarakan pada bab
sebelumnya.
Pemakaian Kata 1idak 1epat
Ada beberapa kata yang digunakan secara tidak tepat. Kata dari atau daripada sering
digunakan secara tidak tepat, seperti yang terdapat dalam contoh berikut.
Hasil daripada penjualan saham akan digunakan untuk memperluas Bidang Usaha.
Kalimat diatas itu seharusnya tanpa kata daripada karena kata daripada digunakan
untuk membandingkan dua hal. Misalnya, tulisan itu lebih baik daripada tulisan saya. Di
dalam kalimat berikut juga terdapat pemakaian kata secara tidak benar.
2 Pemakaian Kata Berpasangan
Ada sejumlah kata yang pemakaiannya berpasangan (disebut juga konjungsi
korelatiIa), seperti, baik . maupun ., bukan . melainkan ., tidak . tetapi ., antara .
dan .. Di dalam contoh-contoh berikut dikemukakan pemakaian kata berpasangan secara
tidak tepat.
Pemakaian kata berpasangan tidak tepat
Baik pedagang ataupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi
transaksi jual beli.
Perbaikan
Baik pedagang maupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi
transaksi jual beli.
3 Pemakaian Dua Kata
Didalam kenyataan terdapat pemakaian dua kata yang makna dan Iungsi kurang lebih
sama. Kata-kata yang sering dipakai secara serentak itu, bahkan pada posisi yang sama,
antara lain ialah adalah merupakan, agar supaya, demi untuk, seperti misalnya, atau daItar
nama-nama.
Pemakaian dua kata yang tidak benar.
Peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah merupakan kewajiban kita semua.
Perbaikan
Peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah tugas kita bersama.
Kesalahan Ejaan
Di dalam kenyataan pemakaian bahasa masih banyak kesalahan bahasa yang
disebabkan oleh kesalahan penerapan ejaan, terutama tanda baca. Penyebabnya antara lain,
ialah adanya perbedaan konsepsi pengertian tanda baca di dalam ejaan sebelumnya dengan
ejaan yang berlaku sekarang. Di dalam ejaan sebelumnya tanda baca diartikan sebagai tanda
bagaimana seharusnya membaca tulisan. Misalnya, tanda koma merupakan tempat
perhentian ssebentar (jeda) dan tanda tanya menandakan inotasi naik. Hal seperti itu sekarang
tidak seluruhnya dapat dipertahankan. Misalnya, antara subjek predikat terdapat jeda dalam
membaca, tetapi tidak dipakai tanda koma jika bukan yang mengapit keterangan tambahan
atau keterangan aposisi.
Contoh:
ngkau sudah lulus?
Dia tidak ikut ujian?
Bandingkan dengan kalimat tanya yang berikut.
Contoh:
Apakah engkau sudah lulus?
Siapa yang tidak ikut ujian?
Berikut dikemukakan beberapa kesalahan bahasa yang disebabkan oleh kesalahan
pemakaian tanda baca, khususnya tanda baca koma.
a. Tanda Koma di antara Subjek dan Predikat
Ada kecenderungan penulis menggunakan tanda koma di antara subjek dan predikat
kalimat jika nomina subjek mempunyai keterangan yang panjang. Pemakaian tanda koma
itu tidak benar karena subjek tidak dipisahkan oleh tanda koma dari predikat kecuali
pasangan tanda koma yang mengapit keterangan tambahan atau aposisi.
Contoh :
Mahasiswa yang akan mengikuti ujian negara, diharap mendaItarkan diri di sekretariat.
Tanah bekas hak guna usaha yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut, akan
ditetapkan kemudian pengaturannya.
b. Tanda Koma di antara Keterangan dan Subjek
Selain subjek, keterangan kalimat yang panjang dan yang menempati posisi awal juga
sering dipisahkan oleh tanda koma dari subjek kalimat. Padahal, meskipun panjang,
keterangan itu bukan anak kalimat. Oleh karena itu pemakaian tanda koma seperti itu
juga tidak benar, seperti terlihat dalam contoh berikut.
Dalam suatu pernyataan singkat di kantornya, pengusaha itu membantah bekerjasama
dengan penyelundup.
Untuk keperluan belanja sehari-hari, mereka masih bergantung pada orang tuanya.

BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian singkat di atas maka kita bisa menarik kesimpulan/penulis mencoba
memberikan kesimpulan berdasarkan data-data dan Iakta dilapangan menunjukkan masih banyak
orang-orang tidak memahami pemakain bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan
kaidah-kaidah yang benar. Jadi dilhat dari Iungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan
ini karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama yang lain.
Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian berbahasa
Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana
kita menggunakan basaha yang dapat dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain. Mudah-
mudahan urain singkat diatas dapat memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang
siIatnya membangun selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini yang
berjudul Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar. Dan atas bimbingan dan saran-saran
Ibu Guru, saya ucapkan terimakasih. Makalah Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan
bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi
kehidupan bermasyarakat.
Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat
hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami
maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa
yang diakatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi
berjalan lancar.
Maka daripada itu bangsa Indonesia pada tahun 1945 menetapkan bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, dan sampai
sekarang pemakaian bahasa Indonesia makin meluas dan menyangkut berbagai bidang
kehidupan.
Kita sebagai generasi muda, marilah kita pelihara bahasa Indonesia ini, memgingat akan
arti pentingya bahasa untuk mengarungi kehidupan masa globalisasi, yang menuntuk akan
kecerdasan berbahasa, berbicara, keterampilan menggunakan bahasa dan memegang teguh
bahasa Indonesia, demi memajukan bangsa ini, supaya bangasa kita tidak dipandang sebelah
mata oleh bangsa lain. Maka dari itu disini penulis akan mencoba menguraikan tentang
'Berbahasa Yang Baik Dan Benar

BAB II
PEMBAHASAN
BAGIAN I
1. Tata bunyi (fonologi)
Fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang meliputi :
- Fonetik
Pengertian Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran
yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi
tersebut dengan alat ucap manusia
- Fonemik
Adapun Fonemik itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran dalam Iungsinya
sebagai pembeda arti.
Kalau dalam Ionetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh
alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam Ionemik kita
mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-bunyi yang dapat
mempunyi Iungsi untuk membedakan arti.
2. Tata bahasa (kalimat)
Masalah deIinisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena sudah terlalu
banyak deIinisi kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang lebih penting untuk
diperhatikan ialah apakah kalimat-kalimat yang klita hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai
kalimat yang benar (gramatikal). Selain itu, apakah kita dapat mengenali kalimat-kalimat
gramatikal yang dihasilkan orang lain. Dengan kata lain, kita dituntut untuk memiliki
wawasan bahasa Indonesia dengan baik agar kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang
gramatikal dalam komunikasi baik lisan maupun tulis, dan kita dapat mengenali kalimat-
kalimat yang dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau tidak.
Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu terdapat predikat
dan subjek. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruI kapital dan diakhiri dengan tanda
titik, tanda seru, atau tanda tanya. Pernyataan tersebut adalah pengertian kalimat dilihat dari
segi kalengkapan gramatikal kalimat ataupun makna untuk kalimat yang dapat mandiri,
kalimat yang tidak terikat pada unsure lain dalam pemakaian bahasa. Dalam kenyataan
pemakaian bahasa sehari-hari terutama ragam lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari
atas unsur subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.
. Kosa kata
Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut untuk
memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa membedakan antara
ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis maupun lisan.
Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau
sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin,
dan santai. Perbedaan-perbedaan itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata
bahasa. Sering pula raga mini disebut gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai
kemampuan memakai bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan menggunakan
bermacam ragam bahasa itu bukan merupakan warisan melainkan diperoleh melalui proses
belajar, baik melalui pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam/gaya
menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang luas pergaulannya.
Jika terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan) atau penulis
dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan ragam bahasa resmi atau apa yang dikenal
bahasa baku. Makin Iormal jarak penutur dan kawan bicara, akan makin resmi dan berarti
makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat
keIormalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
4. Ejaan
Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda yang digunakan
untuk membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan. Segala macam tanda
tersebut untuk menggambarkan perhentian antara , perhentian akhir, tekanan, tanda Tanya
dan lain-lain. Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca.
jaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan
bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi
juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana memotong-motong suku kata, bagaimana
menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan kata.
Pemotongan itu harus berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan huruI-huruI itu
pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menuliskan seluruh kata di
sana. Kecuali itu, penggunaan huruI kapital juga merupakan unsur penting yang harus
diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan yang tepat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan bagaimana
menggambarkan lambing-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-
lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut ejaan.
. Makna
Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang
sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat digunakan kata-kata
yang bermakna konotatiI (kata kiasan tidak tepat digunakan dalam ragam bahasa ilmu). Jadi,
pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah
bahasa.
Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahsa yang
sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik apa yang
dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau orang yang
akan membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu
bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai
masyarakat kita.
BAGIAN II
1. Bahasa Teratur dan Berpikir Teratur
Seseorang akan dianggap berpikir teratur jika dalam kesehariannya ia biasa berbahasa
teratur. Hal itu tercermin dari kemampuannya menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Beberapa pertanyaan berikut ini dapat membantu kita menilai tertib tidaknya bahasa
yang kita gunakan, misalnya, dalam tulisan kita.
Apakah setiap kata yang kita gunakan sudah benar-benar kita pahami maknanya?
Apakah kata yang mubazir, yang tidak perlu, tidak kita gunakan?
Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam paragraI tidak
menimbulkan taIsiran ganda (ambiguitas)? Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan
antarkalimat dalam paragraI mengungkapkan hubungan antargagasan yang konsisten, yang
tidak saling bertentangan? Apakah kata sudah kita tulis dengan tepat dan tanda baca kita
gunakan dengan tepat pula? Jika kita jawab pertanyaan itu dengan ya, kita telah
menggunakan bahasa secara tertib.
Berikut ini contoh paragraI yang telah menggunakan bahasa secara lebih tertib.
Pandangan penduduk asli terhadap pendatang selalu bergantung kepada apa yang menjadi
tujuan kedatangan pendatang dan bagaimana kemampuan serta perilaku pendatang itu. Bila
pendatang itu datang dengan tujuan baik, orang yang pintar, dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan penduduk asli, dan berkelakuan baik, maka masyarakat penduduk asli akan
menghormati dan mau bekerja dengannya.
2. Keracunan Berbahasa
Kesukaran itu antara lain disebabkan oleh pemakaian susunan kalimat yang tidak
teratur dan penyampaian pikiran atau gagasan yang tidak teratur pula. Perhatikan kutipan
berikut.
Di sekolah putra dan putri bangsa dididik. Mereka agar memiliki pengetahuan dan
keterampilan. Mereka agar berbudi luhur. Mereka agar sehat jasmani dan rohaninya.
Kutipan itu menggunakan sebuah kalimat yang dipenggal menjadi empat bagian
kalimat. Bagian pertama merupakan sebuah kalimat. Bagian kedua, ketiga, dan keempat
masing-masing merupakan suku kalimat, bukan merupakan sebuah kalimat.
. Kesejajaran Dalam Kalimat
Ketertiban bahasa yang digunakan seseorang, misalnya dalam suatu karangan terlihat
dalam kepaduan susunan kalimat yang digunakannya. Unsur-unsur kalimat yang
digunakannya saling berhubungan secara padu dan dapat mengungkapkan pikiran atau
gagasan yang padu pula. Kepaduan susunan kalimat dapat tercipta apabila kalimat disusun
antara lain berdasarkan asas kesejajaran bentuk bahasa.
Kesejajaran dalam kalimat berkaitan dengan kesejajaran beberapa bentuk bahasa
yang biasanya dihubungkan dengan kata penghubung seperti dan, atau, bahwa, karena, dan
yang dalam sebuah kalimat.
4. Kesalahan ejaan
jaan turut menentukan kebakuan dan ketidakbakuan kalimat. Karena ejaannya
benar, sebuah kalimat dapat menjadi baku dank arena ejaannya salah, sebuah kalimat dapat
menjadi tidak baku. Kesalahan ejaan biasanya terjadi pada: penggunaan tanda koma yang
salah, dan kesalahan penulisan sapaan.
. Kesalahan Struktur Kalimat
Bentuk-bentuk yang strukturnya sudah benar merupakan kalimat baku, sedangkan
bentuk-bentuk yang strukturnya masih salah merupakan kalimat tidak baku.
BAGIAN III
Ragam Bahasa
Berdasarkan media yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa dapat
dibedakan atas ragam bahasa lisan yaitu bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap
(organ oI speec) dengan Ionem sebagai unsur dasar, dan ragam bahasa tulis yaitu bahasa yang
dihasilkan dengan memanIaatkan tulisan dengan huruI sebagai unsur dasarnya. Berdasarkan
pokok persoalan yang dibicarakan, ragam bahasa dapat dibedakan atas bidang-bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, misalnya, ragam bahasa ilmu, ragam bahasa hukum, ragam bahasa
niaga, dan ragam bahasa sastra.
Dilihat dari segi penuturnya, ragam bahasa dapat dibedakan sebagai berikut:
A. Ragam Daerah/ Dialek
Sebagaimana kita ketahui, bahasa Indonesia tersebar luas keseluruh Nusantara. Luasnya
wilayah pemakaian bahasa Indonesia itu menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa
Indonesia yang dipakai di suatu daerah berbeda dari bahasa Indonesia yang dipakai di daerah
lain. Misalnya, bahasa Indonesia yang dipakai oleh orang yang tinggal di Denpasar berbeda dari
bahasa Indonesia yang dipakai di Jakarta.
B. Ragam Bahasa 1erpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa Indonesia juga mewarnai pemakaian bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan tampak
jelas perbedaannya dengan bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak
berpendidikan, terutama dalam pelaIalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya, pidio,
pilem, komplek, pajar, dan pitamin.
C. Ragam Bahasa Resmi dan Ragam Bahasa tak Resmi
Ragam bahasa dipengaruhi pula oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan)
atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin,
dan santai. Demikian juga sebaliknya, kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur
atau penulis mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang
bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya atau pimpinannya, atau bahasa perintah
atasan kepada bawahan.
Kesalahan Diksi
Kesalahan diksi ini meliputi kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kesalahan
pemakaian kata. Berikut dikemukakan beberapa diksi yang belum dibicarakan pada bab
sebelumnya.
Pemakaian Kata 1idak 1epat
Ada beberapa kata yang digunakan secara tidak tepat. Kata dari atau daripada sering
digunakan secara tidak tepat, seperti yang terdapat dalam contoh berikut.
Hasil daripada penjualan saham akan digunakan untuk memperluas Bidang Usaha.
Kalimat diatas itu seharusnya tanpa kata daripada karena kata daripada digunakan
untuk membandingkan dua hal. Misalnya, tulisan itu lebih baik daripada tulisan saya. Di
dalam kalimat berikut juga terdapat pemakaian kata secara tidak benar.
2 Pemakaian Kata Berpasangan
Ada sejumlah kata yang pemakaiannya berpasangan (disebut juga konjungsi
korelatiIa), seperti, baik . maupun ., bukan . melainkan ., tidak . tetapi ., antara .
dan .. Di dalam contoh-contoh berikut dikemukakan pemakaian kata berpasangan secara
tidak tepat.
Pemakaian kata berpasangan tidak tepat
Baik pedagang ataupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi
transaksi jual beli.
Perbaikan
Baik pedagang maupun konsumen masih menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi
transaksi jual beli.
3 Pemakaian Dua Kata
Didalam kenyataan terdapat pemakaian dua kata yang makna dan Iungsi kurang lebih
sama. Kata-kata yang sering dipakai secara serentak itu, bahkan pada posisi yang sama,
antara lain ialah adalah merupakan, agar supaya, demi untuk, seperti misalnya, atau daItar
nama-nama.
Pemakaian dua kata yang tidak benar.
Peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah merupakan kewajiban kita semua.
Perbaikan
Peningkatan mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah tugas kita bersama.
Kesalahan Ejaan
Di dalam kenyataan pemakaian bahasa masih banyak kesalahan bahasa yang
disebabkan oleh kesalahan penerapan ejaan, terutama tanda baca. Penyebabnya antara lain,
ialah adanya perbedaan konsepsi pengertian tanda baca di dalam ejaan sebelumnya dengan
ejaan yang berlaku sekarang. Di dalam ejaan sebelumnya tanda baca diartikan sebagai tanda
bagaimana seharusnya membaca tulisan. Misalnya, tanda koma merupakan tempat
perhentian ssebentar (jeda) dan tanda tanya menandakan inotasi naik. Hal seperti itu sekarang
tidak seluruhnya dapat dipertahankan. Misalnya, antara subjek predikat terdapat jeda dalam
membaca, tetapi tidak dipakai tanda koma jika bukan yang mengapit keterangan tambahan
atau keterangan aposisi.
Contoh:
ngkau sudah lulus?
Dia tidak ikut ujian?
Bandingkan dengan kalimat tanya yang berikut.
Contoh:
Apakah engkau sudah lulus?
Siapa yang tidak ikut ujian?
Berikut dikemukakan beberapa kesalahan bahasa yang disebabkan oleh kesalahan
pemakaian tanda baca, khususnya tanda baca koma.
a. Tanda Koma di antara Subjek dan Predikat
Ada kecenderungan penulis menggunakan tanda koma di antara subjek dan predikat
kalimat jika nomina subjek mempunyai keterangan yang panjang. Pemakaian tanda koma
itu tidak benar karena subjek tidak dipisahkan oleh tanda koma dari predikat kecuali
pasangan tanda koma yang mengapit keterangan tambahan atau aposisi.
Contoh :
Mahasiswa yang akan mengikuti ujian negara, diharap mendaItarkan diri di sekretariat.
Tanah bekas hak guna usaha yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut, akan
ditetapkan kemudian pengaturannya.
b. Tanda Koma di antara Keterangan dan Subjek
Selain subjek, keterangan kalimat yang panjang dan yang menempati posisi awal juga
sering dipisahkan oleh tanda koma dari subjek kalimat. Padahal, meskipun panjang,
keterangan itu bukan anak kalimat. Oleh karena itu pemakaian tanda koma seperti itu
juga tidak benar, seperti terlihat dalam contoh berikut.
Dalam suatu pernyataan singkat di kantornya, pengusaha itu membantah bekerjasama
dengan penyelundup.
Untuk keperluan belanja sehari-hari, mereka masih bergantung pada orang tuanya.

BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian singkat di atas maka kita bisa menarik kesimpulan/penulis mencoba
memberikan kesimpulan berdasarkan data-data dan Iakta dilapangan menunjukkan masih banyak
orang-orang tidak memahami pemakain bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan
kaidah-kaidah yang benar. Jadi dilhat dari Iungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan
ini karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama yang lain.
Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian berbahasa
Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana
kita menggunakan basaha yang dapat dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain. Mudah-
mudahan urain singkat diatas dapat memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang
siIatnya membangun selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini yang
berjudul Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar. Dan atas bimbingan dan saran-saran
Ibu Guru, saya ucapkan terimakasih.

ulan Oktober memiliki arti penting dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia. Sejak 80
tahun yang lalu, tepatnya 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia diikrarkan sebagai 'bahasa
persatuan. Dan, selanjutnya, menjadi bahasa negara sejak ditetapkannya UUD 1945 pada 18
Agustus 1945.
Pada sekitar 1990, slogan Gunakanlah Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar sangat akrab
bagi pemerhati bahasa Indonesia. Meskipun sebuah slogan, maksud ungkapan tersebut sarat
dengan muatan 'keprihatinan tentang kedisiplinan penutur bahasa Indonesia yang kurang
menaati norma baik dan benar.
Tulisan sederhana ini saya susun dengan maksud ikut serta menyumbang saran dalam upaya
meningkatkan disiplin berbahasa Indonesia sebagaimana harapan slogan di atas. Dan, semoga
bermanIaat.
Pengertian
Menurut Anton M. Moeliono (dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia, 1980), berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan
sasarannya dan yang disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, sebaliknya, mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi
persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Bahasa yang baik dan benar itu memiliki empat fungi :
(1) Iungsi pemersatu kebhinnekaan rumpun dalam bahasa dengan mengatasi batas-batas
kedaerahan;
(2) Iungsi penanda kepribadian yang menyatakan identitas bangsa dalam pergaulan dengan
bangsa lain;
(3) Iungsi pembawa kewibawaan karena berpendidikan dan yang terpelajar; dan
(4) Iungsi sebagai kerangka acuan tentang tepat tidaknya dan betul tidaknya pemakaian bahasa.
Keempat fungsi bahasa yang baik dan benar itu bertalian erat dengan tiga macam batin
penutur bahasa sebagai berikut :
(1) Iungsinya sebagai pemersatu dan sebagai penanda kepribadian bangsa membangkitkan
kesetiaan orang terhadap bahasa itu;
(2) Iungsinya pembawa kewibawaan berkaitan dengan sikap kebangsaan orang karena mampu
beragam bahasa itu; dan
(3) Iungsi sebagai kerangka acuan berhubungan dengan kesadaran orang akan adanya aturan
yang baku layak diatuhi agar ia jangan terkena sanksi sosial.
Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan, berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar adalah menggunakan bahasa Indonesia yang memenuhi norma baik dan benar bahasa
Indonesia. Norma yang dimaksud adalah 'ketentuan bahasa Indonesia, misalnya tata bahasa,
ejaan, kalimat, dsb.

Anda mungkin juga menyukai