Kelompok 7
Nama anggota:
Almaidah nadila (2048201051)
Viona Noviyanti (2048201052)
Tiara malana febri (2048201053)
Silviya Maharani (2048201093)
Dzakiah adillah putri (2048201095)
Dwi Annisa Rahma (2048201096
2021/2022
KATA PENGENTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani
dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya,
sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita
Muhammad SAW yang telah menunjukan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam, penulis sangat
bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Sistem
Pengantar Obat yang berjudul Drug Delivery Sistem Pernafasan.
Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan
maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki kesalahan kami
diwaktu mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN.......................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN..........................................................................................................
2.3 Barrier absorpsi obat melalui rure nasal dan pulmonar ......................................
2.4 Strategi meningkat absorpsi obat melalui rute nasal dan pulmonar ...................
BAB III
PENUTUP...................................................................................................................
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................
DAFTAR PUSTKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Anatomi dan fisiologi pernapasan
2. Untuk mengetahui Absorpsi per nasal :
3. Untuk mengetahui Barrier absorpsi obat melalui rure nasal dan pulmonar :
4. Untuk mengetahui Strategi meningkat absorpsi obat melalui rute nasal dan pulmonar :
5. Untuk mengetahui Perkembangan sistem penghantar nasal dan pulmonar :
BAB II
PEMBAHASAN
Rongga hidung
-Rongga hidung dimulai dari vestibulum yakni pada bagian anterior kebagian
posterior yang berbatasan dengan nasofaring
-Rongga hidung terbagi atas dua bagian yakni secara longitudinal oleh septum
hidung dan secara tranversal konka superior, medialis, dan inferior
Faring
-Bagian belakang dari rongga hidung dan rongga mulut
- terdiri dari Nasofaring (bagian yang bebatasan dengan rongga hidung),
Orofaring(bagian yang berbatasan degan rongga mulut) dan laringofaring
(bagian yang berbatasan dengan laring)
-bagian dimana pemisahan antara makanan dan udara terjadi
Laring
-fungsi utamanya sebagai alat suara
-dalam saluran pernafasan sebagai jalan udara
-dibawah tulang krikoid biasanya dilakukan tindakan trakeaostomi yang
bertujuan untuk mengurangi dead space dan mempermudah penghisapan
sekresi.
Trakea
-cicin tulang rawan yang tidak lengkap (berbentuk U)
-panjang 10-20cm
-dibentuk oleh 20 lapis kartilago yang berbentuk huruf C dan berakhir ketika
bercabang dua karina
-bagian yang tidak berkartilago disebut trakea membranosa, berada di posterior
-pada ketinggian vertebra torakalis 4, trakea bercabang dua dikarina menjadi
bronkus, utama kanan dan kiri
Bronkus
Sifat anatomik bronkus
-dibentuk dan ditopang oleh cincin kartilago
-dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia
-mengandung otot polos
-mendapat vaskularis dari aretri bronkialis
-diameter lebih dari 2 mm
-tidak ada alveoli di dindingnya
Bronkus bukan merupakan pipa yang kaku, merupakan berupa saluran dari otot
dengan intervasi vagal yang dapat membuatnya berdilatasi dan berkontraksi
sebagai respon terhadap rangsangan neurohumoral dan kimia
Paru-paru
-Paru kanan terdiri atas 3 lobus dan 10 segmen
-Paru kiri terdiri atas 2 lobus dan 8 segmen
Bronkiolus
- Saluran napas yang tidak berkartilago
- Pada saat paru kolaps, bronkus besar masih tetap paten, sedangkan bronkus
kecil, bronkiolus, dan alveolus ikut kolaps.
- Bronkiolus paling ujung (distal) disebut terminalis
-3-5 bronkiolus terminalis membentuk asinus
Secara fungsional, bronkiolus dibagi 2 bagian :
-Bronkiolus non respiratorius, dimana tidak terdapat pertukaran gas
-Bronkiolus Respiratorius, dimana terjadi pertukaran gas, bersama dengan
duktus alveolaris dan sakus alveolaris
Alveolus
-Alveolus dibentuk dan dibatasi oleh dinding alveolus yang dibentuk oleh 2
macam sel, yaitu Sel Alveolar tipe I atau Pneumosit Tipe I
- Merupakan Sel Pneumosit Squamosa
-Pertukaran gass menembus dinding Pneumosit Tipe I
-Sel Alveolar tipe II atau Pneumosit Tipe II
-Disebut juga Granular Pneumocyt
-Tugas Pneumosit Tipe II yaitu menghasilkan surfaktan.
2.2 Absorpsi per nasal
Aborpsi obat adalah proses senyawa obat dipindahkan dari tempat absorpsinya
ke dalam sirkulasi sistemik proses ini tergantung dengan tempat absorpsi, aliran
darah di tempat absorpsi, sifat fisiko-kimia obat dan karaktertik produk (bentuk
sediaan). Berbagai bentuk sediaan obat dengan cara pemberiannya, menentukan
tempat absorpsi obat.
Keefektifan obat inhalasi dibentuk oleh formulasi obat. Stabilitas formulasi adalah
tantangan lain dalam produksi pemberian obat paru. Formulasi bertanggung jawab
untuk menjaga obat dalam keadaan aktif secara farmakologi, formulasi harus
efisien sehingga obat dapat mencapai paru-paru, tiba ke tempat yang tepat dari
tindakan dan tetap berada di paru-paru sampai efek farmakologis yang diinginkan
terjadi. Beberapa faktor telah dimasukkan dalam mendukung perkembangan
formuasi yang mengandung liposom, mikrosfer dan nanopartikel untuk pengiriman
obat. Bahkan, tidak jelas apakah formmulasi meningkatkan penyerapan obat
dengan megangkut obat dikemas melintasi membran atau hanya karena
meningkatkan waktu retensi hidung dan stabilitas obat.
a. Efek Sistemis
1. Oral, Pemberiannya melalui mulut, mudah dan aman pemakaiannya, lazim dan
praktis tidak semua obat dapat diberikan per-oral, misalnya : Obat yang bersifat
merangsang (emetin, aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah lambung
(benzilpenisilin, insulin dan oksitoksin), dapat terjadi inaktifasi oleh hati sebelum
diedarkan ke tempat kerjanya, dapat juga untuk mencapai efek lokal misalnya :
obat cacing, obat diagnostik untuk pemotretan lambung – usus, baik sekali untuk
mengobati infeksi usus, bentuk sediaan oral : Tablet, Kapsul, Obat hisap, Sirup dan
Tetesan.
2. Oromukosal, Pemberian melalui mukosa di rongga mulut, ada dua macam cara
yaitu :
a.) Sub Lingual Obat ditaruh dibawah lidah, Tidak melalui hati sehingga tidak
diinaktif, dari selaput di bawah lidah langsung ke dalam aliran darah, sehingga
efek yang dicapai lebih cepat misalnya : Pada pasien serangan Jantung dan Asma,
keberatannya kurang praktis untuk digunakan terus menerus dan dapat merangsang
selaput lendir mulut, hanya untuk obat yang bersifat lipofil, bentuknya tablet kecil
atau spray, contoh : Isosorbid Tablet.
b.) Bucal Obat diletakkan diantara pipi dan gusi, obat langsung masuk ke dalam
aliran darah, Misalnya obat untuk mempercepat kelahiran bila tidak ada kontraksi
uterus, contoh : Sandopart Tablet.
3. Injeksi adalah pemberian obat secara parenteral atau di bawah atau menembus
kulit / selaput lendir. Suntikan atau injeksi digunakan untuk memberikan efek
dengan cepat.
2. Inhalasi Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut dan
penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, ternggorokkan dan pernafasan.
3. Mukosa Mata dan telinga Obat ini diberikan melalui selaput / mukosa mata atau
telinga, bentuknya obat tetes atau salep, obat diresorpsi ke dalam darah dan
menimbulkan efek.
4. Intra vaginal Obat diberikan melalui selaput lendir mukosa vagina, biasanya
berupa obat antifungi dan pencegah kehamilan.
5. Intra nasal Obat ini diberikan melalui selaput lendir hidung untuk menciutkan
selaput mukosa hidung yang membengkak, contohnya Otrivin.
Sistem penghantaran obat melalui rute paru dalam bentuk inhalasi
membutuhkan bentuk sediaan dengan ukuran mikron sehingga dibuat rancangan
sediaan obat dengan menggunakan teknologi mikropartikel (Ravichandiran, 2011).
Salah satu teknologi mikropartikel yang biasa digunakan yaitu mikrosfer. Untuk
sistem penghantaran inhalasi, mikrosfer yang diinginkan adalah berbentuk sferis
dengan ukuran partikel 1-5 µm agar dapat terdeposisi pada alveoli dan tidak
berbentuk agregat. Pelepasan diatur oleh struktur molekul obat dan polimer,
degradasi polimer, luas permukaan dan porositas mikrosfer (Patel, 2011).
Pulmonar
Pulmonary drug delivery system atau sistem penghantaran obat pulmonar
(melalui paruparu) memiliki keunggulan yaitu bekerja cepat dan langsung pada
saluran pernapasan. Metode ini biasanya digunakan dalam proses perawatan
penyakit saluran pernafasan yang akut maupun kronis, misalnya pada penyakit
asma. Pada dasarnya permukaan paru-paru dapat dicapai dengan mudah dalam
satu kali pernapasan. Dalam penghantaran obat secara inhalasi, deposisi (proses
turunnya partikel obat ke paru-paru bagian bawah) partikel obat bergantung
padasifat partikel dan cara pasien bernapas.
PULMONAR:
Paru-paru merupakan rute yang potensial untuk penghantaran bahan
berkhasiat terutama peptida dan protein karena paru-paru memiliki permukaan
absorpsi yang luas
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan