Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SISTEM PENGANTAR OBAT

“Drug Delivery Sistem Pernafasan”

Dosen pengampu: apt. Aisa Dinda Mitra, M.Farm

Kelompok 7

Nama anggota:
Almaidah nadila (2048201051)
Viona Noviyanti (2048201052)
Tiara malana febri (2048201053)
Silviya Maharani (2048201093)
Dzakiah adillah putri (2048201095)
Dwi Annisa Rahma (2048201096

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI

2021/2022
KATA PENGENTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani
dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya,
sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita
Muhammad SAW yang telah menunjukan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam, penulis sangat
bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Sistem
Pengantar Obat yang berjudul Drug Delivery Sistem Pernafasan.

Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan
maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki kesalahan kami
diwaktu mendatang.

Jambi, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................

BAB 1

PENDAHULUAN.......................................................................................................

1.1 Latar Belakang......................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan....................................................................................................................

BAB II

PEMBAHASAN..........................................................................................................

2.1 Anatomi dan fisiologi pernapasan.......................................................................

2.2 Absorpsi per nasal ...............................................................................................

2.3 Barrier absorpsi obat melalui rure nasal dan pulmonar ......................................

2.4 Strategi meningkat absorpsi obat melalui rute nasal dan pulmonar ...................

2.5 Perkembangan sistem penghantar nasal dan pulmonar .......................................

BAB III

PENUTUP...................................................................................................................

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................

DAFTAR PUSTKA.....................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem penghantaran obat atau drugdeliverysystem adalah istilah yang
menggambarkan suatu obat dapat sampai ke tempat target aksinya istilah ini juga sering
dipertukarkan dengan produk obat dan bentuk sediaan.
Sistem Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas antara mahkluk hidup
(organisme) dengan ligkungannya. Secara umum, pernapasan dapat diartikan sebagai
proses menghirup oksigen dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air.
Dalam proses pernapasan, oksigen merupakan zat kebutuhan utama. Oksigen untuk
pernapasan diperoleh dari udara di lingkungan sekitar. Bila dalam proses ini terjadi suatu
bronkokontriksi atau penyempitan bronkus adalah suatu penyempitan jalan nafas
khususnya bronkioli. Penyempitan ini disebabkan oleh kontriksi otot ataupun akibat
reaksi radang, sentuhan (misal: intubasibronkoskopi), bahan kimia (misal: alergen/ asap).
Bronkospasme mengakibatkan gangguan dalam pertukaran gas dan bila terjadi pada
klien, gejalanya yaitu klien sukar bernafas. Pengobatan yang tepat,cepat, dan dapat
bekerja efektif sangat dianjurkan, salah satu obatnya yaitu bronkodilator. Pemberian
bronkodilator ini melalui jalur inhalasi, pengobatan ini bertujuan untuk memperlebar
jalan nafas, dengan melemaskan otot bronkioli atau mengurangi rasa radang. Terapi
inhalasi merupakan satu teknik pengobatan penting dalam proses pengobatan penyakit
respiratori (saluran pernafasan) akut dan kronik.
Sistem pernafasan terdiri dari dua bagian: saluran pernafasan bagian atas dan
saluran pernafasan bagian bawah. Saluran pernafasan bagian atas yaitu nasal cavity,
faring, laring dan saluran pernafasan bagian bawah yaitu Trakea, bronkus ,
bronkiolusalveoli
1.2 Rumusan Masalah
1. Anatomi dan fisiologi pernapasan
2. Absorpsi per nasal
3. Barrier absorpsi obat melalui rure nasal dan pulmonar?
4. Strategi meningkat absorpsi obat melalui rute nasal dan pulmonar?
5. Perkembangan sistem penghantar nasal dan pulmonar?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Anatomi dan fisiologi pernapasan
2. Untuk mengetahui Absorpsi per nasal :
3. Untuk mengetahui Barrier absorpsi obat melalui rure nasal dan pulmonar :
4. Untuk mengetahui Strategi meningkat absorpsi obat melalui rute nasal dan pulmonar :
5. Untuk mengetahui Perkembangan sistem penghantar nasal dan pulmonar :
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan


Anatomi
Pernapasan adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O2) yang diatur dalam tubuh untuk
metabolisme dan karbondiok sida (CO2) yang dihasilkan dari metabolisme tersebu t
dikeluarkan tubuh dari paru.
Fungsi sistem pernapasan untuk mengambil oksigen dari atmosfer pada sel-sel tubuh
dan untuk mentranspor karbon dioksida yang dihasilkan sel tubuh kembali ke atmosfer.
Organ-organ respiratorik juga berfungsi dalam produksi wicara dan berperan dalam
keseimbanga asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan pengaturan hormon
tekanan darah.
Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan
mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga hidung -
faring laring -trakea - bronkus - paru-paru (bronkiolus dan alveolus).

Rongga hidung
-Rongga hidung dimulai dari vestibulum yakni pada bagian anterior kebagian
posterior yang berbatasan dengan nasofaring
-Rongga hidung terbagi atas dua bagian yakni secara longitudinal oleh septum
hidung dan secara tranversal konka superior, medialis, dan inferior
Faring
-Bagian belakang dari rongga hidung dan rongga mulut
- terdiri dari Nasofaring (bagian yang bebatasan dengan rongga hidung),
Orofaring(bagian yang berbatasan degan rongga mulut) dan laringofaring
(bagian yang berbatasan dengan laring)
-bagian dimana pemisahan antara makanan dan udara terjadi

Laring
-fungsi utamanya sebagai alat suara
-dalam saluran pernafasan sebagai jalan udara
-dibawah tulang krikoid biasanya dilakukan tindakan trakeaostomi yang
bertujuan untuk mengurangi dead space dan mempermudah penghisapan
sekresi.

Trakea
-cicin tulang rawan yang tidak lengkap (berbentuk U)
-panjang 10-20cm
-dibentuk oleh 20 lapis kartilago yang berbentuk huruf C dan berakhir ketika
bercabang dua karina
-bagian yang tidak berkartilago disebut trakea membranosa, berada di posterior
-pada ketinggian vertebra torakalis 4, trakea bercabang dua dikarina menjadi
bronkus, utama kanan dan kiri

Bronkus
Sifat anatomik bronkus
-dibentuk dan ditopang oleh cincin kartilago
-dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia
-mengandung otot polos
-mendapat vaskularis dari aretri bronkialis
-diameter lebih dari 2 mm
-tidak ada alveoli di dindingnya
Bronkus bukan merupakan pipa yang kaku, merupakan berupa saluran dari otot
dengan intervasi vagal yang dapat membuatnya berdilatasi dan berkontraksi
sebagai respon terhadap rangsangan neurohumoral dan kimia

Paru-paru
-Paru kanan terdiri atas 3 lobus dan 10 segmen
-Paru kiri terdiri atas 2 lobus dan 8 segmen

Bronkiolus
- Saluran napas yang tidak berkartilago
- Pada saat paru kolaps, bronkus besar masih tetap paten, sedangkan bronkus
kecil, bronkiolus, dan alveolus ikut kolaps.
- Bronkiolus paling ujung (distal) disebut terminalis
-3-5 bronkiolus terminalis membentuk asinus
Secara fungsional, bronkiolus dibagi 2 bagian :
-Bronkiolus non respiratorius, dimana tidak terdapat pertukaran gas
-Bronkiolus Respiratorius, dimana terjadi pertukaran gas, bersama dengan
duktus alveolaris dan sakus alveolaris

Alveolus
-Alveolus dibentuk dan dibatasi oleh dinding alveolus yang dibentuk oleh 2
macam sel, yaitu Sel Alveolar tipe I atau Pneumosit Tipe I
- Merupakan Sel Pneumosit Squamosa
-Pertukaran gass menembus dinding Pneumosit Tipe I
-Sel Alveolar tipe II atau Pneumosit Tipe II
-Disebut juga Granular Pneumocyt
-Tugas Pneumosit Tipe II yaitu menghasilkan surfaktan.
2.2 Absorpsi per nasal
Aborpsi obat adalah proses senyawa obat dipindahkan dari tempat absorpsinya
ke dalam sirkulasi sistemik proses ini tergantung dengan tempat absorpsi, aliran
darah di tempat absorpsi, sifat fisiko-kimia obat dan karaktertik produk (bentuk
sediaan). Berbagai bentuk sediaan obat dengan cara pemberiannya, menentukan
tempat absorpsi obat.

Keefektifan obat inhalasi dibentuk oleh formulasi obat. Stabilitas formulasi adalah
tantangan lain dalam produksi pemberian obat paru. Formulasi bertanggung jawab
untuk menjaga obat dalam keadaan aktif secara farmakologi, formulasi harus
efisien sehingga obat dapat mencapai paru-paru, tiba ke tempat yang tepat dari
tindakan dan tetap berada di paru-paru sampai efek farmakologis yang diinginkan
terjadi. Beberapa faktor telah dimasukkan dalam mendukung perkembangan
formuasi yang mengandung liposom, mikrosfer dan nanopartikel untuk pengiriman
obat. Bahkan, tidak jelas apakah formmulasi meningkatkan penyerapan obat
dengan megangkut obat dikemas melintasi membran atau hanya karena
meningkatkan waktu retensi hidung dan stabilitas obat.

2.3 Barrier absorpsi obat melalui rure nasal dan pulmonar


cara pemberian obat turut menentukan cepat atau lambatnya dan lengkap atau
tidaknya resorpsi obat oleh tubuh. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek
sistemis (di seluruh tubuh) atau efek lokal (setempat), keadaan pasien dan sifat-
sifat fisika-kimia obat.

a. Efek Sistemis

1. Oral, Pemberiannya melalui mulut, mudah dan aman pemakaiannya, lazim dan
praktis tidak semua obat dapat diberikan per-oral, misalnya : Obat yang bersifat
merangsang (emetin, aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah lambung
(benzilpenisilin, insulin dan oksitoksin), dapat terjadi inaktifasi oleh hati sebelum
diedarkan ke tempat kerjanya, dapat juga untuk mencapai efek lokal misalnya :
obat cacing, obat diagnostik untuk pemotretan lambung – usus, baik sekali untuk
mengobati infeksi usus, bentuk sediaan oral : Tablet, Kapsul, Obat hisap, Sirup dan
Tetesan.

2. Oromukosal, Pemberian melalui mukosa di rongga mulut, ada dua macam cara
yaitu :

a.) Sub Lingual Obat ditaruh dibawah lidah, Tidak melalui hati sehingga tidak
diinaktif, dari selaput di bawah lidah langsung ke dalam aliran darah, sehingga
efek yang dicapai lebih cepat misalnya : Pada pasien serangan Jantung dan Asma,
keberatannya kurang praktis untuk digunakan terus menerus dan dapat merangsang
selaput lendir mulut, hanya untuk obat yang bersifat lipofil, bentuknya tablet kecil
atau spray, contoh : Isosorbid Tablet.

b.) Bucal Obat diletakkan diantara pipi dan gusi, obat langsung masuk ke dalam
aliran darah, Misalnya obat untuk mempercepat kelahiran bila tidak ada kontraksi
uterus, contoh : Sandopart Tablet.

3. Injeksi adalah pemberian obat secara parenteral atau di bawah atau menembus
kulit / selaput lendir. Suntikan atau injeksi digunakan untuk memberikan efek
dengan cepat.

b. Efek Lokal ( pemakaian setempat )

1. Kulit (percutan) Obat diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan


kulit, bentuk obat salep, cream dan lotio

2. Inhalasi Obat disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut dan
penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, ternggorokkan dan pernafasan.

3. Mukosa Mata dan telinga Obat ini diberikan melalui selaput / mukosa mata atau
telinga, bentuknya obat tetes atau salep, obat diresorpsi ke dalam darah dan
menimbulkan efek.

4. Intra vaginal Obat diberikan melalui selaput lendir mukosa vagina, biasanya
berupa obat antifungi dan pencegah kehamilan.

5. Intra nasal Obat ini diberikan melalui selaput lendir hidung untuk menciutkan
selaput mukosa hidung yang membengkak, contohnya Otrivin.
Sistem penghantaran obat melalui rute paru dalam bentuk inhalasi
membutuhkan bentuk sediaan dengan ukuran mikron sehingga dibuat rancangan
sediaan obat dengan menggunakan teknologi mikropartikel (Ravichandiran, 2011).
Salah satu teknologi mikropartikel yang biasa digunakan yaitu mikrosfer. Untuk
sistem penghantaran inhalasi, mikrosfer yang diinginkan adalah berbentuk sferis
dengan ukuran partikel 1-5 µm agar dapat terdeposisi pada alveoli dan tidak
berbentuk agregat. Pelepasan diatur oleh struktur molekul obat dan polimer,
degradasi polimer, luas permukaan dan porositas mikrosfer (Patel, 2011).

Sistem penghantaran obat melalui rute paru memiliki kelebihan dibandingkan


dengan sistem penghantaran obat konvensional melalui rute oral. Kelebihan
tersebut antara lain adalah melindungi obat dari degradasi enzimatik,
menghantarkan obat langsung ke tempat yang ditargetkan di paru-paru,
memberikan pelepasan obat yang terkontrol, mengurangi frekuensi dosis,
memaksimalkan efisiensi terapeutik, tidak mengalami first pass metabolisme dan
meminimalkan efek samping yang merugikan (El-Sherbiny, 2015). Ada tiga
bentuk sediaan untuk rute pulmonal yang telah digunakan yaitu Nebulizer, Metered
Dose Inhalers (MDI) dan Dry Powder Inhalers(DPI). Dry Powder Inhaler (DPI)
memiliki kelebihan yaitu tidak menggunakan propelan Cloro Fluoro Carbon
(CFC), ramah lingkungan, penggunaan DPI layaknya bernapas seperti biasa, tidak
dibutuhkan koordinasi antara penekanan alat dengan pernapasan dan formulasi DPI
lebih stabil dibandingkan MDI maupun Nebulizer (Milala, 2013).

2.4 Strategi meningkat absorpsi obat melalui rute nasal dan


pulmonar
Strategi Absorpsi Obat Nasal
Beberapa mekanisme telah diusulkan tetapi ada 2 mekanisme penyerapan obat
yang digunakan:
1) Mekanisme pertama
Melibatkan rute berair transportasi, yang juga dikenal sebagai rute
paracellular. Rute ini lambat dan pasif. Ada korelasi log-log terbalik antara
intranasal penyerapan dan berat molekul senyawa larut dalam air. Kurang
bioavailabilitas diamati untuk obat dengan berat molekul lebih besar dari 1000
Dalton.
2) Mekanisme kedua
Melibatkan transportasi melalui rute lipoidal juga dikenal sebagai proses
transelular dan bertanggung jawab untuk pengangkutan lipofilik obat yang
menunjukkan tingkat ketergantungan pada lipofilisitas mereka. Obat juga lintas
membran sel dengan rute transpor aktif melalui carrier-dimediasi berarti atau
transportasi melalui pembukaan persimpangan ketat. Sebagai contoh, kitosan,
suatu biopolimer alami dari kerang, membuka sambungan yang erat antara
epitel sel untuk memfasilitasi transportasi obat.

Pulmonar
Pulmonary drug delivery system atau sistem penghantaran obat pulmonar
(melalui paruparu) memiliki keunggulan yaitu bekerja cepat dan langsung pada
saluran pernapasan. Metode ini biasanya digunakan dalam proses perawatan
penyakit saluran pernafasan yang akut maupun kronis, misalnya pada penyakit
asma. Pada dasarnya permukaan paru-paru dapat dicapai dengan mudah dalam
satu kali pernapasan. Dalam penghantaran obat secara inhalasi, deposisi (proses
turunnya partikel obat ke paru-paru bagian bawah) partikel obat bergantung
padasifat partikel dan cara pasien bernapas.

2.5 Perkembangan sistem penghantar nasal dan pulmonar


NASAL:
Perkembangan obat akhir-akhir ini diarahkan pada bentuk sediaan obat
alternatif dari parenteral dimana obat masuk ke dalam sirkulasi sistemik
melalui rute bukal, sublingual, nasal, pulmunory dan vaginal. Rute ini juga
digunakan untuk pengobatan lokal dimana dosis obat dapat dikurangi dan juga
mengurangi efek samping sistemik.
Adapun perjalanan sistem pengahantaran obat (Drug Delivery System)
Intranasal dalam tubuh adalah sebagai berikut :
a. Bentuk sediaan obat nasal dengan zat aktif Sediaan nasal diformulasikan
atau dirancang dengan sedemikian rupa untuk penggunaan efek lokal.
b. Fase biofarmasetik → obat dihisap melalui rongga hidung masuk ke dalam
sirkulasi sistemik. Fase ini meliputi waktu mulai penggunaan sediaan obat
melalui hidung hingga pelepasan zat aktifnya ke dalam cairan tubuh.
c. Ketersediaan farmasi → obat siap untuk diabsorpsi Obat dalam bentuk zat
aktif terlarut siap untuk diabsorpsi yang selanjutnya zat aktif akan
didistribusikan keseluruh tubuh (sistemik).
d. Fase farmakokinetik → tidak terjadi ADME Fase ini meliputi waktu selama
obat diangkut ke organ yang ditentukan setelah obat dilepas dari bentuk
sediaan.
e. Ketersediaan hayati → obat untuk memberi efek Pada tahap ini obat mulai
memberikan efek pada pasien dengan cara berikatan dengan reseptor-reseptor
yang ada pada tubuh.
f. Fase farmakodinamik → interaksi dengan reseptor di tempat kerja Bila obat
telah berinteraksi dengan sisi reseptor biasanya protein membran akan
menimbulkan respon biologik. Tujuan utama fase ini adalah optimisasi dari
efek bilogik.
g. Efek terapi → obat pada akhirnya memberikan efek terapi atau pengobatan
pada pasien.Yang diharapkan dapat memberikan kesembuhan pada pasien.
Adapun alur absorpsi dari jalur rute nasal yaitu sebagai berikut:
partikel obat masuk melalui vestibula hidung, melewatiObat dihirup
melalui rongga hidung palatum (langit-langit mulut), masuk ke turbinat
inferior, kemudian masuk ke turbinat tengah kemudian masuk kehingga ke
turbinat superior (mukosa olfactory), menuju ke nasofaring partikel
tersuspensi dalam aliran gas di di masuk ke dalam trakea  melalui glotis
faring partikel terdisfusi ke dalambronkus, selanjutnya partikel aliran gas
tersuspensi di bronkiolus alveoli, di dalam alveoli ini terdapat banyak sekali
pembuluh darah kapiler, di mana partikel zat berdifusi ke saluran darah
(masuk ke dalammasuk ke dalam kapiler-kapiler pembuluh darah pmbuluh
darah), di dalam pembuluh darah ini, partikel zat akan berikatan bersama
reseptor, menyerap melalui sel-selselanjutnya obat akan terabsorpsi melalui
neuron olfactory hingga terabsorpsi ke dalam cairan serebrospinal dan
akanpendukung dan kapiler sekitarnya memberikan efek sistemik yang
diharapkan.

PULMONAR:
Paru-paru merupakan rute yang potensial untuk penghantaran bahan
berkhasiat terutama peptida dan protein karena paru-paru memiliki permukaan
absorpsi yang luas
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem penghantaran melalui pernafasan (drug delivery system) merupakan


salah satu alternatif penghantaran obat yang bemasalah jika melalui rute lain.
Sistem penghantaran ini di nilai dapat mengahantarkan obat dengan baik sehingga
bioavailabilitasnya mencapai 100% karena obat tidak mengalami metabolisme
lintas pertama di hati, memiliki keunggulan yaitu bekerja cepat dan langsung pada
saluran pernapasan. Metode ini biasanya digunakan dalam proses perawatan
penyakit saluran pernafasan yang akut maupun kronis, misalnya pada penyakit
asma.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai